Sebuah Pengantar
Perbincangan mengenai pengeksplotasian perempuan memang seperti tidak ada
habisnya. Diskusi-diskusi yang dibangun selalu saja dimulai dari perasaan atau keinginan
untuk menolak secara tegas pengeksplotasian terhadap perempuan apa pun itu bentuknya atau
malah sebaliknya menerima sepenuhnya pengeksploitasian terhadap perempuan untuk alasan
kesetaraan, hak asasi manusia, kepentingan kreatifitas, dan modrenisasi. Dua pandangan
tersebut selalu saja ada untuk mewarnai setiap pembahasan mengenai perempuan. Pada
kelompok yang menolak eksplotasimereka membatasi ruang gerak perempuansebagai bentuk
penghormatan terhadap nilai-nilai luhur, budaya, adat, bahkan agama. Namun sayangnya, dua
pandangan tersebut sama-sama tidak bisa memberikan jalan keluar bila dibenturkan dengan
permasalahan, bagaimana menghentikan pelecehan seksual terhadap perempuan ?.Pertanyaan
tersebut tentunya tidak bisa dijawab secara spontan atau seketika, sebab bila kita
menjawabnya secara spontan maka sisi sentimen emosinal kita akan lebih mendominasi yang
mengakibatkan lunturnya kelogisan untuk menyelesaikan permasalahan. Sejanak mari kita
tinggalkan paham apa pun yang kita anut untuk menemukan fakta dibalik realita yang ada
didepan kita.
Sebuah Kesimpulan
Banyaknya tanggapan serta pandangan terkait dengan pornografi dan eksplotasi
terhadap perempuan merupakan sebuah konsekuensi dari upaya menggabungkan sebuah
bangsa yang berbeda-beda menjadi satu. Andai saja tidak digabungkan mungkin kebudayaan
pornografi disuatu daerah tidak akan menjadi polemik pada daerah lain. Seperti kita
membandingkan budaya kita dengan budaya barat misalnya.
Tentunya dalam hal yang berkaitan dengan pornografi dan ekploitasi terhadap
perempuan tidak dapat langsung kita menyatakan itu adalah sebuah kesalahan, apa lagi yang
erat kaitannya dengan sisi keberagaman kebudayaan dan kesenian. Perlu adanya kajian yang
mendalam, dan tidak hanya melihat pada satu sisi saja.
Sebagai generasi dari bangsa yang besar, sudah seharunya kita turut serta dalam
upaya melestarikan kesenian dan kebudayaan dari bangsa kita sendiri. Kita harus bangga
menjadi Indonesia. Bangga dengan nilai-nilai kearifan lokal kita yang pada intinya selalu
mengajarkan untuk tidak melanggar norma-norma asusila. Kita juga harus menghormati
tradisi dan kebudayaan lain.
Menerima konsekuensi kita sebagai bangsa yang besar bukan berarti kita harus diam
dan tidak melakukan perubahan. Menjadi manusia Indonesia baru adalah hal yang mutlak
harus menjadi visi bersama. Tetap tetap dalam balutan budaya Indonesia itu sendiri, karena
kebudayaan adalah identitas kita. Meskipun Indonesia merupakan negara dengan jumlah
umat muslim terbesar didunia, tetapi bukan berarti kita adalah bangsa Arab.