BERAT DI RUANG VK
RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
Oleh :
MUHAMMAD AL IHSAN, S.Kep
NIM. 1730913310005
Oleh:
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan
masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Payudara
Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil
sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
4. Sistem Urinary
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada (1) Keadaan/status sebelum persalinan (2) lamanya
partus kala II dilalui (3) besarnya tekanan kepala yang menekan pada
saat persalinan. Disamping itu, dari hasil pemeriksaan sistokopik segera
setelah persalinan tidak menunjukkan adanya edema dan hyperemia
diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi
(extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah
di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009).
5. Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang.
Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi
oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjer bawah depan otak yang mengontrol ovarium
kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
6. Sistem Gastrointestinal
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal ini
umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat selama
persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting untuk
gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi
penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan
kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses
pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2009).
7. Sistem musculoskeletal
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca
partum antara lain:
a. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang
yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural
pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri
punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan
perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan
aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri
elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun
mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada
pasien.
b. Sakit kepala dan nyeri leher
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit
kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi
aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala
dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah
pemberian anestasi umum.
c. Nyeri pelvis posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi
area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung
bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi
sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul
pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat
menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat
membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang
nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas
dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
d. Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi
simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi.
Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang
pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak.
Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat
fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan
terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya
berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk
menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi
untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi;
mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
e. Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari
2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat
pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan
mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi
paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan
postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen
yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami
diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar
celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis
dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul;
latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua
posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan
latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari,
menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
f. Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala
ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul,
serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan
mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi
badan, postur tubuh yang buruk. .
8. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau
lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
9. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-
pembuluh darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan
lagi peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar,
tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh
pembuluh-pembuluh yang kiri.
10. Vagina dan perineum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama,
tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari perineum, fascia
tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri atau
mengejan.
Perubahan vagina, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-
lipatan atau kerutan-kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi
(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran
bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni,
2009).
11. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada
minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil.
Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan
kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat melahirkan.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat
diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala.
Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post
patum.
Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita :
1) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10%-15%.
2) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi
3) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama
wanita hamil.
b. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat
selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum.
12. Tanda-tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan
hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari
setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti
sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih,
endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan
lain-lain.
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan, sering
ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit (normalnya 80-100
kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah
melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan
dengan peningkatan kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanya pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam
pertama. Hasil pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil
setelah melahirkan. Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan
penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan
gangguan penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia
dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke
fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke enam setelah
melahirkan (Maryunani, 2009).
13. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat
pelepasan desidua dan selaput janin.
Pre
Ekslamsia
Kerusakan endotel
vaskuler
Vasokontraksi meningkat,
Vasodilator menurun
Kejang / penurunan
kesadaran
Terminasi
kehamilan
Pervagina Pervagina
Sistem Sistrm
Sistem saraf
Urologi kardiovaskuler
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M. L. & Swanson, E., 2013. Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. 5 ed.
Yogyakarta: mocomedia.