Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan PPK (Program Pengenalan Klinik) ini dibuat berdasarkan tugas yang
telah diberikan oleh tim blok 3.6 Masalah pada Usia Lanjut. Kelompok kami
mendapatkan tugas di desa Umbulmartani, pada hari saat mencari kasus di desa tersebut,
kelompok kami mendapatkan pasien yang sesuai dengan kasus yang telah ditentukan oleh
tim blok yaitu asma bronkial.
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Sedangkan pengertian lain dari asma bronkial adalah
obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami
inflamasi/peradangan dan hiperresponsif (Reeves et al, 2001).
Penyebab dari asma bronkial yaitu bisa dari faktor ekstrinsik (asma imunologik
atau asma alergi) seperti reaksi antigen-antibodi, inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang) dan faktor intrinsik (asma non imunologi atau asma non alergi)
seperti infeksi (parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal), fisik (cuaca dingin,
perubahan temperature), iritan (kimia), polusi udara (CO, asap rokok, parfum), emosional
(takut, cemas dan tegang serta aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor
pencetus) (Suriadi, 2005).
Oleh karena itu, kelompok kami ingin lebih mengetahui mengenai asma bronkial
sehingga akan dilakukan pembahasan dari definisi, etiologi, faktor risiko, manifestasi
klinis, patogenesis, pemeriksaan, tata laksana dan diagnosis banding mengenai asma
bronkial dan melakukan asesmen geriatri terhadap pasien tersebut .

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 1


BAB II
BERKAS DATA ASESMEN GERIATRI

ASESMEN GERIATRI
1. IDENTITAS
Nama pasien : Tn. HP
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 65 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD kelas 2
Alamat : Lodadi RT.1 RW.5 Umbulmartani
Nomor telepon :-
Pekerjaan : Tukang ojek
Kegiatan sekarang : Tukang ojek
Nama orang terdekat : Suprapto
Orang yang tinggal serumah : Suprapto dan Sutinah
Jumlah anak : 8 orang
Jumlah cucu : 5 orang
Jumlah cicit : 2 orang
Asesmen dibuat tanggal : 7 Juli 2015
Pengirim pasien : Bapak dukuh

2. 10 MENIT PEMERIKSAAN PENYARING TERHADAP KONDISI PASIEN


PROBLEM CARA PEMERIKSAAN HASIL POSITIF HASIL
Penglihatan 1. Pertanyaan : “apakah anda Terdapat Tidak
mempunyai kesulitan dalam ketidakmampuan
berkendara, menonton TV atau melihat dalam jarak
membaca atau melakukan aktivitas > 20/40 dengan

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 2


sehari-hari karena penglihatan?” kartu snellen
2. Jika Ya ; Lakukan tes mata dengan Visus pasien 6/15
kartu snellen saat pasien memakai
lensa koreksi (bila memungkinkan)
Atau jika tidak memungkinkan bisa
juga dilakukan tes membaca Koran
Pendengaran Menggunakan audioskope pada 40 dB, tes Ketidakmampuan Tidak
pendengaran dengan 1000 dan 2000 Hz untuk mendengar
Jika tidak memungkinkan lakukan tes
frekuensi 1000-2000
bisik pada masing-masing telinga pasien
Hz atau tes bisik
pada kedua telinga
atau di salah satu
telinga

Mobilitas Catat waktu yang dipergunakan pasien Tidak mampu Ya


Kaki untuk melakukan instruksi : “Berdiri dari melakukan instruksi
kursi, jalan cepat 10 langkah, kebali ke dalam 15 menit
kursi, duduk” secara berurutan
Inkontinensia 1. Pertanyaan : “Tahun lalu apakah anda Ya untuk kedua Tidak
Urin pernah mengompol?” pertanyaan
2. Jika Ya : “Pernahkah anda
menggompol dalam selang waktu
enam hari?”
Nutrisi, 1. Pertanyaan : “Apakah berat badan Jika terdapat Tidak
penurunan anda turun 10 lb (pound) dalam waktu penurunan berat
berat badan 6 bulan ini tanpa usaha untuk itu?” badan dan pada berat
2. Timbanglah berat badan pasien.
badan yang < 100 lb
Memori Menyebutkan kembali 3 benda (pada awal Tidak dapat Ya
pemeriksaan pasien diberi perintah untuk menyebutkan
mengingat 3 benda yang diucapkan kembali setelah
pemeriksa untuk diingat kembali jika lebih dari 1 menit
ditanyakan oleh pemeriksa)
Depresi Pertanyaan : “Apakah anda sering Ya untuk pertanyaan Tidak
merasa sedih?” tersebut
Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 3
Keterbatasan “Apakah anda dapat …” Tidak untuk salah Ya
1. “melakukan aktivitas berat seperti
Fisik satu atau lebih dari
jalan cepat atau bersepeda?”
pertanyaan tersebut
2. “pekerjaan berat dirumah seperti
membersihkan jendela, pintu,
dinding?”
3. “pergi belanja ke tempat grosir atau
kain?”
4. “pergi ke suatu tempat yang agak
jauh dengan berjalan?”
5. “mandi, baik dengan spon, bak
mandi, shower?”
6. “berpakaian seperti memakai kaos,
mengancingkan dan menarik risleting,
memakai sepatu?”

3. RIWAYAT MEDIS EVALUASI FISIK


A. RIWAYAT MEDIS
a. Keluhan utama pasien
Keluhan utama pasien adalah sesak napas.
b. Riwayat opname di RS dan pembedahan/operasi
1. Riwayat kecelakaan motor pada tahun 2010 dan mengalami cedera
kepala.
2. Saat asma kambuh.
c. Riwayat kesehatan lain
Disangkal oleh pasien.
d. Riwayat alergi
Disangkal oleh pasien.
e. Kebiasaan dan lingkungan
Lingkungan di sekitar pasien cukup aman (tidak mudah terjatuh), seperti lantai
tidak licin dan tidak banyak tangga. Kebiasaan pasien dahulu merupakan perokok
aktif sejak usia 17 tahun dan mulai berhenti merokok pada tahun 2012 sejak ada
keluhan sesak napas.
f. Riwayat obat-obatan yang diminum saat ini
Obat yang diminum saat ini adalah Pectocyl 3 x 1 sejak 3 tahun yang lalu tetapi
minumnya tidak rutin .

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 4


g. Ringkasan gejala
Gejala Ya/Tidak Keterangan
Anoreksia -
Lelah/capai -
BB turun + Dikarenakan tidak ada RM, gejala ini
ditanyakan apakah baju pasien dirasa
longgar dari sebelumnya? Jawaban pasien
iya.
Insomnia -
Nyeri kepala -
Gangguan penglihatan -
Gangguan pendengaran -
Gangguan gigi tiruan -
Batuk/mengi + Batuk mulai sering dirasakan sejak 1,5
tahun terakhir dan sering disertai dahak.
Sesak nafas + Sesak nafas sejak 3 tahun terakhir,
memperberat pada jam 17.30 – 07.30 (udara
dingin), memperingan selain jam tersebut
(udara panas).
Tak enak pada dada waktu -
kerja
Sesak waktu tidur + Dikarenakan suhu dingin, akan tetapi sesak
waktu tidur ini jarang dan biasanya dapat
diperingan dengan “diblonyohi”.
Sembab di kaki -
Jatuh -
Pingsan -
Nyeri telan -
Nyeri perut + Menurut pasien nyeri perut dialami ketika
makan daging atau ikan yang menyebabkan
kolesterol naik.
Gangguan BAB (terdapat -
darah)
Gangguan BAK (kencing -
malam)
Gangguan kaki -
(Lemah/lumpuh

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 5


setempat/gangguan rasa)
Gangguan penglihatan -
sementara
Sering lupa -
Depresi -
Mengembara/kelakuan aneh -

h. Penapisan depresi
Untuk setiap pertanyaan dibawah ini, penjelasan mana yang paling dekat dengan
perasaan yang anda rasakan bulan lalu?
Berapa seringkah bulan lalu anda :
- mengalami gangguan kesehatan yang menghalangi kegiatan anda : jarang sekali.
- merasa gugup : tidak pernah.
- merasa tenang dan damai : setiap waktu.
- merasa sedih sekali : tidak pernah.
- bahagia : setiap waktu.
- sangat sedih dan tidak ada satupun yang dapat menghibur : tidak pernah.
- merasa tidak ada lagi yang diharapkan : tidak pernah.
i. Keterbatasan fungsional
Sudah berapa lamakah (> 3 bulan, < 3 bulan, atau tidak ada keterbatasan) kesehatan
anda membatasi kegiatan anda dalam melakukan : Pasien mengalami keterbatasan
melakukan kegiatan yaitu bekerja sebagai tukang ojek selama kurang lebih < 3 bulan.
- pekerjaan berat : -
- pekerjaan sedang : -
- pekerjaan rumah yang ringan : -
- pekerjaan di kantor : ngojek motor.
- membungkuk, berlutut, sujud : -
j. Apa yang Anda harapkan dari asesmen ini ? (pada poin ini merupakan harapan dari
pasien terhadap kesehatannya kini, jika lebih dari satu maka dibuat prioritas)
Pasien berharap bisa sembuh dari sakit asmanya dan bisa bekerja kembali.

B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Baik, sadar, composmentis.
b. Antropometri : TB : 165 cm
BB : 50 kg
IMT : 77%
Kesimpulan : Berdasarkan interpretasi IMT pasien tersebut adalah
77% dikategorikan kurus (underweight) karena kurang dari 90%.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 6


c. Tanda Vital : Tekanan Darah:
Berdiri : 120/70
Duduk : 110/70
Berbaring : 100/70
Nadi : 90 kali/menit
Suhu : 36oC
Respirasi : 28 kali/menit (takipnea)
d. Kulit : Dalam batas normal.
e. Pendengaran : Dalam batas normal.
f. Penglihatan : Dalam batas normal.
g. Mulut, rahang, gigi: Dalam batas normal.
h. Leher : Dalam batas normal.
i. Dada, paru, jantung: Dalam batas normal.
j. Abdomen : Dalam batas normal.
k. Muskuloskeletal : Dalam batas normal.

C. DATA PENUNJANG
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

D. DAFTAR MASALAH
MASALAH SAAT TIMBUL RENCANA TINDAKAN
Berat badan turun Sejak 1 tahun terakhir Non farmakologi
Sesak napas Udara dingin atau waktu Farmakologi
sore jam 17.30 sampai
pagi 07.30
Sesak waktu tidur Jika posisi tidur miring Farmakologi
kiri
Nyeri perut Menurut pasien jika Farmakologi
mengkonsumsi lauk
hewani seperti daging.

KUESIONER KESEHATAN USIA LANJUT


1. Kesehatan umum
a. Secara umum anda menggambarkan kesehatan anda saat ini :
Sempurna/sangat baik/baik/cukup/kurang baik
b. Seberapa parah nyeri pada tubuh yang anda rasakan selama 4 minggu terakhir :
Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 7
Tidak pernah/sangat ringan/ringan/sedang/parah/sangat parah
2. Kemampuan melakukan kegiatan
a. Kemampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari/activity daily living (AHS/ADL)
(I) jika anda dapat melakukan sendiri, (A) jika anda membutuhkan bantuan orang lain,
(D) jika anda tidak dapat melakukan sama sekali.
Berjalan I A D
Memakai baju I A D
Mandi I A D
Makan I A D
BAB/BAK I A D
Berdandan I A D
b. Kemampuan melakukan kegiatan harian instrumental (AHS intrumental/IADL)
Menggunakan telepon I A D
Berbelanja I A D
Menyiapkan makanan I A D
Mengerjakan pekerjaan rumah I A D
Meminum obat I A D
Mengatur keuangan I A D
Mencuci I A D
Bepergian (naik bis, taksi, sepeda, dll) I A D

3. Review sistem organ pada usia lanjut


a. Apakah anda kesulitan dalam menyetir kendaraan, menonton TV, atau membaca karena
kurang jelasnya penglihatan anda?
Menyetir kendaraan : Tidak
Menonton : Tidak
Membaca karena kurang jelas : Tidak
b. Dapatkah anda mendengarkan suara percakapan biasa?
Apakah anda menggunakan alat bantu dengar? Tidak
c. Apakah anda merasa mudah lupa? Tidak
d. Apakah anda mengalami penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir? Ya
e. Apakah anda dapat mengontrol BAK? Ya
Apakah anda dapat mengontrol BAB? Ya
f. Berapa kali anda jatuh dalam setahun terakhir? 1 – 2 kali
g. Apakah anda meminum alkohol? Tidak
Jika Ya, berapa banyak alkohol yang anda minum per minggu?
4. Apakah anda tinggal dengan seseorang? Ya
Jika Ya, siapa? Anak/saudara/teman/orang lain
Siapa yang akan membantu anda dalam kondisi darurat? Anak dan istri
Siapa yang membantu anda memutuskan perawatan kesehatan jika anda dalam keadaan
tidak mampu berkomunikasi? Anak dan istri

MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 8


No Nilai Ket
1. Tanggal 0 7 atau 8
2. Hari 1 Selasa
3. Bulan 1 Juli
4. Tahun 1 2015
5. Musim 1 Kemarau
6. Ruangan 1 R. tamu
I Orientasi 7. Rumah sakit 1 Panti nugroho
8. Kota 1 Sleman
9. Propinsi 1 DIY
10. Negara 1 RI
REGISTERASI (mengingat 3 kata) 11. Bola 0 Bunga
12. Melati 1 Melati
II pasien diminta menirukan 3 kata
13. Kursi 1 Kursi
yang disebutkan
14. 93 atau U 1 93
15. 86 atau Y 1 86
ATENSI/KALKULASI (serial
16. 79 atau H 1 79
III 100-7 atau sebut urutan huruf dari 17. 72 atau A 1 72
belakang kata WAHYU) 18. 65 atau W 1 65
REKOL (MEMORI) (Mengingat 19. Bola 0 Tidak ingat
20. Melati 1 Melati
IV kembali 11-13 setelah satu menit)
21. Kursi 0 Tidak ingat
BAHASA – penyebutan pasien 22. Jam Tangan/ 1 Sandal
diperintahkan untuk menyebutkan sandal
23. Pensil 1 Pensil
benda yang ditunjuk pemeriksa
Pengulangan 24. Namun, tanpa, 1 Bisa semua
dan bila
Pengertian verbal (perintah kalimat 25. Ambil ketas 1 Bisa semua
25-27) mengetahui pengertian dengan tangan
V
terhadap suatu permintaan pada kanan
26. Lipatlah menjadi 1 Bisa
pasien
dua
27. Letakkan 1 Bisa
dilantai
Membaca dan pengertian terhadap 28. Tutup mata anda 1 Bisa
bahasa tulisan
Menulis (kalimat yang dapat 29. (Tulis kalimat 0 Tulisan tidak
dimengerti) lengkap) dapat
dimengerti
Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 9
KONSTRUKSI (diperlihatkan Tiru gambar ini 1 bisa
gambar dua buah bangun segi lima
VI bersinggungan, kemudian gambar
ditutup dan diminta menggambar
seperti yang dicontohkan)
NILAI MMSE 25 Dugaan MCI

Penilaian
Normal : > 28
Dugaan MCI (Mild Cognitif Impairment) : 24-28
Probabilitas kognitif terganggu/dugaan demensia : 17-23
Gangguan kognitif definitif : 0-16

SKALA DEPRESI USIA LANJUT

No Pertanyaan Jawaban Skor


1 Apakah anda merasa puas dengan hidup ini? Ya/Tidak 0
2 Pernahkah anda meninggalkan aktivitas dan hobby anda? Ya/Tidak 0
3 Apakah anda merasa hidup anda kosong? Ya/Tidak 0
4 Apakah anda sering merasa bosan? Ya/Tidak 0
5 Apakah anda dalam keadaan semangat hampir setiap waktu? Ya/Tidak 0
6 Apakah anda takut akan ada hal buruk yang menimpa anda? Ya/Tidak 0
7 Apakah anda merasa gembira hampir setiap waktu? Ya/Tidak 1
8 Apakah anda sering merasa tidak terbantu? Ya/Tidak 0
9 Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada pergi Ya/Tidak 0
keluar dan melakukan hal baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai masalah dengan daya Ya/Tidak 0
ingat/konsentrasi anda?
11 Menurut anda apakah hidup itu indah? Ya/Tidak 0
12 Apakah anda merasa tidak berharga dengan kondisi sekarang? Ya/Tidak 0
13 Apakah anda merasa penuh dengan energi? Ya/Tidak 1
14 Apakah anda merasa tidak ada harapan dengan kondisi Ya/Tidak 0
sekarang?
15 Apakah anda pikir sebagian besar orang lebih baik daripada Ya/Tidak 0
anda?
Total

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 10


SKALA DEPRESI GERIATRI :
1. Tidak
2. Ya
3. Ya
4. Ya
5. Tidak
6. Ya
7. Tidak
8. Ya
9. Ya
10. Ya
11. Tidak
12. Ya
13. Tidak
14. Ya
15. Ya
Tiap jawaban sesuai diberi skor 1
Skor 0-5 adalah normal : Skor pasien adalah 2 , jadi masih dalam batas normal.
Skor di atas 5 mengarah pada depresi

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 11


ASESMEN NUTRISI
A. NUTRISI SUBYEKTIF
Naik/Tetap/Turun
1. Apakah 1-2 bulan terakhir ada perubahan berat badan Turun
2. Apakah ada perubahan nafsu makan Turun
Ya/Tidak
3. Apakah ada : Perubahan pembauan Tidak
Pengecapan lidah Tidak
4. Apakah ada masalah : Mengunyah Tidak
Menelan Tidak
5. Apakah ada masalah dengan gigi Tidak
6. Apakah ada gangguan pencernaan : Mencret Tidak
Sembelit Tidak
Mual Ya
Muntah Ya
B. POLA MAKAN
1. Kebiasaan makan pagi : Ya/tidak
2. Kebiasaan makan siang : Ya/tidak
3. Kebiasaan makan sore : Ya/tidak
4. Kebiasaan selingan/ngemil : Ya/tidak ;
5. Alergi makanan : Ya/tidak ; Ya, sebutkan.
6. Sebutkan bahan makanan yang biasa dikonsumsi :
a. Makanan pokok : Nasi
b. Lauk hewani : Tidak ada, karena menurut pasien lauk hewani menyebabkan
mual muntah.
c. Lauk nabati : Tempe dan tahu.
d. Sayuran : Kangkung, kubis, daun ketela dan jenis sayuran yang lainnya.
e. Buah-buahan : Pisang.
f. Minuman : Air putih, teh dan kopi.

ASESMEN ORAL UNTUK USILA


1. Apakah dapat membedakan jenis-jenis rasa makanan ? Ya/Tidak
Jika Tidak, jelaskan
2. Apakah saat ini memakai gigi tiruan ? Ya/tidak
Jika Ya, sudah berapa lama
3. Apakah mengalami kesulitan waktu mengunyah makanan ? Ya/tidak
Jika Ya, jelaskan!
4. Apakah merasakan ada gangguan waktu membuka mulut lebar ? Ya/tidak
Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 12
5. Apakah menu makanan sehari-hari dalam bentuk lembek ? Ya/tidak
6. Apakah merasakan sakit atau ada kelainan daerah telinga setelah makan ? Ya/tidak
Jika Ya, jelaskan: jika lauk makanannya seperti daging dan ikan.
7. Apakah ada rasa sakit atau gangguan waktu menelan ? Ya/tidak
Jika Ya, jelaskan letaknya.
8. Apakah mulutnya terasa kering atau air ludahnya berkurang ? Ya/tidak
9. Apakah saat ini sedang minum obat-obatan tertentu ? Ya/tidak
Jika Ya, jelaskan untuk sakit apa ? Untuk sakit asma, akan tetapi minum obatnya tidak
rutin.
10. Apakah merasakan adanya sisa makanan yang tertinggal di mulut setelah makan ? Ya/tidak
Jika Ya, apa yang dilakukan?
Skor : Untuk setiap jawaban ‘Ya’ bernilai 1
1-3 = Gangguan ringan
4-6 = Gangguan sedang perlu diperhatikan
> 7 = Gangguan berat perlu perhatian khusus

Hasil:
Skor pasien adalah 3, sehingga pasien mengalami gangguan ringan.

REKAPITULASI ASESMEN GERIATRI

1. IDENTITAS
Nama Pasien : Tn. HP
Umur : 65 tahun
Alamat : Lodadi RT.1 RW.5 Umbulmartani
Pekerjaan : Tukang ojek
2. DAFTAR MASALAH
a. Masalah aktif : Asma bronkial
b. Masalah pasif: Cedera kepala
3. DD
Adapun diagnosis banding terhadap keluhan yang dialami pasien adalah:
a. Asma bronkial
b. Bronkitis kronis
c. Pneumonia
4. DIAGNOSA

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 13


Pada pasien Tn. HP kemungkinan diagnosisnya adalah asma bronkial berdasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan klinis didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Keluhan utama pasien adalah sesak nafas.
b. Sesak nafas memberat saat udara dingin yaitu salah satu faktor risiko asma bronkial.
c. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan suara mengi, ekspirasi memanjang dan
takipnea.
d. Selain sesak nafas, pasien juga mengeluhkan batuk berdahak.
5. TERAPI
a. Non farmakologis
Pada saat asma kambuh dapat langsung diberikan oksigen.
b. Famakologis
Dapat diberikan bronkodilator dan kortikosteroid sistemik.

6. PLANNING/RENCANA PENATALAKSANAAN
Pasien Tn. HP berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik kemungkinan
diagnosis awalnya adalah asma bronkial derajat ringan, oleh karena itu rencana tindak lanjut
yang dapat dilakukan adalah mencegah adanya komplikasi atau pencegahan sekunder.
Manifestasi klinis yang saat ini dirasakan Tn. HP harus diobati secara adekuat dan
mengurangi faktor risiko yang dapat memperberat gejala.
Saat ini Tn. HP telah berusaha mengurangi aktivitas sehari-hari seperti berkerja sebagai
tukang ojek agar tidak kelelahan. Selain itu, Tn. HP lebih sering berbaring atau tiduran
diruang tamu dikarenakan udara lebih panas dibanding kamar tidurnya yang kurang
pencahayaan dan kurang adanya pertukaran udara.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 14


BAB III
PEMBAHASAN

I.1. Analisis Daftar Masalah


1.1.1 Berat badan turun
Berat badan turun dikarenakan kurangnya konsumsi makanan. Konsumsi
makanan Tn. HP 2 kali sehari, selain kurangnya konsumsi makanan juga karena
pembatasan menu makanan yaitu lauk hewani seperti daging dan sebagainya
sehingga pasien menjelaskan bahwa menu makanan sehari-harinya adalah nasi ½
“centhong”, sayur dan tahu, tempe satu kali makan. Pembatasan menu makanan
tersebut dikarenakan pasien ingin menjaga kadar kolesterol, jika makan lauk
hewani tersebut maka Tn. HP akan mengalami nyeri perut, mual bahkan muntah.
1.1.2 Sesak napas
Sesak napas yang dialami Tn. HP merupakan asma yang kambuh yang
disebabkan karena obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronis dan
hiperaktivitas bronkus. Hiperaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma dan
terdapat berbagai cara digunakan untuk mengukur hiperaktivitas bronkus ini
antara lain uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen
maupun inhalasi zat non spesifik. Ketika terjadi inhalasi alergen atau faktor

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 15


pencetus akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus
dan epitel saluran napas. Sel mast kemudian mengeluarkan mediator inflamasi
seperti eosinophil, netrofil, platelet dan limfosit yang menyebabkan keadaan
inflamasi yang akhirnya menimbulkan hiperaktivitas bronkus (Depkes RI, 2009)
1.1.3 Sesak waktu tidur
Sesak waktu tidur pada Tn. HP bisa jadi salah satu akibat dari asma
bronkial. Berdasarkan anamnesis sesak napas memberat saat udara dingin seperti
malam hari sampai dini hari. Akan tetapi sesak waktu tidur ini selain berkurang
dengan “diblonyohi”, pasien juga disarankan untuk tidur miring dan pasien
merasa lebih nyaman tidur miring ke arah kanan.
1.1.4 Nyeri perut
Nyeri perut yang disertai mual muntah terjadi menurut pasien karena
mengkonsumsi makanan lauk hewani, oleh karena itu saat ini pasien telah
mengurangi konsumsi seperti daging dan sebagainya.

1.2. Analisis Diagnosis Banding


1.2.1. Asma Bronkial
1.2.1.1. Pengertian
Asma bronkial adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh terjadinya
penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Price dan
Wilson, 2003).
1.2.1.2. Klasifikasi
Menurut Tanjung (2003) Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 16


2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat
dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3) Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
1.2.1.3. Etiologi
Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) Ada beberapa hal yang merupakan
faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1) Faktor predisposisi
a) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
2) Faktor presipitasi
a) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya adalah debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya adalah makanan dan obat-
obatan.
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya adalah
perhiasan, logam dan jam tangan.
b) Perubahan cuaca

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 17


Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.
c) Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
e) Olah raga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
1.2.1.4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 18


dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi
daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
bisa menyebabkan barrel chest (Tanjung, 2003.
1.2.1.5. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk
dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan
keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk,
dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak
selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang
timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi
dada, takikardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari (Depkes RI; 2009, Tanjung: 2003)
1.2.1.6. Pemeriksaan
Menurut Tanjung (2003) pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 19


1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal
eosinopil.
2) Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4) Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4) Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat
adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 20


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
1) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock
wise rotation.
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right
bundle branch block).
3) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES
atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan
FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi
dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.
1.4.1.7. Penatalaksanaan
Menurut Tanjung (2003) Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik:
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairan
d. Fisiotherapy

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 21


e. Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
1) Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Contoh nama obatnya adalah Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec)
dan Terbutalin (bricasma). Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI
(Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup
(Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan bronkodilator
(Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah
menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
2) Santin (teofilin)
Contoh nama obatnya adalah Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin
(Euphilin Retard) dan Teofilin (Amilex). Efek dari teofilin sama dengan obat
golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua
obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk
suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan
perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang
lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah
sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara
pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika
penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
b. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.
c. Ketolifen

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 22


Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat
diberika secara oral.

1.2.2. Bronkitis kronis


1.2.2.1. Pengertian
Bronkitis merupakan peradangan pada saluran pernafasan utama paru-paru yaitu
bronkus. Penyakit ini lebih sering terjadi pada udara yang lembab. Bronkhitis disebabkan
oleh infeksi bakteri atau virus, dimulai saat bakteri atau virus mengiritasi bronkhus
sampai akhirnya terjadi pembengkakan. Selain itu, dapat juga disebabkan karena
merokok, menghirup asap, gas, debu dan zat-zat merangsang lainnya, atau karena adanya
komplikasi dari penyakit lainnya seperti batuk rejan, campak atau tiphus. Sedangkan
yang dimaksud bronkitis kronis adalah batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak atau sputum sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam 1 tahun dan terjadi
paling sedikit selama 2 tahun (Sutoyo, 2010).
1.2.2.2. Etiologi
Menurut Ikawati (2007) berikut beberapa etiologi dari bronchitis kronis:
1. Etiologi utama bronkitis kronis adalah merokok, faktor tambahan iritasi bronkus
akibat debu pabrik, polusi udara, dan keadaan iklim, penyakit ini merupakan penyakit
umur pertengahan dan orang tua, lebih sering pada laki-laki. Hipersekresi mukus
bronkus dan penyumbatan jalan napas merupakan kelainan dasar bronkitis kronis.
Dalam keadaan lanjut dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas yang
menetap dan disebut PPOK.
2. Infeksi virus merupakan penyebab pada 95 % kasus bronkitis akut. Virus utama
yang paling sering dihubungkan dengan gangguan bronkitis akut adalah Rinovirus,
Coronavirus, Virus Influenza A, Virus parainfluenza, Adenovius dan Respiratory
syncytial virus.
3. Infeksi bakteri menyebabkan 5 – 20 % kasus bronkitis akut. Bakteri yang paling
sering menyebabkan bronkitis adalah Chlamydia psittaci, Chlamydia pneumoniae,

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 23


mycoplasma pneumoniae, dan Bordetella pertussis. Selain itu, bakteri pathogen
saluran napas yang sering dijumpai adalah spesies Staphylococcus, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan moraxella catarrahalis.

1.2.2.3. Patofisiologi
Pada bronkitis kronis terdapat sejumlah kelainan patologi saluran napas,
meskipun tidak ada yang benar-benar khas untuk penyakit ini. Gambaran klinis
bronkitis kronis dapat dikaitkan dengan cedera dan penyempitan kronik saluran
napas. Gambaran patologis utama adalah peradangan saluran napas, terutama saluran
napas halus, dan hipertrofi kelenjar mukosa saluran napas besar, disertai peningkatan
sekresi mukus dan obstruksi saluran napas oleh mukus tersebut (Mc Phee dan
Ganong, 2005).

Gambar: Mekanisme Terjadinya Bronkitis Kronis


(Anzueto AR, Schaberg T, 2003)
1.2.2.4. Manifestasi klinis
Menurut Mc Phee dan Ganong (2005) berikut manifestasi klinis bronkitis kronis:
1. Batuk berdahak.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 24


Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya
pasien mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau mukoid, jika ada
infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.

2. Sesak nafas
Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat. Terutama
pada musim dimana udara dingin dan berkabut.
3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
4. Wheezing (mengi).
Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak
progresif lambat disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi akut
5. Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan.
6. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir berwarna kemerahan.
7. Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung
meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri
tenggorokan. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya
membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap
selama beberapa minggu
1.4.2.6. Pemeriksaan
Menurut Ikawati (2007) langkah-langkah pemeriksaan pada pasien bronkitis
kronis adalah sebagai beriku:
1. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai tiga gejala klinis utama (batuk,
sputum, sesak) dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun
inspirasi disertai bising mengi.
b. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest (diameter
anteroposterior dada meningkat).
c. Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 25


d. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah, pekak jantung berkurang.
e. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di
pinggir sternum.
f. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan
peninggian tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema
kaki.
3. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan radiologi.
Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa
bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan
corakan paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan fungsi paru.
Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang
normal. Sedang KRF sedikit naik atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan
dengan spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1
detik < 80% dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP <70%.
c. Pemeriksaan gas darah.
Penderita bronkitis kronik tidak dapat mempertahankan ventilasi dengan baik
sehingga PaCO2 naik dan PO2 turun, saturasi hemoglobin menurun dan timbul
sianosis, terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan
eritropoeisis.
d. Pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan ini mencatat ada tidaknya serta perkembangan kor pulmonal
(hipertrofi atrium dan ventrikel kanan)
e. Pemeriksaan laboratorium darah : hitung sel darah putih.
1.4.3. Pneumonia
1.4.3.1. Definisi
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract (LRT))
akut, biasanya disebabkan oleh infeksi. Sebenarnya pneumonia bukan penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui dengan sumber utama bakteri,

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 26


virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat
terjadi pada semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak,
orang tua dan penderita penyakit kronis (Elin et al, 2008).
1.4.3.2. Etiologi
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003) berikut beberapa etiologi
pneumonia:
1. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
a. Tipikal organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob fakultatif. Bakteri
patogen ini di temukan pneumonia komunitas rawat inap di luar ICU sebanyak
20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan
obat secara intravena (intravena drug abusers) memungkan infeksi kuman ini
menyebar secara hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-paru.
Kuman ini memiliki daya taman paling kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi
kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan
abses. Methicillin-resistant S. Aureus (MRSA) memiliki dampak yang besar
dalam pemilihan antibiotik dimana kuman ini resisten terhadap beberapa
antibiotik.
- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D yang
merupakan flora normal usus. Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif
sering menyerang pada pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien
yang di rawat di rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan
dilakukan pemasangan endotracheal tube. Contoh bakteri gram negatif dibawah
adalah :
- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau
yang sangat khas.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 27


- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak berkapsul.
Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang kuman ini.
- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau
tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu
encapsulated type B (HiB).
b. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal adaalah Mycoplasma sp. ,chlamedia sp. ,
Legionella sp.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
3. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,
dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang
menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans.
1.4.3.4. Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring,
kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang
mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu
pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran
nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU.
Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak
adanya pertahanan terhadap kuman pathogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan
menyebabkan infeksi. Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas
bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan
mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan
seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan
peradangan membran paru (bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan
sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 28


menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-
paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun
akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik dan
kematian (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).
1.4.3.5. Manifestasi Klinis
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif
atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit
dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring
pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction
rub. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).
1.4.3.6. Pemeriksaan
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2003) berikut beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien pneumonia:
1. Pemeriksaan fisik
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah sesak napas,
peningkatan suhu tubuh, dan batuk. Pada pasien dengan pneumonia, keluhan batuk
biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum obat batuk yang
biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk yang tidak produktif, tapi
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus purulen
kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau busuk. Pasien biasanya
mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil. Adanya keluhan nyeri dada, sesak
napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas, dan kepala nyeri.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tes darah rutin terdapat peningkatan sel darah
putih (White blood Cells, WBC) biasanya didapatkan jumlah WBC 15.000-
40.000/mm3, jika disebabkan oleh virus atau mikoplasme jumlah WBC dapat normal
atau menurun. Dalam keadaan leukopenia laju endap darah (LED) biasanya meningkat

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 29


hingga 100/mm3, dan protein reaktif C mengkonfirmasi infeksi bakteri. Gas darah
mengidentifikasi gagal napas. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang
tidak diobati. Kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar ureum darah, akan tetapi
kreatinin masih dalam batas normal.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tujuannya adalah untuk menegakkan diagnosis, mengidentifikasi komplikasi,
menilai keparahan, dan menentukan klasifikasi untuk membantu memilih antibiotika
Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan klinis, sedangkan pemeriksaaan foto polos
dada perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis, diamping untuk melihat luasnya
kelainan patologi secara lebih akurat. Gambaran radiologis pada pneumonia tidak
dapat menunjukkan perbedaan nyata antara infeksi virus dengan bakteri. Pneumonia
virus umumnya menunjukkan gambaran infiltrat intertisial dan hiperinflasi.
Pneumonia yang disebabkan oleh kuman Pseudomonas sering memperlihatkan
adanya infiltrate bilateral atau bronkopneumonia.

1.3. Analisis Diagnosis Kerja


Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan diagnosis banding diatas dapat tegakkan
diagnosis kerja Tn. HP adalah asma bronkial. Hal tersebut sesuai dengan anamnesis seperti
keluhan memberat saat udara dingin (malam hari), hasil pemeriksaan fisik seperti keluhan
utama sesak napas, disertai batuk berdahak, ekspirasi memanjang, terdengar mengi sehingga
dua diagnosis banding seperti bronkitis kronis dan pneumoni dapat disingkirkan.
Asma bronkial yang diderita Tn. HP merupakan asma dengan derajat intermiten karena
gejala muncul tiap bulanan yaitu < 1 minggu dan serangan singkat, gejala malam terjadi < 2
kali sebulan dan untuk faal paru tidak diketahui.
Sedangkan berdasar klasifikasi asma menurut derajat serangan, asma bronkial yang
diderita Tn. HP merupakan asma dengan derajat ringan karena meskipun sesak napas masih
dapat berjalan, masih bisa berbaring, berbicara dengan kalimat, sianosis tidak ada, wheezing
sedang biasanya pada ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu respiratorik.

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Asma Berdasar Gambaran Klinis pada Orang Dewasa

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 30


(Depkes RI, 2009)
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Asma Berdasar Serangan

(Depkes RI, 2009)

1.4. Analisis Terapi


Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) Terapi atau tatalaksana pasien asma
adalah manajemen kasus untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar
pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(asma terkontrol).
Tujuan:
a. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma.
b. Mencegah eksaserbasi akut.
c. Meningkatkan dan mempertahankan faal pari seoptimal mungkin.
d. Mengupayakan aktivitas normal termasuk exercise.
e. Menghindari efek samping obat.
f. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara.
g. Mencegah kematian karena asma.
h. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai potensi genetiknya.
Ada 5 komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu sebagai
berikut:
1. KIE dan hubungan dokter-pasien

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 31


2. Identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko
3. Penilaian, pengobatan dan monitor asma
4. Penatalaksanaan asma eksaserbasi akut
5. Keadaan khusus seperti ibu hamil, hipertensi, diabetes mellitus dan lain-lain.
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan asma akut (saat serangan)
Serangan akut adalah episodic perburukan pada asma yang haru diketahui oleh pasien.
Penatalaksanaan asma sebaiknya dilakukan oleh pasien dirumah dan apabila tidak ada
perbaikan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan harus cepat dan disesuaikan
dengan derajat serangan. Pada saat serangan asma obat-obat yang digunakan adalah:
a. Bronkodilator (β2 agonis kerja cepat dan ipratropium bromide)
b. Kortikosteroid sistemik

2. Penatalaksanaan asma jangka panjang


Penatalakanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma dan mencegah
serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan dengan klasifikasi beratnya asma.
Prinsip pengobatan jangka panjang:
a. Edukasi
1) Kapan pasien berobat atau mencari pertolongan
2) Mengenali gejala serangan secara dini
3) Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu penggunaannya
4) Mengenali dan menghindari faktor pencetus
5) Kontrol teratur
b. Obat asma (pengontrol dan pelega)
Obat pelega diberikan pada aat erangan asma, sedangkan obat pengontrol
ditujukan untuk pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan teru
menerus. Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol antara lain;
1) Inhalasi kortikosteroid
2) β2 agonis kerja panjang
3) Antileukotrien
4) Teofilin lepas lambat
c. Menjaga kebugaran

1.5. Analisis Planning


1. Rencana penatalalaksaan pada pasien asma bronkial bertujuan untuk mengontrol asmanya
agar pasien dapat lebih nyaman dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari yaitu dengan
penatalaksanaan asma akut (saat serangan) dan penatalaksanaan asma jangka panjang.
2. Pemberian obat simptomatik terhadap keluhan lain yang menyertai seperti nyeri perut dan
batuk berdahak.
3. Pasien menjelaskan lebih nyaman tidur dengan posisi miring kanan, bisa jadi berkaitan
dengan kelainan pada jantung, oleh karena itu dapat dilakukan pemeriksaan EKG.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 32


4. Perlu dilakukan juga pemeriksaan faal paru pada pasien agar dapat dilakukan penangan
secara tepat.

(Depkes RI, 2009)

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan diatas adalah sebagai
berikut:
1. Diagnosis kerja pasien adalah Asma Bronkial.
2. Terapi yang dapat dilakukan pada pasien adalah terapi asma akut dan terapi asma jangka
panjang.
3. Edukasi terhadap pasien adalah sebagai berikut:
a. Minum obat secara teratur.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 33


b. Mengurangi faktor risiko yaitu dengan menggunakan jaket dan selimut pada malam
hari.
c. Mengurangi aktivitas saat malam hari.
d. Makan teratur 3 x sehari 4 sehat 5 sempurna.
e. Melakukan kontrol secara teratur sehingga dapat dilakukan penanganan secara
adekuat terhadap semua keluhan.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diperoleh dari hasil pembahasan diatas adalah sebagai
berikut:
1. Agar tidak terjadi komplikasi berat, perlu dilakukan terapi yang adekuat.
2. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah secara farmakologi maupun non farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA

Anzueto AR, Schaberg T. 2003. Acute exacerbation of Chronic bronchitis. London. Science
Press Ltd.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Depkes RI: Jakarta.

Elin, K.., 2008. Iso Farmakoterapi. PT ISFI: Jakarta.

Ikawati. 2007. Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan. Pustaka Adipura: Yogyakarta.

McPhee SJ, Ganong WF. 2005. Patophysiology of disease: an introduction to clinical medicine.
Edisi 5. McGraw-Hill Companies : USA.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia. PDPI: Jakarta.

Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses
Penyakit, edisi 6, Jakarta: EGC.

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 34


Reeves, CJ., Roux, G., Lockhart,R. 2001. Medical – Surgical Nursing. Alih bahasa: Setyono, J.
Salemba Medika: Jakarta.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 vol 3.
EGC:Jakarta.

Suriadi. 2005. Asuhan Keperawatan. CV Sagung Seto: Jakarta.

Sutoyo, DK.,2010. Bronkitis Kronis dan Lingkaran yang tak Berujung Pangkal (Vicious
Circle). Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI – SMF Paru RSUP
Persahabatan. Jakarta.

LAMPIRAN

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 35


Gambar: Rumah pasien, anamnesis pasien dan obat pasien
LAPORAN PENUGASAN PROGRAM PENGENALAN KLINIK (PPK)
BLOK MASALAH PADA USIA LANJUT (3.6)
DESA UMBULMARTANI
KASUS : ASMA BRONKIAL

Disusun oleh:
R. Zhafira Arrum Prabapatitis (12711015)
Aldila Putri (12711066)
Tutorial 3

Tutor :
dr. Novian lusyana

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 36


2015

Laporan PPK_Desa Umbulmartani_Asma Bronkial 37

Anda mungkin juga menyukai