BAB II Skabies
BAB II Skabies
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes
scabiei. Skabies merupakan penyakit kulit menular yang penularannya terjadi secara kontak
langsung (Harahap, 2000). Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa gatal
pada malam hari merupakan gejala utama yang mengganggu aktivitas dan produktivitas.
Penyakit scabies banyak berjangkit di: lingkungan yang padat penduduknya, lingkungan
kumuh, dan lingkungan dengan tingkat kebersihan kurang. Skabies cenderung tinggi pada
anak-anak usia sekolah, remaja bahkan orang dewasa (Siregar, 2005).
Penyebabnya penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun lalu sebagai akibat
infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei
varian hominis. Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Acarina, super famili Sarcoptes (Djuanda, 2010).
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang
digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2
atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari (Handoko, 2008 dan Stone et al,
2003).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3–4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau skabies betina membuat liang di dalam
epidermis, dan meletakkan telur-telurnya di dalam liang yang di tinggalkannya, sedangkan
tungau skabies jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin dengan
tungau betina setelah melaksanakan tugas mereka masing-masing mereka akan mati
(Graham-Brown dan Burns, 2005).
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Penularan dapat terjadi karena bersalaman atau
bergandengan tangan yang lama sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan
kuman skabies berpindah ke lain tangan, kuman skabies dapat menyebabkan bintil (papul,
gelembung berisi air, vesikel dan kudis) pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul,vesikel, urtikaria dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau (Handoko, 2008 ; Djuanda, 2010).
Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun
cara penularannya adalah: (Djuanda, 2010)
1. Kontak langsung (kulit dengan kulit) Penularan skabies terutama melalui kontak
langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang
dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anakanak penularan
didapat dari orang tua atau temannya.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda) Penularan melalui kontak tidak langsung,
misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai
peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa
hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa
sumber penularan utama adalah selimut.
DAFTAR PUSTAKA