Harga Diri
Menurut Santrock (1998), self-esteem adalah dimensi penilaian yang menyeluruh dari
diri. Self-esteem juga sering disebut dengan self-worth atau self-image. Sedangkan,
self-concept adalah penilaian terhadap domain yang spesifik.
Coopersmith (1967) dalam karya klasifiknya The Antecedents of Self-Esteem ,
mendefinisikan harga diri (self-esteem) sebagai berikut: Self-esteem refers to the
evaluation that individual makes and customarily maintains with regard to himself: it
expresses an attitude of approval or disapprobal and indicates the extent to which the
individuals believes himself to be capable, significant, successful, and worthy.
Harga diri (self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan
menganalisis kesesuaian antara perilaku dan ideal diri yang lain. Harga diri dapat
diperoleh melalui penghargaan dari diri sendiri maupun dari orang lain.
Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati
orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya
Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat ( Keliat, 1992 ). Peran yang ditetapkan adalah
peran dimana seseorang tidak punya pilihan, sedangkan peran yang diterima adalah
peran yang terpilih atau dipilih oleh individu. Posisi dibutuhkan oleh individu sebagai
aktualisasi diri.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan
cocok dengan ideal diri. Posisi di masyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran
karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, tuntutan serta posisi yang tidak
mungkin dilaksanakan ( Keliat, 1992 ). Stress peran terdiri dari konflik peran yang
tidak jelas dan peran yang tidak sesuai atau peran yang terlalu banyak. Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus di lakukan
menurut Stuart and sundeen, 1998 adalah :
1. Kejelasan prilaku dengan penghargaan yang sesuai dengan peran.
2. Konsisten respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan .
3. Kesesuain dan keseimbangan antara peran yang di emban.
4. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran.
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang sesuai
dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan
tujuan yang dharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat, misalnya
sebagai orang tua, atasan, teman dekat, dan sebagainya. Setiap peran berhubungan
dengan pemenuhan harapan-harapan tertentu. Apabila harapan tersebut dapat
dipenuhi, rasa percaya diri seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk
memenuhi harapan atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau
terganggunya konsep diri seseorang.
Identitas Diri
Identitas adalah kesadarn akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan
penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu
kesatuan yang utuh (Stuart and Sudeen, 1991). Seseorang yang mempunyai perasaan
identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda dengan orang lain.
Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri), kemampuan dan
penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri. Hal yang penting dalam identitas adalah jenis kelamin
(Keliat,1992). Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai
dengan konsep laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan
perlakuan masyarakat terhadap masing-masing jenis kelamin tersebut.
Identitas diri adalah penilaian individu tentang dirinya sebagai suatu kesatuan yang
utuh. Identitas mencakup konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai
keadaan serta menyiratkan perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain.
Identitas sering kali didapat melalui pengamatan sendiri dan dari apa yang didengar
seseorang dari orang lain mengenai dirinya.
Pembentukan identitas sangat diperlukan demi hubungan intim karena identitas
seseorang dinyatakan dalam hubungannya dengan orang lain. Seksualitas merupakan
bagian dari identitas. Identitas seksual merupakan konseptualitas seseorang atas
dirinya sebagai pria atau wanita dan mencakup orientasi seksual.
Daya tahan seseorang terhadap stress berbeda satu sama lain, tergantung pada:
Umur
Jenis kelamin
Kepribadian
Intelgensi
Emosi
Status social
Pekerjaan individu
Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau yang dicerap yang mengancam
identitas, citra tubuh, harga diri, atau perilaku peran.
STRESSOR IDENTITAS
Identitaas didefinisikan sebagai “pengorganisasian prinsip dari sistem kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan konsistensi dari
kepribadian” . Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup.
Stresor identitas selama masa remaja mencakup harapan tentang orang lain untuk persiapan
karir dan kemandirian, untuk mengatasi seksualitas seseorang, dan membuat pilihan tentang
hubungan dan peran, stresor ini dapat menimbulkan kebingungan identitas.
Masa remaja adalah waktu di mana banyak terjadi perubahan, yang menyebabkan
ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Kondisi stress yang
ekstrem/depersonalisasi.
Ambiguitas peran mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ambiguitas peran umum terjadi
pada masa remaja. Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika
seseorang maerasa tidak adekuat atau merasa tidak sesuai dengan peran.
Jika kebutuhan bayi fisik dan emosional terpenuhi dengan cara yang konsisten dan penuh
perhatian, ia belajar bahwa ibunya atau pengasuh bisa diandalkan dan dia mengembangkan
sikap percaya pada orang. Jika kebutuhannya tidak terpenuhi, bayi mungkin menjadi takut
dan belajar untuk tidak mempercayai orang-orang di sekelilingnya