Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENGUJIAN BAHAN

DAN HEAT TREATMENT

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi tugas pengujian bahan dan heat treatment

Oleh :
GILANG EKA

ROYVALDO

RAIHANNA AZZAHRA

SUTOMO

VISCA JULIANTI (1506828)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN D3

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2017
LANDASAN TEORI
A. Uji Tarik

Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui keuletan dan
ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta pertambahan panjang yang dialami oleh
bahan tersebut. Pada uji tarik (Tensile Test) kedua ujung benda uji dijepit, salah satu ujung
dihubungkan dengan perangkat penegang. Regangan diterapkan melalui kepala silang yang
digerakkan motor dan alongasi benda uji, dengan pergerakan relatif dari benda uji. Beban yang
diperlukan untuk mengasilkan regangan tersebut, ditentukan dari difleksi suatu balok atau proving
ring, yang diukur dengan menggunakan metode hidrolik, optik atau elektro mekanik. Uji tarik
merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan. Dengan menarik suatu
bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan ini bereaksi terhadap tenaga tarikan dan
mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus
memiiliki cengkeraman yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Pengujian tarik banyak
dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data
pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah satu
pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat memberikan berbagai
informasi mengenai sifat-sifat logam. Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses perlakuan
terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya. Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini,
kita sebagai mahasiswa metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya
kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus
elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus mengetahui dampak
pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter
tersebut maka kita dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.

B. Uji Impact/pukul

Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Agar
dapat memahami uji impak terlebih dahulu mengamati fenomena yang terjadi terhadap suatu kapal
yang berada pada suhu rendah ditengah laut, sehingga menyebabkan materialnya menjadi getas dan
mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak beban (tekanan) dari arah manapun. Kemudian kapal
tersebut menabrak gunung es, sehingga tegangan yang telah terkonsentrasi disebabkan pembebanan
sebelum sehingga menyebabkan kapal tersebut terbelah dua. Dalam Pengujian Mekanik, terdapat
perbedaan dalam pemberian jenis beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, dan uji punter adalah
pengujian yang menggunakan beban statik. Sedangkan uji impak (fatigue) menggunakan jenis beban
dinamik. Pada uji impak, digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari
pembebanan jenis ini dapat dilihat pada strain rate. Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban
impak, terjadi proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk
ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon material seperti
deformasi plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia.

Jenis-jenis Metode Uji Impak

Secara umum metode pengujian impak terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Metode Charpy

Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi
horizontal/mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan.
2. Metode Izod

Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi, dan arah
pembebanan searah dengan arah takikan.

Heat Treatment

Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk mengubah struktur logam
dengan jalan memanaskan specimen pada elektrik terance ( tungku ) pada temperature rekristalisasi
selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan pada media pendingin seperti udara, air, air
garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh struktur mikrologam
disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau paduan akan mempunyai sifat mekanis yang
berbeda-beda struktur mikronya diubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan degnan
kecepatan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan memperlihatkan perubahan strukturnya.

Perlakuan panas adalah proses kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dari suatu logam
atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk mendapatkan hal
ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperature sangat menetukan.

A. Annealing

Annealing adalah suatu proses laku panas (heat treatment) yang dilakukan terhadap logam atau
paduan dalam proses pembuatan suatu produk. Tahapan dari proses anneling ini dimulai dengan
memanaskan logam (paduan) sampai temperatur tertentu, menahan pada temperatur tertentu tersebut
selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan. Kemudian mendinginkan
logam atau paduan tersebut dengan laju pendinginan yang cukup lambat.

Tujuan dari annealing ialah untuk :

 Mendapatkan baja yang mempunyai kadar karbon tinggi, tetapi dapat dikerjakan mesin atau
pengerjaan dingin.
 Memperbaiki keuletan.
 Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan stuktur.
 Memperhalus ukuran butir.
 Menghilangkan tegangan dalam.
 Menyiapkan struktur baja untuk proses perlakuan panas.

B. Hardening

Hardening adalah proses peningkatan kekerasan dan keulten suatu baja. Umunya benda yang
dikeraskan adalah baja. Untuk lebih meningkatkan keuletan suatu baja maka harus dilakukan proses
tempeing setelah melakukan proses hardening agar mencapai keuletan yang tinggi. Hardening
bertujuan agar baja yang digunakan menjadi keras, tahan aus dan berumur panjang atau mampu
berpenetrasi. Hardening dibutuhkan untuk merubah struktur dari “the body center” ke “ face centered
cubic “ struktur atau bagian autenitik. Baja yang dipanaskan ke bagian autenitik, ketika tiba – tiba
didinginkan ,maka akan membentuk struktur martensit. Struktur ini merupakan struktur paling kuat
dan ulet. Namun ketika didinginkan secara pelan – pelan maka akan membentuk struktur austenitedan
perlit dimana sebadian keras dan sebagian lagi memiliki srtuktur yang agak lunak. Ketika pendinginan
yang benar – beanr pelan kemudian akan membentuk struktur pearlit struktur ini benar – benar lunak.

C. Carburizing

Carburizing merupakan suatu proses penjenuhan lapisan permukaan besi dengan karbon. Baja yang
diikuti dengan hardening akan mendapatkan kekerasan yang sangat tinggi, sedang bagian tengahnya
tetap lunak. Jenis- jenis carburizing adalah sebagai berikut :
 Pack Carburizing
Prosesnya material dimasukkan dalam kotak yang berisi medium kimia aktif padat, kotak
tersebut dipanaskan sampai 900-950˚C, serta waktu total ditentukan dari kedalaman
kekerasan yang akan dicapai.
 Paste Carburizing
Medium kimia yang digunakkan berupa pasta, prosesnya yaitu bagian yang dikeraskan akan
ditutup dengan pasta setebal 3-4 mm dan kemudian dikeringkan serta dimasukkan dalam
kotak, prosesnya pada temperatur 920-930˚C.
 Gas Carburizing
Disini logam dilepaskan atmosfir yang mengandung karbon yaitu gas alam maupun gas
buatan dan dipanaskan hingga temperatur 850-900˚C.
 Liquid Carburizing
Proses carburizing dilakukan pada media kimia aktif cair, komposisi medium kimianya
adalah soda abu, NaCl, SiC dan kadang kadang ikut dilengkapi NH4Cl, lalu diberikan
pemanasan pada suhu 850-900˚C.

Keuntungan dari Proses Carburizing adalah:


a. Mudah mengontrol kedalaman (Depth Control) dengan mengatur lamanya waktu
tunggu/holding time
b. Baik untuk bentuk kompleks
c. Biaya rendah terutama untuk produksi massal
d. Bahan baku Low carbon steel –penghematan
e. Struktur lebih tangguh daripada baja medium atau high carbon steel

UJI KEKERASAN

Uji kekerasan adalah suatu pengujian untuk mengetahui gambaran sifat mekanis suatu
material. Terdapat beberapa uji kekerasan seperti uji Rockwell, Brinnel, Vickers, dll.

Ukuran kekerasan pada pengujian Rockwell ditentukan oleh dalamnya luka bekas penekanan dan
diterjemahkan ke dalam angka kekerasan Rockwell.

Berikut ini langkah-langkah pengujian kekerasan Rockwell :


Berikut ini adalah skala pengujian Rockwell :

Hasil kekerasannya :
LAPORAN UJI BAHAN

Pengujian bahan yang dilakukan ialah Uji tarik dan Uji Pukul, berikut data laporannya :

1. UJI TARIK
Uji tarik ini menggunakn 3 jenis material yang berbeda. 3 jenis material tersebut adalah
Alumunium (Al), Baja St37 dan Kuningan (CuZn)

Berikut table data hasil pengujiannya :

Spesimen Lo Do Ao Dp Lp Ap (mm2) Fy Fmax Fp


(mm) (mm) (mm2) (mm) (mm) (t) (t) (t)
St 37 50 10 78,5 6,9 56 37,37 2,472 4,532 3,25
Al 50 10 78,5 7 54 38.465 1,3 2,392 1,6
CuZn 50 10 78,5 10 50 78,5 1,066 1,972 1,9

Ket :

Lo = Panjang Awal Lp = Panjang Akhir


do = Diameter Awal dp = Diameter Akhir
Ao = Luas Awal Ap = Luas Akhir
Fy = Tegangan Yield Fmax = Tegangan Maksimal
Fp = Tegangan Putus

Detail Penjelasan :

a. Alumunium (Al)
 Spesifikasi material awal :
Panjang = 50 mm
Diameter = 10 mm
Luas = 78,5 mm2


Grafik uji tarik pada Alumunium (Al)

Data hasil uji tarik pada Alumunium (Al)

Dari data hasil tersebut didapatkan :


Tegangan Maksimum (Fmax) = 2,392 t
Tegangan Yield (Fy) = 1,309 t
Tegangan putus (Fp) = 1,6 t


Spesifikasi material Alumunium (Al) setelah diuji tarik :
Panjang = 54 mm
Diameter = 7 mm
Luas = 38,46 mm2

 Perhitungan Luas awal dan luas akhir aluminium (Al)


Luas awal = 3,14 x r2
= 3,14 x 52
= 3,14 x 25
= 78,5 m2

Luas akhir = 3,14 x r2
= 3,14 x 3,52
= 3,14 x 12,25
= 38,46 m2

b. St 37
 Spesifikasi material awal :
Panjang = 50 mm
Diameter = 10 mm
Luas = 78,5 mm2

Grafik uji tarik pada St37


Data hasil uji tarik pada St 37

Dari data hasil tersebut didapatkan :


Tegangan Maksimum (Fmax) = 4,532 t
Tegangan Yield (Fy) = 2,472 t
Tegangan putus (Fp) = 3,25 t

Spesifikasi material st37 setelah diuji tarik :
Panjang = 56 mm
Diameter = 6,9 mm
Luas = 33,37 mm2

 Perhitungan Luas awal dan luas akhir St37

Luas awal = 3,14 x r2


= 3,14 x 52
= 3,14 x 25
= 78,5 m2


Luas akhir = 3,14 x r2
= 3,14 x 6,92
= 3,14 x 13,8
= 43,35 m2

c. Kuningan (CuZn)

 Spesifikasi material awal :


Panjang = 50 mm
Diameter = 10 mm
Luas = 78,5 mm2


Grafik uji tarik pada CuZn

Data hasil uji tarik pada CuZn

Dari data hasil tersebut didapatkan :


Tegangan Maksimum (Fmax) = 1,972 t
Tegangan Yield (Fy) = 1,066 t
Tegangan putus (Fp) = 1,9 t


Spesifikasi material CuZn (Kuningan) setelah diuji tarik :
Panjang = 50 mm
Diameter = 10 mm
Luas = 78,5 mm2
 Perhitungan Luas awal dan luas akhir CuZn

Luas awal = 3,14 x r2


= 3,14 x 52
= 3,14 x 25
= 78,5 m2


Luas akhir = 3,14 x r2
= 3,14 x 52
= 3,14 x 25
= 78,5 m2

2. UJI PUKUL

Uji pukul ini menggunakn 3 jenis material yang berbeda. 3 jenis material tersebut adalah
Alumunium (Al), Baja St37 dan Kuningan (CuZn)

Berikut table data hasil pengujiannya :

Spesimen Lebar Takik A E Is (Joule/mm2) HRb


(mm) (mm) (mm2) (Joule)
St 37 10,2 5,5 56,1 14,3 0,25 62
Al 9,7 5,6 54,32 36 0,66 91,5
CuZn 9,8 5,1 49,98 6,7 0,134 70,5

Ket :

A = Luas (mm2)
E = Energi (Joule)
Is = Energi/Luas (Joule/mm2)
HRb = Tingkat kekerasan

Detail Penjelasan :
a. Alumunium (Al)

 Spesifikasi material :
Lebar = 9,7 mm
Takik = 15,6 mm
Energi = 36 joule
HRb = 91,15


Perhitungan A :
A = lebar x takik
= 9,7 x 5,6
= 54,32 mm2


Perhitungan Is :
𝐸
Is =
𝐴
36
Is = 54,32
Is = 0,66 Joule/mm2

b. St 37
 Spesifikasi material :
Lebar = 10,2 mm
Takik = 5,5 mm
Energi = 14,3 joule
HRb = 62

Perhitungan A :
A = lebar x takik
= 10,2 x 5,5
= 56,1 mm2


Perhitungan Is :
𝐸
Is = 𝐴
14,3
Is = 56,1
Is = 0,25 Joule/mm2

c. Kuningan (CuZn)

 Spesifikasi material :
Lebar = 9,8 mm
Takik = 5,1 mm
Energi = 6,7 joule
HRb = 70,5


Perhitungan A :
A = lebar x takik
= 9,8 x 5,1
= 49,98 mm2


Perhitungan Is :
𝐸
Is = 𝐴
6,7
Is = 49,98
Is = 0,134 Joule/mm2

LAPORAN HEAT TREATMENT

ALAT DAN BAHAN :

1. 3 Spesimen
2. Tang dan kawat, untuk sebagai pegantung spesimen

3. Tangki

4. Air atau oli, sebagai media quenching.


PROSES HEAT TREATMENT

1. Annealing

Proses :
a. Kenaikan suhu hingga 900ᴼ
b. Waktu yang dibutuhkan untuk naik ke suhu 900ᴼ adalah 30 menit
c. Hingga saat suhu mencapai 900ᴼ, holding time pada suhu tersebut sebesar 2 jam.
d. Didiamkan di dalam tangki hingga 1 hari.

Hasil : Kekerasan menurun hingga mencapai 40 – 42 HRb

2. Hardening

Hardening awal yang disimpan di dalam kotak kayu dan dikubur mempunyai hasil yang
kurang maksimal.

Prosesnya :
1. Kenaikan suhu hingga 980ᴼ
2. Waktu yang dibutuhkan untuk naik ke suhu 980ᴼ adalah 25 menit
3. Hingga saat suhu mencapai 980ᴼ, holding time pada suhu tersebut sebesar 40 menit.
4. Quenching dengan air dalam keadaan api yang masih berwarna merah terang

Hal yang diteliti bahwa waktu hardeningnya dan holding timenya kurang, dan jika di dalam
kotak kayu yang dikubur, pemanasan akan terhambat. Karena itu kami mencoba dengan
menggunakan kertas Koran dan memanjangkan waku hardening serta holding time untuk
menyelimuti spesimen.

Prosesnya :
a. Kenaikan suhu hingga 980ᴼ
b. Waktu yang dibutuhkan untuk naik ke suhu 980ᴼ adalah 40 menit
c. Hingga saat suhu mencapai 980ᴼ, holding time pada suhu tersebut sebesar 1,5 jam.
d. Quenching dengan air dalam keadaan api yang masih berwarna merah terang

Hasil : Kekerasan menaik hingga 65 HRc

3. Carburizing

Prosesnya :

a. Spesimen berada di dalam kotak kayu.


b. Kenaikan suhu hingga 900ᴼ
c. Waktu yang dibutuhkan untuk naik ke suhu 900ᴼ adalah 60 menit.
d. Hingga saat suhu mencapai 900ᴼ, holding time pada suhu tersebut sebesar 30 menit.
e. Quenching dengan air dalam keadaan api yang masih berwarna merah terang

Hasil : Kekerasan kulit menjadi 60 HRa

Anda mungkin juga menyukai