PENDAHULUAN
Pada saat memasuki usia tiga tahun, biasanya anak akan semakin mandiri dan mulai
mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahap ini anak mulai menyadari
apa yang ia rasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan yang belum mampu
dilakukan. Umumnya dimasa kanak-kanak ini terdapat salah satu cirri tertentu dari
periode awal masa kanak-kanak tercermin dalam sebutan yang biasanya diberikan
oleh orangtua, pendidik dan ahli Psikologi, yaitu : “ Usia sulit “ sebagian besar orang
tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai usaha yang mengundang masalah.
yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk
Pendidikan Usia Dini adalah salah satu hal penting untuk membekali anak
zaman yang semakin besar terhadap pendidikan serta kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, informasi dan komunikasi, membuat Pendidikan Anak Usia Dini tidak
mungkin hanya didapat dari keluarga saja, selain tuntutan tersebut masyarakat
bersifat merawat secara fisik dan memberikan sejumlah asupan yang dibutuhkan oleh
pergeseran dalam kehidupan sosial dimana banyak ibu bekerja dengan alasan ingin
membantu suami dengan mencari nafkah atau sekedar ingin mencari kesibukan dan
arah tersendiri bagi perkembangan anak usia dini terutama dalam sosialisasinya dan
tututan ini pulalah yang membuat kebijaksanan untuk memanfaatkan Pendidikan Usia
Dini (PAUD).
setempat yang mendukung aktivitas belajar anak, apakah itu yang berhubungan
Dari sinilah spirit besar menggali cita-cita tertanam dan terpatri dengan kuat, dan
menyakini bahwa suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana
kekeluargaan dan dengan prinsip asih(mengasihi), asah(memahirkan), dan
perlakuan kasih sayang,pengasuhan yang penuh pengertian, dan dalam situasi yang
damai dan harmoni Ki Hajar Dewantara sangat menekankan bahwa untuk usia dini
bahkan juga untuk mereka yang dewasa, kegiatan pembelajaran dan pendidikan itu
secara alamiah sesuai dengan kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak yang
mengalami suasana kekeluargaan yang hangat, akrab, damai baik di rumah maupun di
kebiasaan secara alami, akan berkembang menjadi anak yang bahagia dan sehat. Tiga
aspek tersebut akan memberi corak bagi seorang anak terhadap prilaku (behavior),
Seperti halnya teori Karl Groos, Yang teorinya bernama teori biologis
dengan tenaga dan pikirannya untuk masa depanya. Seperti halnya dengan anak-anak
binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak manusia pun
bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk menghadapi masa
berbagi hal, tentang benda dan orang-orang disekitarnya. Pengenalan berbagai pola,
sikap dan perilaku, kebiasaan dan sifat orang-orang yang ada disekitarnya akan
anak ditakdirkan memiliki tingkat intelektual, watak, profesi dan bakat yang berbeda-
beda. Ditangan pendidik yang cerdas, perbedaan-perbedaan itu justru saling
melengkapi
jawab pendidikan Formal saja, ada peran pendidikan Informal yang dapat menunjang
persiapan bagi kehidupan si anak yang akan datang. Bahkan pendidikan adalah
tanggung jawab universal setiap orang atas kodratnya sebagai makhluk yang dididik
Ada beberapa alasan mengapa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai
lingkar pendidikan Informal yang memiliki peran signifikan dalam mendidik anak.
Kedua, sebagai media bermain yang menggali bakat dan minat serta keberanian yang
dimiliki oleh anak. Ketiga, menumbuhkan keaktifan jiwa raga anak melalui keaktifan
anak ini akan mampu mengolah kesan pengamatan menjadi suatu pengetahuan.
Keempat Pendidikan Usia Dini (PAUD), disebut juga sebagai pendidikan Informal,
Pendidikan Usia Dini (PAUD) Masyarakat atau orangtua pada umumnya akan
fenomena dan perkembangan hidup yang beragam dan tentu memiliki nilai
pembelajaran.
Jika mengatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini tidak ada unsur edukatif
tentu tidak sepenuhnya benar , beberapa tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Menempatkan cara bermain sambil belajar yang memungkinkan anak belajar dalam
dunia permainan yang dapat memperluas pengetahuan dan sosial antar sesama.
Kehadiran PAUD begitu populer di semua kalangan saat ini, Masyarakat atau
orangtua sangat antusias menyekolahkan anak di PAUD, entah hanya sebagai sarana
bermain dan belajar, ikut-ikutan menyekolahkan anak saja atau hanya karena gengsi
saja.
PAUD ini memang tidak hanya berkualitas belajar atau bermain saja, tetapi juga pada
sisi pendidikan Informalnya,hal ini yang akan sangat membantu anak melakukan
paling tidak ada tiga hal dalam menunjang perkembangan anak yaitu, fungsi
Melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang telah berperan dalam
perkembangan anak terutama dalam pendidikan sosial inilah, penulis tertarik untuk
usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (Taman Kanak-
kanak, Raudatul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan nonformal
(Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau bentuk lain yang sederajat),
yang tersentuh pendidikan dini yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal
masih sangat minim jumlahnya. Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka
sewajarnya bila peran Pendidikan Luar Sekolah – yang mencakup pendidikan
nonformal dan informal – dalam memberikan pelayanan pendidikan dini pada anak-
anak yang tak memperoleh pendidikan di jalur pendidikan formal sangatlah penting
dan mendesak.
pendidikan anak usia dini maka perlu kiranya untuk membahas teori-teori yang
Pendidikan nasional, sebagai salah satu sistem dari supra sistem pembangunan
luar sekolah.
“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur pendidikan sekolah
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang baik dalam keluarga,
nonformal atau pendidikan luar sekolah) sebagai setiap kegiatan pendidikan yang
diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang mapan baik dilakukan secara
terpisah atau sebagai bagian penting dari kegiatan yang lebih besar, dilakukan secara
sengaja untuk melayani peserta didik tertentu guna mencapai tujuan belajarnya.
Sebagaimana dikemukakan Sudjana ( 2001: 63) pendidikan luar sekolah telah hadir di
dunia ini sama tuanya dengan kehadiran manusia yang berinteraksi dengan
lingkungan di muka bumi ini dimana situasi pendidikan ini muncul dalam kehidupan
telah dilakukan oleh umat manusia jauh sebelum pendidikan sekolah lahir di dalam
kehidupan masyarakat.
sikap, nilai, dan kebiasaan. Pada dasarnya kegiatan tersebut menjadi akar untuk
Sejak awal kehadirannya di dunia ini, pendidikan luar sekolah telah berakar pada
tradisi dan adat istiadat yang dianut oleh masyarakat yang mendorong penduduk
untuk belajar, berusaha, dan bekerjasama atas dasar nilai-nilai budaya dan moral yang
dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini biasanya terdapat dalam pepatah dan nasehat
para orang tua yang intinya mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar,
pendidikan luar sekolah. Belajar membaca kitab suci, kaidah-kaidah agama, tata cara
belajar itu merupakan kewajiban setiap pemeluk agama dan kegiatan belajar
Pendidikan luar sekolah didasari oleh empat asas yaitu asas kebutuhan, asas
asas wawasan ke masa depan. Dalam hal ini perhatian lebih ditujukan pada asas
pendidikan sepanjang hayat yang relevan dengan topik yang sedang dibahas.
dua puluh karakteristik pendidikan sepanjang hayat namun di sini hanya membahas
Pendidikan sepanjang hayat tidak hanya terbatas pada pendidikan orang dewasa tapi
juga meliputi serta menyatukan semua tingkat pendidikan – prasekolah, SD, SLTP
bagian dari pendidikan sepanjang hayat. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Worth, W.H. (Cropley, A.J., 43) yang mengemukakan bahwa pendidikan tidak boleh
menolak anak di bawah umur enam tahun dan menganjurkan pendidikan anak-anak
awal yang disebutnya “Early Ed”. Ia mengemukakan tiga tujuan pokok “Early Ed”,
ialah pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur
membantu perasaan harga diri, dan akhirnya, meningkatkan kemampuan untuk hidup
dengan orang lain. Worth melihat pendidikan anak usia dini meliputi variable yang
kompleks dalam bidang kognitif, motivasi dan sosio affektif yang jika berkembang
dengan tepat akan menjadi basis pemenuhan diri dalam kehidupan. Dengan demikian
Worth mengakui pentingnya pendidikan anak-anak usia prasekolah sebagai salah satu
Rumah memegang peranan pertama, tajam dan penting dalam memulai proses belajar
sepanjang hayat yang terus berlanjut sepanjang kehidupan individu melalui proses
belajar keluarga.
tersebut menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini
(Sudjana, 2001:63).
Pengertian pendidikan anak usia dini sebagaimana yang termaktub dalam Undang-
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Batasan lain mengenai usia dini pada anak berdasarkan psikologi perkembangan yaitu
anak usia dini yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah
untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara holistik
Kata pertumbuhan sering dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga ada istilah
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh,
kepala, bertambah lingkar lengan, tumbuh gigi susu, dan perubahan tubuh yang
Pertumbuhan dapat dengan mudah diamati melalui penimbangan berat badan atau
pengukuran tinggi badan anak. Pemantauan pertumbuhan anak dilakukan secara terus
dan dalam waktu tertentu, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan
yang lebih sulit, misalnya kecerdasan, sikap, tingkah laku, dan sebagainya. Proses
perubahan mental ini juga melalui tahap pematangan terlebih dahulu. Bila saat
kematangan belum tiba maka anak sebaiknya tidak dipaksa untuk meningkat ke tahap
Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda, ada yang cepat dan
ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik), lingkungan (gizi dan cara
Oleh sebab itu perlakuan terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan
mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak (Diktentis
Diklusepa, 2003:8).
lahir sampai dewasa atau tua. Psikologi perkembangan berarti juga perubahan yang
sistematis dalam diri seseorang mulai dari konsepsi (pertemuan sel telur dengan
kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat tahun pertama sejak
kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia delapan tahun maka perkembangan otak
anak telah mencapai 80% hingga pada usia 18 tahun mencapai 100%. Usia 0 – 8
tahun merupakan masa emas perkembangan anak sebab 80% perkembangan otak
Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali tuhan dengan struktur otak yang lengkap,
namun baru mencapai kematangannya pada saat setelah di luar kandungan. Bayi yang
baru dilahirkan memiliki 100 miliar neuron dan bertriliun-triliun sambungan antar
produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat glial. Semakin banyaknya zat
myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrit-dendrit yang tumbuh, sehingga
akan semakin banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang
kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan frekuensi
stimulasi yang diterima indra. Stimulasi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak
sangat mempengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal tersebut sulit diperbaiki pada
mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain
bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak
mandiri, atau sebaliknya menjadi anak yang tidak memiliki rasa malu dan terlalu
agresif.
arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan.
Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara pengasuhan dan pemberian
makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering disebut critical period ini. Gizi
yang tidak seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan anak yang rendah
informasi. Disamping itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan
menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat
pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan
fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, bahkan dapat
dan kesehatan dalam proses tumbuh kembang anak atau dengan kata lain anak
tugas perkembangan (discontinuity), misalnya karena sakit, namun setelah masa ini
berlalu ada tugas perkembangan yang bisa dikejar dan ada pula yang tidak bisa
Aspek-aspek Perkembangan
dua yaitu:
intellingence).
Lebih lanjut hadir teori baru tentang Multiple Intelligence yang menyatakan bahwa
setiap anak memiliki beberapa potensi kecerdasan. Kegiatan pendidikan anak usia
dini hendaknya memperhatikan 9 macam kecerdasan atau potensi dalam diri anak
tersebut ketika anak sedang belajar tentang dunianya. Setiap kecerdasan dapat
dirangsang dengan cara yang berbeda (Direktorat PADU, 2002; Diktentis, 2003).
bahasa secara efektif untuk mengekspresikan diri secara retorikal atau puisi. Bahasa
juga digunakan sebagai alat untuk mengingat informasi yang ada. Kemampuan ini
dan bercerita.
Kecerdasan logika-matematik (logico-mathematical intelligence) adalah kemampuan
kecerdasan ini diasosiasikan dengan berpikir ilmiah dan matematis. Kemampuan ini
imajinasi mental. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui bermain kertas warna
berimajinasi.
mengenal dan mengkomposisikan irama, birama, dan ritme musik. Kemampuan ini
dapat dirangsang melalui irama, nada, birama berbagai bunyi, dan bertepuk tangan.
tubuh. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui gerakan tubuh, tarian, dan olahraga.
termasuk mengamati gejala alam seperti hujan, angin, banjir, pelangi, siang-malam,
menyelesaikan konflik.
Kecerdasan mengenal diri sendiri (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan
untuk memahami diri sendiri yang dapat dirangsang melalui pengembangan konsep
diri, harga diri, mengenal diri sendiri, percaya diri, termasuk kontrol diri, dan disiplin.
mencintai ciptaan Tuhan. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui penanaman nilai-
PEMBAHASAN
Adalah suatu kenyataan bahwa selama ini perhatian terhadap pendidikan anak usia
dini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama
negara maju. Padahal belajar dari pengalaman negara maju, konsep pembangunan
sumber daya manusia (SDM) justru dimulai sejak masa usia dini. Pengembangan
anak usia dini yang mencakup aspek gizi, kesehatan, dan pendidikan dilakukan secara
Di Singapura dan Korea misalnya, hampir seluruh anak usia dini telah terlayani
masalah penuntasan dua bahasa, yaitu bahasa Cina dan Inggris, telah terselesaikan di
tingkat TK. Hal ini terbukti dengan peringkat ketiga negara tersebut dalam hal
kualitas SDM jauh lebih baik daripada negara kita yang berada di peringkat 110
dan 59).
Pentingnya PAUD
Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa masa usia dini merupakan periode
emas bagi perkembangan anak dimana 50% perkembangan kecerdasan terjadi pada
usia 0 – 4 tahun, 30% berikutnya hingga usia delapan tahun. Periode emas ini
sekaligus merupakan periode kritis bagi anak dimana perkembangan yang didapatkan
pada periode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan pada periode berikutnya
hingga masa dewasanya. Periode ini hanya datang sekali dan tidak dapat ditunda
Pada periode kritis ini anak memerlukan berbagai asupan terutama yang mencakup
aspek gizi, kesehatan, dan pendidikan yang merupakan pilar utama pengembangan
anak usia dini, mengingat ketiga aspek ini sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas
Kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan kesehatan bagi anak lebih tinggi
dan kesehatan saja tidak cukup, melainkan harus dilengkapi pula dengan penanganan
pendidikannya sebagai kesatuan yang utuh dan terpadu. Sebagai contoh, program
memang sangat diperlukan, tatapi apa arti survival bila kemampuan dasar intelektual
dan psikososialnya rendah, tentu nantinya hanya akan menjadi beban orang lain
bukan?
Oleh sebab itu sudah saatnya memasukkan aspek pendidikan dalam program anak
usia dini sehingga ketiganya menjadi satu kesatuan intervensi yang utuh, walaupun
posyandu dalam pelayanan perbaikan gizi dan kesehatan dasar, akan lebih lengkap
Sedangkan untuk paket yang lebih intensif, program layanan gizi dan kesehatan dapat
TK/RA. Dengan demikian diharapkan semua kegiatan yang melibatkan anak usia dini
dan berhitung. Bahkan bukan hanya itu saja, mereka bisa saja diajari tentang sejarah,
geografi, dan lain-lainnya. Jerome Bruner menyatakan, setiap materi dapat diajarkan
bermain. Permainan atau bermain adalah kata kunci pada pendidikan anak usia dini.
Ia sebagai media sekaligus sebagai substansi pendidikan itu sendiri. Dunia anak
adalah dunia bermain, dan belajar dilakukan dengan atau sambil bermain yang
terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan
Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Menurut Conny
R. Semiawan (Jalal, 2002: 16) bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak
karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian. Melalui bermain, semua
aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas anak
dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui
mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental
intelektual dan spritual. Oleh karena itu, bermain bagi anak usia dini merupakan
menjadikan TK sebagai miniatur SD. Padahal PAUD itu sesuatu yang lain dengan
landasan psikologis dan pedagogis yang berbeda. Belajar Quantum dari De Porter &
Hernacki serta revolusi belajar yang dibawakan oleh Dryden & Vos (Supriadi, 2002:
41) meletakkan titik berat pada “pendinian” belajar pada anak dengan memilih cara-
cara yang sesuai, bukan pengakademikan belajar pada usia dini – dua hal yang sangat
besar perbedaannya.
Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa
Bercerita
pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dapat ditingkatkan. Bercerita dapat
disertai gambar maupun dalam bentuk lainnya seperti panggung boneka. Cerita
sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi anak untuk
bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai. Cerita tersebut akan lebih
bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak.
Bernyanyi
pendidikan. Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi emosional seperti
Berdarmawisata
bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut
diwujudkan antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan
lainnya.
Bermain peran
kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan tersalurkan serta dapat
yang dilaksanakan.
Peragaan/Demonstrasi
sesuai untuk melatih keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang
benar.
Pemberian Tugas
sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas.
Latihan
psikomotorik yang menuntut koordinasi antara otot-otot dengan mata dan otak.
Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa dari jumlah
26,09 juta anak usia 0 – 6 tahun, sebagian besar (sekitar 17, 99 juta anak atau 68,9%)
Athfal hanya mampu melayani sekitar 2 (dua) juta anak dari 12,6 juta anak usia 4 – 6
Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka sewajarnya bila peran Pendidikan Luar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang diselenggarakan pendidikan luar sekolah
berupa kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia
Kelompok bermain adalah salah satu bentuk layanan PAUD bagi anak usia tiga –
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam
Taman Penitipan Anak adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak
yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama
orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam menagsuh
Satuan PAUD sejenis merupakan bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang tidak
Satuan PAUD sejenis dapat berbentuk: PAUD dalam keluarga dan berbagai layanan
pendidikan lainnya, baik yang bersifat khusus maupun umum yang diselenggarakan
PADU Terintegrasi Posyandu atau Pospadu adalah pengembangan dari satuan PADU
sejenis, yang merupakan upaya pendidikan bagi anak usia dini yang dilaksanakan
Kenyataan bahwa masih banyak anak usia dini yang belum mendapatkan pelayanan
pendidikan tak dapat dipungkiri, terlebih bagi masyarakat kelas bawah yang
merupakan sebagian besar penduduk Indonesia yang berada di pedesaan. Hal itu
disebabkan antara lain kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak
kualitas anak, nampaknya jauh lebih baik daripada kesadaran akan pentingnya
Jakarta dan sekitarnya seperti yang dilansir oleh Yayasan Kita dan Buah Hati (Jalal,
2002: 13) menyebutkan bahwa pada umumnya masyarakat memandang belum perlu
pendidikan diberikan kepada anak usia dini. Hal ini sangat wajar mengingat bahwa
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya PAUD masih sangat rendah serta pada
Lebih jauh Hadis (2002: 25) mengemukakan ada beberapa faktor yang menjadikan
penyebab masih rendahnya kesadaran masyarakat di bidang pendidikan anak usia dini
perkembangan anak yang masih sangat tradisional, kurang mau berubah, masih
sangat konkret dalam berpikir, motivasi yang rendah karena kebutuhan yang masih
sangat mendasar (untuk survival), serta masih sangat dipengaruhi oleh budaya
dipengaruhi oleh beberapa hal lainnya seperti: (1) Masih terbatas dan tidak meratanya
contoh pertumbuhan TK, KB/RA, dan TPA di perkotaan lebih pesat dibandingkan di
anak usia dini. Fakta menunjukkan (Rosadi, 2002) dari 41.317 buah TK di seluruh
Indonesia, 41.092 buah (99.46%) didirikan oleh pihak swasta sedangkan pemerintah
hanya mendirikan 225 buah (0.54%). Jumlah TK tersebut tidaklah berimbang dengan
dan akademik bagi tenaga kependidikan, peningkatan fungsi keluarga sebagai basis
Dalam rangka memberikan perhatian secara khusus terhadap anak usia dini yang
tidak terlayani pada lembaga formal (TK/RA) maka dibentuklah Direktorat PADU di
bimbingan dan atau bantuan teknis edukatif yang tepat terhadap semua layanan anak
Masyarakat itu sendiri juga perlu meningkatkan peran sertanya secara aktif dalam
menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Dalam kondisi seperti ini, sinergi
antara pemerintah dengan masyarakat sangat diperlukan. Perlu pula diingat bahwa
kebanyakan program PAUD masih berjalan sendiri-sendiri, tidak ada sinergi antar
Sinergi berbagai unsur yang berkepentingan dalam pembinaan anak merupakan kunci
itu adanya jaringan kemitraan yang luas di setiap tingkatan institusi masyarakat,
mulai dari pusat sampai grass-root, merupakan jawaban atas keberlangsungan suatu
program di masyarakat.
Program yang mempunyai jaringan kemitraan memiliki ciri-ciri antara lain tingginya
komitmen semua unsur yang terlibat dan tingginya rasa memiliki masyarakat
terhadap program yang ada. Kedua ciri ini merupakan komponen terpenting untuk
komitmen semua unsur dan kepemilikan oleh masyarakat terhadap suatu program.
Bagi anak usia dini, orangtua merupakan guru yang terpenting dan rumah tangga
merupakan lingkungan belajar utamanya. Harus diingat bahwa fungsi PAUD bukan
sekedar untuk memberikan berbagai pengetahuan kepada anak melainkan yang tidak
sinaps baru dan memperkuat yang telah ada serta menyeimbangkan berfungsinya
kedua belahan otak (Jalal, 2002: 15). Oleh karena itu lingkungan yang baik untuk
PAUD adalah lingkungan yang mendukung anak melakukan kegiatan tersebut.
Selama ini ada anggapan bahwa lingkungan yang baik adalah ruangan yang
berdinding putih, bersih, dan tenang. Sebuah anggapan yang keliru karena ruangan
seseorang tetapi pengaruh lingkungan juga merupakan faktor yang tidak kalah
pentingnya. Jika faktor bawaan dimisalkan sebagai dasar maka faktor lingkungan
Jika orangtua karena satu dan lain hal tidak melaksanakan fungsinya sebagai
pendidikan/penitipan anak, lingkungan atau siapa saja yang mampu berperan sebagai
(pengasuh) atau di luar lingkungan keluarga (KB, TPA & lembaga PAUD sejenis).
penting. Pengaturan lingkungan yang membuat anak dapat bergerak bebas dan aman
untuk bereksplorasi merupakan kondisi yang sangat baik bagi perkembangan anak,
pengalaman-pengalaman baru.
KESIMPULAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat penting dan mendasar sebab merupakan
hulu dalam pengembangan sumber daya manusia. Periode emas (Golden Period)
dalam tumbuh kembang anak hanya terjadi sekali dalam kehidupan manusia yang
dimulai sejak lahir hingga usia delapan tahun. Penelitian di bidang neurologi
mengungkapkan bahwa perkembangan kecerdasan anak 50% terjadi pada empat
tahun pertama kemudian mencapai 80% hingga usia delapan tahun dan akhirnya
Anak-anak yang berada pada rentang usia dini yang memperoleh asupan pendidikan
masih sangat minim. Anak usia 0 – 6 tahun berjumlah 26,09 juta akan tetapi yang
terlayani dalam PAUD di jalur pendidikan formal (TK/RA) baru sekitar dua juta anak
sehingga peran pendidikan luar sekolah dalam membantu mengatasi masalah tersebut
pendidikan pada anak usia dini; (2) masih terbatas dan tidak meratanya lembaga
anak usia dini. Terdapat 41.317 buah TK di seluruh Indonesia, hanya 225 buah
DAFTAR PUSTAKA