Masukan dan/atau tanggapan atas Eksposur Draft SPI 302 ini diharapkan
selambatnya tanggal 14 Februari 2018 dapat diterima secara tertulis ke KPSPI –
MAPPI melalui email: info@kpspi.or.id atau dikirim langsung ke sekretariat MAPPI,
jalan Kalibata Raya, No. 11-12E, Jakarta 12740; Fax No. 021-7949081
Indonesia merupakan negara yang termasuk kaya dengan sumber daya ekonomi yang
berasal dari kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian yang tercakup dalam suatu usaha
apakah dijalankan oleh entitas besar maupun entitas kecil dapat memiliki variasi dari
kegiatan dalam dua sektor utama, terdiri dari sektor perkebunan dan peternakan. Kedua
sektor utama dimaksud sangat relevan berhubungan dengan kebutuhan penilaian dalam
menentukan nilai asetnya untuk keperluan pendanaan atau pelaparan keuangan.
Penilaian Properti Agri termasuk yang diatur dalam standar khusus dan mencoba
mengatur supaya Penilai dapat berpraktek secara benar dan meyakinkan. Sehubungan
dengan hal tersebut, KPSPI telah mempersiapkan eksposur draft SPI 302 yang merupakan
standar revisi dari standar yang telah berlaku sebelumnya sejak tahun 2007. Dalam
pemenuhan penyempurnaan, KPSPI mengundang semua pemangku kepentingan dapat
memberikan tanggapan dan komentar terhadap beberapa pertanyaan yang disebutkan
di bawah ini.
1. SPI 303 mengambil judul Penilaian Properti Agri. Apakah anda setuju bila SPI ini
mencakup judul Penilaian Properti Agri? Bila tidak setuju berikan alasan dan
usulannya.
2. SPI 302 yang mengatur Properti Agri yang dapat diartikan pengembangan usaha
pertanian yang terdiri dari usaha budidaya tanaman dan peternakan. Apakah
menurut anda perikanan yang dibudidayakan secara komersial seperti budidaya
perikanan darat atau hasil perikanan lainnya dapat termasuk bagian dari Properti
Agri?
6. Lahan atau tanah perkebunan yang masih belum tertanam (tanah kosong) atau telah
tertanam namun ingin dipisah, penilaiannya dapat dilakukan dengan metode
perbandingan data pasar dan/atau pendekatan pendapatan dengan metode DCF
dengan teknik penyisaan tanah (land residual) atau teknik pengembangan lahan (land
development). Apa pendapat anda bila SPI 302 mengatur lebih teknis (detail)
penggunaan teknik penyisaan tanah atau pengembangan lahan dalam
mengantisipasi penilaian lahan perkebunan?
8. Penilaian Properti Agri untuk tujuan pelaporan keuangan harus dilihat dalam konteks
standar akuntansi keuangan agrikultur yang berlaku. Berdasarkan PSAK 69 tentang
Agrikultur diatur salah satu aset biologis yang termasuk dapat dikonsumsi adalah
produk agrikultur. Produk agrikultur dari unsur buah akan menjadi perhatian Penilai,
karena buah yang dimaksud dalam posisi titik panen apakah hanya buah yang siap
panen pada tanggala penilaian dan termasuk sisa buah yang tersedia dipohon yang
dapat dipanen. Apakah anda setuju apabila buah yang akan dinilai bukan hanya
buah yang siap untuk dipanen namun termasuk sisa buah yang akan dipanen?
9. Untuk mendapatkan indikasi Nilai Wajar pada tanggal penilaian, proyeksi arus kas
bersih perlu dilakukan proses diskonto pada tingkat diskon (discount rate) tertentu
dengan memperhatikan tingkat bunga bebas risiko yang wajar. Apakah Anda setuju
bila tingkat diskonto yang digunakan dalam DCF untuk objek produk agrikultur
sama dengan tingkat bunga bebas risiko (risk free rate)? Bila anda tidak setuju
berikan alasan dan usulannya.
1.0 Pendahuluan
1.1 Salah satu sektor yang terkait pengembangan atas tanah adalah sektor
Pertanian (Agri). Sektor ini pada umumnya menghasilkan beberapa
komoditi pertanian yang merupakan aset bagi suatu entitas dan secara
bersamaan turut mendukung sistem perekonomian Negara.
1.2 Tanah yang dikhususkan untuk penggunaan lahan pertanian menjadi
objek jasa penilaian untuk berbagai alasan termasuk pengalihan hak
kepemilikan individu dan publik, kepentingan perpajakan, kepentingan
penjaminan utang, kepentingan laporan keuangan dan kepentingan
lainnya. Penilaian yang handal atas suatu lahan (bidang tanah) menjadi
penting dalam meyakinkan kepentingan permodalan yang diperlukan
agar dapat mendukung kelangsungan ekonomi, mempromosikan
produktifitas penggunaan tanah, menjaga kepercayaan dari pasar
modal (capital market) dan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan
keuangan secara umum.
1.3 Penyediaan jasa penilaian yang handal dan akurat untuk jasa penilaian
properti agri membutuhkan Penilai yang memiliki pengetahuan dan
pemahaman terhadap elemen fisik dan ekonomi yang mempengaruhi
produktifitas lahan pertanian dan nilai komoditi yang dihasilkannya.
1.4 Karakteristik fisik dan ekonomi lahan pertanian berbeda dengan
lahan/tanah non pertanian atau lingkungan pemukiman dalam tingkat
kepentingannya.
1.4.1 Tanah (soils) di lingkungan pemukiman harus sesuai untuk
mendukung pengembangan di atasnya. Pada properti agri,
karateristik dan tipe tanah merupakan elemen pokok dalam
menghasilkan produksi, memiliki keragaman kelas lahan dalam
mendukung sejumlah komoditi tertentu atau suatu kelompok
komoditi.
1.4.2 Dalam lingkungan pemukiman, penggunaan ekonomi atas
properti dan atau fasilitas yang diberikan mungkin tidak
3.0 Definisi
Penggunaan usaha pertanian pada suatu Properti dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian secara garis besar, dengan definisi sebagai berikut :
3.1 Properti Agri (Agricultural Property) adalah seluruh hak, kepentingan dan
manfaat yang berkaitan dengan tanah dan/atau pengembangan
kegiatan pertanian yang ada di atasnya.
1. Penilaian Aset Biologis yang diatur dalam standar ini berkaitan untuk keperluan
Pelaporan Keuangan sebagaimana yang diatur dalam IAS 41 atau PSAK 69
dikhususkan kepada produk agrikultur. Beberapa istilah dan definisi terkait Aset
Biologis dapat dilihat pada bagian definisi pada SPI 302.
2. SAK mengatur bahwa Aset Biologis harus diukur pada saat pengakuan awal dan
pada saat akhir setiap periode pelaporan sebagai Nilai Wajar dikurang biaya untuk
menjual pada titik panen (IAS 41 atau PSAK 69). Dalam penerapannya, untuk
kepentingan penilaian ini, Penilai menentukan Nilai Wajar sebelum atau tidak
termasuk biaya untuk menjual pada titik panen sebagaimana yang diatur SAK.
3. Aset Biologis harus diukur menggunakan Nilai Wajar sebagaimana yang didefinisikan
dalam SPI 102 – 3.19. Aset biologis dimaksud terdiri dari:
a. Aset biologis, kecuali tanaman produktif (bearer plants);
b. Produk agrikultur pada titik panen; dan
c. Hibah pemerintah yang dicakup.
4. Penilai harus dapat membedakan aset biologis dari dua sisi. Pertama, aset biologis
yang dapat dikonsumsi adalah aset biologis yang akan dipanen sebagai produk
agrikultur atau dijual sebagai aset biologis. Contoh aset biologis yang dapat
dikonsumsi adalah ternak yang dimaksudkan memproduksi daging ternak yang
dimiliki untuk dijual, ikan yang dibudidayakan, tanaman panen seperti jagung dan
gandum, produk tanaman produktif dan pohon yang ditanaman untuk menghasilkan
potongan kayu. Kedua, aset biologis produktif adalah aset selain aset biologis yang
dapat dikonsumsi; sebagai contoh, ternak yang dimaskudkan untuk memproduksi susu,
dan pohon buah yang menghasilkan buah untuk dipanen (PSAK 69). Aset biologis
produktif yang tidak atau belum menghasilkan produk agrikultur disebut dengan
tanaman produktif (bearer plant).
5. Beberapa contoh Aset Biologis dan produk agrikultur meliputi antara lain:
Aset Biologis Produk Agrikultur Komoditi yang diproses
setelah panen
Tanaman tembakau Daun tembakau Tembakau
Tanaman teh Pucuk/daun teh Teh
Pohon kelapa sawit Tandan buah segar Minyak sawit
Pohon karet Getah karet/Lateks Produk olahan karet
Tanaman buah-buahan Buah segar yang dipanen Buah olahan
Sumber: IAS 41/PSAK 69
*******