1. DEFINISI
Kompresi medula akut adalah penekanan pada medula spinalis yang disebabkan oleh tumor,
abses trauma dan penyakit tertentu yang dapat menekan medula spinalis dan mengganggu
fungsi normalnya. Kompresi medulla akut termasuk dalam kategori Medical Emergency
dikarenakan perlunya penanganan dan diagnosis secara cepat untuk mencegah terjadinya
disabilitas jangka panjang akibat efek ireversibel dari kompresi medulla spinalis. 1
2. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 40% akibat kecelakaan kendaraan bermotor, terutama sepeda motor (40%), jatuh
(27,9%), olahraga (13%), kecelakaan kerja (12%), kekerasan luka tembak atau tusuk (15%). Lokasi
paling sering adalah C5, diikuti C4, C6, T12, C7 dan L1. Kepustakaan lain menyebutkan insiden
sesuai lokasi lesi, yaitu, servikal 40%, torakal 10%, lumbal 3%, dorsolumbal 35%, lain-lain 14%.
Kompresi medulla akut juga dapat disebabkan oleh adanya tumor. Metastase pada tulang paling
sering ditemukan pada kolumna vertebra. 70% pasien yang telah meninggal diakibatkan oleh
kanker memiliki tumor metastase spinal pada saat diotopsi. Penekanan pada medulla spinalis
terjadi pada 5-10% pasien yang menderita keganasan.
3. ETIOLOGI
Trauma
Tumor
4. PATOFISIOLOGI
Pada trauma lecutan radiks C5-7 dapat mengalami hal demikian, dan menimbulkan
nyeri radikuler spontan. Dulu gambaran penyakit ini dikenal sebagai hematorakhis, yang
sebenarnya lebih tepat dinamakan neuralgia radikularis traumatik yang reversibel. Di
bawah lesi kompresi medula spinalis akan didapati paralisis spastik dan gangguan
sensorik serta otonom sesuai dengan derajat beratnya kompresi. Kompresi konus
medularis terjadi akibat fraktu-dislokasi vertbra L1, yang menyebabkan rusaknya
segmen sakralis medula spinalis. Biasanya tidak dijumpai gangguan motorik yang
menetap, tetapi terdapat gangguan sensorik pada segmen sakralis yang terutama
mengenai daerah sadel, perineum dan bokong.
Di samping itu djumpai juga gangguan otonom yang berupa retensio urine serta
pada pria terdapat impotensi. Kompresi kauda ekuina akan menimbulkan gejala, yang
bergantug pada serabut saraf spinalis mana yang terlibat. Akan dijumpai paralisis flaksid
dan atrofi otot. Gangguan sensorik sesuai dengan dermatom yang terlibat.
Kompresi pada saraf spinalis S2, S3 dan S4 akan menyebabkan retensio urin dan
hilangnya kontrol volunter vesika urinaria, inkontinensia alvi dan impotensi.
5. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri
o Low back pain : nyeri yang konstan, lokasi dekat dengan lesi, meningkat dengan
peningkatan tekanan intrathoracal (bersin, batuk, valsava menuver), berkurang saat
duduk atau berdiri.
o Radicular pain : nyeri menjalar dari belakang ke depan, meningkat saat bergerak, batuk
dan bersin, memburuk saat malam hari, menjalar sesuai pola dermatoma, numbness
dan tingling +.
Kelemahan
Gangguan sensoris
Disfungsi autonom: awalnya kehilangan kontrol vesika urinaria, urgensi, hesitancy.
Selanjutnya retensio urin, inkontinensia overflow. Konstipasi 1
7. TATALAKSANA
Dexametason 10-100 mg iv kemudian 16-96 mg perhari tappering off dalam 10-14 hari
apabila ada perbaikan. Dexametason berefek dalam perbaikan fungsi neurologi, mengurangi
nyeri, mengurangi edema dan efek langsung oncolytic. Pada pasien dengan status
performance atau prognosis yang jelek, dexametason merupakan satu-satunya pilihan terapi
yang mungkin.
Untuk nyeri yang berat, terkadang diperlukan obat-obat opioidtitrasi sebagai analgesia
Operasi. Dapat dipertimbangkan pada pasien yang stabil dengan status performanace yang
baik. Operasi adalah pilihan terapi pertama apabila lokasi tumor primer tidak diketahui,
relaps pasca radioterapi, plegia onset cepat atau ketika tumor tidak radiosensitif.
Radiasi terapi. Indikasi pada tumor-tumor radiosensitif, tanpa instabilitas spinal, sebagai
terapi paliatif pada pasien dengan paraplegia.
Rehabilitasi. Pada pasien yang tidak dapat bergerak, terapi sebagai unstable spine selama
reposisi. Gunakan stoking anti embolic. 1
8. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad malam
Ad Fungsionam : dubia ad malam
9. REFERENSI
1. Fraser Health Hospice Palliative Care Program Symptom Guidelines. Spinal Cord Compression.