Anda di halaman 1dari 9

BAB 5.

PEMBAHASAN

5.1 Fungsi dan Penentuan Nilai KKK dan AT

Tujuan dari pengenceran lateks dalam praktikum kali ini adalah untuk menjaga agar kadar karet
kering (KKK) lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan selalu tetap. Serta untuk mengetahui
berapa kadar air yang dipelukan untuk mengencerkan lateks secara tepat.

Penentuan AT ini berfungsi untuk mengetahui berapa jumlah air yang ditambahkan sehingga
KKK-nya seragam dan memiliki mutu yang tetap atau bisa dikatakan untuk menentukan jumlah
air pada waktu pengenceran lateks.

5.2 Prinsip Analisa

Prinsip analisa yang pertama adalah perhitungan KKK lateks segar dengan menambahkan
asam format dan asam aseta untuk mempercepat proses penggumpalan.

Prinsip analisa yang kedua adalah pengenceran lateks untuk mendapatkan KKK lateks
tertentu dengan menggunakan aquades untuk menentukan jumlah air yang diperlukan untuk
pengenceran.

Sedangkan prinsip analisa yang ketiga adalah pengaruh penambahan bahan dadih
dimaksudkan untuk memisahkan antara fraksi serum dengan dadihnya. Dalam pemisahan dua
fraksi ini menggunakan CMC 1% yang akan mempercepat naik butir karet sehingga dalam
beberapa waktu butir karet akan terpisah dan terkumpul dibagian atas cairan dan serumnya
berada dibawah dengan lama pemisahan 3-4 hari.

5.3 Mekanisme Terjadinya Koagulasi Lateks dengan Penambahan Asam Asetat dan Asam
Format

Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia
sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya
grafitasi. Pada umunya digunakan larutan asam format/asam semut atau asam asetat /asam cuka
dengan konsentrasi 1-2% ke dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut
dapat diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya.
Penggunaan asam format didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik dalam menurunkan
pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan petani karet dibandingkan bahan
koagulan asam lainnya.

Tujuan dari penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya
sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4,5-4,7. Asam dalam hal
ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan senyawa lainnya untuk menetralkan
muatan listrik sehingga terjadi koagulasi pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan
pengadukan agar tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses
pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara perlahan untuk
mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat mempegaruhi mutu sit yang dihasilkan.
Kecepatan penggumpalan dapat diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam
sehingga diperoleh hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan
membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat yang berfungsi
untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam (Suseno, 1989).

5.4 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan

Dalam praktikum pengolahan lateks ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu
perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama 100ml lateks segar ditambahkan asam format dan
asam asetat masing-masing 1% 10ml, fungsi ditambahkan asam format dan asam asetat adalah
untuk mempercepat proses penggumpalan. Kemudian dipanaskan dan diaduk perlahan hingga
menggumpal dan digiling utuk memperluas permukaan dan mempercepat proses pengeringan
lateks. Setelah itu dikeringanginkan untuk mengurangi kadar airnya. Setelah dikeringanginkan,
ditimbang berat basah (a gram) dan dioven selama 1 hari dengan suhu 500C berfungsi untuk
mengurangi kadar air bahan dan ditimbang sebagai berat kering (b gram). Kemudian ditentukan
FP dan KKK nya.

Tahap kedua yaitu pengenceran lateks, 200 ml lateks segar disaring untuk memisahkan
kotoran dengan lateks yang akan digunakan. Kemudian ditambah air sesuai dengan rumus AT.
Penambahan air ini berujuan untuk mengencerkan lateks.

Tahap ketiga yaitu pengaruh penambahan bahan dadih, 300 ml lateks disaring yang
berfungsi untuk memisahkan kotoran yang ada dalam lateks. Kemudian dibagi menjadi tiga yaitu
4 hari, 7 hari, dan 8 hari sebagai pembanding yang nantinya dapat diketahui dari ketiga
perlakuan tersebut mana yang memiliki warna, tekstur, dan aroma yang paling baik. Kemudian
ditambahkan CMC 1% sebanyak 10 ml pada masing-masing perlakuan. Penambahan CMC ini
berguna untuk memisahkan lateks menjadi dua fraksi yaitu serum dan dadih. Lalu dilakukan
pengadukan agar bercampur merata antara lateks dan CMC. Setelah itu didiamkan selama 4, 5, 6
hari dan diamati warna, tekstur, aroma serta ditentukan KKK-nya.

5.5 Analisis Data

Dari hasil perhitungan KKK dan AT. Sebelum melakukan perhitungan KKK, terlebih
dahulu dihitung faktor pengencerannya (FP). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
dilakukan, didapat hasil nilai FP pada penambahan asam format dan asam asetat secara berturut-
turut adalah 28,9% dan 29,35%. Dan untuk perhitungan KKK dari penambahan asam format dan
asam asetat secara berturut-turut adalah 15,95% dan 14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan asam format sebagai bahan penggumpal lebih baik daripada penambahan asam
asetat karena KKKnya lebih besar. Karet yang belum dikeringkan memiliki aroma yang sangat
menyengat, tetapi setelah dikeringkan aroma ini akan memudar. Hal ini terjadi karena selama
proses pengeringan terjadi penguapan senyawa volatil yang memberikan aroma yang menyengat.

Pada perhitungan pengenceran lateks dengan KKK 17 dan KE 15, didapat nilai AT
sebesar 26 ml. Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang
dibutuhkan berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Pengenceran ini penting karena
untuk menjaga agar kadar karet kering selalu tetap meskipun sudah diolah.

Pada hasil perhitungan pengaruh penambahan bahan dadih, untuk perlakuan 4 hari
dihasilkan warna yang cerah, aroma yang kurang menyengat, tekstur kurang kenyal, FP 24,47%,
dan KKK sebesar 28,28%. Untuk perlakuan 7 hari memiliki warna agak gelap, aroma
menyengat, tekstur kenyal, FP 14,56%, dan KKK sebesar 28,69%. Untuk perlakuan 8 hari
didapatkan warna agak gelap, aroma sangat menyengat, tekstur sangat kenyal, FP 19,95%, dan
KKK sebesar 30,53%. Dari sini dapat diketahui bahwa semakin lama penyimpanan akan
mempengaruhi warna, tekstur, dan aroma. Semakin lama penyimpanan warnanya semakin gelap,
aroma semakin menyengat, dan tekstur semakin kenyal. KKK tertinggi yaitu pada penyimpanan
8 hari dengan KKK sebesar 30,53%. Ini berarti bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK
akan semakin besar dan mutu karet akan semakin baik.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disumpulkan bahwa:

 Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang dikeluarkan oleh
pohon karet.
 Karet mempunyai sifat kenyal (elastis), sifat kenyal tersebut berhubungan dengan
viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu 32oF karena terjadi
koagulasi.
 Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah (crude rubber) dan 60-77 % serum (air
dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2
% asam lemak, 0,2 % gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Partikel
karet tersuspensi (tersebar secara merata)dalam serum lateks dengan ukuran 0,004-3
mikron, atau 0,2 milyar partikel karet per millimeter lateks.
 Penentuan KKK ini berfungsi untuk mengetahui kadar kering lateks yang digunakan
untuk menentukan penerimaan lateks kebun. Sedangkan penentuan AT berfungsi untuk
mengetahui berapa jumlah air yang ditambahkan sehingga KKK-nya seragam.
 Pada perhitungan KKK dari penambahan asam format dan asam asetat secara berturut-
turut adalah 15,95% dan 14,71%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam format
sebagai bahan penggumpal lebih baik daripada penambahan asam asetat karena KKKnya
lebih besar.
 Pengenceran lateks bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak air yang dibutuhkan
berdasarkan jumlah lateks yang akan diencerkan. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
AT 26 ml.
o KKK tertinggi yaitu pada penyimpanan 8 hari dengan KKK sebesar 30,53%. Ini
berarti bahwa semakin lama penyimpanan nilai KKK akan semakin besar dan
mutu karet akan semakin baik.

6.2 Saran

Terima kasih kakak2 asisten TOGEL yang telah menjadi asisten yang sabar dan baik
dibandingkan asisten yang lain.

Hehehe …..
5.2.1 Penambahan Asam Format dan Asam Asetat
Lateks mempunyai pH 6,9 - 7,2 terdapat dalam bentuk cair karena bermuatan negatif,
tetapi bila ditambahkan asam organik atau anorganik misal asam asetat dan asam format sampai
pH mendekati titik isoelektrik (pH 3,8 - 5,3 atau 4,2) maka terjadi penggumpalan lateks dimana
dengan adanya penambahan asam asetat dan asam format yang berlebihan atau sekaligus
diberikan maka akan terjadi penambahan muatan positif sehingga antara partikel terjadi kekuatan
saling tolak-menolak atau lateks masih dalam keadaan cair. Kestabilan lateks dipengaruhi
muatan listrik dari lateks. Muatan listrik tergantung dari pH lateks. Pada pH tertentu muatan
listrik akan mencapai nilai 0 yaitu pada titik isoelektrik dan pH berkisar 4,2 - 4,7. Pada pH
tersebut protein tidak stabil, tetapi pada pH ini lateks tidak segera menggumpal karena partikel
masih diselubungi mantel air. Dengan tidak stabilnya protein maka protein akan menggumpal
dan lapisan ini akan hilang sehingga antar butir terjadi kontak dan akhirnya menggumpal. Dalam
kenyataannya keadaan ini sukar tercapai atau terjadi karena partikel karet sudah saling berlekatan
sehingga meskipun bermuatan positif, karetnya sendiri sukar untuk menjadi yang lebih kecil
seperti dalam keadaan semula (Djumarti, 2011).

5.2.2 Penambahan Amoniak


Menurut Suharto (1978), adanya ion OH- di dalam lateks setelah penambahan amoniak
dapat memperbesar kebasaan lateks sehingga pH lateks menjadi 9-10, dengan demikian dapat
menambah muatan negatif di sekeliling karet. Ion OH- dihasilkan dari reaksi keseimbangan
amoniak di dalam air, seperti diperlihatkan dalam persamaan reaksi sebagai berikut :

Ion OH- tersebut dapat menetralkan adanya asam yang telah terbentuk pada lateks. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :

Lutoid yang terdapat pada lateks segar mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang dapat
mengganggu kemantapan lateks. Ion-ion tersebut dapat dipisahkan dengan membentuk kompleks
pada reaksi antara ion fosfat yang secara alamiah terkandung di dalam serum dengan amoniak
yang telah ditambahkan pada lateks segar. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mg2+ + NH4+ PO43-  MgNH4PO4
Kompleks tersebut mengendap dan dapat dipisahkan melalui penyaringan (Handoko, 1995).

5.2.3 Penambahan CMC


Penambahan CMC menyebabkan sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Oleh karena
itu, sistem segera memberikan reaksi untuk mencapai kestabilan yang baru. Tingkat kestabilan
yang lebih baik berangsur-angsur dicapai sistem dalam periode waktu satu malam. Satu bagian
atom hidrogen pada gugus hidroksi dalam CMC diganti dengan gugus natriumkarboksimetil (-
CH2COONa). Kelarutan CMC dipengaruhi oleh derajat substitusinya (DS).
Karboksimetilselulosa dengan DS lebih kurang atau sama dengan 0,3 larut dalam alkali,
sedangkan pada DS lebih besar dari 0,4 Na-CMC bersifat larut dalam air. Secara teoritis CMC
memiliki DS maksimal tiga karena gugus anhidro glukosa memiliki tiga buah gugus hidroksil
yang dapat digantikan dengan gugus natriumkarboksimetil (Loo, 1973).

5.3 Fungsi Perlakuan


5.3.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada acara perhitungan KKK lateks segar, pertama-tama diambil lateks segar masing-
masing sebanyak 100 ml. Kemudian masing-masing ditimbang dalam beaker glass sebagai a
gram untuk mengetahui berat bahan. Selanjutnya beaker glass satu diberi tambahan asam format
1% sebanyak 10 ml untuk menggumpalkan lateks, sedangkan beaker glass yang lain
ditambahkan asam asetat 1% sebanyak 10 ml yang berfungsi untuk menggumpalkan lateks.
Penggunaan bahan tambahan yang berbeda ini berfungsi untuk mengetahui bahan formulasi
tambahan yang lebih cepat dan lebih baik untuk menggumpalkan lateks. Setelah itu, dipanaskan
untuk mempercepat reaksi getah karet dengan asam yang ditambahkan tersebut dan diaduk
hingga menggumpal untuk memisahkan serum dengan lateks. Lalu dilakukan pengepresan untuk
menghilangkan air dari gumpalan karet. Hal ini dilakukan selain untuk mengeluarkan sebagian
air juga untuk memperluas permukaan sheet dengan menipiskannya. Kemudian karet
dikeringkan untuk menghilangkan sisa-sisa air yang keluar saat pengepresan. Setelah
pengeringan selesai, dilakukan penimbangan sebagai b gram untuk mengetahui berat bahan
setelah dilakukan pengepresan. Lalu dihitung nilai FP untuk mengetahui persentase FP yang
nantinya digunakan untuk mencari nilai KKK lateks segar.
5.3.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Pada acara pengenceran lateks pada pembuatan karet sheet ini pertama-tama lateks segar
sebanyak 100 ml disaring untuk mendapatkan lateks yang murni dan bersih. Selanjutnya
ditentukan nilai KK dan KE nya untuk mengetahui jumlah air yang harus ditambahkan pada
latek segar tersebut. Setelah itu, ditambahkan air sesuai perhitungan tersebut agar penambahan
air tidak mengakibatkan penurunan kualitas lateks segar.
5.3.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-sifat Lateks Segar
Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifat-
sifat lateks segar ini, pertama-tama lateks segar disaring untuk memisahkan lateks dari
kotorannya dan dimasukkan ke dalam 3 beaker glass masing-masing sebesar 100 ml. Setelah itu
masing-masing ditambahkan amoniak sebanyak 0,5 ml sebagai pengawet karena amoniak sangat
efektif dan relatif lebih murah dibandingkan dengan pengawet lainnya dalam memantapkan
lateks. Kemudian pada beaker glass pertama ditambahkan CMC 1 % sebanyak 5 ml, beaker glass
kedua ditambahkan CMC 1% sebanyak 6 ml, dan beaker glass ketiga ditambahkan CMC 1%
sebanyak 7 ml. Penambahan CMC 1% ini berfungsi untuk memisahkan serum dengan dadih dan
perbedaan jumlah penambahan dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah
penambahan. Setelah dilakukan penambahan CMC 1%, kemudian lateks diaduk dan dibiarkan
selama 4, 5, dan 6 hari. Perbedaan waktu ini bertujuan untuk mengetahui waktu optimal
pengaruh penambahan yang menghasilkan karet paling baik. Selanjutnya diamati viskositas/
tekstur, warna, dan aroma untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada masing-masing bahan
sehingga dapat diketahui perlakuan yang menghasilkan kualitas karet yang paling baik.

5.4 Analisa Data


5.4.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan nilai KKK pada perlakuan
penambahan asam format 1%, sebesar 42,85% dengan FP 56,4%. Sedangkan pada penambahan
asam asetat 1% didapatkan nilai KKK sebesar 46,1% dengan FP 50,5%. Berdasarkan hasil
tersebut diketahui bahwa nilai KKK pada penambahan asam asetat 1% lebih besar daripada
penambahan asam format 1%. Hal ini disebabkan karena perbedaan pada proses pengeringannya.
Pengepresan dengan tekanan dan waktu pengepresan pada praktikum ini tidak ditentukan
sehingga kadar air yang terkandung dari karet hasil pengeringan tidak sama satu dengan yang
lain, sehingga berat basahnya berbeda. Perbedaan berat basah tersebut menghasilkan nilai KKK
yang berbeda. Selain itu semakin kecil FP maka KKK akan semakin besar.
5.4.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet
Dari hasil pengamatan dan perhitungan pada acara pengenceran lateks ini didapatkan
nilai KE sebesar 15%. Untuk penambahan asam format 1% didapatkan nilai KK sebesar 42,85%
dan pada penambahan asam asetat 1% didapatkan nilai KK sebesar 46,1%. Jika dibandingkan
dengan standar nilai untuk KE yaitu 15% dan untuk KK sebesar 20%, maka dari hasil praktikum
tidak ada yang mendekati atau memenuhi standar. Hal ini disebabkan karena pada saat
penggilingan permukaan lateks tidak rata sehingga ketika dioven, transfer panas dari oven ke
lateks juga tidak merata. Oleh karena itu nilai KE dan KK yang dihasilkan jauh dari nilai standar.
Sedangkan untuk penambahan air pada pengenceran dilakukan berdasarkan nilai KK, semakin
besar nilai KK maka air yang ditambahkan untuk pengenceran semakin banyak.
5.4.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan terhadap Sifat-sifat Lateks Segar
Dari hasil pengamatan terhadap penambahan CMC 5 diketahui bahwa pada viskositas
hari ke-4 sebesar 30, hari ke-5 sebesar 14, dan hari ke-6 sebesar 11. Untuk penambahan CMC 6
ml didapatkan nilai viskositas pada hari ke-4 sebesar 60, hari ke-5 sebesar 34, dan hari ke-6
sebesar 12. Sedangkan untuk penambahan CMC 7 ml didapatkan hasil viskositas pada hari ke-4
sebesar 9, hari ke-5 sebesar 10, dan hari ke-6 sebesar 5. Dari data tersebut diketahui bahwa
semakin banyak penambahan CMC 1% maka viskositas lateks akan semakin meningkat dan
semakin lama penyimpanan viskositasnya juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin
banyak penambahan CMC akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks. Akan tetapi
penambahan CMC dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet menjadi lebih besar sehingga
mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya semakin kecil dan mengurangi sifat elastisitasnya.
Dari pengamatan terhadap pengaruh penambahan cmc terhadap warna didapatkan hasil
pada penambahan CMC 5 ml pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +1, +2, dan +3.
Pada penambahan CMC 6 ml didapatkan hasil pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-
turut +3, +3, dan +4. Sedangkan pada penambahan CMC 7 ml didapatkan hasil pada hari ke-4,
ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +2, +4, dan +5. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
semakin lama waktu penyimpanan maka warna yang dihasilkan semakin gelap, hal ini
disebabkan karena saat penyimpanan dimungkinkan terjadi kontak dengan udara pada senyawa
yang terdapat pada lateks sehingga terjadi proses oksidasi dan menyebabkan warna lateks
menjadi coklat atau warnanya menjadi lebih gelap. Selain itu banyaknya komponen pada karet
yang rusak karena terhentinya proses enzimatis pada karet juga dapat menyebabkan perubahan
warna pada karet.
Dari pengamatan terhadap aroma untuk penambahan CMC 5 ml didiketahui pada hari
ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +2, +3, dan +4, untuk penambahan CMC 6 ml
didapatkan pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +3, +4, dan +5, dan untuk
penambahan CMC 7 ml didapatkan pada hari ke-4, ke-5, dan ke-6 secara berturut-turut +1, +5,
dan +6. Dari data tersebut didaptkan bahwa semakin lama penyimpanan maka aroma lateks
menjadi semakin menyengat. Hal ini dikarenakan serum C yang mengandung zat yang terlarut
yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya asam nukleat pirofosfat dan
askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga menimbulkan aroma (bau) yang menyengat.

BAB 6. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai