Do It Yourself (DIY) Movement Dan Konsepsi Berkarya Dalam Skala Global
Do It Yourself (DIY) Movement Dan Konsepsi Berkarya Dalam Skala Global
oleh:
Departemen Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Airlangga
2013/2014
Do It Yourself -Self Released-Indie
Beberapa tahun belakangan, DIY kian akrab dengan anak muda. Bukan Daerah
mereparasi sesuatu tanpa tangan ahli atau profesional. Dengan modal akal dan
keterampilan yang dimiliki, setiap orang bisa menghasilkan kreatifitas yang berguna.
pribadi. Kegiatan DIY ini dapat dipicu oleh adanya motivasi-motivasi yang sebelumnya
produk, kurangnya kualitas produk, dan kebutuhan pembuatan sesuai pesanan) dan
"melakukannya sendiri" menjadi istilah umum (dalam bahasa Inggris standar) sejak
rumah dan proyek-proyek kecil berbagai kerajinan dan konstruksi lainnya sebagai
aktivitas kreatif, baik dengan tujuan rekreasi semata maupun demi menghemat biaya.
Selanjutnya, istilah DIY diartikan lebih luas mencakup berbagai macam keahlian.
DIY diasosiasikan dengan international alternative rock, punk rock, dan adegan musik
rock indie, jaringan indymedia, radiostations bajak laut, dan komunitas zine. Dalam
konteks ini, DIY terkait dengan gerakan seni dan kerajinan yang menawarkan alternatif
bagi tekanan budaya konsumen modern yang mengandalkan orang lain dalam
pemenuhan kebutuhan.
muncul penerbitan buku indie merupakan beberapa bentuk DIY dalam industri. Sebagai
produk self released, musik, film, serta buku semacam ini dalam proses produksi hingga
distribusi dilakukan secara mandiri atau dengan biaya sendiri. Tentu saja hal ini dapat
yang tidak mainstream sehingga tidak dapat diproduksi secara mayor dengan kata lain
tidak bernaung di bawah label besar, sebuah industri yang mapan. Diikuti dengan basis
Sementara itu, film indie dipelopori oleh Robert Rodriguez yang berasal dari
Meksiko yang terkenal dengan film El Mariachi yang dapat menandingi film-film di
bioskop meski diproduksi secara indie. Di Indonesia sendiri, film indie mulai banyak
diproduksi pada akhir tahun 90an yang kebanyakan merupakan film pendek. Dalam hal
yang berkualitas. Misalnya saja, komunitas boemboe (Lulu Ratna) yang menyeleksi film-
film untuk kemudian didistribusikan dalam media CD. Film-film pendek buatan
di pasaran. Tak hanya diproduksi secara indie, buku-buku tersebut juga didistribusikan
Pergerakan musik maupun film indie ini tak lepas dari komunitas-komunitas
yang terhubung melalui buletin-buletin atau yang lazim dikenal sebagai fanzine. Pada
(Bandung). Tercatat sempat tiga kali terbit dan semua materinya membahas band-band
menampilkan cover Grausig dan profil band Trauma, Betrayer serta Delirium Tremens.
Diketik di komputer berbasis system operasi Windows 3.1 dan lay-out secara kolase,
serta diperbanyak 100 eksemplar dengan mesin fotokopi. Pada edisi-edisi berikutnya
Brainwashed mengulas pula band-band HC/PUNK dan ska. Setelah terbit fotokopian
hingga empat edisi, pada 1997 Brainwashed sempat dicetak seperti majalah profesional
dengan cover penuh warna. Brainwashed sempat hadir sampai edisi ke tujuh pada 1999
dan di dua edisi terakhirnya mulai memasukan hal-hal yang bersifat politis, salah
satunya adalah mengangkat profil Tan Malaka. Sejak saat itu, fanzine juga memuat isu-
bertambahnya jenis-jenis zine yang ada, yang tidak hanya didominasi lagi oleh fanzine-
seperti munculnya: zine personal, fanzine sport, zine seks, zine artwork, dan komik.
Lambat laun, zine sebagai media yang diproduksi self released oleh kemunitas-
komunitas tertentu semakin berkembang dan menjadi media yang mencakup berbagai
hal berkenaan dengan gaya hidup masyarakat modern. Zine juga mulai didistribusikan
Selain melalui buletin-buletin atau zine komunitas, internet adalah media yang
kerap digunakan untuk mempublikasikan proyek-proyek DIY dengan cakupan area yang
lebih luas. Tak hanya melalui website komunitas ataupun blog pribadi yang
menampilkan zine dalam bentuk digital, media sosial juga digunakan sebagai media
sharing. Dengan penggunaan media sosial: seperti YouTube, vimeo, dan Pinterest, orang-
orang dari berbagai belahan dunia dapat mengunggah dan mengakses video atau
gambar yang berkaitan dengan kegiatan DIY ini. Di dunia fashion, misalnya. Di YouTube
dan vimeo dapat ditemukan berbagai video mode DIY dari jeans yang sudah jelek,
pemutihan jeans, mendesain ulang sebuah kemeja, dan studding denim. Tren ini
semakin populer dengan adanya lebih dari 1.000 video berisi tutorial yang
mendemonstrasikan bagaimana melakukan hal tersebut yang telah diposting. Tak hanya
itu, video-video lain seperti DIY perhiasan, DIY dekorasi ruangan, dan DIY gaya rambut
dapat dengan mudah ditemukan di YouTube dan vimeo. Juga dalam bidang musik dan
akun yang menyajikan gambar-gambar tutorial hingga hasil proyek DIY. Mulai dari
kerajinan tangan dari kayu bekas, kertas bekas, bahkan baju-baju bekas yang disulap
menjadi baju dengan model yang jauh lebih menarik dari sebelumnya. Tak cukup
sampai di situ, kini media sosial Facebook dan Twitter pun menjadi media yang juga bisa
halaman Youtube dan vimeo maupun secara langsung mengunggah gambar atau video di
didistribusikan dalam area komunitas kini menjadi lebih luas dan dapat mencakup
berbagai area bahkan ke seluruh dunia. Sebagai akibatnya, sangat mudah bagi seluruh
lapisan masyarakat di seluruh dunia untuk mengkonsumsi produk yang sama. Hal ini
berkaitan erat dengan efek globalisasi dimana penyebaran informasi dilakukan melalui
media massa yang bersifat internasional. Seperti dikatakan oleh Marshall McLuhan
menjadi sebuah global village, yang membuat batas antar negara tidak jelas. Dengan
dengan pesat, maka seluruh bangsa-bangsa di dunia dapat disatukan dalam agenda
mewujud melalui berbagai aspek kehidupan. Ritzer dan Goodman mengutip Appadurai
1. Ethnoscapes. Ini adalah kelompok atau aktor yang mobile (turis, pengungsi,
mana kita tinggal. Ini melibatkan gerakan aktual dan fantasi-fantasi tentang pergerakan.
Lebih jauh, dalam dunia yang terus berubah orang-orang tidak dapat membiarkan
imajinasi mereka diam terlalu lama dan karena itu harus menjaga fantasi-fantasi itu
teknologi, baik teknologi tinggi maupun rendah, baik yang mekanistik maupun
informasional, kini bergerak dengan kecepatan tinggi melintasi berbagai jenis batasan
membuat film), yang sekarang tersedia untuk kepentingan publik dan swasta yang
semakin banyak dan… imaji dunia-dunia yang diciptakan oleh media ini.
bersifat politik dan berhubungan langsung dengan ideologi negara dan kontraideologi
dan gerakan gerakan yang cara eksplisit berorientasi untuk merebut kekuasaan negara
menyusup lewat jalur kebudayaan masyarakat untuk mendapatkan kekuatan lebih jauh.
Tanpa disadari, budaya media telah muncul dalam bentuk citra, bunyi, dan tontonan
yang membantu membangun struktur kehidupan sehari-hari. Mendominasi waktu
luang, mencekoki pandangan politik dan perilaku sosial, serta mengejewantah mewakili
identitas. Masyarakat pun cendrung tunduk pada paham behaviorisme media populer
Dengan posisi media sebagai sumber informasi yang sangat dipercaya oleh
masyarakat, masyarakat secara global akan dengan mudah mengetahui dan mengadopsi
hal-hal baru dari tempat-tempat yang berbeda sebagai dampak dari globalisasi. Arus
globalisasi dapat dilihat melalui produk yang ditransfer antar masyarakat pada negara
yang berbeda. Ada produk yang mudah untuk mengglobal (dari suatu sumber
masyarakat negara tertentu, diterima oleh masyarakat negara lain), tetapi ada yang sulit
berkarya yang dapat diketahui dan diadopsi oleh masyarakat dan itu terjadi secara
global. Kreativitas masyarakat secara global akan semakin meningkat dengan berbagai
karya yang dihasilkan dalam berbagai bidang dan tentu saja Indonesia menjadi bagian
dari itu semua. Dalam dimensi ethnoscapes, masyarakat Indonesia akan dapat terus
berkreasi dan menjadi masyarakat yang dinamis. Tentu dalam hal ini, media mengambil
ekonomi, politik dan kultural. Dalam perspektif kritis, proses ini dilihat dalam interaksi
berbagai kekuatan berasal dari luar yang menyentuh kehidupan masyarakat di suatu
negara. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh negara-negara maju membuat
mudah dikuasai oleh media dan gaya hidup dunia barat. Dengan demikian, konsep
berkarya dalam benak masyarakat Indonesia akan berpedoman pada karya-karya yang
dihasilkan oleh masyarakat negara-negara barat yang tentu saja lebih maju dan lebih
dahulu menguasai media. Dengan kata lain, negara-negara barat masih mendominasi
melalui media internet akan memacu masyarakat Indonesia untuk menghasilkan karya-
karya agar Indonesia diakui di mata internasional. Terlebih, karya-karya yang dihasilkan
juga bernilai ekonomis. Masyarakat bisa mengambil keuntungan dari hal itu. Saat ini,
sudah banyak produk-produk DIY dari Indonesia yang diterima di pasar internasional.
lokal dan tradisional dalam setiap karya yang diciptakan. Misalnya saja dalam dunia
fashion, modifikasi bisa dilakukan pada pakaian khas Indonesia yang tidak dimiliki oleh
negara lain. Modifikasi pada batik atau pada kebaya sudah sangat lazim diproduksi oleh
masyarakat Indonesia. Dan terbukti, di ranah internaional produk semcam ini juga
digemari oleh orang-orang dari berbagai negara. Begitu pun di dunia musik, Indonesia
termasuk negara yang kaya dalam musik tradisional. Selain mengembangkan musik
secara universal, banyak pula masyarakat yang memanfaatkan kekayaan ini dalam
kekayaan alam dan budaya Indonesia untuk ditampilkan dalam film yang kemudian bisa
diperkenalkan ke seluruh dunia. Ditambah lagi, tak hanya kekayaan alam dan budaya
Hal ini berkaitan dengan hubungan antara globalisasi dan lokalisasi, ia sebenarnya
bukan sekadar sebuah pertentangan biasa, tetapi yang terjadi adalah sebuah proses
dialektik. Dalam pendekatan dialektika, yang secara umum dapat dikatakan diwarisi
dari Karl Marx dan bahkan dari Hegel, sebuah tesis akan dihadapi oleh sebuah antitesis
yang kemudian menghasilkan sebuah sintesis. Dengan itu, globalisasi adalah tesis,
lokalisasi adalah antitesis, maka sintesis keduanya adalah apa yang dapat disebut
“glokalisasi” dari kata globalisasi dan lokalisasi. Istilah glocal (globalism dan localism)
Karena yang sesungguhnya terjadi tidak saja globalisasi secara linear tetapi juga
glokalisasi. Pada saat dunia berubah menjadi the global village, sebuah konsep Marshall
McLuhan yang ditulis dalam sejumlah bukunya, di antaranya War and Peace in the
Global Village (McLuhan, 2001), atau menjadi satu dunia (yang “sama”), ia juga pergi
Ibrahim, I. S. (2011). Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape & Mediascape di
Indonesia Kontemporer. Jalasutra.
McLuhan, M. (2001). War and Peace in the Global Village. Gingko Press.