Anda di halaman 1dari 5

Akta Kimindo Vol. 2 No.

2 Oktober 2007: 103-108

AKTA KIMIA
Akta Kimindo Vol. 2 No. 2 April 2007: 103 – 108 INDONESIA

Senyawa Santon Sebagai Antioksidan


dari Kayu Batang Garcinia tetranda Pierre‡

Yuliana Purwaningsih dan Taslim Ersam*

Laboratorium Kimia Organik


Jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Kampus ITS Keputih, Surabaya 60111

ABSTRAK
Dua senyawa santon telah diisolasi dari kayu batang G. tetranda yaitu 1,3,4,5,8-
pentahidroksisanton (1) dan 1,3,6,7-tetrahidroksisanton (2). Kedua senyawa mempunyai aktivitas yang
tinggi terhadap radikal bebas 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Isolasi senyawa dilakukan dengan cara
maserasi menggunakan pelarut metanol dan fraksinasi dengan berbagai cara kromatografi. Pemurnian
dilakukan dengan metode rekristalisasi menggunakan campuran dua pelarut. Struktur molekul ditentukan
berdasarkan pada data fisika spektroskopi UV, IR, 1H dan 13C-NMR. Uji aktivitas antioksidan dilakukan
dengan metode spektrofotometri menggunakan radikal bebas DPPH.

Kata kunci : Santon, Garcinia tetranda, antioksidan, DPPH

ABSTRACT
Two santone compounds, 1,3,4,5,8-pentahydroxyxanthone (1) dan 1,3,6,7-tetrahydroxyxanthone (2),
were isolated from Garcinia tetranda woods. Both compounds have high activities on free radical of 1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Isolation was conducted by maseration method using methanol and
fractionation was carried out using chromatography methods. Purification was conducted by re-
crystallization method using mixture of two solvents. Molecule structures were determined using
spectrophotometer methods such as UV, IR, 1H dan 13C-NMR. Antioxidant activity was tested by
spectroscopy method using free radical DPPH.

Keywords : - Xanthone, Garcinia tetranda, antioxidant, DPPH

PENDAHULUAN Afinitas kimia G. tetranda yang endemik


Tumbuhan Garcinia (Clusiaceae) untuk Indonesia terutama di Taman Nasional
mengandung berbagai jenis senyawa metabolit Meru Betiri, Jember belum banyak dilaporkan.
sekunder seperti santon, benzofenon dan Penelitian yang dilakukan oleh anggota kelompok
flavonoid. Berdasarkan uji bioaktivitas, beberapa sebelum ini menunjukkan adanya senyawa tri-
senyawa fenolat dari tumbuhan Garcinia dan tetraoksigenasi santon yang tersubtitusi
menunjukkan aktivitas secara farmakologi gugus isoprenil maupun adanya kromanosanton
sebagai anti HIV, antikanker, antiinflamasi, dari kulit batang, kayu akar dan kulit akar
antitumor, pengobatan penyakit hepatitis dan tumbuhan ini (Astuti, 2005; Wijayanto, 2006 dan
radang usus, antileukimia (Dharmaratne dan Maulina, 2006; Rizani, 2006; Meilani, 2006 dan
Wanigasekera, 1996; Peres dan Nagem, 1997), Riyanto, 2006).
sebagai antimikobakteri (Suksamrarn, dkk., Berdasarkan pengetahuan kemotaksonomi
2003), dan juga sebagai antiradikal bebas atau tumbuhan yang menyatakan bahwa afinitas kimia
antioksidan (Lannang, dkk., 2005; Minami, dkk., dalam satu spesies mempunyai pola
1996). pembentukan struktur molekul yang sama
sehingga secara kualitatif mengandung senyawa-
‡ Makalah ini disajikan pada Seminar Nasional Kimia VIII, senyawa yang sama, perbedaan kuantitas dapat
di Surabaya 8 Agustus 2006 mengakibatkan terjadinya penemuan senyawa
* Corresponding author. Tel. : 031-5943353-; Fax : 031- yang berbeda dari bagian-bagian tumbuhan yang
5928314 ; e-mail : taslimersam@chem.its.ac.id
digunakan sebagai bahan penelitian. Untuk
melengkapi data afinitas kimia yang belum

© Kimia ITS – HKI Jatim 103


Purwaningsih dan Ersam - Dua Senyawa Santon Sebagai Antioksidan Dari Kayu Batang Garcinia tetranda Pierre

dilaporkan pada bagian tumbuhan ini maka (65:35), (60:40), (65:45), (50:50) dan (0:100)]
dilakukan penelitian terhadap kayu batang dihasilkan 35 fraksi dan digabung menjadi 6
tumbuhan G. tetranda, juga diamati aktivitas fraksi yaitu AB (28,9 mg), BB (157,3 mg), CB (184,5
senyawa-senyawa yang dihasilkan sebagai mg), DB (260,3 mg), EB (1,04 g), dan FB (1,75 g)
antioksidan. berdasarkan kromatogram KLT dengan eluen
metanol : kloroform (1:9). Fraksi gabungan FB
METODOLOGI PENELITIAN menunjukkan noda sederhana sehingga fraksi
Bahan gabungan FB ini direkristalisasi menggunakan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam eluen etil asetat dan n-heksana, dihasilkan
penelitian ini adalah kayu batang G. tetranda yang padatan berwarna kuning (0,52 g) yang
diperoleh dari Taman Nasional Meru Betiri, selanjutnya disebut sebagai senyawa (1).
Jember, propinsi Jawa Timur. Fraksi gabungan A sebanyak 110,5 g di
KLTP menggunakan eluen diklorometana : aseton
Alat-Alat (6:4) dihasilkan fraksi A1 dan A2. Fraksi A2 tidak
Alat-alat yang digunakan yaitu seperangkat diproses lebih lanjut karena jumlahnya sedikit,
alat distilasi, penguap putar BUCHI Rotavapor R- sedangkan A1 berupa padatan berwarna kuning
114, alat kromatografi kolom cair vakum (KCV), coklat sebanyak 21,9 mg yang selanjutnya
KLT preparatif, lampu ultraviolet (UV), pengukur direkristalisasi dengan eluen aseton dan heksana
titik leleh Fisher Johns, spektrofotometer UV dan dicuci dengan kloroform diperoleh padatan
Shimadzu UV-pharmaSpec 1700 dan kuning pucat sebanyak 15 mg yang kemudian
Spektrofotometer IR BUCK Scientific Model 500 di disebut sebagai senyawa (2).
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri
Surabaya dan JASCO FT/IR-5300, spektrometer Uji antioksidan
1H-NMR dan 13C-NMR Hitachi FT-NMR R-1900 dari Uji pendahuluan dilakukan dengan cara
Lab Dasar Bersama, Universitas Airlangga, melarutkan 1 mg senyawa dalam 2 mL metanol,
Surabaya. Peralatan untuk uji antioksidan adalah kemudian dielusi dengan eluen aseton : metilen
Hitachi 557 Double Wavelength Double beam klorida (4:6). Kromatogram dikeringkan dan
Spectrophotometer dari laboratorium Fitokimia disemprot dengan larutan 0,2% DPPH dalam
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, pipet metanol. Setelah 30 menit kromatogram diamati,
mikro, dan buret. senyawa yang aktif sebagai antioksidan
menunjukkan noda kuning dengan latar ungu
PROSEDUR PENELITIAN (Chaca, dkk, 2005; Conforti, dkk., 2002).
Metode Pemisahan dan Pemurnian Senyawa yang aktif dilarutkan dalam metanol p.a.
Pemisahan serbuk kayu batang sebanyak sehingga diperoleh beberapa variasi konsentrasi.
tiga kilogram dimaserasi dengan pelarut metanol Sebanyak 0,3 mL larutan senyawa ditambahkan
(3 x masing-masing selama 24 jam) secara ke dalam 2,7 mL larutan DPPH 0,004% (w/v),
bertahap pada suhu kamar. Ekstrak metanol dikocok dengan kuat dan disimpan dalam ruang
dipekatkan dengan cara menguapkan pelarutnya gelap, kemudian diukur absorbansinya
menggunakan penguap putar dengan tekanan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ
rendah hingga metanol habis dan diperoleh 517 nm pada waktu 30 menit (Vankar, dkk.,
padatan sebanyak 166,3 g. Padatan tersebut 2006; Molyneux, 2004; Han, dkk., 2004). Nilai
selanjutnya dilarutkan dalam metanol - air dan EC50-nya dihitung dari intrapolasi pada grafik
berturut-turut dipartisi dengan pelarut hubungan antara konsentrasi larutan uji dan
diklorometana dan etil asetat. Masing-masing persen peredaman, kemudian dibandingkan
fraksi dipekatkan pelarutnya sehingga diperoleh dengan larutan standar quersetin.
padatan berwarna coklat sebanyak 20 g untuk
fraksi etil asetat dan padatan berwarna kuning HASIL
sebanyak 26,8 g untuk fraksi diklorometana. 1,3,4,5,8-pentahidroksisanton (1). Padatan
Fraksi Etil asetat sebanyak 14 (2 x 7) gram kuning, t.l. 233-234 οC, UV λmaks (MeOH) nm 289
difraksinasi dengan metode kromatografi kolom dan 342, UV (MeOH + NaOH) λmaks nm: 320 dan
cair vakum (KCV) dengan fasa diam adalah silika 406, UV (MeOH + AlCl3) λmaks nm: 280 dan 429,
gel dan fasa gerak eluen n-heksana : etil asetat UV (MeOH + AlCl3 +HCl) λmaks nm: 286 dan 355.IR
dengan berbagai perbandingan [(8:2), (7:3), (6:4),
(KBr) νmaks cm-1 : 3387, 1649, 1611, 1371, 1284,
(1:1) dan (0:10)]. Dari proses ini diperoleh 37
fraksi yang selanjutnya digabung berdasarkan 1189 dan 834. 1H-NMR (aseton-d6, 90 MHz) δH
kesamaan nilai Rf pada kromatogram KLT dengan ppm : 13,08 (1H, brs, 1-OH); 12,29 (1H, s, 8-OH);
eluen metanol : kloroform (1:9). Fraksi gabungan 9,74 (1H, brs, 5-OH); 8,32 (1H, brs, 4-OH); 7,45
yang dihasilkan adalah A (0,63 g), B (4,38 g), dan (1H, s, 3-OH); 7,27 (1H, d, 8,87, H-7); 6,48 (1H, d,
C (4,3 g). 8,87, H-6) dan 6,04 (1H, s, H-2). 13C-NMR (aseton-
Fraksi gabungan B difraksinasi lebih lanjut d6, 90 MHz) δC ppm : 123,3 (C-4); 129,8 (C-5);
dengan eluen n-heksana : etil asetat [(70:30), 146,3 (C-10); 150,0 (C-8); 158,2 (C-4a); 164,1 (C-

104 © Kimia ITS – HKI Jatim


Akta Kimindo Vol. 2 No. 2 Oktober 2007: 103-108

1); 165,3 (C-3), 96,0 (C-2); 115,3 (C-6); 114,0 (C- ditunjukkan dengan adanya vibrasi ulur C=O pada
7), 102,0 (C-8a); 97,1 (C-9a);182,9 (C-9). daerah 1649 cm-1, merupakan serapan khas
1,3,6,7-tetrahidroksisanton (2). Padatan untuk karbonil terkhelat pada senyawa santon
kuning pucat, t.l. 273-274 οC, UV (MeOH) λmaks nm (Merza, dkk., 2004). Sesuai data spektrum UV
: 237, 254, 312, dan 363; UV (MeOH + NaOH) dan IR dapat diketahui bahwa senyawa (1)
λmaks nm : 267 dan 386); UV (MeOH + AlCl3) λmaks mempunyai gugus hidroksil yang membentuk
nm : 231, 266, 353, dan 414; UV (MeOH + AlCl3 khelat dengan gugus karbonil dan cincin aromatik
+HCl) λmaks nm : 263; 339, dan 406. IR (KBr) νmaks sehingga senyawa ini dihipotesakan mempunyai
cm-1 : 3314, 1655, 1616, 1483, 1300, 1174 dan kerangka santon.
828. 1H-NMR (DMSO-d6, 90 MHz) δH ppm 13,12 Data spektrum 1H-NMR menunjukkan
(1H, s, 1-OH); 6,31 (1H, d, J = 1,8, H-2); 10,40 adanya beberapa kelompok sinyal yang terdiri
(3H, brs, OH); 6,15 (1H, d, J =1,8, H-4); 6,85 (1H, atas 8 proton. Munculnya sinyal singlet pada
s, H-5); dan 7,37 (1H, s, H-8). daerah δH 13,08 ppm dan 12,29 ppm berturut-
turut menunjukkan adanya gugus hidroksil pada
PEMBAHASAN posisi C-1 dan C-8 yang berikatan hidrogen
Pemisahan dan pemurnian ektrak metanol dengan gugus karbonil. Sinyal singlet melebar
dari kayu batang G. tetranda dengan berbagai pada daerah δH 9,76; 8,32 dan 7,46 ppm
metode seperti partisi, kromatografi dan mengisyaratkan adanya gugus hidroksil bebas
kristalisasi menghasilkan dua senyawa santon berturut-turut pada posisi C-5, C-4 dan C-3.
yaitu 1,3,4,5,8-pentahidroksisanton (1) dan Adanya sinyal singlet pada daerah δH 6,04 ppm
1,3,6,7-tetrahidroksisanton (2). adalah khas untuk proton aromatis pada posisi C-
1,3,4,5,8-pentahidroksisanton (1) berupa 2 (Bennet, 1990). Selain itu proton aromatis
padatan kuning dengan titik leleh pada suhu 233- lainnya ditunjukkan oleh sinyal doublet yang
234 0C. Uji kualitatif dengan pereaksi FeCl3 dalam terkopling orto pada δH 7,23 ppm (1H, d, 8,9 Hz)
metanol memberikan warna hijau tua yang dan 6,48 (1H, d, 8,9 Hz). Dari analisis spektrum
menunjukkan adanya senyawa fenolat. Spektrum 1H-NMR di atas mengisyaratkan bahwa senyawa

UV menunjukkan puncak pita II dengan panjang (1) merupakan suatu santon sederhana dengan
gelombang λmaks 289 nm yang mengisyaratkan lima gugus hidroksil tersubstitusi pada kerangka
adanya eksitasi elektron π → π*, merupakan dasarnya. Hipotesis di atas diperkuat oleh data
kromofor yang khas untuk sistem ikatan rangkap spektrum 13C-NMR senyawa (1) yang
terkonjugasi (-C=C-C=C-) dari suatu senyawa menunjukkan adanya resonansi yang terpisah
aromatik. Puncak pita I pada daerah 342 nm untuk 13 atom karbon. Sinyal-sinyal atom karbon
menunjukkan adanya eksitasi elektron n → π*, tersebut terdiri dari tujuh karbon oksiaril pada δC
hal ini menunjukkan adanya ikatan terkonjugasi 123,3; 129,8; 146,3; 150,0; 158,2; 164,1 dan
dari heteroatom dengan sistem π aromatik (-C=C- 165,3 ppm, tiga karbon metin pada δC 96,0;
C=C-C=O), sehingga dapat disarankan bahwa 115,3 dan 114,0 ppm, dua karbon kuartener
senyawa (1) mempunyai cincin aromatik yang pada δC 102,0 dan 97,1 ppm serta satu gugus
tersubstitusi oleh gugus keton. Penambahan karbonil pada δC 182,9 ppm. Berdasarkan hasil
pereaksi geser NaOH pada senyawa (1) analisis data UV, IR, 1H dan 13C-NMR di atas dapat
menyebabkan pergeseran batokromik pada pita I disarankan bahwa senyawa (1) sesuai dengan
sebesar 64 nm menunjukkan adanya gugus fenol 1,3,4,5,8-pentahidroksisanton.
yang mengalami kesetimbangan keto-enol
dengan gugus karbonil (C=O). Dari analisis data OH O OH
spektrum UV dapat disimpulkan bahwa senyawa
(1) mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi dari
cincin aromatik yang tersubstitusi oleh gugus
keton dan hidroksil. Pergeseran batokromik pada O OH
pita I sebesar 87 nm dengan penambahan OH OH
(1)
pereaksi geser AlCl3 dan dengan penambahan
asam klorida menyebabkan spektra berada
O OH
diantara metanol dan AlCl3, menunjukkan bahwa
senyawa (1) mempunyai gugus OH khelat dan HO
sistem orto-dihidroksi yang tersubstitusi pada
kerangka dasarnya. HO O OH
Spektrum IR pada daerah 3387 cm-1
menunjukkan adanya serapan melebar sebagai (2)
vibrasi ulur O–H, vibrasi ulur C–O pada daerah
1284 cm-1 dan daerah 1189 cm-1. Munculnya Senyawa 1,3,6,7-tetrahidroksisanton (2)
serapan pada daerah 1611 cm-1 merupakan ciri berupa padatan kuning pucat dengan titik leleh
khas untuk suatu sistem aromatik (Parveen, pada kisaran 273-2740C. Warna hijau yang
1987), selanjutnya adanya gugus karbonil nampak pada uji kualitatif dengan pereaksi FeCl3

© Kimia ITS – HKI Jatim 105


Purwaningsih dan Ersam - Dua Senyawa Santon Sebagai Antioksidan Dari Kayu Batang Garcinia tetranda Pierre

dalam metanol menunjukkan hasil positif DAFTAR PUSTAKA


senyawa fenolat. Data λmaks spektrum UV dalam Astuti, S.E.Y. (2005) α-Mangostin dan 3-
pelarut metanol dan dengan pereaksi geser Isomangostin dari Fraksi Polar
mempunyai kemiripan dengan data spektrum UV diklorometana pada Ekstrak Metanol Kulit
senyawa (1), demikian juga dengan data IR Batang Wadung (Garcinia tetranda Pierre),
senyawa (2), sehingga dapat dihipotesakan Skripsi, ITS, Surabaya.
bahwa senyawa (2) mempunyai kerangka santon Bennet, G.J., Lee, H., Lee, L. (1990) Synthesis of
yang memiliki gugus hidroksi berkhelat dengan Minor Xanthones from Garcinia mangostana,
karbonil dan gugus –OH pada posisi orto. J. Nat. Prod. 53 (6). 1463-1470
Data spektrum 1H-NMR senyawa (2) Chacha, M., Moleta, G.B., Majinda, R.R.T. (2005)
menunjukkan adanya beberapa kelompok sinyal Antimicrobial and Radical Scavenging
yang terdiri atas 8 proton. Munculnya sinyal Flavonoids from the Stem Wood of Erythrina
singlet pada daerah δH 13,12 ppm menunjukkan latissima, Phytochemistry, 66, 99-104
adanya gugus hidroksil khelat pada posisi C-1. Conforti, F.,Statti, G.A., Tundis, R., Menichini, F.,
Selanjutnya sinyal singlet melebar pada daerah δH Houghton, P. (2002) Antioksidant Activity of
10,40 ppm mengisyaratkan adanya gugus Methanolic Extract of Hypericum
hidroksil bebas berturut-turut pada posisi C-3, C-6 triquetrifolium Turra aerial part, Fitoterapia,
dan C-7. Sementara itu proton aromatis 73, 479-483
ditunjukkan oleh adanya dua sinyal doblet yang Dharmaratne, H.R.W., Wanigasekera, W.M.A.P.
terkopling meta pada δH 6,31 (1H, d, J = 1,8 Hz) (1996) Xanthones from Root Bark of
dan 6,15 ppm (1H, s, J = 1,8 Hz) pada posisi C-2 Calophyllum thwaitesii, Phytochemistry, 42
dan C-4, selain itu pada daerah 6,85 (1H, s) dan (1), 249-250
7,37 (s) pada posisi C-5 dan C-8. Berdasarkan Lannang, A.M., Komguem, J., Ngninzeko, F.N.,
analisis spektrum 1H-NMR di atas mengisyaratkan Tangmouo, J.G., Lontsi, D., Ajaz, A.,
bahwa senyawa (2) merupakan suatu santon Choudhary, M.I., Ranjit, R., Devkota, K.P.,
sederhana dengan empat gugus hidroksil Sodengam, B.L. (2005) Bangangxanthone A
tersubstitusi pada kerangka dasarnya, dengan and B, two xanthones from the Stem bark of
demikian dapat disarankan bahwa senyawa (2) Garcinia poliantha Oliv., Phytochemistry, 66,
adalah 1,3,6,7-tetrahidroksisanton. 2351-2355
Senyawa (1) dan (2) menunjukkan aktivitas Han, S.S, Lo, S.C., Choi, Y.W., Kim, J.H., Baek, S.H.
yang sangat kuat terhadap radikal bebas DPPH, (2004) Antioxidant Activity of Crude Extract
dengan nilai EC50 senyawa (1) sebesar 3,7 ppm and Pure Compounds of Acer ginnala Max.,
dan senyawa (2) 4,4 ppm dibandingkan dengan Bull. Korean Chem.Soc., 25 (3), 389-391
senyawa standar quersetin (EC50 = 1,7 ppm). Maulina, D, dan Ersam, T. (2006) Santon
Senyawa (1) memiliki aktivitas antioksidan yang Diprenilasi dan Triprenilasi dari Fraksi
lebih kuat dari senyawa (2) karena nilai EC50 Kloroform Kulit Batang Garcinia tetranda
senyawa (1) lebih kecil dari senyawa (2). Tingkat Pierre., Prosiding Seminar Nasional Kimia
keaktifan dari senyawa (1) didukung oleh struktur (Unesa Surabaya), 4 Februari, 162-171
senyawa tersebut dimana senyawa (1) memiliki Meilani, A. dan Ersam, T. (2006) Santon
peluang-peluang menyumbangkan radikal Terprenilasi dan Tersiklisasi Baru Fraksi
hidrogen lebih banyak untuk menangkap radikal Nonpolar dari Ekstrak n-heksana pada Kulit
bebas DPPH dibandingkan dengan senyawa (2). Akar Garcinia tetranda Pierre., Prosiding
Seminar Nasional Kimia (Unesa Surabaya), 4
KESIMPULAN Februari, 57-66
Dua senyawa santon sederhana yaitu Merza, J., Aumond, M.C., Rondeau, D., Dumontet,
1,3,4,5,8-pentahidroksisanton (1) dan 1,3,6,7- V., Ray., A.M.L., Seraphin, D., Richomme, P.
tetrahidroksisanton telah diioslasi dari kayu (2004) Prenylated Xanthones and
batang G. tetranda. Kedua senyawa memiliki Tocotrienols from Garcinia virgata,
aktivitas antioksidan yang tinggi terhadap radikal Phytochemistry, 65, 2915-2920
bebas DPPH. Minami, H., et al. (1996) Novel Prenilated
Xanthones with Antioksidant Property from
UCAPAN TERIMA KASIH the wood of Garcinia subelliptica, Chem.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Pharm. Bull, 44 (11), 2103-2106
kepala Balai Taman Nasional Meru Betiri Jember Molyneux, P. (2004) The Use of Stable Free
beserta staff yang telah menyediakan bahan Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
tumbuhan, juga Drs. Fuad Hafid, M.Sc. dari Estimating Antioxidant Activity,
Farmasi UNAIR yang telah membantu dalam uji Songklanakarin J. Sci. Technol., 26 (2), 211-
antioksidan. 219

106 © Kimia ITS – HKI Jatim


Akta Kimindo Vol. 2 No. 2 Oktober 2007: 103-108

Parveen, M., and Khan, N.U. (1987) A New Suksamrarn, S., Suwannapoch, N., Phakhodee,
Isoprenylated Xanthone from Garcinia W., Thanuhiranlert, J., Ratananukul, P.,
mangostana Linn., Chem, and Ind., 15 June, Chimnoi, N., and Suksamrarn, A. (2003),
418 Antimycobacterial Activity of Prenylated
Peres, V., and Nagem, T. J. (1997) Trioxygenated Xanthones from the Fruit of Garcinia
Naturally occuring Xanthones, mangostana, Chem. Pherm. Bull, 51 (7),
Phytochemistry, 44, 191-214 857-859
Permana, D, Lajis, N., Mackeen, M., Ali, A.M., Aimi, Tominaga, H., Kobayashi, Y., Goto, T., Kasemura,
N., Kitajama, M., Takayama, H. (2001) K., Nomura, M. (2005) DPPH Radical-
Isolation and Bioaktivities of Constituents of Scavengning Effect of Several
the Roots of Garcinia atroviridis, J. Nat. Phenylpropanoid Compounds and Their
Prod., 64, 976-979 Glycoside derivatives, Yakugaku zasshi, 125
Riyanto, A. (2006) Isolasi dan Uji Antibakterial (4), 371-375
Senyawa Santon dari Kayu Akar Garcinia Vankar, P.S., Tiwari, V., Singh, L.W., and Swapana,
tetranda Pierre., Tesis, Program Studi N. (2006) Antioxidant properties of some
Magister Kimia, Jurusan Kimia, FMIPA, ITS, exclusive species of zingiberaceae family of
Surabaya manipur, Electronic Journal of Environmental
Rizani, N. dan Ersam T. (2006) Dua Senyawa Agriculture, 5 (2), 1 – 6.
Santon Diprenilasi dari Ekstrak Wijayanto, B. dan Ersam, T. (2006) Isolasi 1,3,6-
Diklorometana Kulit Akar Garcinia tetranda trihidroksi-7-metoksi-2-(3-metoksi-3-metil-
Pierre., Prosiding Seminar Nasional Kimia butenil-1)-8-isoprenilsanton dari Fraksi Polar
(Unesa Surabaya), 4 Februari, 370-378 Diklorometana pada Ekstrak Metanol kulit
Batang Wadung (Garcinia tetranda Pierre.),
Prosiding Seminar Nasional Kimia (Unesa
Surabaya), 4 Februari, 114-122

© Kimia ITS – HKI Jatim 107

Anda mungkin juga menyukai