Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan.
Olahraga adalah suatu aktivitas tubuh yang dilakukan manusia secara teratur untuk meningkatkan
kesegaran jasmani. Olahraga rutin menjadikan tubuh sehat dan bugar, serta memperlambat penuaan
dini. Salah satu cabang olahraga yang digemari oleh masyarakat adalah sepak bola. Sepakbola adalah
permainan beregu yang dimainkan masing-masing regunya yang terdiri dari sebelas orang pemain
termasuk seorang penjaga gawang. Permainan boleh dilakukan dengan seluruh anggota tubuh selain
tangan, kecuali penjaga gawang diperbolehkan menggunakan tangan (Wulandari, 2013). Mereka
yang disebut atlet adalah pelaku olahraga yang melakukan latihan agar mendapatkan kekuatan
badan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, kelenturan dan kekuatan dalam
mempersiapkan diri sebelum pertandingan (Novitasari, 2009).

Dalam melatih kemampuannya, seorang atlet terfokus pada daya tahan yang dimilikinya untuk
mencapai sebuah prestasi dalam bertanding. Menurut Rustanto (2011), daya tahan merupakan
komponen khusus kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan, bersama juga dengan
kekuatan, kelenturan punggung bagian bawah dan komposisi tubuh. Pada umumnya, terdapat dua

macam daya tahan, yaitu daya tahan kardiovaskuler dan daya tahan otot. Daya tahan otot adalah
kemampuan otot rangka atau sekelompok otot untuk meneruskan kontraksi pada periode atau
jangka waktu yang lama dan mampu pulih dengan cepat setelah lelah. Kemampuan tersebut dapat
diperoleh melalui metabolisme aerob maupun anaerob (Abraham, 2011). Sedangkan, daya tahan
kardiovaskuler, atau yang juga biasa dikenal dengan daya tahan kardiorespirasi, adalah kemampuan
seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara efektif
dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot
dengan intensitas relatif tinggi dalam waktu yang cukup lama (Rustanto, 2011). Dalam masa
mempersiapkan pertandingannya, seorang atlet membutuhkan zat gizi yang tepat jenis dan
jumlahnya agar kebutuhan tubuh terpenuhi. Dalam masa ini, yang disebut sebagai masa latihan,
konsumsi makanan seorang atlet pun meningkat dan membutuhkan zat gizi lain di luar asupan

makanannya. Salah satunya bisa dipenuhi melalui suplementasi. Suplemen adalah suatu produk yang
dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan
berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan)
yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi (Sari,2013). Suplemen
juga disebut sebagai ergogenic aids, yaitu penggunaan zat yang dapat meningkatkan produksi energi,
kontrol energi atau efisiensi energi selama suatu kinerja olahraga yang memberikan tambahan
kemampuan yang lebih besar dari pada biasa bila latihan normal (Banowati et al., 2011). Menurut
Hidayah dan Sugiarto (2013), secara harfiah manfaat suplemen adalah untuk menghindarkan
kekurangan gizi akibat pola makan tidak teratur dan tidak sehat serta membantu mengembalikan
vitalitas. Pemakaian suplemen, khususnya suplemen protein, pada atlet dipercaya dapat
meningkatkan ukuran otot, sehingga kekuatan otot akan bertambah dan dapat mengurangi lemak
tubuh. Namun kenyataannya, tidak semua atlet mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan
performa dalam bertanding. Menurut Knapik et al., (2016), prevalensi penggunaan suplemen pada
atlet di beberapa penelitian adalah sebagai berikut, informasi yang menyatakan tentang penggunaan
suplementasi makanan dalam 95 penelitian (60%), penggunaan vitamin dan atau mineral dalam 67
penelitian (42%), penggunaan multivitamin dan atau multimineral (42%), dan penggunaan vitamin
dan atau mineral spesifik dalam 70 penelitian (44%). Penggunaan suplementasi asam amino dan atau
protein dalam 82 penelitian (52%), penggunaan kreatin dalam 50 penelitian (31%). Terdapat 27
penelitian yang menyatakan terdapat penggunaan suplementasi herbal (17%). Minuman sebagai
penunjang kebutuhan olahraga (sport drink) sendiri ditemukan dalam 33 penelitian (21%),
penggunaan makanan berenergi seperti sports bar dalam 18 penelitian (11%), bahan-bahan yang
mengandung asam lemak omega 3 dalam 11 penelitian (7%), penggunaan kafein dalam 8 penelitian
(5%), dan konsumsi minuman berenergi untuk para atlet ditemukan dalam 7 penelitian (4%). Dari
penelitian yang dilaksanakan oleh Banowati et al. (2011), banyak alasan yang dikemukakan oleh atlet
mengapa mengonsumsi ergogenic aids, diantaranya adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh,
menambah kekuatan otot, menjaga kesehatan/mencegah penyakit, menunda kelelahan dan
mempercepat pemulihan. Selain itu, dijelaskan juga pada penelitian ini bahwa menurut para atlet
penggunaan ergogenic aids merupakan hal yang legal dan

sesuai dengan yang diharapkan oleh para atlet. Mereka tidak merasakan adanya efek samping yang
negatif dari penggunaan ergogenic aids. Berkaitan dengan penjelasan diatas, suplemen merupakan
komponen yang penting untuk konsumsi tambahan atlet dalam berolahraga untuk meningkatkan
prestasi dan menjaga kebugaran atlet. Meskipun begitu, hanya ada beberapa atlet yang meyakini
bahwa suplemen dapat menunjang permainannya. Persepsi merupakan suatu hal yang mungkin
muncul dikarenakan pola pikir individu tersebut melalui pengalaman terdahulu, atau dipengaruhi
secara situasional melalui faktor lainnya. Persepsi bermanfaat sebagai metode untuk
mengorganisasikan sebuah stimulus yang memungkinkan seseorang untuk menghadapi
lingkungannya (Halu, 2010). Pentingnya persepsi semata-mata karena bagaimana seseorang
membentuk sebuah pemikiran berdasarkan realita, bukan murni adanya realita itu sendiri. Setiap
orang dapat memandang benda yang sama namun mempersepsikan dengan cara yang berbeda
(Halu, 2010). Hal inilah yang membuat pemikiran (persepsi) tiap orang mengandung faktor-faktor
yang berbeda dan menjadi pandangan yang penting. Pada umumnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi munculnya persepsi seseorang adalah faktor internal (yang mungkin muncul dari
individu itu sendiri), faktor eksternal (stimulus, lingkungan atau situasi), faktor struktural (sifat-sifat
perseptual dan kognitif), dan faktor fungsional (persepsi selekteif, kerangka rujukan) (Malihatin,
2012). Persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perilaku. Perilaku adalah tindakan
atau perbuatan seseorang yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari, dalam hal ini yaitu atlet
basket yang mengonsumsi suplemen. Perilaku yang ditampilkan seseorang dapat terjadi dalam waktu
yang berbeda namun dalam satu situasi yang sama, atau tampil dalam situasi yang berbeda namun
dalam waktu yang sama. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui
melalui persepsi. Secara umum persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya (Salihat, 2009). Berdasarkan fenomena
tersebut, diketahui adanya kaitan erat antara persepsi dan pengaruh dalam perilaku seseorang,
khususnya dalam konteks konsumsi atlet bola basket dalam mengonsumsi suplemen. Dengan ini
maka peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam terkait persepsi atlet bola basket terhadap
konsumsi suplemen.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana persepsi atlet sepak bola terhadap konsumsi suplemen untuk meningkatkan performa
atlet?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menggali lebih dalam terkait persepsi pada atlet sepak bola dihubungkan dengan konsumsi
suplemennya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menggali lebih dalam terkait pengetahuan tentang suplemen dan pola konsumsinya pada
atlet sepak bola.

2. Menggali lebih dalam terkait persepsi atlet sepak bola terhadap konsumsi suplemen.

3. Menggali lebih dalam terkait perilaku atlet sepak bola dalam mengonsumsi suplemen

4. Menggali lebih dalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi atlet dalam mengonsumsi
suplemen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi akademik

Dapat memberikan sumbangan tentang teori tentang persepsi atlet

bola basket terhadap konsumsi suplemen.

1.4.2 Bagi Praktis

1. Bagi Klub bola basket, dapat lebih memberikan perhatian kepada atlet terkait
kinsumsi suplemen baik saat latihan maupun bertanding.

2. Bagi masyarakat umum, dapat memberikan informasi terkait persepsi atlet bola
basket mengenai konsumsi suplemen.

3. Bagi bidang gizi, dapat memberikan sumber pengetahuan/literatur terbaru tentang


persepsi atlet bola basket mengenai konsumsi

suplemen.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai