Anda di halaman 1dari 7

FUNGSI MEKANISME PERTAHANAN

Mekanisme pertahanan digunakan sebagai pertahanan diri dalam menghadapi realitas


eksterna yang penuh tantangan. Jika realitas eksterna menuntut terlalu banyak, melebihi
kapasitas diri untuk mengatasinya, maka kepribadian akan mengaktifkan defense mechanism.
Begitu pula sebaliknya, bila hasrat dan dorongan dari dalam diri terlalu kuat, dan bila dorongan
itu akan mengancam keharmonisan relasi individu dengan realitas eksternal, maka defense
mechanism akan diaktifkan untuk meredamnya.3

KLASIFIKASI MEKANISME PERTAHANAN


Mekanisme pertahanan ego dikelompokkan menjadi tiga, yaitu mekanisme pertahanan
matang (matur), mekanisme pertahanan tidak matang (imatur), dan mekanisme pertahanan
primitif3

A. Mekanisme Pertahanan Matur


1. Humor
Humor membuat hidup menjadi lebih mudah. Rasa humor memupuskan emosi
lainnya tanpa ketidaknyamanan suatu individu dan efek yang tidak menyenangkan
terhadap orang lain. Humor matur menyebabkan suatu individu yang melihat suatu
kesakitan untuk segera terdistraksi ke sesuatu yang lebih baik, sehingga pikiran itu
dapat terdistraksi ke arah yang lebih menyenangkan.1 Melalui humor, seseorang dapat
mengubah penghayatan akan suatu peristiwa yang tidak menyenangkan menjadi
menyenangkan. Humor juga dapat berfungsi menyalurkan agresivitas tanpa be rsifat
destruktif.2

2. Altruisme
Altruisme berarti adanya suatu kesenangan tersendiri bagi seorang individu dengan
memberikan sesuatu kepada orang lain, di mana sesuatu tersebut tentunya merupakan
hal yang berarti bagi pemberi.1

3. Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan dorongan-
dorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi dorongan yang sesuai
dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas eksternal. Misalnya: dorongan
seksual diubah menjadi dorongan kreatif untuk menghasilkan karya seni; dorongan
agresi diubah menjadi daya juang untuk mencapai suatu tujuan.3

4. Supresi
Supresi merupakan suatu mekanisme pertahanan yang memodulasi konflik
emosional atau stresor internal/eksternal dengan sabar. Mekanisme pertahanan supresi
meminimalisir dan menunda suatu konflik tanpa mengabaikan kesenangan.1 Supresi
merupakan satu-satunya mekanisme pertahanan ego yang dilakukan secara sadar.
Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan libidinal (dorongan Id)
yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal. Peredaman dorongan ini dianggap
telah melalui suatu pertimbangan rasional.3

5. Antisipasi
Jika supresi merefleksikan suatu kapasitas impuls di dalam pikiran dan
mengontrolnya (sadar), antisipasi adalah suatu kapasitas untuk tetap menjaga respons
afektif untuk suatu kejadian di masa depan yang tidak dapat ditoleransi.1

B. Mekanisme Pertahanan Imatur3


1. Represi
Represi adalah upaya meredam suatu dorongan libidinal yang berpotensi konflik
dengan realitas eksternal. Yang membedakannya dengan supresi adalah represi
dilakukan tanpa membiarkannya sadar terlebih dahulu. Oleh karena dorongan yang
diredam ini tidak melalui kesadaran, orang yang bersangkutan tidak mungkin
mengolahnya secara rasional.
Contoh: seseorang yang kurang asertif mungkin akan lebih sering mengggunakan
represi untuk meredam kemarahan dan agresivitanya ketika ia tidak berani menolak
hal- hal yang tidak disukainya. Dari luar kelihatan sabar, tetapi diketidaksadarannya
dipenuhi gejolak amarah.
Dibutuhkan energi psikis yang lebih besar untuk melakukan represi dibandingkan
dengan supresi. Hal ini dapat menyebabkan kepribadian melemah. Saat kepribadian
semakin lemah, represi yang dilakukan semakin tidak efektif. Dorongan yang hendak
diredam seringkali lolos dengan berbagai cara.3
2. Proyeksi
Proyeksi merupakan mekanisme di mana seseorang secara psikis menolak dan
mengeluarkan bagian diri yang tidak dikehendakinya. Bagian yang tidak dikehendaki
ini tampil pada orang lain. Orang yang melakukan proyeksi tidak dapat mengenali
tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya. Contoh:
seseorang yang tidak mengenal hasrat seksual yang bergejolak dalam dirinya akan
melihat kebanyakan orang lain berpikir dan bertingkah laku porno.

3. Introyeksi
Mekanisme ini dilakukan dengan cara mengambil alih suatu ciri kepribadian yang
ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur
kepribadian pada orang yang bersangkutan.
Contoh: dalam beberapa organisasi tertentu, senior sering memberikan tekanan
psikis yang sangat berat kepada anggota baru. Dalam kondisi stres berat, anggota baru
tersebut akan lebih mudah mengintroyeksikan tindakan seniornya ini. Untuk
perlindungan diri, para anggota baru tersebut mengubah salah satu struktur
kepribadiannya, serupa dengan senior yang menyiksanya.

4. Reaksi Formasi
Reaksi formasi merupakan suatu upaya melakukan hal yang sebaliknya untuk
melawan suatu dorongan internal yang dapat menimbulkan konflik. Contoh: seorang
yang memiliki hasrat seksual yang tinggi berlaku seolah-olah dia sangat membenci
segala sesuatu yang berbau seks.

5. Undoing
Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang telah
terwujud menjadi tingkah laku. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan ritual
tertentu. Contoh: seseorang tidak dapat menahan diri untuk melakukan masturbasi.
Kemudian dia menyesal dan melakukan upaya untuk membersihkan pelanggaran yang
dia lakukan dengan suatu ritual, misalnya mandi dan mencuci tangan. Hal ini akan
berulang kali dilakukannya bila dia mengulang perbuatan masturbasi.

6. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah upaya mendistorsikan persepsinya akan suatu realitas. Pikiran
akan memberikan alasan-alasan yang kelihatannya masuk akal. Hal ini dilakukan agar
suatu kenyataan yang semula berbahaya dan dapat mengguncang kepribadiannya,
menjadi lebih mudah diterima.
Misalnya: bagi seorang yang self-esteem-nya rapuh, penolakan cinta dari lawan
jenis akan mengguncang kepribadiannya. Orang yang bersangkutan kemudian
melakukan rasionalisasi dengan mendistorsikan kenyataan. Dia beranggapan bahwa
lawan jenis tersebut menolaknya karena merasa tidak layak untuk menjadi kekasihnya.

7. Isolasi
Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap paling
berbahaya. Akibatnya, kepribadian menghayati pengalaman tersebut secara parsial
tidak utuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal dapat menghayati
pengalaman hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat dari aspek kognitif
(pikiran), afektif (perasaan) dan konatif (tingkah laku). Misalnya: ketika seorang
mendapat bonus gaji, orang tersebut akan memikirkan hal-hal yang menyenangkan.
Perasaan akan gembira dan wajahnya berseri-seri pada hari itu. Pada orang yang
melakukan isolasi, contoh: seseorang yang tidak sanggup menerima kenyataan bahwa
orang yang paling dikasihinya meninggal tidak merasa sedih dan tidak menunjukkan
kesedihan. Yang ada hanyalah perasaan hampa. Sesungguhnya kesedihan yang dialami
orang tersebut sangat besar, lebih besar dari yang sanggup ditanggungnya sehingga ia
memendamnya. Hal ini tidak sehat karena akan mengganggu kepribadian di masa yang
akan datang.

8. Intelektualisasi
Mekanisme ini terlalu menonjolkan aspek inteleknya secara berlebihan. Tujuannya
untuk mengkompensasi bagian kepribadian lain yang kurang. Contoh: seorang yang
kurang terampil menjalin relasi sosial yang hangat dengan orang lain, memperlihatkan
upaya yang terlalu besar untuk menonjolkan kepintarannya.

9. Displacement
Displacement dilakukan dengan cara mengganti objek yang menjadi sasaran
kemarahan. Misal: seseorang sangat marah terhadap atasannya karena penghinaan yang
dilakukan sang atasan. Namun, karena tidak mungkin melampiaskan kemarahannya,
dia mengalihkan dorongan tersebut kepada orang lain. Misalnya kepada bawahannya
yang mungkin hanya melakukan kesalahan kecil.

10. Denial
Denial merupakan suatu mekanisme dengan menyangkal bahwa suatu peristiwa
sungguh-sungguh terjadi. Hal ini dilakukan karena tidak sanggup menerima kenyataan
tersebut.

11. Regresi
Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini
dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju ke
tahap perkembangan selanjutnya.
Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang
semakin tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan dan
seductiveness.

C. Mekanisme Pertahanan Primitif3


1. Splitting
Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya
menangani berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu objek atau
pengalaman menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak mampu melihat
daerah abu- abu di antaranya. Secara primitif, hal yang menyenangkan akan dihayati
baik sedangkan yang tidak menyenangkan akan dihayati tidak baik. Semakin tumbuh
dan kepribadian semakin matang, spiltting jarang dilakukan. Mekanisme pertahanan ini
biasanya dilakukan oleh orang dengan gangguan mental yang berat.

2. Projective Identification
Defense mechanism ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup matang.
Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian yang sangat terganggu,
misalnya pada pasien skizofrenia.

3. Primitive Idealization
Mekanisme ini dilakukan untuk mempertahankan harga diri mendasarnya (basic
self-esteem) ketika mengalami ancaman. Hal ini dilakukan dengan mengidealisasikan
orang lain dan kemudian mengembangkan kesatuan dengan orang tersebut. Orang yang
diidealisasikan akan dipandang sepenuhnya memiliki nilai-nilai positif dan tidak
memiliki nilai-nilai negatif sama sekali. Fantasi kesatuan dengan orang tersebut akan
membantu menambal harga diri yang terluka. Contoh: seorang perempuan yang semasa
kecilnya tidak pernah mendapat kasih sayang dari orangtua, kemudian
mengidealisasikan suaminya. Suaminya dianggap sangat sempurna walaupun
kenyataannya sangat kontras dengan idealisasinya tersebut.
4. Omnipotence
Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yang menggunakan mekanisme ini
menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan apapun juga, tidak takut atau
khawatir pada apapun juga. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh bayi pada fase oral.

5. Manic Defense
Mekanisme pertahanan ego ini dikembangkan oleh Melanie Klein. Menurut Klein,
setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama adalah paranoid-schizoid position, di
mana seseorang merasa terpisah dari orang lain. Dia tida dapat menghargai sepenuhnya
keberadaan orang lain. Orang lain dipandang sebagai objek - bukan subjek. Orang lain
dipandang sebagai ancaman bagi diri atau sarana pemuas kebutuhan semata.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, BJ Sadock, JA Grebb. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1, Jakarta Barat: Bina Rupa
Aksara, 2012. Hal: 129-130
2. Maramis, W. F. : catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press; Surabaya,
1980 p 37-38, 65-84
3. Arif I S.Defense Mechanism. Dalam: Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung:
Refika Aditama; 2006:31 -44.

Anda mungkin juga menyukai