Hutan memiliki peranan yang besar bagi kelangsungan hidup manusia sebab
hutan merupakan Penghasil oksigen yang di butuhkan oleh manusia. Hutan pun
berfungsi untuk menyerap sebagian besar karbondioksida yang dikeluarkan oleh
manusia. Sebab terlalu banyak zat karbon bagi Bumi tentu tak baik bagi lapisan
ozon. Maka dari itu, keseimbangan alam pun tercipta ketika hutan memproduksi
oksigen dan menyedot karbondioksida, kebalikannnya dari manusia yang butuh
oksigen dan memproduksi karbondioksida.
Hutan yang masih lebat dan alami merupakan rumah yang nyaman bagi
keanekaragaman hayati. Hutan merupakan rumah bagi 80% spesies hewan dan
tanaman yang Kita kenali sehari-hari, Hutan hujan tropis yang memiliki luasan
wilayah paling luas di Indonesia menjadi rumah yang nyaman bagi berbagai burung
langka dan orangutan yang terancam punah. Hampir sebagian besar proses rantai
makanan berlangsung di dalam hutan.
Hutan memiliki fungsi sebagai pencegah terjadinya bencana alam seperti banjir
dan tanah longsor. Saat ini kejadian banjir dan tanah longsor yang terjadi Di
Indonesia disebabkan oleh kondisi hutan yang rusak akibat ulah manusia. akar
pohon di dalam hutan yang kuat menjadi penyerap derasnya air hujan. Hutan yang
berada di sekitar hulu akan menjadi penyerap air hujan dan akarnya menahan agar
tanah tidak labil dan menjadi bencana longsor. Jika hutan di daerah hulu sudah
hancur tidak terkendali karena penebangan liar dan keserakahan manusia lainnya,
dampak buruknya sudah terlihat. Bencana banjir terjadi berturut-turut, menerjang
kawasan hulu dan hilir sekaligus.
Fungsi Hutan
Keberadaan hutan sangat penting bagi kehidupan, karena hutan memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
Fungsi hutan
Hutan mempunyai tiga fungsi, menurut pasal 6 ayat (1) UU No 41 tahun 1999 tentang
kehutanan yaitu:
fungsi konservasi,
fungsi lindung, dan
fungsi produksi.
Berdasarkan tiga fungsi tersebut, pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokok,
yaitu hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi.
1) Hutan Konservasi
Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan
konservasi terdiri atas kawasan hutan suaka alam dan kawasan hutan pelestarian alam.
a) Hutan Suaka alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya serta
berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan. Kawasan hutan suaka alam terdiri atas
cagar alam, suaka margasatwa dan Taman Buru
b) Kawasan Hutan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik didarat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari
sumber alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan pelestarian alam terdiri atas taman nasional,
taman hutan raya (TAHURA) dan taman wisata alam
c. taman buru
2) Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan
3) Hutan Produksi
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk
memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya serta pembangunan, industri, dan ekspor
pada khususnya. Hutan produksi dibagi menjadi tiga, yaitu hutan produksi terbatas (HPT),
hutan produksi tetap (HP), dan hutan produksi yang dapat dikonservasikan (HPK).
Secara umum fungsi hutan adalah untuk kehidupan Sebagai bagian dari cagar lapisan
biosfer, hutan memiliki banyak fungsi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk di
muka bumi.Tak hanya manusia, hewan dan tumbuhan pun sangat memerlukan hutan untuk
kelangsungan hidupnya.
Allah menciptakan hutan bukan sekedar melengkapi keindahan bumi-Nya, namun di sini
lah kita akan menemukan fungsi hutan yang sangat penting bagi kehidupan makhluk di muka
bumi. Ada beberapa fungsi hutan yang sangat vital bagi kehidupan makhluk di bumi,
diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Menghasilkan Oksigen bagi Kehidupan
Hutan adalah kumpulan pepohonan yang berperan sebagai produsen oksigen. Tumbuhan
hijau akan menghasilkan oksigen dari hasil proses fotosintesis yang berlangsung di daun
tumbuhan tersebut. Dengan jumlah pepohonan yang cukup luas, tentunya hutan akan
memberikan suplay kebutuhan oksigen yang cukup besar bagi kehidupan di muka bumi ini.
Bisa Anda bayangkan bagaimana bumi ini tanpa hutan. Sebagai contoh saat kita berada di
kawasan padang tandus yang tidak ditumbuhi pepohonan hijau, apa yang Anda rasakan? Dan
setelah itu cobalah berteduh di bawah sebuah pohon yang rindang. Tentu akan terasa
jelasperbedaan suasana yang kita rasakan. Begitulah fungsi hutan sebagai penyedia oksigen
kehidupan.
2. Menyerap Karbon Dioksida
Karbon dioksida dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis.Sebuah
keseimbangan alam yang luar biasa telah Allah ciptakan untuk kehidupan manusia. Karbon
dioksida adalah gas berbahaya apabila dihirup secara berlebih oleh manusia. Sebagai contoh
Anda menghirup asap kendaraan bermotor, ini jelas akan sangat membahayakan
manusia.Namun ternyata di sisi lain tumbuhan memerlukan gas tersebut untuk menghasilkan
oksigen yang sangat dibutuhkan makhluk bumi.Keberadaan hutan yang luas di muka bumi,
akan memberikan peluang penyerapan karbon dioksida yang lebih besar. Akibatnya udara di
muka bumi akan bersih dan jumlah oksigen yang dihasilkan hutan pun akan semakin
besar.Inilah fungsi hutan yang cukup luar biasa Allah ciptakan untuk manusia.Anda tentu
masih sangat familiar dengan istilah efek rumah kaca alias pemanasan global. Inilah peran
tersebut. Gas penyebab efek rumah kaca adalah karbon dioksida (CO2).
3. Mencegah Erosi
Keberadaan kawasan hutan yang luas juga akan membantu mencegah erosi atau
pengikisan tanah. Pengikisan tanah dapat disebabkan oleh air. Hutan yang luas akan
menyerap dan menampung sejumlah air yang besar. Akibatnya banjir dan tanah longsor dapat
dikembalikan. Kawasan yang tandus dan gersang biasanya akan rawan dengan bencana
longsor. Inilah fungsi hutan yang lain dan kerap kita lupakan. Para penebang hutan secara liar
melakukan penggundulan hutan tanpa rasa tanggung jawab terhadap keselamatan bumi.
Mereka sebenarnya tak hanya berkhianat kepada banyak orang, tapi juga kepada bumi
sebagai tempat tinggal mereka.
4. Kawasan Lindung dan Pariwisata
Hutan juga berfungsi sebagai tempat untuk melindungi aneka hewan dan tumbuhan
langka. Habitat mereka dilestarikan di kawasan hutan khusus. Di samping itu hutan juga
dapat berfungsi sebagai objek penelitian, tempat wisata dan berpetualang.1[18]
1. Hutan Wisata
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk
melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak musnah /
punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih
fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan
tempat penelitian.
2. Hutan Cadangan
Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian dan
pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar hutan cadangan.
3. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam
tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur
iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti C02
(karbon dioksida) dan C0 (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari
perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng
dan bibir pantai.
Manfaat hutan
Macam/Jenis Hutan Di Indonesia Dan Fungsi Hutan Untuk Kehidupan Di Muka Bumi
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia. Luas hutan
tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang drastis akibat kebodohan oknum
pemerintah dan penjahat yang selalu haus uang dengan membabat dan menggunduli hutan
demi mendapat keuntungan yang besar tanpa melihat dampak bagi lingkungan global.
Berikut di bawah ini adalah pembagian macam-macam / jenis-jenis hutan yang ada di
Negara Kesatuan Republik Indonesia disertai arti definisi dan pengertian :
1. Hutan Bakau
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur. Contoh : pantai
timur kalimantan, pantai selatan cilacap, dll.
2. Hutan Sabana
Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang
sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa tenggara.
3. Hutan Rawa
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah
tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan, Kalimantan, dsb.
5. Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya periode musim
kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala kemarau menyelimuti hutan.
Berbeda halnya dengan di Aceh, setelah masuknya Agama Islam pada tahun
1078 M di Peurlak dan Kerajaan Pasai, maka semua tatanan kehidupan
masyarakatnya dipengaruhi oleh ajaran agama Islam, termasuk tatanan hukumnya.
Hak tertinggi dalam penguasaan tanah dan hutan di Aceh bukanlah pada raja,
melainkan pada Allah yang Maha Kuasa. Semua tanah dan hutan dalam wilayah
kemukiman di Aceh selama belum berada dalam kekuasaan seseorang dinamakan
tanoh hak kullah (hak Allah) atau uteun poeteu Allah. Setiap orang warga
masyarakatnya dapat dengan leluasa menebang kayu sekedar untuk bahan
perumahannya, mengambil hasil hutan, berburu binatang dan mencari ikan. Apabila
hal ini dilakukan sebagai mata pencaharian maka ada kewajiban memberikan
sebagian hasil untuk desanya.7[8]
2. Masa Penjajahan
Didalam masa penjajahan terdapat 3 (tiga) masa antara lain:
a. Masa Penjajahan oleh VOC (1602 – 1799)
Sebelum dijajah oleh Pemerintah Hindia Belanda, nusantara ini, terutama Jawa
dan Madura, berada dibawah penjajahan Verenigde Oost Indische Compagnie
(VOC), yang lebih populer dengan sebutan kompeni. Kompeni ini melakukan
penjajahan untuk mendapatkan komoditas dagang dengan biaya dan harga murah.
Selain rempah-rempah, lada dan kopi, hasil hutan pun, terutama kayu jati Jawa juga
menjadi andalan komoditi perdagangan mereka.Pada masa sebelum VOC berkuasa
(1619), para raja di Jawa masih mempunyai kekuasaan dan kepemilikan atas tanah
dan hutan di wilayah pemerintahannya. Raja mendistristribusikan tanah kepada
pegawai-pegawai istana untuk membiayai kegiatan mereka dan sebagai pengganti
gaji yang harus diterimanya. Tanah yang dibagikan oleh raja dan pejabat-pejabat
istana kepada penduduk berfungsi sebagai sumber pendapatan dan sumbangan
tenaga kerja untuk kerajaan.8[9] Pada waktu VOC mulai terlibat dalam kegiatan
penebangan kayu (timberm extraction), para pekerja dari penduduk desa sekitar
hutan sudah mempunyai ketrampilan yang tinggi. Karenanya, VOC tinggal mengatur
dan memanfaatkan ketrampilan penduduk tersebut untuk meningkatkan intensitas
penebangan kayu agar lebih banyak uang yang diperoleh VOC.
Sejak tahun 1620 kompeni mengeluarkan larangan penebangan kayu tanpa izin,
dan diadakan pemungutan cukai atas kayu dan hasil hutan. Besarnya cukai
dimaksud adalah sepuluh persen (10%). Pada tanggal 10 Mei 1678, kompeni
memberikan izin kepada saudagar Cina yang bernama Lim Sai Say untuk
menebang kayu di seluruh daerah sekitar Betawi, dan mengeluarkannya dari hutan
untuk keperluan kota, asal membayar cukai
sepuluh persen. Sekitar tahun 1760, hutan daerah Rembang sebagian besar sudah
ditebang habis oleh kompeni. Kemudian kompeni memerintahkan orang-orangnya
dari Rembang untuk menebang kayu di Blora, daerah kekuasaan susuhunan. Pada
masa itu, kompeni menganggap bahwa sumber daya alam (hutan dan semua
lahannya), baik yang diperolehnya karena penaklukan atau karena perjanjian adalah
menjadi kepemilikannya. Suatu keputusan yang dicantumkan dalam Plakat tanggal 8
September 1803, yang
berlaku untuk daratan dan pantai pesisir Timur Laut Pulau Jawa mulai dari Cirebon
msampai ke pojok Timur, yang menegaskan bahwa semua hutan kayu di Jawa
harus dibawah pengawasan kompeni sebagai hak milik (domein) dan hak istimewa
raja dan para pengusaha (regalita). Tidak seorang pun, terutama terhadap hutan
yang sudah diserahkan oleh Raja kepada kompeni, boleh menebang kayu, apalagi
menjalankan suatu tindakan kekuasaan. Kalau larangan ini dilanggar, maka
pelanggarnya akan dijatuhi hukuman badan.9[10]Dari gambaran historis di atas,
dapat dikemukakan beberapa hal. Pertama, sejak menguatnya kekuasaan VOC di
Jawa telah menimbulkan implikasi pada beralihnya
pemilikan dan penguasaan (domein) terhadap tanah (lahan) dari domein raja
menjadi domeinnya kompeni. Raja tak lagi berdaya atas wilayah hutan dalam
kerajaannya.Namun pun demikian, hasil hutan berupa kayu masih dapat
diperuntukkan bagi kepentingan raja dan bupati. Sedangkan rakyat jelata, tidak ada
lagi hak atas hutan disekitarnya (gemeente).
Kedua, pada masa kompeni sudah ada peraturan dan penerapan hukum kehutanan
bagi masyarakat. Pemberlakuan hukum kehutanan pada masa itu lebih diutamakan
untuk kepentingan kompeni dalam mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber
daya alam.Pada waktu itu ada anggapan, bahwa hak rakyat atas hutan jati hanya
dilimpahkan kepada kelompok orang tertentu, tidak kepada setiap orang. Hal ini
seperti tertuang dalam Plakat tanggal 30 Oktober 1787 yang memberi izin kepada
awak hutan (boskhvolkenen), yang bekerja sebagai penebang kayu untuk
kepentingan kompeni.
Ketiga, merujuk pada Surat Keputusan Kompeni tanggal 10 Mei 1678 tentang
pemberian izin menebang kayu kepada saudagar Cina, dapatlah dipahami bahwa
sejak pemerintahan zaman kompeni sudah ada kolaborasi antara etnis Cina dengan
para penguasa dalam hal eksploitasi sumber daya hutan, terutama kayu. Mengingat
telah terlalu lama etnis Cina berkiprah dalam bidang perhutanan, maka wajar saja
kalau sebagian besar izin HPH (hak pemanfaatan hasil hutan) dipegang oleh
kelompok mereka hingga sekarang ini.Banyaknya kasus kerusakan hutan di
berbagai daerah di nusantara ini, terindikasi kuat akibat ulah para pengusaha
tersebut, yang senyatanya dikuasai oleh kalangan nonpribumi. Karena hutan tempat
resapan air telah digunduli, maka pribumi, masyarakat adat di pedesaan dan
kelompok marginal perkotaan seringkali harus menjadi korban banjir.
c) Asas Perusahaan
Asas perusahaan adalah pengusaha harus mampu memberikan keuntungan financial yang
layak(lihat pasal 13 ayat(2) UU nomor 5 tahun 1967 jo peraturan pemerintah nomor 7 tahun
1990
Status hutan
Menurut pasal 5 UU No 41 1999 tentang kehutanan, Hutan berdasarkan statusnya terdiri
dari:
hutan Negara yaitu hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.
hutan hak yaitu hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Hak atas tanah,
misalnya hak milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), dan hak guna bangunan (HGB).