Anda di halaman 1dari 11

Tugas Ujian Alvan Aresto Djari / 112016070

ILEUS OBSTRUKTIF
Definisi
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus
sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.Intestinal
obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus
akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan

Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi
oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis,
obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses

Manifestasi Klinis

a. Mekanik sederhana – usus halus atas


Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan
bising usus, nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri tekan
abdomen.
c. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri
abdomen, distensi ringan.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir, distensi
sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung
darah samar.

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi


untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh
dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan.
Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah
keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi
secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera
mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
-Strangulasi
-Obstruksi lengkap
-Hernia inkarserata
-Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter)
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan da nelektrolit.Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.Perlu
diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
APPENDISITIS

Definisi

Apendisitis (radang usus buntu)adalah peradangan pada apendiks vermiformis (umbai cacing/
usus buntu).Umumnya apendisitis disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya
adabeberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti.
Diantaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) apendiks
olehtimbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hiperplasia (pembesaran) jaringan
limfoid, penyakitcacing, parasit, benda asing dalam tubuh, kanker dan pelisutan.

Gejala Klinis
Apendisitis akut merupakan diagnosis abdomen yang paling mudah atau paling sulit. Kasus
klasik ditandai dengan :
a. Rasa tidak nyaman ringan didaerah periumbilikus
Variasi lokasi anatomi apendiks memberikan banyak variasi lokasi utama fase somatik dari
rasa sakit. Misalnya, apendiks yang panjang dengan inflamasi di ujung kuadran kiri bawah
menyebabkan nyeri pada daerah itu. Apendiks retrocecal dapat menyebabkan nyeri pinggul
atau sakit punggung, apendiks pelvis, terutama nyeri suprapubik, dan apendiks retroileal, nyeri
testis, mungkin karena iritasi arteri spermatika dan ureter. Malrotasi usus juga bertanggung
jawab pada pola nyeri pada apendisitis.
b. Anoreksia, mual, muntah, obstipasi, diare
Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis. Hal ini begitu konstan sehingga diagnosis
apendisitis perlu dipertanyakan jika pasien tidak anoreksia.
Walaupun hampir 75% pasien mengalami muntah, tetapi ini tidak menonjol dan kebanyakan
pasien hanya muntah sekali atau dua kali. Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan adanya
ileus.
Kebanyakan pasien biasanya juga mengeluhkan kesuliatan buang air besar sebelum timbul
sakit perut, dan banyak yang merasa bahwa dengan buang air besar akan menghilangkan rasa
sakit perut mereka.
Diare terjadi pada beberapa pasien, terutama pada anak-anak, sehingga pola fungsi usus
memberikan sedikit nilai diagnosis. Urutan timbulnya gejala memberikan arti yang besar untuk
diagnosis banding. Pada 95% pasien dengan apendisitis akut, anoreksia merupakan gejala
utama. Kemudian diikuti dengan nyeri perut lalu muntah-muntah. Jika muntah timbul sebelum
rasa sakit, diagnosis apendisits perlu dipertanyakan.
c. Nyeri tekan kuadran kanan bawah yang dalam beberapa jam berubah menjadi rasa
pegal dalam atau nyeri di kuadran kanan bawah.
d. Demam dan leukosistosis terjadi pada awal perjalanan penyakit.

Penatalaksanaan

Apendektomi terbuka
Untuk apendektomi terbuka, sebagian ahli bedah menggunakan salah satu insisi, McBurney
(miring) atau Rocky-Davis (melintang) pada otot-otot di kuadran kanan bawah pada pasien
yang dicurigai menderita apendisitis. Sayatan harus pada kedua titik nyeri maksimal atau teraba
massa. Jika dicurigai abses, sayatan ditempatkan di lateral, penting untuk memungkinkan
drainase retroperitoneal dan untuk menghindari kontaminasi dari rongga peritoneum. Jika
diagnosis diragukan, dianjurkan insisi lebih rendah pada garis tengah untuk memungkinkan
pemeriksaan yang lebih luas dari rongga peritoneal. Hal ini terutama berkaitan dengan usia tua
atau dengan keganasaan atau divertikulitis.
Beberapa teknik dapat digunakan untuk menemukan lokasi apendisitis. Karena sekum biasanya
terlihat pada sayatan tersebut, konvergensi taenia dapat dilihat sampai ke dasar apendiks.
Gerakan dari sebelah lateral ke medial dapat membantu menunjukkan lokasi ujung apendiks
ke dalam medan operasi. Sesekali, mobilisasi terbatas diperlukan untuk visualisasi yang cukup.
Apendiks dapat digerakkan oleh mesoapendiks, dengan meligasi arteri apendikularis secara
aman.
Pangkal apendiks dapat dikelola dengan ligasi sederhana atau dengan ligasi dan inversi dengan
baik atau jahitan Z. Selama pangkal apendiks jelas dan dasar sekum tidak terlibat proses
inflamasi, pangkal apendiks dapat diligasi dengan aman dan diikat dengan jahitan
nonabsorbable. Mukosa sekitar apendiks sering diambil untuk mencegah pembentukan
mucocele. Rongga peritoneum dirigasi dan luka ditutup lapis demi lapis. Jika terjadi perforasi
atau gangren pada orang dewasa, kulit dan jaringan subkutan harus dibiarkan terbuka dan
dibiarkan sembuh dengan penyembuhan sekunder atau ditutup dalam sampai 5 hari sebagai
penutupan primer yang tertunda. Pada anak-anak, yang pada umumnya memiliki sedikit lemak
subkutan, penyembuhan primer tidak menyebabkan peningkatan insidensi infeksi pada luka.
Jika tidak ditemukan adanya apendisitis, pencarian secara metodis harus dilakukan untuk
diagnosis alternatif. Sekum da mesenterium harus diperiksa pertama kali. Kemudian, usus kecil
diperiksa secara retrograde dari awal pada katup ileocecal dan meluas sekitar 2 kaki. Pada
wanita, harus diberikan perhatian khusus pada organ panggul. Isi perut bagian atas juga perlu
diperiksa. Cairan peritoneal harus diperiksa dengan pewarnaan gram dan kultur. Jika cairan
purulen, sangat penting untuk mengidentifikasi penyebabnya. Perpanjangan ke medial
(Fowler-Weir), dengan pembagian selaput rektus anterior dan posterior, dapat dilakukan untuk
mengevaluasi perut bagian bawah. Jika terdapat gangguan pada perut bagian atas, insisi
kuadran kanan bawah harus ditutup dan harus dibuat insisi tepat pada garis tengah.
Apendektomi Laparoskopi
Apendektomi laparoskopi dilakukan dengan anestesi umum. Tabung nasogastrik dan kateter
urin ditempatkan sebelum terjadi pneumoperitoneum. Laparoskopi apendisitis biasanya
membutuhkan tiga port. Kadang-kadang empat port untuk memobilisasi apendisitis retrocecal.
Dokter bedah biasanya berdiri di sebelah kiri pasien. Satu asisten diperlukan untuk
mengoperasikan kamera. Satu trocar diletakkan di umbilikus (10mm), dan trocar kedua
diletakkan pada posisi suprapubik. Beberapa ahli bedah menempatkan port kedua di kuadran
kiri bawah. Trocar suprapubik yaitu 10 atau 12 mm, tergantung pada apakah ada atau tidak
stapler linier yang digunakan. Penempatan trocar ketiga (5 mm) bervariasi dan biasanya di
kuadran kiri bawah, epigatrium atau kuadran kanan atas. Penempatan ini berdasarkan lokasi
dari laporan dan pilihan ahli bedah. Awalnya, perut dieksplorasi sepenuhnya untuk
menghilangkan penyakit lainnya. Apendiks dapat diidentifikasi dengan mengikuti taenia
anterior. Diseksi di dasar apendiks memungkinkan ahi bedah untuk membuat jendela antara
mesentrium sampai pada pangkal apendiks. Mesentrium dan basis apendik kemudian
diamankan dan dibagi secara terpisah. Saat mesoapendiks terlibat pada proses inflamasi, hal
ini baik untuk membagi apendiks pertama dengan linier staplerdan kemudian membagi
mesoapendiks yang berdekatan dengan apendiks dengan klip, elektrokauter, harmonic scalpel,
atau staples. Basis apendiks tidak terbalik. Apendiks akan diangkat dari cavum abdomen
melalui situs trocar. Basis apendiks dan mesoapendik perlu dievaluasi mengenai
hemostasisnya. Kuadran kanan bawah harus diirigasi juga. Trocar kemudian diangkat secara
langsung.
Terapi Antibiotik
Antibiotik digunakan sebagai terapi definitif. Manajemen tradisional apendisitis akut
telah menekan manajemen bedah. Pendekatan ini didasarkan pada teori bahwa, apendisitis
sederhana akan berkembang menjadi perforasi, dengan mengakibatkan peningkatan morbiditas
dan mortalitas. Akibatnya, tingkat apendektomi negatif relatif lebih tinggi untuk menghindari
kemungkinanan terjadinya perforasi.
Sebuah studi menganalisis waktu untuk operasi dan terjadinya perforasi, menunjukkan
bahwa risiko waktu pecah apendisitis minimal adalah 36 jam dari onset gejala. Di luar titik ini,
risiko sekitar 5% dari pecah dalam setiap periode 12 jam berikutnya. Namun, pada banyak
pasien penyakit ini memiliki onset yang lambat.
Banyak kondisi akut abdomen seperti diverticulitis dan kolesistitis akut dikelola dengan
cepat tetapi tidak dengan operasi. Meskipun demikian, operasi masih menjadi gold standart
untuk penanganan apendisitis akut.

STRUMA

Definisi
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar
tiroid itu sendiri. Pembesaran kelenjar tiroid ini ada yang menyebabkan perubahan fungsi pada
tubuh dan ada juga yang tidak mempengaruhi fungsi.

Gejala Klinis
Struma menimbulkan gejala klinis dikarenakan oleh perubahan kadar hormon tiroid di dalam
darah. Kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon tiroid dalam kadar berlebih atau biasa
disebut hipertiroid maupun dalam kadar kurang dari normal atau biasa disebut hipotiroid.
Gejala yang timbul pada hipertiroid adalah :
 Peningkatan nafsu makan dan penurunan berat badan
 Tidak tahan panas dan hiperhidrosis
 Palpitasi, sistolik yang tinggi dan diastolik yang rendah sehingga menghasilkan
tekanan nadi yang tinggi (pulsus celler) dan dalam jangka panjang dapat
menjadi fibrilasi atrium
 Tremor
 Diare
 Infertilitas, amenorrhae pada wanita dan atrofi testis pada pria
 Exophtalmus.

Penatalaksanaan
Pada pengendalian keadaan tirotoksisitas/ hipertiroidi dengan pemberian antitiroid, seperti
propil-tiourasil ( PTU ) atau karbimazol. Terapi definitif dapat dipilih antara pengobatan anti-
tiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium radiokatif, atau tiroidektomi. Pembedahan
terhadap tiroid dengan hipertiroidi dilakukan terutama jika pengobatan dengan medikamentosa
gagal dengan kelenjar tiroid besar. Pembedahan yang baik biasanya memberikan kesembuhan
yang permanen meskipun kadang dijumpai terjadinya hipotiroidi dan komplikasi yang
minimal.

LUKA BAKAR

Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat menyebabkan kerusakkan jaringan. Cedera lain
yang termasuk luka bakar adalah sambaran petir, sengatan listrik, sinar X dan bahan korosif.

Gejala Klinis

Derajat Luka
Kedalaman Penemuan Klinis
bakar

Derajat 1 Epidermis Erythema, nyeri

Derajat 2 Dermis dangkal (papillar) Lepuh, cairan jernih, nyeri

Kulit tampak pucat, nyeri berkurang. Sulit


Derajat 2 Dermis dalam (reticular)
dibedakan dengan derajat 3

Derajat 3 Dermis dan jaringan dibawahnya, Keras, eschar seperti kulit, cairan berwarna
atau 4 mungkin fascia, tulang, otot ungu, sensibilitas (-)

Penatalaksanaan

a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi.
Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.

2. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space,
memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat
berbicara jika dibanding dengan intubasi.

3. Pemberian oksigen 100%


Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas yang
menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen dosis besar karena dapat
menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator
dan modulator sepsis.

4. Perawatan jalan nafas


5. Penghisapan sekret (secara berkala)
6. Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan
mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya
menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila perlu.
Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat
(menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid
(masih kontroversial)

7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru

b. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang di
seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap
organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas
yang tidak diperlukan, optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin
survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik
dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai macam cairan seperti kristaloid,
hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang
tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik
dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini:

 Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

 Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

ULKUS DIABETIKUM

Definisi

Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya komplikasi
makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka
pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh
bakteri aerob maupun anaerob.

Gejala Klinis

gejala ulkus diabetika adalah :

a. Sering kesemutan

b. Nyeri kaki saat istirahat

c. Sensasi rasa berkurang

d. Kerusakan jaringan (nekrosis)

e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis,tibialis,dan popliteal


f. Kaki menjadi atrofi, dinding kuku menebal

g. Kulit kering

Penatalaksanaan

Debridemen dan pembersihan luka

Debridemen adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan non
vital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan mempertahankan secara maksimal
struktur anatomi yang penting seperti saraf, pembuluh darah, tendo dan tulang.

Tujuan dasar debridemen adalah mengurangi kontaminasi pada luka untuk mengontrol dan
mencegah infeksi. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan berakibat tidak hanya menghalangi
penyembuhan luka, tetapi juga dapat terjadi kehilangan protein, osteomielitis, infeksi sistemik dan
kemungkinan terjadi sepsis, amputasi tungkai atau kematian. Setelah debridemen membuang
jaringan nekrotik akan terjadi perbaikan sirkulasi dan terpenuhi pengangkutan oksigen yang adekuat
ke luka.

Debridemen yang adekuat merupakan langkah awal tindakan bedah. Debridemen harus
meliputi seluruh jaringan nekrotik dan kalus yang mengelilinginya sampai tampak tepi luka yang sehat
dengan ditandai adanya perdarahan. Pasien bahkan dokter kadang ragu terhadap tindakan ini, namun
akan terkejut saat melihat munculnya jaringan baru yang tumbuh.

HIRSCHSPRUNG DISEASE

Definisi

Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa aganglionik usus, mulai dari spinkter ani
interna ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-
tidaknya sebagian rektum dengan gejala klinis berupa gangguan pasase usus.

Gejala Klinis

Penyakit Hirschsprung dapat kita bedakan berdasarkan usia gejala klinis mulai terlihat :
Periode Neonatal.
Ada trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran mekonium yang
terlambat, muntah hijau dan distensi abdomen. Pengeluaran meconium yang terlambat (lebih
dari 24 jam pertama) merupakan tanda klinis yang signifikan. Muntah hijau dan distensi
abdomen biasanya dapat berkurang manakala mekonium dapat dikeluarkan segera.
Periode anak
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis dan gizi buruk
(failure to thrive). Dapat pula terlihat gerakan peristaltik usus di dinding abdomen. Jika
dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot, konsistensi
semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air besar tidak teratur, sekali
dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi.

Penatalaksanaan

1. Penanganan umum
Stabilisasi penderita, mencakup keseimbangan cairan dan elektrolit, antibiotika jika terjadi
enterokolitis, serta evakuasi kolon dengan enema.
2. Penanganan khusus
Tindakan bedah: dilakukan kolostomi, dan kemudian dilanjutkan dengan pembedahan definitif

Anda mungkin juga menyukai