Anda di halaman 1dari 9

MATERI

RAPAT ANGGGOTA PIMPINAN RANTING


MUSLIMAT NU BUNGURASIH

MUSLIMAT

DI TKM MUSLIMAT NU BUNGURASIH


TANGGAL, 14 DZULQO’DAH 1435 H
6 SEPTEMBER 2014 M
Ada perencanaan atau kebijakan atau
dokumen lain yang menunjukkan
penggunaan obat diorganisir dan
dikelola di seluruh RS
Mengapa orang bisa kecanduan NAPZA?
23052016
Dear kawan,

seandainya waktu sehari bisa lebih dari 24 jam, pastilah blog ini bisa lebih terawat. Sebenarnya sedih juga
membiarkannya kosong sekian lama, tapi memang akhirnya harus membuat skala prioritas untuk berbagai
pekerjaam yang ada, termasuk pekerjaan domestik di rumah. Dan maaf yah... blog ini masuk di nomor buncit
dari daftar prioritas…

Okay, baiklah… tidak usah mendayu-dayu… langsung saja deh kalau mau menulis hehe…. Postingan kali ini
adalah re-publish dari tulisanku di Harian Tribun hari Minggu tanggal 22 Mei kemarin, dengan slight
modification. Tulisan ini berangkat dari keprihatinan mengapa berita tentang jatuhnya sekian banyak korban
miras masih saja terulang…. juga berita artis ini atau pejabat itu yang terlibat penggunaan NAPZA (Narkotika,
Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lain)… Dan tentu saja itu hanyalah fenomena gunung es di mana kasus
yang sebenarnya jauh lebih banyak dari yang diberitakan. Kebetulan pula beberapa waktu yang lalu aku
diundang oleh Subdit Pengawasan Prekursor, Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
BPOM untuk menjadi narasumber dalam sebuah pertemuan di Pontianak, di mana aku diminta berbicara tentang
farmakologi dari obat-obat yang sering disalahgunakan. Dan tau tidak kawan… karena narkotika dan
psikotropika sudah makin ketat pengawasannya, para abuser mencoba mencari obat-obat lain yang
disalahgunakan, yaitu tramadol, haloperidol, amitriptilin, triheksifenidil danklorpromazin. Miris bukan? Obat-
obat ini sekarang digolongkan menjadi Obat-obat Tertentu (OOT) yang harus makin diperketat pengawasannya.

Mengapa sih orang susah lepas dari jeratan NAPZA ketika sudah terperangkap ke dalamnya? Mereka mencoba
menggunakan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan barang haram itu demi memenuhi
kebutuhannya. Sekalinya mereka terperangkap dalam cengkeraman NAPZA, nampaknya sulit sekali untuk keluar
dan hidup normal. Mengapa ya orang-orang yang jatuh dalam kubangan NAPZA seringkali kesulitan untuk
menghentikan kebiasaannya walaupun tahu dampak buruknya? Itulah yang namanya “kecanduan” atau adiksi.
Tulisan ini mencoba mengupas dari aspek kesehatan, apa yang terjadi dengan otak manusia ketika sudah
dipengaruhi NAPZA.

Alasan pertama kali mencoba NAPZA

Banyak macam alasan orang untuk pertama kalinya mencicipi NAPZA. Mulai dari yang karena penasaran, karena
ajakan teman, untuk bersenang-senang, untuk meningkatkan stamina, supaya percaya diri, sampai untuk
melarikan diri dari masalah hidup. Alasan ini sangat bervariasi antar individu. Sebenarnya penggunaan pertama
ini tidak serta merta menyebabkan penyalahgunaan, dan tidak ada batasan tertentu sampai sebanyak apa
penggunaan miras atau NAPZA bisa menyebabkan masalah kecanduan. Tidak semua pengguna miras akan
berkembang menjadi pecandu alkohol, demikian pula pengguna NAPZA. Masalahnya bukan pada jumlah atau
frekuensi penggunaan, tetapi pada efek obat dan alkohol didalam tubuh seseorang. Sehingga, meskipun hanya
mengkonsumsi sedikit, sebagian pengguna alkohol atau NAPZA dapat berkembang menjadi pecandu dan
penyalahguna obat.

Kecanduan adalah masalah di otak

Orang sering berpikir bahwa penyalahgunaan obat atau miras adalah sekedar masalah sosial atau budaya akibat
iman dan moral yang lemah. Dan sebagian dari masyarakat juga yakin bahwa sebenarnya hanya perlu kesadaran
dan kehendak yang kuat untuk bisa keluar dari jeratan NAPZA. Namun sebenarnya masalahnya tidaklah sesimpel
itu. Mengapa? Karena masalah kecanduan dan penyalahgunaan adalah suatu proses yang mempengaruhi kerja
otak. Obat dan miras dapat mempengaruhi kerja otak sehingga menghentikan kecanduan obat dan miras bukan
lagi hanya masalah kemauan. Seringkali diperlukan perlakuan dan pengobatan khusus untuk membantu orang
berhenti dari kecanduan dan dapat melanjutkan kehidupan yang produktif.

Apa definisi Kecanduan Obat?


Kecanduan obat adalah suatu penyakit otak kronis yang
bersifat kambuhan di mana penderita akan terdorong untuk mencari obat/alkohol dan menggunakannya,
meskipun mengetahui bahayanya. Kecanduan obat digolongkan sebagai penyakit otak karena penyalahgunaan
obat/alkohol dapat mempengaruhi struktur dan fungsi otak. Jadi, walaupun benar bahwa keputusan pertama
kali penggunaan NAPZA adalah sukarela dengan berbagai alasan di atas, tapi lama-lama ketika NAPZA makin
sering digunakan, ia akan mempengaruhi otak sehingga pengguna akan kehilangan kontrol diri dan kemampuan
membuat keputusan dalam hal menggunakan NAPZA, dan bahkan akan otak akan membuat dorongan yang
kuat untuk menggunakan NAPZA.

Apa yang terjadi pada otak ketika menggunakan NAPZA?

Golongan NAPZA adalah senyawa kimia yang dapat masuk dan mempengaruhi system komunikasi di otak dan
dapat mengganggu aktivitas sel syaraf untuk mengirim, menerima dan memproses informasi secara normal. Ada
sedikitnya dua cara di mana obat-obat dan alkohol melakukan hal ini. Yang pertama adalah mereka bertindak
menyerupai senyawa alami di otak yang disebut neurotransmitter, yaitu senyawa penghantar pesan di otak. Yang
kedua, obat/alkohol dapat mempengaruhi “ rewardsystem” di otak dengan meningkatkan aktivasi dari sistem
reward.

Sistem reward adalah satu system di otak yang mengatur rasa senang, sehingga ketika diaktifkan kita merasa
senang, dan ingin mengulang dan mengulang lagi. Peristiwa ini melibatkan mesolimbic reward pathway yaitu
jalur terdiri atas neurondopaminergik yang berasal dari Vental Tegmental Area (VTA)
menuju ke nucleus
accumbens (NA) dan diteruskan ke otak bagian prefrontal cortex. Sistem ini memerlukan keberadaan
neurotransmitter dopamin untuk mengaktifkannya.

Reward pathway yang melibatkan jalur dopaminergik

Banyak hal yang bisa mengaktifkan system reward di otak. Stimulus alami bagi system reward adalah makanan,
minuman, sex, kasih sayang, semua ini menyebabkan rasa nyaman dan senang. Kita tidak pernah bosan dengan
makan, minum, kasih sayang, dan selalu ingin mengulangi dan mengulang lagi untuk mendapatkannya. Obat-
obat NAPZA dan alkohol juga dapat mengaktifkan system reward di otak dengan berbagai mekanisme.

Ganja dan heroin misalnya, memiliki struktur yang mirip dengan senyawa alami di otak yaitu endorphin,
sehingga bisa mengaktifkan reseptornya di otak dan “mengakali” otak sehingga mengirim pesan yang abnormal
ke system reward, sehingga membuat perasaan senang. Obat lain seperti kokain dan Ecstassy, bekerja dengan
cara meningkatkan pelepasan neurotransmitter dopamine dan serotonin dari ujung saraf, dan mencegah
kembalinya neurotransmiter ini ke saraf. Hal ini menyebabkan peningkatan kadar neurotransmitter yang berlebih
di tempat aksinya dan mengaktifkan system reward.

Hampir semua obat golongan NAPZA yang sering disalahgunakan, termasuk alkohol (dan bahkan rokok –
nikotin), bekerja secara langsung maupun tidak langsung mengaktifkan system reward dengan meningkatkan
ketersediaan dopamin di otak. Dopamin adalah satu jenis neurotransmitter di otak yang bekerja mengontrol
gerakan, emosi, motivasi, dan perasaan senang. Stimulasi yang berlebihan pada system reward, yang normalnya
adalah berespon terhadap stimulus alami menghasilkan efek euphoria ketika menggunakan NAPZA. Reaksi ini
kemudian membentuk suatu pola di otak yang mendorong orang untuk melakukan dan melakukan lagi perilaku
ini (penggunaan NAPZA) untuk memperoleh kesenangan.

Sebagian besar NAPZA bekerja meningkatkan kadar dopamin otak

Jika orang tersebut terus menerus menggunakan NAPZA, maka otak akan beradaptasi terhadap keberadaan
dopamin yang tinggi dengan cara mengurangi produksi dopamin atau mengurangi reseptor dopamin. Hal ini
menyebabkan pengguna NAPZA berusaha untuk terus menggunakan NAPZA untuk menjaga agar fungsi dopamin
kembali ke “normal”, atau berusaha menambah dosis NAPZA untuk mencapai kadar dopamin yang tinggi untuk
mencapai “tingkat kesenangan” yang diinginkan. Tidak jarang pula mereka mencoba jenis NAPZA yang lain dan
dicampur dengan alkohol dan aneka tambahan lain untuk mendapatkan efek kesenangan yang diharapkan.

Penggunaan yang terus menerus akan menyebabkan perubahan pada system dan sirkuit di otak. Penelitian
menunjukkan bahwa pada penderita kecanduan NAPZA terjadi perubahan area di otak pada bagian yang
mengatur kemampuan menilai, pengambilan keputusan, belajar dan mengingat serta control perilaku.
Bersamaan dengan itu, perubahan fungsi otak ini juga mendorong pengguna untuk mencari dan menggunakan
obat terus menerus, yang kita kenal dengan istilah kecanduan obat atau adiksi obat. Mereka tidak
mempedulikan lagi bahayanya jika terjadi overdosis maupun efek-efeknya terhadap organ tubuh lainnya,
bahkan sampai kematian pun mereka tidak pikirkan. Jika mereka tidak mendapatkan obat, tubuh mereka
akan “sakaw” karena pada saat tidak mendapat obat, otak mereka akan kekurangan dopamin sehingga
mengakibatkan berbagai gejala fisik maupun psikis. Hal ini yang menyebabkan mereka terus terdorong untuk
mendapatkan obat bagaimanapun caranya. Manifestasi “sakaw” dari masing-masing obat berbeda tergantung
dari jenis obatnya.

Mengapa sebagian orang bisa kecanduan dan yang lain tidak?

Tidak ada faktor tunggal yang bisa memprediksi apakah seseorang akan mengalami kecanduan NAPZA atau
tidak. Risiko terjadinya kecanduan dipengaruhi oleh sifat biologis orang itu sendiri, kondisi sosial ekonomi,
lingkungan sosial, dan usia atau tahapan perkembangan. Semakin banyak faktor risikonya, semakin besar
kemungkinan seseorang menjadi pencandu.

Faktor biologi. Tidak bisa dipungkiri, faktor genetik yang dikombinasi dengan pengaruh lingkungan, merupakan
penentu dari separuh kerentanan seseorang terhadap kecanduan obat. Selain itu, jenis kelamin, etnik, dan
adanya gangguan kejiwaan lain bisa mempengaruhi risiko terjadinya penyalahgunaan obat dan kecanduan

Lingkungan. Lingkungan keluarga dan teman sampai status sosial ekonomi dan kualitas hidup adalah beberapa
faktor lingkungan umum yang bisa mempengaruhi kejadian kecanduan obat. Faktor lain yang khusus antara lain
adalah tekanan dari teman, stress, pola asuh orangtua, dll.

Tahap perkembangan. Semakin dini usia seseorang menggunakan NAPZA untuk pertamakalinya, makin mungkin
berkembang untuk menjadi kecanduan yang serius. Dan karena otak remaja itu masih dalam kondisi
perkembangan, maka remaja paling berisiko untuk menjadi pencandu.

Bagaimana pengatasan kecanduan NAPZA?

Pada tahap tertentu, kecanduan NAPZA perlu mendapatkan penatalaksanaan yang tepat. Sebagian besar diawali
dengan detoksifikasi dan terapi terhadap kondisi “sakaw” jika diperlukan. Detoksifikasi adalah suatu proses
dimana tubuh membersihkan diri dari obat, dan perlu diatur secara khusus untuk mencegah efek-efek fisiologis
akut yang mungkin terjadi ketika obat dihentikan tiba-tiba. Proses detoksikasi kadang memerlukan obat-obat
tertentu untuk mengatasi gejala-gejala putus obat yang kadang juga berbahaya bagi penderita. Gejala putus
obat heroin misalnya akan diatasi dengan metadon. Gejala putus obat diazepam bisa diatasi dengan lorazepam.
Tatalaksana ini harus dilakukan di bawah pengawasan dokter yang kompeten, dan dilakukan di tempat
pelayanan kesehatan yang sesuai. Setelah itu, detoksifikasi harus dilanjutkan dengan suatu penilaian terhadap
kondisi pasien dan tatalaksana terhadap kecanduan. Program mengatasi kecanduan juga melibatkan terapi
perilaku dan terapi lainnya yang mendukung. Hasil yang diharapkan adalah penderita dapat berhenti
menyalahgunakan NAPZA, bisa bertahan bebas NAPZA dan hidup normal dengan lebih produktif.

Pencegahan adalah Kunci Utama

Dari uraian di atas, kita dapat memahami bahwa mengapa tidak mudah orang lepas dari jeratan NAPZA ketika
mereka sudah terperangkap di dalamnya, karena NAPZA memang bisa mengubah kemampuan seseorang untuk
berpikir dan mengambil keputusan. Namun demikian, kecanduan NAPZA adalah penyakit yang bisa dicegah.
Karena itu, program pencegahan menjadi kunci utama. Perlu terus menerus dilakukan kampanye-kampanye
pencegahan penyalahgunaan NAPZA untuk mengurangi semakin banyaknya kasus-kasus kecanduan NAPZA.
Penelitian telah menunjukkan bahwa program pencegahan yang melibatkan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
media cukup efektif dalam mengurangi penyalahgunaan NAPZA. Meskipun banyak peristiwa dan faktor budaya
mempengaruhi tren penyalahgunaan NAPZA, ketika pemuda menganggap penyalahgunaan NAPZA adalah
berbahaya, diharapkan mereka mengurangi penggunaan obat mereka atau bahkan tidak mau mencoba
memulainya.

Jadi, JANGAN SEKALI-SEKALI MENCOBA JIKA TIDAK INGIN TERJERAT NAPZA.. !!


Standar Akreditasi Rumah Sakit 2013 Pokja MPO
BiKiNhOkI

Melanjutkan mengenai artikel standar akreditasi rumah sakit 2013 maka kali ini akan diposting mengenai Standar Akreditasi Rumah Sakit
2013 Pokja MPO atau Manajemen Penggunaan Obat. Ini adalah Standar Akreditasi Rumah Sakit 2013 Pokja Manajemen Penggunaan Obat
Terbaru.

BAB 6.
MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT (MPO)

Elemen Penilaian MPO.1


1. Ada perencanaan atau kebijakan atau dokumen lain yang mengidentifkasi bagaimana penggunaan obat diorganisir dan dikelola di
rumah sakit
2. Semua penataan pelayanan dan petugas yang mengelola proses obat dilibatkan dalam struktur organisasi
3. Kebijakan mengarahkan semua tahapan manajemen obat dan penggunaan obat dalam rumah sakit
4. Sekurang-kurangnya ada satu review manajemen obat yang didokumentasikan dalam selama 12 bulan terakhir
5. Pelayanan farmasi dan penggunaan obat sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku
6. Sumber informasi obat yang tepat tersedia bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat.

Elemen Penilaian MPO.1.1


1. Seorang petugas yang mempunyai izin, sertifikat dan terlatih mensupervisi semua aktivitas
2. Petugas tersebut memberikan supervisi terhadap proses yang diuraikan dalam MPO.2 sampai dengan MPO.5.

SELEKSI DAN PENGADAAN


Elemen Penilaian MPO.2
1. Ada daftar obat yang dalam stok rumah sakit sakit atau siap tersedia dari sumber luar.
2. Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan daftar tersebut (kecuali ditetapkan oleh peraturan atau otoritas di luar rumah
sakit)
3. Ada proses yang disusun untuk menghadapi bilamana obat tidak tersedia, pemberitahuan kepada pembuat resep serta saran
substitusinya.

Elemen Penilaian MPO.2.1


1. Ada metode untuk mengawasi penggunaan obat dalam rumah sakit
2. Obat dilindungi terhadap kehilangan atau pencurian di seluruh rumah sakit
3. Para praktisi pelayanan kesehatan dilibatkan dalam proses pemesanan, penyaluran, pemberian dan monitoring proses, juga diikut-
sertakan dalam memantau dan menjaga daftar obat
4. Keputusan untuk menambah atau mengurangi obat dari daftar dipandu dengan kriteria
5. Bila ada obat yang baru ditambahkan dalam daftar, ada proses atau mekanisme untuk memonitor bagaimana obat digunakan dan KTD
6. Daftar penelaahan sekurang-kurangnya setahun sekali berdasarkan atas informasi tentang safety dan efektivitas.

Elemen Penilaian MPO.2.2


1. Ada proses untuk persetujuan dan pengadaan obat yang dibutuhkan tapi tidak ada dalam stok atau yang secara normal tersedia di
rumah sakit
2. Ada proses untuk mendapatkan obat pada saat dimana farmasi tutup atau persediaan obat terkunci
3. Staf memahami proses dimaksud dan tujuan

PENYIMPANAN
Elemen Penilaian MPO.3
Setiap elemen a) sampai dengan f) tersebut diatas dinilai/skor secara terpisah, karena mewakili hal yang kritis dan berisiko tinggi.
1. Obat disimpan dalam kondisi yang sesuai bagi stabilitas produk.
2. Bahan yang terkontrol dilaporkan secara akurat sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku
3. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan obat diberi label secara akurat untuk isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
4. Seluruh tempat pernyimpanan obat diinspeksi secara berkala sesuai kebijakan rumah sakit untuk memastikan obat disimpan secara
benar;
5. Kebijakan rumah sakit sakit menjabarkan cara identifikasi dan penyimpanan obat yang dibawa oleh pasien

Elemen Penilaian MPO.3.1


1. Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara penyimpanan yang tepat bagi produk nutrisi
2. Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara penyimpanan obat radioaktif, untuk keperluan investigasi dan sejenisnya
3. Kebijakan rumah sakit menjabarkan cara obat sample disimpan dan dikendalikan
4. Semua penyimpanan sesuai dengan kebijakan rumah sakit.

Elemen Penilaian MPO.3.2


1. Obat emergensi tersedia dalam unit dimana akan diperlukan atau dapat terakses segera dalam rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat emergensi
2. Kebijakan rumah sakit mengarahkan bagaimana obat emergensi disimpan, dilindungi dari kehilangan atau pencurian
3. Obat emergensi dimonitor dan diganti secara tepat setelah digunakan, kadaluwarsa atau rusak

Elemen Penilaian MPO.3.3


1. Ada sistem penarikan obat
2. Kebijakan dan prosedur menyebutkan setiap penggunaan obat yang diketahui kadaluwarsa
3. Kebijakan dan prosedur menyebutkan pemusnahan obat yang diketahui kadaluwarsa
4. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan

PEMESANAN DAN PENCATATAN (ordering & transcribing)


Elemen Penilaian MPO.4
1. Kebijakan dan prosedur di rumah sakit mengarahkan peresepan, pemesanan dan pencatatan obat yang aman
2. Kebijakan dan prosedur menyebutkan tindakan yang terkait dengan penulisan resep yang tak terbaca dan pemesanan yang tidak jelas
3. Adanya proses kerjasama untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur
4. Staf yang terkait terlatih secara benar dalam praktek penulisan resep, pemesanan dan pencatatan
5. Rekam medis pasien memuat daftar obat yang sedang dipakai sebelum dirawat inap dan informasi ini tersedia di farmasi dan para
pemberi asuhan pasien
6. Order pertama obat dibandingkan dengan daftar obat sebelum dirawat, sesuai SPO

Elemen Penilaian MPO.4.1


Elemen a) sampai dengan i) tersebut diatas dinilai/skor secara bersama karena merepresentasikan kebijakan rumah sakit tentang pesanan
yang lengkap.
1. Pesanan obat atau penulisan resep yang bisa diterima dijabarkan dan sekurang-kurangnya elemen a) sampai dengan i) disebutkan
dalam kebijakan
2. Pesanan obat atau penulisan resep lengkap sesuai kebijakan rumah sakit

Elemen Penilaian MPO.4.2


1. Hanya orang yang diijinkan oleh rumah sakit dan badan pemberi lisensi terkait, undang-undang dan peraturan dapat menuliskan resep
atau memesan obat
2. Ada proses untuk menetapkan batas, bila perlu, untuk praktek menuliskan resep atau memesan obat
3. Petugas yang diijinkan untuk menuliskan resep dan memesan obat dikenal oleh unit pelayanan farmasi atau orang lain yang
mengeluarkan obat

Elemen Penilaian MPO.4.3


1. Obat yang diresepkan atau dipesan dicatat untuk setiap pasien
2. Pemberian obat dicatat untuk setiap dosis
3. Informasi obat tercatat dalam status pasien atau diselipkan kedalam status pasien saat dipulangkan atau dipindahkan

PERSIAPAN DAN PENYALURAN (dispensing)


Elemen Penilaian MPO.5
1. Obat dipersiapkan dan disalurkan dalam area yang bersih dan aman dengan peralatan dan supplai yang memadai
2. Persiapan dan penyaluran obat harus memenuhi undang-undang, peraturan dan standar praktek profesional
3. Staf yang menyiapkan produk steril dilatih dalam hal teknik aseptic

Elemen Penilaian MPO.5.1


1. Rumah sakit menjabarkan informasi spesifik pasien apa yang dibutuhkan untuk proses penelaahan yang efektif
2. Kecuali ada perkecualian yang terdapat pada maksud dan tujuan, setiap resep atau pesanan obat ditelaah ketepatannya dan meliputi
elemen a) sampai dengan g) tersebut diatas. Jadi, setiap resep dan pesanan obat dievaluasi untuk ditelaah ketepatannya
3. Ada proses untuk menghubungi petugas yang menuliskan resep atau memesan obat bila timbul pertanyaan
4. Petugas yang diijinkan untuk menelaah pesanan obat atau resep dinilai kompetensinya untuk tugas ini
5. Penelaahan difasilitasi dengan catatan (profil) dari semua pasien yang menerima obat
6. Bila digunakan software komputer, untuk meng-cross-check obat, untuk interaksi obat dan alergi, harus di-update secara berkala

Elemen yang bisa diukur dari MPO.5.2


1. Ada sistem yang seragam di rumah sakit dalam penyaluran dan pendistribusian obat
2. Obat diberi label secara tepat setelah disiapkan
3. Obat dikeluarkan dengan form yang sederhana
4. Sistem mendukung penyaluran obat secara akurat
5. Sistem mendukung penyaluran obat tepat waktu

PEMBERIAN (Administration)
Elemen Penilaian MPO.6
1. Rumah sakit mengidentifikasi petugas, melalui uraian jabatannya atau proses pemberian kewenangan, mendapatkan otorisasi untuk
memberikan obat
2. Hanya mereka yang mempunyai ijin dari rumah sakit dan pemberi lisensi yang terkait, undang-undang dan peraturan bisa memberikan
obat
3. Ada proses untuk menetapkan batasan, bila perlu, terhadap pemberian obat oleh petugas

Elemen Penilaian MPO.6.1


1. Obat diverifikasi berdasarkan resep atau pesanan
2. Jumlah dosis obat di verifikasi dengan resep atau pesanan obat
3. Route pemberian di verifikasi dengan resep atau pesanan obat
4. Obat diberikan secara tepat waktu
5. Obat diberikan sebagaimana diresepkan dan dicatat dalam status pasien

Elemen Penilaian MPO.6.2


1. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk mengatur pengobatan sendiri oleh pasien
2. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk mengatur pendokumentasian dan pengelolaan setiap obat yang dibawa ke dalam
rumah sakit sakit untuk atau oleh pasien
3. Kebijakan dan prosedur diimplementasikan untuk mengatur ketersediaan dan penggunaan sampel obat

PEMANTAUAN (Monitoring)
Elemen Penilaian MPO.7
1. Efek pengobatan terhadap pasien dimonitor, termasuk efek KTD
2. Proses monitoring dilakukan secara kolaboratif
3. Rumah sakit mempunyai kebijakan yang mengidentifikasi efek KTD yang harus dicatat dalam status pasien dan yang harus dilaporkan
ke rumah sakit
4. Efek KTD didokumentasikan dalam status pasien sebagaimana diharuskan oleh kebijakan
5. Efek KTD dilaporkan dalam kerangka waktu yang ditetapkan oleh kebijakan

Elemen Penilaian MPO.7.1


1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses bersama
2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan dalam kerangka waktu sesuai prosedur
3. Mereka yang bertanggungjawab untuk melaksanakan prosedur diidentifikasi
4. Rumah sakit sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan yang terkait dengan manajemen obat dan KNC untuk memperbaiki
proses penggunaan obat

Semoga artikel mengenai Standar Akreditasi Rumah Sakit 2013 Pokja Menejemen Penggunaan Obat ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai