Anda di halaman 1dari 23

WILSON KESMAS TMS

KAMIS, 08 MARET 2012

Hubungan status ekonomi dan pendidikan Ibu Hamil


dengan Anemi di Puskesmas kayu Kunyit Kecamatan
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan (1)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status Ekonomi


2.1.1. Pengertian
Menurut Prijono dan Budhi Soesetyo (2008), bahwa ekonomi adalah bagaimana
manusia dan masyarakat melakukan pilihan dengan atau tanpa menggunakan sarana
uang untuk memanfaatkan sumberdaya yang langka dalam menghasilkan berbagai
barang dan jasa dan mendristibusikannya diantara mereka bagi keperluan konsumsi,
pada saat ini atau dimasa mendatang, diantara berbagai manusia dan kelompok yang
ada dimasyarakat.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (2000), ekonomi adalah pembagian dan
pemanfaatan barang – barang dan jasa serta kekayaan seperti keuangan,
perindustrian, pedagangan, serta rumah tangga. Sedangkan yang dimaksud dengan
ekonomi dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat dan keluarga
yang cenderung mengarah pada penghasilan dan pendapatan keluarga.
2.1.2. Peran Status Ekonomi
Menurut Depkes RI, (2000), peran status ekonomi dalam kesehatan sangat
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang dan cenderung mempunyai ketakutan
akan besarnya biaya untuk pemeriksaan, perawatan, kesehatan dan persalinan. Ibu
hamil dengan status ekonomi yang memadai akan mudah memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Dalam hal ini perlu ditingkatakan lagi bimbingan dan layanan bagi ibu hamil
dengan status ekonomi rendah dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan
puskesmas seperti posyandu, pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Dengan adanya sarana diatas diharapkan setiap ibu hamil memiliki pengetahuan yang
baik tanpa memandang status ekonomi.
2.1.3. Klasifikassi Status Ekonomi
Klasifikasi status ekonomi ini diterapkan berdasarkan Upah Minimum Regional
(UMR) Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 930.000,-
(DISNAKERTRANSOS Kabupaten Bengkulu Selatan, 2012).
2.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, negara, maupun
pemerintah pada era reformasi ini. Pembaruan demi pembaruan selalu diupayakan agar
pendidikan benar-benar dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah diamanatkan oleh para pendiri Republik
Imdonesia yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945.
Menurut Redja Mudyaharjo (2001), pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungannya dan sepanjang hidup, serta segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan menurut Kamus pendidikan, tingkat
pendidikan adalah jenjang pendidikan yang telah ditempuh seseorang.
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah membentuk dan meningkatkan
kemampuan manusia yang mencangkup cipta, rasa, dan karsa. Ketiga kemampuan tersebut harus
dikembangkan bersama-sama secara seimbang, sehingga terbentuk manusia indonesia seutuhnya
(Natoatmodjo, 2007).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20
tahun 2003, tentang Sisdiknas).

Adapun fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 tahun
2003, tentang Sisdiknas).
Sedangkan jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri untuk mengembangkan suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan itu terdiri atas :
1. Pendidikan Formal
Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 11
dijelaskan bahwasannya pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstuktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan Non Formal
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab I Pasal 12 Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang.
3. Pendidikan Informal
Menurut Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab
1 Pasal 13, Pendidkan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pelaksanaan
pendidikan berlangsung tidak dengan cara-cara artificial, melainkan secara alamiah atau
berlangsung secara wajar, oleh sebab itu pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan
informal.
Jenjang pendidkan formal terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan bentuk lain
yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau
bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan
menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) atau bentuk lain yang sederajat.
3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma sarjana, magister, spesialis, dokter, yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Dalam penyelenggaraan pendidikan terdapat suatu proses belajar dan mengajar yang
dilakukan oleh peserta yaitu antara guru dan siswanya. Proses pendidikan dapat berjalan lebih
efektif bila tiap peserta didik ikut ambil bagian secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Pemilihan alat bantu pendidikan harus tepat dan mudah dipahami baik secara lisan
maupun tulisan bagi peserta didik. Banyak para pendidik berpendapat bahwa materi yang mereka
berikan akan dapat lebih mudah dimengerti dan dipahami apabila disampaikan dengan
menggunakan alat bantu.
Latar belakang pendidikan orang tua terutama ibu merupakan salah satu unsur penting
yang ikut menentukan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Ibu yang
memiliki pendidikan lebih tinggi akan melakukan pemilihan makanan untuk konsumsi keluarga
tidak hanya didasarkan untuk memenuhi selera keluarga saja tetapi juga didasarkan atas
pemenuhan kebutuhan zat gizi dan kemampuan keluarga (Atikah Proverawati dan Siti Asfuah,
2009).
Sedangkan Menurut Hariyani Sulistyoningsi (2011), pendidikan dalam hal ini biasanya
berkaitan dengan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan
pemenuhan kebutuhan gizi, misalnya prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan rendah
biasanya adalah yang penting menyenangkan, sebaliknya kelompok orang dengan pendidikan
tinggi memiliki kecendrungan memilih bahan makanan yang bergizi.
Pendidikan para ibu sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan sehari – hari dirumah dan
lingkungan sosial agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan lebih baik dan sesuai dengan apa
yang diharapakan.

2.3. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan yang istimewa bagi seorang wanita sebagai
calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang
mempengaruhi kehidupannya (Weni Kristiyanasari, 2010).
Sedangkan menurut Waryono (2011), Kehamilan adalah suatu proses
pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang
tumbuh didalam rahim seorang wanita.
Menurut buku gizi kesehatan ibu dan anak, kehamilan akan memicu perubahan
baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimia. Adanya perubahan tersebut sangat
mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil yang bertujuan untuk memaksimalkan
pertumbuhan dan perkembangan janin (Hariyani Sulistyoningsih, 2011).

2.4. Anemia
2.4.1. Pengertian Anemia
Menurut WHO, Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih
rendah dari nilai normal. Anemia juga berarti suatu kondisi ketika defisiensi ukuran atau
jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin (Tarwoto dan Wasnidar, 2008).
Anemia secara laboratorik yaitu keadaan apabila terjadi penurunan dibawah
normal kadar hemoglobin, hitung eritrosit dan hemotokrit (packedredcell) (I made Bakta,
2003).
Anemia yang paling sering terjadi terutama pada ibu hamil adalah anemia karena
kekurangan zat besi (Fe) atau lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi (AGB).
Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin dalam sel darah dibawah normal yang disebabkan karena kekurangan zat
besi (Endah Kusumawardani, 2010).
2.4.2. Kriteria dan Derajat Anemia
Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis klamin dan
tempat tinggal. Kriteria anemia menurut standar WHO 2004 adalah sebagai berikut
Tabel. 2.1

Kelompok Umur Hemoglobin (g/100 ml)

Laki-laki dewasa < 13gr%/dl

Wanita Dewasa < 12gr%/dl

Wanita Hamil < 11gr%/dl

Anak 6 – 14 tahun < 12gr%/dl

6 bulan – 6 tahun < 12gr%/dl

 Sedangkan derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin menurut WHO :


 Ringan sekali : Hb 10 g/dl – batas normal
 Ringan : Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl
 Sedang : Hb 6 g/dl 7,9 g/dl
 Berat : Hb < 6 g/dl
 Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Menetapkan derajat anemia
sebagai berikut :
 Ringan sekali : Hb 11 g/dl – batas normal
 Ringan : Hb 8 g/dl – < 11 g/dl
 Sedang : Hb 5 g/dl - < 8 g/dl
 Berat : Hb < 5 g/dl
2.4.3. Klasifikasi Anemia
Menurut Waryono (2011), dalam buku ilmu kebidanan menyebutkan terdapat
bermacam – macam anemia dalam kehamilan antara lain :
1. Anemia Defisiensi Gizi Besi
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hifokromik serta keadaan tersebut
paling banyak dijumpai.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik/perniosa. Penyebabnya adalah karena
kekurangan asam folat, jarang terjadi.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia ini disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang dalam membentuk sel – sel
darah merah baru.
4. Anemia Hipolitik
Anemia ini disebabkan oleh penghacuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih
cepat dari pembuatannya.
Sedangkan menurut Rostam Mochtar (2000). anemia yang sering terjadi pada
ibu hamil adalah :
1. Anemia Gizi Besi
Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan gizi besi darah artinya
konsentrasi hemoglobin dalam darah kurang kkarena terganggunya pembentukan sel
sel darah merah akibat kurangnya kkadar zat besi dalam darah.
2. Anemia Defisiensi Gizi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh menurunnya jumlah besi
total dalam tubuh sehingga penyediaan besi untuk eritroposis berkurang. Anemia ini
sering sekali dijumpai terutama pada ibu hamil.
Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2008), klasifikasi anemia berdasarkan
penyebabnya dapat dikelompokan menjadi tiga katagori yaitu :
1. Anemia karena hilangnya sel darah merah, terjadi akibat perdarahan karena berbagai
sebab seperti perlukaan, perdarahan akibat operasi, perdarahan akibat uterus,
perdarahan hidung, perdarahan gastrointesstinal,
2. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan karena
kekurangan unsur penyusun sel darah merah ( asam folat, vitamin B12, dan zt besi ).
3. Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah, dapat terjadi
karena overaktif nya Reticu Ioendothenial System (RES). Meningkatnya destruksi darah
merah dan tidak adekuatnya produksi sel darah merah biasanya karena faktor-faktor :
a. Kemampuan respon sumsum tulang terhadap penurunan sel darah merah kurang
karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah.
b. Meningkatnya sel-sel darah merah yang masih muda dalam sumsum tulang
dibandingkan yang matur/matang.
c. Ada atau tidaknya hasil destruksi sel darah merah dalam sirkulasi (seperti
meningkatnya kadar bilirubin).
2.4.4. Etiologi/ Penyebab Anemia
Menurut Tarwoto dan Warnidar (2008), secara umum penyebab anemia adalah :
1. Kekurangan zat besi dalam makanan yang dikonsumsi.
Faktor kemiskinan dan perubahan pola makan, kebudayaan, ketimpangan gender
menjadi penyebab hal tersebut.
2. Penyerapan zat besi yang tidak optimal.
Misalnya karena diare, pembedahan saluran pencernaan, sebagian zat besi di absorpsi
di usus halus bagian pangkal (duodenum ), penyerapan zat besi juga dipengaruhi oleh
hormon intrinsik faktor yang dihasilkan di lambung.
3. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan, menstruasi yang banyak,
perdarahan akibat luka, perdarahan karena penyakit tertentu, misalnya : kanker.
Secara umum yang menyebabkan anemia sebagai berikut ( Guyton, 2004 ) :
1. Perdarahan
Perdarahan mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah merah.
Perdarahan dapat terjadi secara mendadak dalam jumlah banyak, biasanya ini disebut
perdarahan eksternal dan terjadi pada waktu kecelakaan. Selain itu, perdarahan kronis
juga dapat mengakibatkan kehilangan sel darah merah dengan jumlah banyak. Yang
dimaksud dengan perdarahan kronis adalah yang sedikit demi sedikit berlangsung
secara terus menerus. Perdarahan jenis ini dapat disebabkan oleh kanker saluran
pencernaan dan wasir.
2. Aplasia sumsum tulang
Yang susum tulangnya dihancurkan. Penyebab lazimnya hal ini adalah
keracunan obat atau radiasi sinar gamma misalnya pemaparan radiasi akibat ledaakan
bom nuklir.
3. Kegagalan pematangan
Terganggunya produksi sel darah merah bisa disebabkan makanan yang
dikonsumsi kurang mengandung zat gizi terutama zat – zat gizi penting seperti : besi,
asam folat, vitamin B12, protein, vitamin C dan zat gizi penting lainnya. Selain itu juga
dapat disebabkan oleh tidak berfungsinya pencernaan dengan baik atau kelainan
lambung sehingga zat – zat gizi penting tidak dapat diserap dan terbuang bersama
kotoran, apabila ini berlangsung lama maka tubuh akan mengalami anemia.
4. Hemolisis sel darah merah
Dengan berbagai kemungkinan penyebabnya seperti : (a) keracunan obat, (b)
penyakit herediter seperti penyakit bulan sabit, sferositosis atau lainnya yang membuat
membran sel darah merah rapuh, dan (c) eritroblastosis fetalis, suatu penyakit neonatus
tempat antibodi dari ibu merusak sel darah merah dalam bayi.
Sedangkan menurut materi ajaran (Maliana, 2009), bahwa faktor – faktor yang
berhubungan dengan anemia terutama gizi besi adalah :
1. Asupan zat besi dalam makanan
2. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap prilaku dalam memilih
makanan yang akan berdampak pada asupan gizinya.
3. Pendidikan
Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik
dalam kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah.
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi keluarga maka cenderung pengeluaran total dan pengeluaran
pangan semakin tinggi
5. Frekuensi makan
6. Jenis bahan makanan
2.4.5. Akibat Anemia
Menurut Artikah Proverawati dan Siti Asfuah (2009), akibat yang akan terjadi
pada anemia kehamilan adalah sebagai berikut :
a. Hamil Muda (Trimester pertama) :
abortus, missed abortus, dan kelainan congenital.
b. Trimester kedua :
Persalinan prematur, pendarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam
rahim, asphixia intrauterin sampai kematian, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah, dekompensatio kordis-kematian ibu.
c. Saat Inpartu :
Gangguan his primer dan sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan
tindakan tinggi, ibu cepat lelah, gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan
operaktif.
d. Pascapartus :
Ormon uteri menyebabkan perdarahan, retensio ormone ( plasenta adhesip, plasenta
akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta ), perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi
febris peurperalis, gangguan involusi uteri, kematian ibu tinggi ( perdarahan, infeksi
peurperalis, gestosis ).
Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2008), akibat anemia pada ibu hamil yaitu :
a. Pada ibu menjadi penyulit persalinan
b. Resiko sok pada waktu persalinan
c. Mudah terjadi penyakit selama kehamilan
d. Keguguran, lahir prematur
e. Bayi lahir dengan berat badan rendah
f. Kelainan bawaan atau cacat pada janin
g. Kematangan fungsi organ tubuh janin tidak sempurna
Sedangkan menurut Weni Kristiyanasari (2010), dalam Medical book gizi ibu
hamil bahwa anemia yang sering terjadi umumnya di indonesia disebabkan oleh
anemia defisiensi besi. Anemia ini dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, seperti : abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan,
dan juga akan mengalami penurunan kecerdasaan intelijensi setelah bayi dilahirkan (
IQ anak dapat turun 6 sampai 9 poin ).
2.4.3. Tanda dan Gejala Anemia
Menurut Atikah Proverawati dan Siti Asfuah (2009), dalam buku gizi untuk
kebidanan tanda dan gejala ibu hamil dengan anemia adalah sebagai berikut : Keluhan
lemah, pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal ( perlu
dicurigai anemia defisiensi ), mengalami malnutrisi, cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang – kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun ( anoreksi ), konsentrasi
hilang, nafas pendek ( pada anemia parah ), dan keluhan mual muntah lebih hebat
pada hamil muda.
Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2008), Tanda dan Gejala Anemia Gizi Besi
hampir sama dengan anemia pada umumnya yaitu :
a. Cepat lelah/kelelahan hal ini terjadi karena simpanan oksigen dalam jaringan otot
kurang sehingga metabolisme otot terganggu.
b. Nyeri kepala dan pusing merupakan kompensasi dimanna otak kekurangan oksigen,
karena daya angkut oksigen berkurang.
c. Kesulitan bernapas, dimana tubuh lebih banyak lagi oksigen dengan cara kompensasi
pernapasan lebih dipercepat.
d. Palpitasi, dimana jantung berdenyut lebih cepat diikuti dengan peningkatan denyut
nadi.
e. Pucat pada muka, telapak tangan, kuku, membran mukosa mulut dan konjungtiva.
2.4.4. Mendiagnosa Anemia
Menurut Sarwono (2002), mendiagnosa anemia defisiensi besi yang berat tidak
sulit karena ditandai ciri-ciri yang khas yakni :
a. Lesu, lemah, letih, lunglai, lelah (5 L)
b. Sering disertai dengan pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, mulut, dan telapak tangan menjadi
pucat.
Kadar hemoglobin saja ternyata tidak akurat untuk melihat apakah seseorang
mengalami anemia gizi besi atau tidak. Ini antara lain disebabkan kadar Hb baru akan
terpengaruhi setelah jangka waktu yang agak lama. Kadar Hb juga tidak bisa
menentukan jenis anemia yang diderita, ibu hamil dengan kandungan zat besi cukup
bisa saja mempunyai kadar Hb yang rendah.
Menurut Tarwoto dan Wasnidar (2008), Ada tiga cara menentukan anemia gizi
besi dengan melakukan uji laboratorium yang harus dipadukan dengan pemeriksaan
kadar Hb untuk memperoleh hasil yang lebih tepat dalam menentukan anemia gizi besi
yaitu :
1. Serum Ferritin (SF)
Ferritin di ukur untuk mengetahui status besi didalam hati, banyaknya zat besi yang
tersimpan dalam hati digambarkan oleh banyaknya ferritin dalam darah. Bila kurang
dari 12 ug/I maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.
2. Transferin Saturation (TS)
Kadar besi dan total iron binding capacity (TIBC) dalam serum merupakan salah satu
cara menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi kadar besi menurun dan
TIBC meningkat. Rasio antara keduanya disebut transferin saturation yang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

TS = X 100

Bila TS lebih kecil dari 16% pembentukan sel-sel darah merah dalam sumsum
berkurang.
3. Free Erythrocyte Protophorphyrin (FEP)
Sirkulasi FEB dalam darah dapat meningkatkan karena kurangnya zat besi yang
tersedia untuk membentuk sel-sel darah merah didalam sumsum tulang, walaupun
anemia belum terjadi. Kadar normal FEP antara 35-50 ug/dl RBC. Kekurangan besi
ditunjukan oleh kadar FEP yang lebih besar dari 100 ug/dl RBC. Secara ringkas untuk
menentukan keadaan anemia seseorang dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.
Tabel. 2.2
Tabel Parameter untuk menentukan status besi

Parameter Anemia/Defisiensi Besi


Serum Ferritin < 12 ug/l
Transferin Saturation < 16%
Free Erythrocyte Protophorphyrin >100 ug/dl RBC
Hemoglobin (Hb) :
< 13 g/dl
 Laki – laki dewasa
 Wanita dewasa < 12 g/dl

 Wanita hamil < 11 g/dl

Anemia gizi besi yang berlanjut semakin parah akan mempengaruhi struktur dan
fungsi jaringan epitel, terutama lidah, kuku, mulut, dan lambung bila tidak ditangani
akan mengakibatkan perubahan kardiovaskular dan pernafasan yang dapat berakhir
pada gagal jantung.
Jumlah zat besi yang dibutuhkan jauh lebih besar dari pada tidak hamil, hal ini
dapat didiagnosa menurut kebutuhan zat besi menurut Triwulan adalah sebagai berikut
:
a. Pada Triwulan 1
Zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari
ditambah dengan janin dan red cell mass 30-40 mg.
b. Pada Triwulan II
Zat besi yang diberlakukan adalah ± 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari
ditambah dengan kebutuhan red cell mass 300 mg dan conceptus 115 mg.
c. Pada Triwulan III
Zat besi yang dibutuhkan adalah 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari
ditambah dengan kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg. Maka
kebutuhan pada Triwulan II dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat
dari makanan (Husaini 1989 dikutip oleh Waryono, 2011).
2.4.5. Pencegahan dan terapi anemia pada ibu hamil
Menurut Setiawan Y (2006) dikutip oleh Endah Kusumawardani (2010), dijelaskan
bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah
sebagai berikut :
1. Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel
darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada
trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena
itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu
pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi
sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari,
selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang
banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian ferro sulfat 60 mg
/ hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan
parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr
diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat
yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada
ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan
test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.
1. Anemia Megaloblastik
Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan
asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg / hari, vitamin B12 1,25 mg / hari,
sulfas ferrosus 500 mg / hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat
diberikan transfusi darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah
tranfusi darah.
4.Anemia Hemolitik
Pengobatan adalah tranfusi darah.
5 Anemia Lain
Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I
dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka
dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu
hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi.
Adapun cara pencegahan Anemia pada ibu hamil menurut Waryono (2011),
adalah :
a. Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki setiap hari.
b. Istirahat yang cukup
c. Makan makanan yang bergizi dan banyak mengandung Fe, misalnya : daun pepaya,
kangkung, daging sapi, hati ayam dan susu.
d. Pada ibu hamil, dengan rutin memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama hamil
untuk mendapatkan tablet besi (Fe) dan vitamin yang lainnya pada petugas kesehatan,
serta makan makanan bergizi 3 X 1 hari, dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak.
Menurut Hariyani Sulistyoningsi (2011), berikut upaya pencegahan dan
penanggulangan anemia pada ibu hamil secara lebih terperinci :
1. Meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi
Perhatikan komposisi hidangan setiap kali makan dan makan makanan yang banyak
mengandung zat besi dari bahan makanan hewani seperti : (daging, ikan, ayam, hati,
telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
tempe). Serta perlu juga makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung
vitamin C seperti ; ( daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk, dan nanas
) sangat bermanfaat untuk penyerapan zat besi dalam usus.
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet tambah darah (
tablet besi/Fe ).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi yaitu :
a. Minum tablet besi dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena
dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi
berkurang.
b. Kadang – kadang dapat terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut
terasa tidak enak, mual – mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.
c. Untuk mengurangi gejala sampingan, minum tablet besi setelah makan malam,
menjelang tidur. Akan lebih baik jika setelah minum tablet besi disertai makan buah –
buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk, dll.
d. Simpanlah tablet zat besi ditempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung,
jauhkan dari jangkaun anak-anak, dan setelah dibukan harus ditutup kembali dengan
rapat. Tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum ( warna asli :
merah darah ).
e. Tablet zat besi tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi.
f. Tablet besi adalah obat bebas terbatas sehingga dapat dibeli di apotek, toko obat,
warung, bidan fraktek, pos obat desa.
g. Dianjurkan menggunakan tablet besi generik yang disediakan pemerintah dengan
harga terjangkau oleh masyarakat.
3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti :
kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
Sedangkan menurut Tarwoto dan Wasnidar (2008), cara mengatasi anemia pada
ibu hamil adalah sebagai berikut :
 Identifikasi penyebab anemia pada ibu hamil
 Pastikan tanda dan gejala anemia yang terjadi pada ibu hamil
 Makan makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat
 Makan yang cukup, 2 kali lipat dari pola makan sebelum hamil
 Konsumsi vitamin C yang lebih banyak
 Hindari atau kurangi minum kopi, teh, alkohol, dan obat-obatan/ zat penenang
 Minum suplemen zat besi (sulfa ferrosus) 90 tablet selama kehamilan
 Hindari aktifitas yang berat dan istirahat yang cukup
 Timbang berat badan setiap minggu
 Ukur tekanan darah dan periksalah Hb pada tempat pelayanan kesehatan.
Selain itu menurut Tarwoto dan Wasnidar (2008) penatalaksanaan Anemia Gizi
Besi atau Defisiensi Besi adalah sebagai berikut :
1. Mengatasi penyebab anemia seperti penyakit, perdarahan, cacingan, dan lain – lain.
2. Pemberian nutrisi/makanan yang lebih banyak mengandung unsur zat besi,
diantaranya daging hewan, telor, ikan, sayuran hijau.
3. Pemberian tablet zat besi selama kehamilan
Menurut Atikah Proverawati dan Siti Asfuah (2009), bahwa pengobatan pada
anemia sesuai dengan jenis anemianya, kebanyakan ibu hamil menderita anemia gizi
besi atau defisiensi besi. Berikut cara terapi atau pengobatan dengan pemberian tablet
besi :
a. Terapi Oral
Dengan memberikan preparasi besi yaitu :
Fero sulfat : 3 tablet/hari, a 300 mg mengandung 60 mg Fe
Fero glukonat : 5 tablet/hari, a 300 mg mengandung 37 mg Fe
Fero fumarat : 3 tablet/hari, a 200 mg mengandung 67 mg Fe
Efek samping : konstipasi, berak hitam, mual dan muntah.
Pemberian zat besi oral tidak boleh dihentikan setelah hemoglobin mencapai nilai
normal, tetapi harus dilanjutkan 2-3 bulan lagi untuk memperbaiki cadangan besi.
b. Terapi Parenteral
Apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan
penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilan tua. Dosis
pemberiannya dapat dihitung dengan rumus :
Zat besi yang di perlukan(mg)= (15-Hb) x BB x 3

2.5. Hubungan Status Ekonomi dengan Anemia


Peran status ekonomi dalam kesehatan sangat berpengaruh terhadap kesehatan
seseorang dan cenderung mempunyai ketakutan akan besarnya biaya untuk
pemeriksaan, perawatan kesehatan dan persalinan. Selain latar belakang pendidikan,
ibu dengan status ekonomi tinggi mempunyai kemampuan yang lebih dalam
menentukan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh keluarga. Pemilihan
makanan untuk konsumsi keluarga tidak hanya didasarkan untuk memenuhi selera
keluarga saja tetapi juga didasarkan atas pemenuhan kebutuhan zat gizi dan
kemampuan keuangan keluarga. Keluarga dengan penghasilan rendah dibawah upah
minimum regional (< Rp 930.000,-) sangat sulit memenuhi kebutuhan gizi keluarganya,
ditambah kenyataan keluarga miskin umumnya tingkat pendidikan dan pengetahuan
yang rendah. Sebagai ilustrasi sebuah keluarga dengan 4 orang anggota, mempunyai
penghasilan dibawah UMR, hanya mampu mengkonsumsi makanan maksimal seharga
Rp 5.750,-/jiwa/hari. Dengan kondisi seperti ini tentu akan sulit bagi keluarga tersebut
untuk mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna atau sekarang dengan istilah gizi
seimbang.
Manurut buku ajaran gizi untuk kebidanan bahwa faktor – faktor yang
mempengaruhi gizi ibu hamil terutama dengan anemia salah satunya status ekonomi,
karena ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan
dikonsumsi sehari – hari. Seorang dengan ekonomi tinggi kemudian hamil maka
kemungkinan besar sekali gizi yang dibutuhkan tercukupi ditambah lagi adanya
pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau (Atikah Proverawati dan Siti Asfuah,
2009).
Menurut Arisman (2004) dikutip oleh Tarwoto dan Wasnidar (2008) bahwa
keadaan sosial ekonomi keluarga sangat mempengaruhi keadaan nutrisi ibu hamil
anemia karena untuk memenuhi kebutuhan gizi diperlukan sumber keuangan yang
memadai, daya beli keluarga yang rendah dalam memenuhi kebutuhan gizi sudah
barang tentu asupan nutrisi juga berkurang.
2.6. Hubungan Pendidikan dengan Anemia
Berg dan Muscat (1985) menyebutkan bahwa pada banyak negara dilaporkan
penyebab utama gizi salah satunya bukan hanya disebabkan kemiskinan, tetapi oleh
karena kekurangan pengetahuan. Pengetahuan gizi menjadi landasan penting untuk
menentukan konsumsi pangan keluarga. Walaupun kekurangan zat gizi menjadi hal
utama, tetapi sebagian kekurangan gizi akan bisa diatasi kalau ibu tauh bagaimana
memanfaatkan sumber yang dimiliki.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja melainkan salah
satunya pendidikan, terutama pada ibu hamil anemia yang disebabkan rendahnya pengetahuan
ibu hamil unuk mengkonsumsi zat besi atau makanan yang mengandung zat
besi (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Waryono (2011), makin tinggi pendidikan makin tinggi pula kesadaran
ibu untuk mendapatkan gizi yang baik sehingga tidak menimbulkan anemia pada
kehamilan. Menurut Helmiyah Umiyati (1999) bahwa ibu hamil anemia dengan
pendidikan rendah prevalensinya lebih besar daripada ibu yang berpendidikan tinggi.
Sedangkan menurut Tarwoto dan Wasnidar (2008), bahwa pendidikan erat dengan
kemampuan menerima informasi yang berkaitan dengan kesehatan terutama pada ibu
hamil anemia, seperti pengetahuan anemia, pemilihan makanan tinggi zat besi dan
asupan zat besi.
Berdasarkan status pendidikan, kebanyakan ibu hanya sampai sekolah dasar, bahkan ada
yang tidak bersekolah. Rendahnya pendidikan ibu akan berdampak pada rendahnya pengetahuan
ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Makin
rendah pengetahuan ibu, makin sedikit keinginannya untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Pendidikan ibu adalah faktor yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya
anemia (www.skrpsistikes.wordpress.com).

Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih
baik dalam kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan
lebih rendah (Maliana, 2009).
2.7. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, maka dapat digambarkan kerangka konsep
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1.
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

2.8. Definisi Operasional


Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Independen
Status Jumlah Kuesioner Wawancara 1. Rendah : bila Ordinal
Ekonomi penghasilan ≤ Rp 930.000
ekonomi 2. Tinggi : bila
keluarga yang > Rp 930.000
dihitung dalam
rupiah setiap
bulan

Pendidikan Wahana yg Kuesioner Wawancara1. Pddk Dasar : Ordinal


dilalui peserta Ibu yang pernah
mengikuti
didik untuk pendidikan pada
mengembangkan tingkat sekolah
potensi diri yang dasar (SD),SMP
berstruktur dan atau sederajat
berjenjang 2. Pddk Menengah
:
terdiri atas Ibu yang pernah
pendidikan mengikuti
dasar,pendidikan pendidikan
menengah dan setingkat
pendidikan SMA,SMK atau
sederajat
Tinggi 3. Pddk Tinggi :
Ibu yang pernah
mengikuti
pendidikan
setingkat
diploma atau
perguruan tinggi
2 Dependen
Anemia Suatu keadaan Checklist Pemeriksaan1. Anemia : bila Ordinal
dengan kadar Hb langsung Hb < 11 gr/dl
yang lebih pada ibu 2. Tidak anemia
rendah dari nilai hamil : bila Hb ≥ 11
normal. gr/dl
WHO 2004

2.6. Hipotesis
1. Ho : Tidak ada hubungan status ekonomi ibu hamil dengan anemia yang berkunjung di
Puskesmas Kayu Kunyit Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
Ha : Ada hubungan status ekonomi ibu hamil dengan anemia yang berkunjung di
Puskesmas Kayu Kunyit Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
2. Ho : Tidak ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan anemia yang berkunjung di
Puskesmas Kayu Kunyit Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
Ha : Ada hubungan pendidikan ibu hamil dengan anemia yang berkunjung di Puskesmas
Kayu Kunyit Kecamatan Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
Wilson Gaster di 19.42 Tidak ada komentar:
Berbagi


Beranda
Lihat versi web
MENGENAI SAYA
Wilson Gaster
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai