Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU BULI (VESIKOLITIASIS)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Profesi Ners


Departemen Surgical di Ruang 19 RSSA

Disusun Oleh:
REZKY PRAYOGIATMO
170070301111075

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN

BATU BULI (VESIKOLITIASIS)


RUANG 19 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG
Untuk memenuhi tugas Profesi Ners Departemen Surgikal Ruang 19 RSSA Malang

Oleh :
REZKY PRAYOGIATMO
NIM. 170070301111075

Telah diperiksa dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
A. Definisi
Baru Buli atau Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran kemih
yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada vesika urinari atau
kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung batu kalsium oksalat atau
fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp. And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis adalah batu kandung kemih yang
merupakan keadaan tidak normal di kandung kemih, batu ini mengandung komponen kristal
dan matriks organik (Sjabani dalam Soeparman, 2001:377).
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi
dalam urin (Smeltzer, 2002:1460)
B. Etiologi

Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut Soeparman (2001:378) batu kandung kemih
(Vesikolitiasis) adalah

1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena, hiperkalsiuria idiopatik
(meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium, kalsium dan protein),
hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air kemih, khususnya
sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap),
minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu pembentukan batu
kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih : dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum : minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink,
jus apel dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini disebabkan oleh diet
rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan penyakit usus kecil atau
akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik (tidak dijumpai
predisposisi metabolik).
8. Batu Asam Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan hiperurikosuria
(primer dan sekunder).
C. Patofisiologi
(Terlampir)
D. Manifestasi Klinik
Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung
kemih menyebabkan retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang
dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah, gelisah,
nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung
pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul
dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar
biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika
penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis), biasanya tidak
menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal (2006) adalah:
1. Hematuri.
2. Sering ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a. pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat
berbentuk batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan
pengendapan batu asam urat.
b. Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila
terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c. Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses
pembentukan batu saluran kemih.
d. Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a. Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b. Lekosit terjadi karena infeksi.
c. Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a. Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau
tidak.
b. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini
dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak
memberikan informasi yang memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
F. Komplikasi
Menurut Soeparman (1960) adapun komplikasi dari batu kandung kemih (Batu Buli) ini
adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal menyerupai
sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik
ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine.
Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi
maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara
progresif dapat terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal menyaring hasil
metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan
kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden ke ginjal
dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang tinggi disertai
mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kamih
f. Perforasi pada kandung kemih
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronis
i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
G. Penatalaksanaan
a. Tujuan:
1) Menghilangkan obstruksi
2) Mengobati infeksi.
3) Mencegah terjadinya gagal ginjal.
4) Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
b. Operasi dilakukan jika:
1) Sudah terjadi stasis/bendungan.
2) Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif
harus dilakukan operasi.
c. Therapi
1) Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2) Allopurinol untuk batu asam urat.
3) Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1) Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium
oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan, kopi, coklat; sedangkan
untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti
ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah.

2) Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
3) Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.
4) Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2) Riwayat infeksi saluran kemih.
3) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4) Keturunan.
5) Alkoholik, merokok.
6) Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi).
b. Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah.
2) Demam.
3) Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
4) Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
5) Distensi abdominal, penurunan bising usus.
6) Alkoholik
c. Pola eliminasi
1) Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
2) Hematuri.
3) Rasa terbakar, dorongan berkemih.
4) Riwayat obstruksi.
5) Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Pekerjaan (banyak duduk).
2) Keterbatasan aktivitas.
3) Gaya hidup (olah raga).
e. Pola tidur dan istirahat
1) Demam, menggigil.
2) Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain,
nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post operasi dan
pencegahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/informasi

3. Rencana Keperawatan (Intervensi, Implementasi, Rasional)


No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan Hasil yang a. Kaji karakteristik a. Membantu


dengan adanya iritasi diharapkan: nyeri ( lokasi, mengevaluasi
pada saluran kemih lama, intensitas perkembangan
- Pasien bebas
dan radiasi) dari obstruksi.
dari rasa nyeri
b. Observasi b. nyeri hebat
- Pasien tampak
tanda-tanda ditandai dengan
rileks, bisa tidur
vital, tensi, nadi, peningkatan
dan istirahat.
cemas tekanan darah dan
c. Jelaskan nadi.
penyebab rasa c. mengurangi
nyeri kecemasan
d. Ciptakan pasien.
lingkungan yang d. meningkatkan
nyaman relaksasi,
e. Bantu untuk menurunkan
mengalihkan tegangan otot.
rasa nyeri: e. meningkatkan
teknik napas relaksasi dan
dalam. mengurangi nyeri.
f. Beri kompres f. mengurangi
hangat pada ketegangan otot.
punggung g. analgetik
g. Kolaborasi menghilangkan
dengan dokter rasa nyeri.
untuk
pemberian
analgetik
2. Perubahan pola Hasil yang a. Monitor intake a. Menginformasikan
elminasi: urine diharapkan: dan output. fungsi ginjal.
berhubungan dengan b. Anjurkan untuk b. mempermudah
- Pola eliminasi
inflamasi, obstruksi meningkatkan pengeluaran batu,
urine dan output
karena batu. cairan per oral 3 mencegah
dalam batas
– 4 liter per hari. terjadinya
normal.
c. Kaji karakteristik pengendapan.
- Tidak
urine c. adanya darah
menunjukkan
d. Kaji pola Bak merupakan
tanda-tanda
normal pasien, indikasi
obstruksi (tidak
catat kelainnya. meningkatnya
ada rasa sakit
obstruksi/iritasi
saat berkemih,
ureter.
pengeluaran
d. batu dapat
urin lancar).
menyebabkan
rangsangan
mervus yang
menyebabkan
sensasi untuk
buang air kecil
3. Risiko tinggi Hasil yang a. Monitor intake a. Membandingkan
kekurangan volume diharapkan: dan output secara aktual dan
cairan berhubungan b. Berikan intake mengantisipasi
- Keseimbangan
dengan mual dan cairan 3 – 4 liter output yang dapat
cairan adekuat
muntah. per hari. dijadikan tanda
- Turgor kulit baik
c. Monitor tanda- adanya renal
tanda vital, stasis
turgor kulit, b. menjaga
membran keseimbangan
mukosa. cairan untuk
d. Berikan cairan homeostasis.
intra vena c. dapat
sesuai intruksi menunjukkan
dokter. tanda-tanda
e. Kalau perlu dehidrasi.
berikan obat anti d. menjaga
enemik. keseimbangan
cairan bila intake
per oral kurang.
e. mengurangi mual
dan muntah.
4. Ketidakefektifan Hasil yang a. Kaji a. Mengetahui
management regiment diharapkan: pengetahuan tingkat
terapeutik tentang pasien/tanyakan pengetahuan
- Pasien
perawatan post proses sakit dan pasien dan
mengungkapkan
operasi dan harapan pasien. memimih cara
proses penyakit,
pencegahan b. Jelaskan untuk komunikasi
faktor-faktor
berhubungan dengan pentingnya yang tepat.
penyebab.
kurangnya peningkatan b. dapat mengurangi
- Pasien dapat
pengetahuan/informasi cairan per oral 3 stasis urine dan
berpartisipasi
– 4 liter per hari. mencagah
dalam
c. Jelaskan dan terjadinya batu.
perawatan.
anjurkan pasien c. kurang aktivitas
untuk mempengaruhi
melakukan terjadinya batu.
aktivitas secara d. mendeteksi
teratur. secara dini,
d. Identifikasi komplikasi yang
tanda-tanda serius dan
nyeri, hematuri, berulangnya
oliguri. penyakit.
e. Jelaskan e. membantu pasien
prosedur merasakan,
pengobatan dan mengontrol
perubahan gaya melalui apa yang
hidup. terjadi dengan
dirinya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakarta.

Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan).PT
EGC, Jakarta.

Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York Chicago.

Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT EGC. Jakarta.

San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore
Sydney Toronto.

Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat, buku kedua.
EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai