Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Zainul Irfan 10060313010
Asri Maulanasari 10060313011
Petrisia Oktaviani 10060313012
Mida Purnama Sari 10060313014
Kelompok :3
Shift : A (08.00-11.00)
Tanggal Praktikum : 25 Oktober 2016
Tanggal Pengumpulan : 1 November 2016
Asisten Praktikum : Ira Rayanti, S.Farm
I.Tujuan Percobaan
a. Melakukan pemeriksaan fungsi hati melalui tes kombinasi bilirubin
b. Menginterprestasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh
Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping
itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel
membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah
harus diikatkan albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati (Sacher dkk,
2004).
UDP-glukuronosil
transferase
UDP-asam glukuronat bilirubin monoglukuronida
+ +
bilirubin UDP
UDP-glukuronosil
transferase
UDP-asam glukuronat bilirubin diglukuronida
+ +
bilirubin UDP
monoglukuronida
IV. Prosedur
Prosedur pertama yang dilakukan adalah pengambilan spesimen. Kemudian
spesimen yang sudah diambil dari praktikan kemudian dilakukan sentrifugasi dengan
menggunakan sentrifuga pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Setelah terjadi
pemisahan antara plasma dan serum kemudian dipisahkan kedalam tabung yang
berbeda untuk percobaan berikutnya. Kemudian disiapkan 4 buah tabung reaksi 2
tabung reaksi untuk total dan 2 tabung reaksi untuk direct yaitu tabung reaksi untuk
larutan blangko dan larutan standar yang masing-masing diberi label. Pertama untuk
yang total kedalam tabung larutan blangko dimasukkan serum sebanyak 50 µL,
accelerator 1 mL dan diazo blank sebanyak 100 µL, sedangkan pada tabung reaksi
larutan uji dimasukkan serum sebanyak 50 µL kemudian ditambahkan kedalamnya 1
mL accelerator dan 100 µL reagensia diazo . Dan untuk direct pada tabung blangko
kedalamnya ditambahkan serum sebanyak 50 µL, diazo blank 100 µL dan aquadest
sebanyak 1 mL, sedangkan pada tabung reaksi uji ditambahkan serum sebanyak 50
µL, aquadest 1 mL, dan reagensia diazo sebanyak 100 µL. Keempat tabung reaksi
kemudian dicampur rata diinkubasi pada suhu kamar selama 10 menit. Selanjutnya
dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis
terhadap blanko dan larutan uji pada panjang gelombang (λ) 546 nm. Setelah
dilakukan proses pengukuran dilanjutkan dengan perhitungan kadar bilirubin.
Pengamatan Perhitungan
Absorbansi Bilirubin Total x
=
Faktor
Kadar Bilirubin
Total = 0,014 x 45 mg/dL
a. Waktu inkubasi = 10 menit
= 0,63 mg/dL
b. Absorbansi Total = 0,014
Absorbansi Bilirubin Total x
c. Absorbansi Direct = 0,004 =
Faktor
Kadar Bilirubin
Direct = 0,004 x 5
= 0,02 mg/dl
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin. Birirubin adalah
pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemaglobin dalam proses
pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel, disamping itu sekitar 20 % birirubin
berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat birirubin tidak
larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah terus diikatkan albumin
untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Didalam hati, hepatosit melepaskan ikatan
dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air, sehingga
disebut bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi. Proses konjugasi melibatkan enzim
glukoroniltnsferase, selain dalam bentuk diglukoronida dapat juga dalam bentuk
monoglukoronida atau ikatan dengan glukosa, xylosa dan sulfat. Bilirubin
terkonjugasi dikeluarkan melalui proses energi ke dalam sistem bilier. (E.N
Kosasih,2008).
Bilirubin dapat digunakan sebagai salah satu parameter pemeriksaan fungsi hati
karena bilirubin merupakan hasil pemecahan heme dari sel darah merah yang akan
mengalami konjugasi di hati dengan asam glukoronat dengan batuan enzim uridyl
diphosphate glucoronyl transferase (UDGPT) sehingga menjadi bilirubin-glukoronat
yang lebih larut air (bilirubin direk) dan akan disekresikan ke empedu untuk
mengemulsikan lemak di usus. Apabila ada gangguan fungsi
hati, jumlah bilirubin indirek (hasil pemecahan heme) akan banyak terdapat di darah,
sedangkan jumlah bilirubin direk sedikit terbentuk akibatnya billirubin yang
tidak larut air akan berikatan dengan protein jaringan pada kulit, mata, dan jaringan
lain yang menimbulkan warna kuning pada jaringan tersebut.
Langkah awal yang dilakukan dalam percobaan adalah preparasi sampel yaitu
pengambilan serum darah dari vena, serum adalah bagian dari darah yang sudah
dihilangkan partikel-partikelnya. Setelah serum darah diambil, darah kemudian
ditampung dalam tabung sentrifugasi dan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
3000 rpm selama 10 menit (ini merupakan waktu dan kecepatan yang optimum dalam
memisahkan antara plasma darah dan serumnya). Tujuan dari sentrifugasi antara lain
untuk mengendapakan analit tertentu, menempatkan partikel dan medium
suspensinya dalam suatu medan gaya sentrifugasi. Medan sentrifugasi menyebabkan
partikel bermigrasi lebih cepat ke arah luar dari sumbu rotasi sehingga terjadi
pemisahan sedimen dan suspensinya yang dilakukan selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm guna memperoleh serum yang akan digunakan sebagai sampel
pemeriksaan. Perbedaan yang mendasar antara serum dan plasma adalah plasma
darah mengandung fibrinogen, Pada dasarnya, ketika serum dan plasma dipisahkan
dari darah, plasma masih mempertahankan fibrinogen yang membantu dalam
pembekuan darah sementara serum adalah bagian dari darah yang tersisa setelah
fibrinogen ini dihilangkan. Sehingga digunakan serum untuk menguji kadar
bilirubin agar menghindari adanya faktor pembekuan darah (fibrinogen) sehingga
memudahkan dalam menganalisis (Setyaningrum, 2002). Prinsip dari sentrifugasi
adalah memisahkan serum dan plasma berdasarkan prinsip berat jenis (BJ) dan juga
berdasarkan gaya sentrifuga, dimana plasma berwarna lebih merah tua pekat berada
pada bagian bawah tabung (BJ besar), sedangkan serum yang berwarna merah bening
(BJ kecil) akan berada pada bagian atas tabung.
Pada tabung total blangko biasanya larutan blanko tidak berisi larutan yang
dianalisis hanya saja berisi pelarut dan reagen yang dilakukan untuk mengkalibrasi
spektrofotometri, akan tetapi pada praktikum ini blanko yang digunakan ditambahkan
kedalamnya serum sebanyak 50 𝜇𝑙, 1 ml accelator. Fungsi dari penambahan
accelelator adalah sebagai zat yang dapat memutus ikatan antara bilirubin dan
albumin selain itu accelerator bertfungsi untuk mempercepat reaksi dengan
membentuk zat warna azo. Selain itu kedalmnya ditambahkan diazo blank sebanyak
100 𝜇𝑙. Hal ini dilakukan agar pengujian yang dilakukan lebih spesifik karena
billirubin merupakan zat dengan pigmen warna kuning yang menyebabkan
kemungkinan adanya gangguan senyawa lain yang mempunyai intensitas warna yang
sama yang kemudian jadi pengotor ketika pengujian dengan spektrofotometri.
Sedangkan pada tabung total uji kedalamnya ditambahkan serum sebanyak 50 𝜇𝑙
accelelator sebanyak 1 ml dan reagen diazo sebanyak 100 𝜇𝑙
Dari percobaan diperoleh hasil absorbansi total uji 0,014 dan absorbansi direct
uji 0,004. Sehingga diperoleh kadar bilirubin total dan bilirubin direct masing-
masing yaitu 0,63 mg/dL dan 0,02 mg/ dL. Dari hasil kadar bilirubin total dan
bilirubin direct memasuki nilai normal yaitu 0,1-1,2 mg/dL dan <0,2 mg/dL.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil dari kadar bilirubin yang tidak
sesuai dengan literature, yaitu : Alkohol, penumpukan lemak, virus hepatitis, genetik
dan penyakit autoimun.
VII. Kesimpulan
a. Hasil dari pemeriksaan kadar bilirubin yang diambil dari laki-laki ini, diperoleh
kadar bilirubin total dan bilirubin direct sebesar 0,63 mg/dL dan 0,02 mg/ dL
b. Kadar bilirubin yang diperoleh menunjukkan hasil yang normal dimana praktikan
memiliki kadar bilirubin yang sesuia dengan nilai normal kadar bilirubin.
VIII. Daftar Pustaka
Baron . D. N. (1981). Kapita Selekta Patologi Klinik. EGC, Jakarta.
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. (1994). Buku Ajar Vogel Kimia
Analisa Kuantitatif Anorganik. EGC, Jakarta.
EN Kosasih. (2008). Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Karisma
Publising Group, Jakarta.
Helvi Mardiani. (2004). Metabolisme HEME; Digital Library. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Rahmawaty,Setyaningrum. (2002). Petunjuk Praktikum Biokimia Gizi.
Riswanto. (2009). Tes Kimia Darah Laboratorium Kesehatan. diakses tanggal 26-10-
2016.
Sacher A. Ronald dan Richard A. McPherson. (2004). Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. EGC, Jakarta.
Sudoyo, A.W. dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo.
Yayan A. Israr. (2010). Metabolisme bilirubin. diakses tanggal 26-10-2016.
Widmann FK. (1995). Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi 9.
EGC, Jakarta.