Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Soft Skills


2.1.1 Pengertian Soft Skills
Ada dua jenis skill yang perlu kita tingkatkan yaitu soft skill dan hard skill.
Soft skill terkait dengan perbaikan pemikiran, sikap, dan mental. sedangkan hard skill
adalah jenis skill yang dibutuhkan oleh pekerjaan kita, selain soft skill dan umumnya
terkait dengan skill tertentu yang kita peroleh dari bangku sekolah atau kursus, seperti
komputer, akunting, dan lainnya. Hard Skill juga bisa kita pahami sebagai skill teknis
yang sesuai dengan pekerjaan/ profesi kita. Soft skills dalam bahasa Inggris terdiri
dari dua kata soft dan skills.
Menurut John dan Hassan (1987:538):
“soft adalah (1) lembek; (2) lunak; (3) lemah; (4) lembut; (5) halus; (6)
empuk; (7) mudah, enteng”.

Menurut John dan Hassan (1987:530):


“Skills adalah kecakapan, kepandaian, keterampilan.”

Dari kedua pengertian yang dikemukakan di atas dapat ditarik pengertian


bahwa soft skills adalah keterampilan halus atau keahlian halus.

Sedangkan pengertian soft skills menurut Ichsan S. Putra, dkk (2005:5)


adalah sebagai berikut:
“Soft skills adalah kemampuan interaksi sosial dan pendidikan kepribadian
yang diperoleh dari keterampilan-keterampilan tertentu yang bertujuan untuk
sukses.
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapat ditarik pengertian bahwa soft
skills adalah keterampilan halus yang berasal dari interaksi sosial dan pendidikan
kepribadian yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan.
2.1.2 Atribut-atribut Soft Skills
Menurut Patrick S. O’Brien berbagai soft skills penting dapat dikategorikan
ke dalam 6 area. Keenam area tersebut adalah:
1. Communication Skills
Communication Skills: Interacting effectively with a variety of individuals and
groups to facilitate the gathering, integrating, and conveying of information
in many forms.
Communication Skills sebagai salah satu atribut soft skills dapat diartikan
sebagai kemampuan mengekspresikan pendapat atau perasaan secara lisan
maupun tertulis dengan jelas dan mudah dipahami orang lain.
Kemampuan berkomunikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a) Komunikasi lisan
Komunikasi lisan adalah kemampuan mengekspresikan pendapat atau
perasaan secara langsung dan mudah dipahami orang lain.
Berdasarkan lawan bicara komunikasi lisan dapat dibagi menjadi:
1) Komunikasi Personal (one on one)
2) Presentasi (Presenting)
3) Diskusi Grup (Group Discussion)
b) Komunikasi tulisan
Komunikasi tulisan adalah kemampuan mengekspresikan pendapat atau
perasaan dengan bahasa tulis yang jelas dan mudah dipahami orang lain.
Terdapat tiga tahapan dalam membuat suatu tulisan yakni:
a. Mencari informasi
b. Menulis draft
c. Mengedit dan merevisi
2. Organization Skills
Organization skills: Being organized and methodical, especially in work-
related situations.
Organization skills sebagai salah satu atribut soft skills dapat diartikan sebagai
kemampuan dalam mengorganisasikan atau mengatur waktu dan mengelola
semangat dalam bekerja dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
untuk mencapai tujuan tertentu.
Organization skills disini terdiri atas dua komponen sebagai berikut:
a) Manajemen waktu
Manajemen waktu adalah kemampuan menggunakan waktu dengan
bijaksana dan konsisten pada jadwal dan batas waktu yang disepakati.
Konsep manajemen waktu adalah mengelola pelaksanaan kegiatan-
kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat selesai dengan kualitas maksimal
dan stres yang minimal.
b) Meningkatkan motivasi
Motivasi merupakan keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang yang
menggerakkannya untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi keinginan
tersebut. Motivasi terkait dengan bagaimana seseorang mengelola
semangatnya.
3. Leadership
Leadership skills: The ability to give direction and guidance to others and to
delegate work tasks to peers and subordinates in an effective manner, one that
motivates others to do their best.
Leadership sebagai salah satu atribut soft skills dapat diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain
dengan mengerahkan sejumlah sumber daya untuk melaksanakan suatu tugas
atau pekerjaan sesuai dengan aturan dan memotivasi orang lain agar dapat
melakukan yang terbaik. Yang dimaksud kepemimpinan disini adalah
kepemimpinan efektif
Berikut ini sejumlah karakteristik yang perlu dimilki untuk menjadi
pemimpin efektif:
1. Memiliki visi ke depan
2. Cakap secara teknis
3. Membuat keputusan tepat
4. Berkomunikasi dengan baik
5. Memberikan keteladanan dan contoh
6. Mampu menahan emosi
7. Tahan menghadapi tekanan
8. Bertanggung jawab
9. Cekatan dan penuh inovasi
4. Effort
Effort dapat diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran,
atau sumber daya yang ada dan mau mempelajari hal baru untuk mencapai
tujuan dan mampu menghadapi berbagai tekanan.
Effort disini terdiri atas dua komponen yaitu:
a) Kemampuan dan kemauan belajar
Yaitu kesediaan untuk menjalani proses belajar, memperbaiki diri dari
praktek, menjalankan konsep baru, teknologi baru atau metode baru.
b) Ketahanan menghadapi tekanan
kemampuan untuk mengatasi stres pada saat menghadapi batas waktu yang
mendesak.
Ketahanan menanggung stres adalah kemampuan untuk tetap tenang dan
sabar ketika menghadapi masalah tanpa terbawa emosi
5. Group skills
Group skills: Working with others to accomplish tasks and make good
relating with other people
Sebagai salah satu atribut soft skills, group skills diartikan sebagai
kemampuan dalam bekerjasama dengan orang lain dalam sebuah tim dan
memiliki interpersonal yang baik dengan sesama anggota tim.
Group skills disini terdiri atas dua komponen sebagai berikut:
a) Kerja sama tim
Kerja sama tim adalah kemampuan dalam bekerjasama dengan orang lain
secara efektif dan produktif
b) Kemampuan Interpersonal
Kemampuan Interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi secara
efektif, dan bisa menjalin hubungan secara harmonis dengan orang lain.
Kemampuan ini merupakan kemampuan atau keterampilan melakukan
kontak sosial dengan seluruh individu di dalam kelompok.
6. Ethics
Dalam kaitannya dengan soft skills maka etika berperan penting dalam
beberapa atribut soft skills, dua diantaranya yaitu decision making dan conflict
management.
a) Decision Making
Decision Making: Making timely decisions on the basis of a trough
assessment of the short-and long-term effects of decisions, recognizing the
political and ethical implications, and being able to identify those who will
be affected by the decisions made.
Pengertian decision making disini adalah kemampuan dalam pengambilan
keputusan yang berdampak untuk jangka pendek dan jangka panjang
dengan tepat waktu atas dasar penilaian yang seksama dan dengan sikap
yang etis.
b) Management Conflict
Management Conflict: the ability to identify sources of conflict between
oneself and others, or between other people, and to take the steps to
overcome disharmony.
Pengertian management conflict disini adalah kemampuan
mengidentifikasi sumber konflik antara dirinya dengan orang lain atau
antara orang lain dan mampu menyelesaikan konflik tersebut secara
konstruktif dengan penilaian yang seksama sesuai dengan moral dan etika
agar tercipta keharmonisan.

Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “eticus”
dan dalam bahasa Yunani disebut “ethicos” yang berarti kebiasaan. Etika juga
disebut ilmu normatif, yang dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan
(norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
Etika menurut Rismawaty (2008:64) adalah:
“Penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia, dan
hal-hal yang baik dan buruk.

Etika menurut K. Bertens (2001:4) adalah:


“Ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan”.

Prinsip-prinsip etika umum menurut K. Bertens (2001:47) yaitu:


a. Hati Nurani
b. Kebebasan dan Tanggung Jawab
c. Nilai dan Norma
d. Hak dan Kewajiban
• Etika Kerja
Etika kerja menurut Miller dan Coday, yang dikutip dari buku “Sukses
dengan Soft skills” adalah:
“Keyakinan, nilai dan prinsip yang akan membimbing individu
berinteraksi dalam kaitannya dengan pekerjaan dan tanggung jawab
akan suatu tugas”.

Enam karakter yang mencerminkan perilaku etis yaitu:


a. Dapat Dipercaya
b. Hormat
c. Bertanggung Jawab
d. Perhatian
e. Taat Peraturan
• Etika Profesi
Kata profesi berasal dari bahasa latin yaitu professues yang berarti, suatu
kegiatan atau pekerjaan yang semula dihubungkan dengan sumpah dan
janji bersifat religius. Dari pengertian etika dan profesi yang dijelaskan di
atas dapat ditarik pengertian bahwa etika profesi adalah nilai atau norma
mengenai kewajiban manusia terhadap suatu kegiatan atau pekerjaan yang
dihubungkan dengan sumpah dan janji bersifat religius.

Prinsip-prinsip etika profesi menurut Keraf (1993:49-50) adalah:


a. Tanggung Jawab
b. Kebebasan
c. Kejujuran
d. Keadilan
e. Otonomi

Berdasarkan penjelasan di atas pengertian etika sebagai suatu soft


skills adalah keyakinan, nilai dan prinsip mengenai kewajiban manusia
dalam membedakan yang baik dan buruk yang akan membimbing individu
berinteraksi dalam pekerjaan dan tanggung jawab akan suatu tugas.
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa karakter inti yang mencerminkan
perilaku yang beretika yaitu:
a. Tanggung Jawab
b. Kebebasan
c. Keadilan

Sedangkan menurut Jhon Doe (2001) terdapat 23 Personal Soft Skill


Indicator, yaitu:
1. Personal Effectiveness
2. Flexibility
3. Management
4. Creativity/ Inovation
5. Futuristic thinking
6. Leadership
7. Persuasion
8. Goal orientation
9. Continuous learning
10. Decision-making
11. Negotiation
12. Written communication
13. Employee development/ Coaching
14. Problem-solving
15. Teamwork
16. Presenting
17. Diplomacy
18. Conflict management
19. Empathy
20. Customer service
21. Planning / Organizing
22. Interpersonal skills
23. Self-management

Semua jenis dan atribut soft skills yang dikemukakan oleh Jhon Doe telah
terakomodir pada atribut soft skills yang dikemukakan oleh Patrick S. O’Brien
sehingga penulis menggunakan atribut soft skills seperti yang dikemukakan oleh
Patrick S. O’Brien.

2.2 Kinerja Akuntan Publik


2.2.1 Pengertian Kinerja
Pengertian kinerja menurut Suryadi Prawiro Sentana (2001:441) yaitu:
“Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai sekelompok orang dalam satu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar
hukum sesuai dengan moral maupun etika”.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:570) definisi


kinerja yaitu:
“Kinerja adalah (1) sesuatu yang dicapai dalam periode tertentu; (2) prestasi
yang diperlihatkan; (3) kemampuan kerja”.

Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan kinerja adalah hasil kerja
yang dapat dicapai sekelompok orang sesuai dengan wewenangnya dan tidak
melanggar hukum atau gambaran mengenai tingkat pencapaian prestasi apakah telah
sesuai dengan sasaran atau tujuan dalam periode tertentu.

Pengertian akuntan publik menurut SPAP (2001:20000.2) adalah:


“Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan
publik”.
Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan kinerja akuntan publik
adalah hasil tingkat pencapaian prestasi kerja yang dapat dicapai akuntan yang
memiliki izin dari menteri Keuangan atau pejabat yang berwenang untuk
menjalankan praktik akuntan publik dan tidak melanggar hukum sesuai dengan moral
dan etika.

2.2.2 Pengertian Penilaian Kinerja


Evaluasi kerja dalam organisasi merupakan peranan kunci dalam
pengembangan pegawai dan produktivitas mereka.
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2002:415) adalah:
“Penilaian kinerja adalah penentuan secara periode efektivitas operasional
suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan criteria
yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Tujuan utama penilaian kinerja menurut Mulyadi (2002:416) adalah:


“Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi serta untuk
mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
memberikan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Manfaat penilaian kinerja adalah :


1. Mengelola operasional secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria sanksi dan evaluasi program
pelatihan karyawan
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan
Tahap-tahap penilaian kinerja:
1. Perbandingan antara kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang
ditetapkan sebelumnya
2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan-penyimpangan kinerja
sesungguhnya yang ditetapkan oleh standar
3. Penetapan penilaian yang digunakan

Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui ukuran finansial maupun non


finansial, tetapi penulis hanya akan membahas penilaian kinerja dengan ukuran non
finansial.
Standar pengukuran kinerja yaitu:
1. Terciptanya penghematan biaya
2. Penggunaan waktu
a. Penggunaan waktu oleh auditor
b. Waktu untuk melakukan pemeriksaan
c. Tanggal target:
1) Penyelesaian pekerjaan lapangan
2) Diskusi temuan audit dengan auditee
3) Penyelesaian draf laporan audit
4) Menerbitkan laporan audit akhir
5) Tanggapan kepuasan manajemen
6) Pelaksanaan audit follow up
3. Pencapaian rencana pemeriksaan tahunan
4. Laporan keberhasilan
5. Kepatuhan terhadap standar

Sedangkan menurut Faustino Cardosa (2001) tujuan penilaian kinerja dapat


dibedakan menjadi 2 macam:
1. “Untuk mereward performansi sebelumnya. (to reward past performance)
2. Untuk memotivasi perbaikan performansi pada waktu yang akan datang”.
Dalam prakteknya penilaian kerja dapat dilakukan dengan beberapa tipe
kriteria kinerja (performance) yaitu:
a. Penilaian kinerja berdasarkan hasil (Result-based Performance Appraisal
/Evaluation)
Merumuskan kinerja berdasarkan pencapaian tujuan organisasi atau mengukur
hasil-hasil akhir. Contoh penilaian ini adalah Management By Objective
(MBO).
Focus MBO penetapan sasaran secara bersama antara supervisor dan
bawahan. MBO menerima masukan maksimal dari pegawai, proses konsultasi
yang lebih teliti, ada jadwal peninjauan dan perbaikan sasaran. Pada akhir
siklus peninjauan atau proyek, atasan dan bawahan menilai kembali hasil
kerja sama dan kemudian merencanakan rangkaian sasaran berikutnya.
b. Penilaian kinerja berdasarkan prilaku (Behavior-based Performance
Appraisal)
Tipe kriteria kinerja ini mengukur sasaran (means), pencapaian sasaran
(goals) dan bukannya hasil (end result).
Kebanyakan pekerjaan tidak mungkin diberlakukan ukuran kinerja
berdasarkan obyektivitas, karena melibatkan aspek-aspek kualitatif.penilaian
kinerja tipe ini biasanya dikenal dengan sebutan BARS (Behaviorally
Achored Rating Scales) dibuat dari kritikal insiden yang terkait dengan
berbagai dimensi performansi.
c. Penilaian kinerja berdasarkan Judgment (Judgment-based Performance)
Tipe ini mengevaluasi kinerja berdasarkan deskripsi prilaku yang spesifik
seperti, quality of work, job knowledge, cooperation, initiative, interpersonal
competence, loyalty, dependability, personal qualities, dan yang sejenis
lainnya.
2.2.3 Pengukuran Kinerja
Menurut Hansen dan Mowen (2000:483) pengukuran kinerja harus
mencakup:
1. “Efisiensi yaitu berfokus pada hubungan antara masukan dan keluaran,
dimana cara untuk meningkatkan efisiensi adalah membuat keluaran
yang sama dengan menggunakan biaya masukan yang lebih rendah
2. Kualitas yaitu berhubungan dengan pelaksanaan yang benar pada saat
dilakukan bila terdapat cacat pada keluaran maka perlu dilakukan
proses pengulangan yang menyebabkan biaya yang tidak perlu akan
terjadi dan penurunan efisiensi pun tidak dapat dihindari
3. Waktu yaitu waktu yang lebih lama berarti lebih banyak konsumsi
sumberdaya sehingga akan terjadi pemborosan atau inefisiensi”.

Auditor sebagai tenaga profesional dalam sebuah Kantor Akuntan Publik


tidak luput dari penilaian kinerja. Hal ini dilakukan untuk dapat meningkatkan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap hasil pekerjaannya terutama mengenai hasil
pemeriksaan laporan keuangan yang akan menjadi acuan banyak pihak dalam
pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja auditor pun menjadi perhatian dalam
standar pengendalian mutu auditor yaitu terdapat dalam sistem pengendalian mutu
seksi 200 [PSPM No.02] bagian promosi yang mengharuskan KAP melakukan
evaluasi personel secara periodik, memberitahukan personel kemajuan mereka, dan
menyelenggarakan arsip personel yang memuat dokumentasi mengenai proses
evaluasi.
Dalam Pernyataan Sistem Pengendalian Mutu (PSPM) No.02 tahun 2001
tentang perumusan dan prosedur pengendalian mutu dalam bagian promosi
dinyatakan bahwa untuk mengevaluasi kinerja personal dan keahlian yang diharapkan
adalah seperti hal-hal berikut ini:
i. Pengetahuan teknis
ii. Kemampuan analitik dan judgmental
iii. Kemahiran komunikasi
iv. Kemahiran memimpin dan melatih
v. Hubungan dengan klien
vi. Sikap mental pribadi dan professional (karakter, intelegensi,
pertimbangan dan motivasi)
vii. Kepemilikan sertifikat akuntan publik yang keluarkan oleh pihak
berwenang untuk promosi ke posisi supervisor

Sedangkan menurut Adrian dan Arnold (2000) terdapat 3 dimensi kinerja


auditor yang kemudian diuraikan menjadi 9 unsur kinerja yaitu:
1. Kemampuan Teknik dan Analisis
a. Creative yaitu pemikiran inovatif penyesuaian untuk mengubah
kondisi serta pertimbangan tujuan audit dan pendekatan alternatif
untuk mencapai tujuan
b. Effecien and organized yaitu penyelesaian dari penugasan dengan
berdasarkan atas waktu dan dengan sedikit supervisi, rajin/tekun,
merencanakan dan mengawasi kemajuan dari pekerjaan dan
termasuk di dalamnya perencanaan waktu yang baik
c. Knowledge of accunting and auditing standard yaitu berdasarkan
atas teknik, kemampuan memahami atas teknik, kemampuan
memahami atas sesuatu pekerjaan, kemampuan mengidentifikasi
lingkup permasalahan dan mampu membandingkan teori dan
praktek
d. Judgement and common sense yaitu dapat mencapai kesimpulan
berdasarkan logika didasarkan atas informasi yang tersedia,
memahami maksud dari prosedur dan kerangka kerja dari
keseluruhan kegiatan pemeriksaan serta memahami keseluruhan
kegiatan pemeriksaan serta materiality
2. Karakter Profesional
a. Initiative and ambition yaitu keinginan untuk bertanggungjawab
dan mau memberikan kemampuan yang lebih bila diperlukan,
sikap profesional dan positif serta mau menerima tantangan
b. Maturity and confidence yaitu sikap profesional yang baik,
bertanggungjawab dan menerima secara konstruktif dan belajar
dari kritikan serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
c. Interpersonal skills yaitu dapat membangun dan memperkuat
dengan staf dan klien dengan baik dalam suatu tim kerja.
3. Kemampuan Komunikasi
a. Communication skills yaitu dapat mengeluarkan dengan jelas
seluruh ide baik secara ucapan maupun tertulis.
b. Working papers yaitu adanya pendokumentasian, klasifikasi,
kerapian/kebersihan, pengorganisasian dan semua kesimpulan di
dukung dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan teknik dan analisis, karakter


profesional, dan kemampuan komunikasi juga termasuk dalam kriteria yang
dipertimbangkan untuk mengevaluasi kinerja di dalam PSPM (Pernyataan Standar
Pengendalian Mutu), sehingga penulis menggunakan ke tiga kriteria seperti yang
diungkapkan Adrian Harrel dan Arnold Wright sebagai indikator untuk penilaian
kinerja akuntan publik.
Setelah diketahui ukuran pencapaian kinerja maka dilakukan proses penilaian
kinerja ini dimana proses penilaian kinerja menurut Mulyadi (2002:420) dibagi
menjadi dua tahap yaitu:
1. “Tahap persiapan yang terdiri dari:
a. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang
bertanggungjawab
b. Penetapan kriteria kinerja bagi setiap pusat pertanggungjawaban
c. Pengukuran kinerja sesungguhnya
2. Tahap penilaian terdiri dari:
a. Perbandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaporan dengan segera hasilnya
b. Penentuan penyebab operasioanl dan perilaku penyimpangan yang
merugikan
c. Penegakan perilaku dan tindakan yang diinginkan untuk mencegah
terulangnya perilaku yang tidak diinginkan”.

Penilaian kinerja ini dilakukan secara periodik dan dilaporkan kepada pihak
manajemen yang kompeten untuk menilainya. Dalam melakukan pelaporan kinerja
menurut Mulyadi (2002:432) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. “Laporan kinerja untuk manajer tingkat bawah harus berisis informasi
yang rinci dan laporan kinerja untuk manajer tingkat atasnya harus lebih
ringkas
2. Berisi unsur terkendalikan dan unsur tidak terkendalikan
3. Harus mencakup penyimpangan, baik yang menguntungkan maupun
merugikan
4. Sebaiknya diterbitkan paling tidak sebulan sekali
5. Disesuaikan dengan kebutuhan dan pengalaman pemakai
6. Penyampaiannya memperhatikan kemampuan penerima dalam memahami
laporan tersebut”.

2.3 Akuntan Publik


2.3.1 Pengertian Akuntan Publik
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai akuntan publik, berikut ini
dikemukakan pengertian akuntan publik menurut SPAP (2001:20000.2) adalah:
“Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan
publik”.

Sedangkan Mulyadi (2002:1) menyatakan bahwa:


“Akuntan publik adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada
masyarakat, terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan
yang dibuat oleh kliennya”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa akuntan publik adalah
akuntan atau pejabat yang berwenang lainnya yang menjual jasanya kepada
masyarakat, terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan.
2.3.2 Tipe-tipe Audit
Menurut Arens, Elder dkk (2006:13) mengemukakan tiga jenis audit, yaitu
sebagai berikut:
“Types of audits: operational audit, compliance audit, and financial
statement audit”.

Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga tipe audit tersebut:


1. Audit operasional (operational audit)
Merupakan penelaahan terhadap pelaksanaan prosedur dan metode-metode
yang dilaksanakan dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi
efektifitas dan /atau efisiensi organisasi. Proses audit operasional meliputi
penghimpunan dan evaluasi bukti yang berkaitan dengan suatu aktivitas
operasional organisasi dalam kaitannya dengan tingkat efektifitas dan/atau
efisiensi organisasi yang bersangkutan. Audit operasional dilakukan untuk
menilai prestasi, megidentifikasi kesempatan untuk perbaikan serta perolehan
alternatif untuk keperluan pengembangan, perbaikan serta tindakan lebih
lanjut. Dengan demikian, hasil akhir audit operasional adalah suatu
rekomendasi kepada pimpinan guna peningkatan efektifitas organisasi agar
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Audit ketaatan (compliance audit)
Bertujuan untuk menentukan apakah auditee telah mentaati prosedur,
kebijakan atau peraturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Audit ketaatan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti-bukti
untuk menentukan dan melaporkan apakah kegiatan-kegiatan baik kegiatan
finansial maupun operasional auditee telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, peraturan atau perundang-undangan yang berlaku. Hasil audit
ketaatan adalah laporan mengenai kesesuaian pelaksanaan kegiatan suatu unit
organisasi dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku.
3. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Dilakukan untuk menentukan dan melaporkan apakah laporan keuangan suatu
perusahaan telah disajikan sebagaimana mestinya (layak saji). Ukuran
kelayakan penyajian laporan keuangan adalah kesesuaiannya dengan standar
penyajian laporan keuangan yang di Indonesia disebut Standar Akuntansi
Keuangan. Dalam audit atas laporan keuangan, yang menjadi asersi atau
informasi adalah laporan keuangan dan yang menjadi kriteria yang ditetapkan
adalah standar akuntansi keuangan.

2.3.3 Tipe-tipe Akuntan Publik


Tipe akuntan publik menurut Arens, Elder dkk (2006:15-16) terdiri dari
empat jenis, yaitu sebagai berikut:
“Type of auditors are: certified public accounting firms, general accounting
office auditor, internal revenue agents, and internal auditors”

Berikut ini adalah penjelasan mengenai ke empat tipe auditor tersebut:


1. Kantor Akuntan Publik (certified public accounting firm)
Kantor Akuntan Publik (CPA Firm) pada umumnya melaksanakan audit
terhadap laporan keuangan instansi perusahaan go public. Selain itu KAP juga
mengaudit untuk perusahaan-perusahaan baik yang besar maupun yang kecil
serta organisasi-organisasi non profit. Dalam praktiknya, istilah auditor sering
diartikan sama dengan Kantor Akuntan Publik. KAP sering juga disebut
Eksternal Auditor atau Independent Auditor. tipe audit yang biasa dilakukan
adalah mencakup berbagai tipe audit terutama audit atas laporan keuangan.
2. Auditor Negara/Pemerintah (general accounting office auditor)
Merupakan auditor yang dibentuk oleh Negara dan bertuga melaksanakan
audit terhadap instansi-instansi pemerintah. Auditor Negara merupakan
lembaga Negara yang independen (di luar) instansi pemerintah (lembaga
eksekutif). Di Indonesia auditor yang bertindak sebagai auditor tipe ini adalah
Badan Pengawas Keuangan (BPK). Tipe audit yang dilaksanakan dapat
menyangkut audit atas laporan keuangan, audit ketaatan dan audit operasional.
3. Auditor Pajak (internal revenue agent)
Merupakan auditor yang bekerja pada Kantor Layanan Pajak. Tugas utamanya
adalah melaksanakan audit ketaatan para Wajib Pajak dalam melaksanakan
kewajiban pajaknya. Tipe audit yang dilaksanakan terutama audit ketaatan.
4. Auditor Internal (internal auditor)
Merupakan auditor yang berstatus sebagai karyawan instansi swasta dan
bekerja untuk kepentingan instansi yang bersangkutan. Tugas utamanya
adalah membantu pimpinan dalam pengendalian organisasi tersebut. Tipe
audit yang dilaksanakan adalah audit operasional dan audit ketaatan.

2.3.4 Tahap-tahap Pelaksanaan Audit


Menurut Mulyadi (2002:121) tahap-tahap audit atas laporan keuangan
meliputi:
1. Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari klien. Enam
langkah yang perlu ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan
penerimaan penugasan audit dari calon kliennya, yaitu:
1. Mengevaluasi integritas manajemen .
2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit.
4. Menilai independensi
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan kecermatan dan keseksamaan.
6. Membuat surat perikatan audit.
2. Perencanaan Audit
Langkah berikutnya setelah perikatan audit diterima oleh auditor adalah
perencanaan audit. Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat
ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Tujuh
tahap perlu ditempuh oleh auditor dalam merencanakan pekerjaan audit atas
laporan keuangan, yaitu:
1. Memahami bisnis dan industri klien
2. Melaksanakan prosedur analitik
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
4. Mempertimbangkan risiko bawaan
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo
awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
7. Memahami pengendalian intern klien.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan utamanya
adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas struktur
pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Secara garis
besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga golongan berikut ini:
1. Pengujian analitik (analytical tests).
2. Pengujian pengendalian (tests of control).
3. Pengujian substantif (substantive tests).
4. Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan
laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun laporan keuangan
auditan (audited financial statement), penjelasan laporan keuangan (notes to
financial statement) dan pernyataan pendapat auditor. Adapun pernyataan
pendapat auditor terbagai ke dalam lima macam, yaitu:
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
entitas tertentu yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum. Pernyataan ini merupakan pendapat yang dinyatakan dalam
laporan audit bentuk baku.
2. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan
(unqualified opinion with explanatory langunge)
Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu
paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporan keuangan auditan.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
entitas tertentu yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum, meskipun ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang
pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
4. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)
Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas
entitas tertentu yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum.
5. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer opinion)
Auditor menyatakan bahwa ia tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan, yang bisa disebabkan oleh pembatasan yang luar biasa
sifatnya terhadap lingkup audit maupun auditor tidak independen dalam
hubungannya dengan klien.
2.3.5 Kantor Akuntan Publik
Dalam Aturan Etika kompartemen Akuntan Publik per 1 Januari 2001
(2001:20000.1), disebutkan bahwa:
“Kantor akuntan publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha
di bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik”.

Dengan kata lain KAP merupakan tempat penyediaan berbagai jasa oleh
profesi akuntan publik bagi masyarakat. Suatu kantor akuntan yang sudah cukup
besar dapat dibagi-bagi menurut jenis jasa yang diberikan, misalnya: bagian audit,
jasa manajemen, perpajakan, serta penelitian dan latihan. Pembagian ini dimaksudkan
untuk memungkinkan pegawai mengembangkan keahlian mereka ke bagian yang
sesuai dengan pengetahuan preferensi mereka sehingga memungkinkan pemberian
jasa yang lebih baik bagi klien.

2.3.6 Hirarki Akuntan Publik dalam Kantor Akuntan Publik


Suatu KAP yang sudah cukup besar dapat dibagi-bagi menurut jenis jasa yang
diberikan. Kita dapat melihat kantor akuntan yang dibagi menjadi bagian
pemeriksaan (audit), bagian konsultasi (management service), dan bagian sistem
(system analyst). Pembagian ini dimaksudkan untuk memungkinkan pegawai
profesional mengembangkan keahlian mereka ke jurusan yang sesuai dengan
pengetahuan dan referensi mereka sehingga memungkinkan pemberian jasa yang
lebih baik bagi masyarakat.
Kalau KAP sudah cukup besar, setiap kelompok dapat diperlakukan sebagai
suatu pusat keuntungan. Partner yang mengepalai kelompok tersebut dapat diberi
kompensasi yang sesuai dengan keuntungan yang diperoleh kelompoknya.
Menurut Mulyadi (2002:33) umumnya hirarki auditor dalam perikatan audit
di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi berikut ini:
1. Partner
Partner menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit; bertanggung
jawab atas hubungan dengan klien; bertanggung jawab secara menyeluruh
mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management
letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien.
2. Manajer
Manajer bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk membantu auditor
senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; me-review kertas
kerja, laporan audit dan management letter. Biasanya manajer melakukan
pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer
tidak berada di kantor klien, melainkan di kantor auditor, dalam bentuk
pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.
3. Auditor Senior
Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit; bertanggung jawab untuk
mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana; bertugas
untuk mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor junior. Auditor senior
biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan.
Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat
tertentu.
4. Auditor Junior
Auditor junior malaksanakan prosedur audit secara rinci; membuat kertas
kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.
Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan
pendidikan formalnya di sekolah. Dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai
auditor junior, seorang auditor harus belajar secara rinci mengenai pekerjaan
audit. Biasanya ia melaksanakan audit di berbagai jenis perusahaan. Ia harus
banyak melakukan audit di lapangan dan di berbagai kota, sehingga ia dapat
memperoleh pengalaman banyak dalam menangani berbagai masalah audit.
Auditor junior sering juga disebut dengan asisten auditor.
2.3.7 Jasa yang Diberikan Kantor Akuntan Publik
Pada dasarnya jasa yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik meliputi:
1. Jasa Assurance
Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. Pengambil keputusan memerlukan
informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambil keputusan.
Oleh karena itu, mereka mencari jasa assurance untuk meningkatkan mutu
informasi yang akan dijadikan sebagai basis keputusan yang akan mereka
lakukan. Profesional yang menyediakan jasa assurance harus memilki
kompetensi dan independensi berkaitan dengan informasi yang diperiksanya.
Jasa assurance dapat disediakan oleh profesi akuntan publik atau berbagai
profesi lain. Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi lain adalah
jasa pengujian berbagai produk oleh organisasi konsumen, jasa pemeringkatan
televisi (television rating), dan jasa pemeringkatan radio (radio rating).
2. Jasa Atestasi (attestation)
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan
orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas
sesuai, dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit
dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan
keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen bahwa laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (generally
accepted accounting principles). Jasa atestasi profesi akuntan publik dapat
dibagi lebih lanjut menjadi 4 jenis:
1) Audit
Jasa audit mencakup perolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan
keuangan historis suatu entitas yang berisi suatu asersi yang dibuat oleh
manajemen entitas tersebut. Akuntan publik yang memberikan jasa
auditing disebut dengan istilah auditor. Atas dasar audit yang dilaksanakan
terhadap laporan keuangan tersebut, auditor menyatakan suatu pendapat
mengenai apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangandan hasil usaha entitas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
2) Pemeriksaan (Examination)
Pemeriksaan merupakan jasa lain yang dihasilkan oleh akuntan publik yang
berupa pernyataan suatu pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat
oleh pihak lain dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3) Penelaahan (Review)
Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur analitis
terhadap keuangan suatu entitas dengan tujuan memberikan keyakinan atas
asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Keyakinan
negatif lebih rendah tingkatnya disbanding dengan keyakinan positif yang
diberikan akuntan publik dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan, karena
lingkup prosedur yang digunakan akuntan publik dalam pengumpulan
bukti lebih sempit dalam jasa review dibandingkan dengan yang digunakan
dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan.
4) Prosedur yang disepakati (Agreed-Upon Procedures)
Merupakan jasa atestasi atas asersi manajemen yang dilaksanakan oleh
akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien dengan
akuntan publik.
3. Jasa Non-Assurance
Jasa non-assurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan
temuan, atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa non-assurance meliputi:
1) Jasa Kompilasi (accounting and compilation)
Dalam jasa kompilasi, akuntan publik melaksanakan berbagai jasa
akuntansi kliennya seperti pencatatan (manual maupun dengan komputer),
transaksi akuntansi sampai penyusunan laporan keuangan.
2) Jasa Perencanaan Keuangan (financial planning)
Meliputi berbagai jenis jasa yang mencakup menginterpretasi, dan
menambah nilai informasi keuangan. Misalnya perencanaan pajak, analisis
laporan keuangan sampai dengan strukturisasi investasi portofolio.
3) Jasa Konsultasi Manajemen
Jasa ini memberikan kemungkinan pada klien untuk meningkatkan
kemampuan dan sumber dayanya dalam rangka mencapai pembenahan
system ekonomi sampai dengan keikutsertaan dalam penyusunan strategi
pemasaran serta pemanfaatan instalasi komputer.

2.3.8 Standar Profesional Akuntan Publik


Standar Profesional Akuntan Publik (2001:001.7) menyatakan bahwa:
“Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis.
Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama
yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit”.

Semua standar dalam Standar Auditing saling berkaitan erat dan saling
bergantung antara satu sama lainnya. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar
yang terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Standar Umum
1) Audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan oertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
1) Laporan audit harus meyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
4) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang sama auditor
dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikulnya.

2. 3.9 Tipe Standar Profesional Akuntan Publik


SPAP per 1 Januari 2001 terdiri atas enam tipe standar profesional sebagai
aturan mutu pekerjaan akuntan publik, yaitu:
• Standar Auditing
Merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar Auditing
terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti
oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit.
• Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan oleh jasa audit atas
laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif,
serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan keyakinan yang lebih
rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang disepakati). Standar Atestasi
terdiri dari 11 standar yang dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi
(PSAT).
• Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka untuk fungsi untuk non-atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini dirinci
dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi dan Review (PSAR).
• Standar Jasa Konsultasi
Standar ini memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultasi bagi kliennya melalui KAP.
• Standar Pengendalian Mutu
Standar ini memberikan panduan bagi KAP di dalam melaksanakan
pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya agar mematuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh
Kompartemen Akuntan Publik IAI.
• Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan bagian dari kode etik
IAI yang mengatur anggotanya yang menjalankan profesi akuntan publik.
Aturan etika ini ditetapkan oleh rapat anggota IAI Kompartemen Akuntan
Publik dan wajib ditaati oleh seluruh anggota serta staf profesional di suatu
Kantor Akuntan Publik.

Aturan Etika IAI Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari:


1) Independensi, integritas, dan objektivitas
2) Standar Umum Prinsip Akuntansi, meliputi Standar umum, Kepatuhan
terhadap Standar, serta Prinsip-prinsip Akuntansi.
3) Tanggung jawab kepada klien, meliputi kerahasian informasi klien dan
fee professional.
4) Tanggung jawab kepada rekan, meliputi tanggung jawab kepada rekan
seprofesi, komunikasi antar Kantor Akuntan Publik, serta Perikatan
Atestasi.
5) Tanggung jawab dan praktik lain, meliputi perbuatan dan perkataan
yang mendiskreditkan, iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya.

2.4 Hubungan Soft Skills dengan Kinerja Akuntan Publik


IAI sebagai wadah bagi profesi akuntan publik telah menyusun suatu standar
tertentu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terutama para pengguna jasa
akuntan publik. Akuntan publik sebagai tenaga profesional dalam sebuah kantor
akuntan publik tidak luput dari penilaian kinerja. Hal ini dilakukan untuk dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap hasil pekerjaannya, terutama
mengenai pemeriksaan laporan keuangan yang akan menjadi acuan bagi banyak
pihak dalam pengambilan keputusan. Pengukuran kinerja akuntan publik pun
menjadi perhatian dalam standar pengendalian mutu akuntan publik yaitu terdapat
pada sistem pengendalian mutu PSPM seksi 200 (PSPM No.02) bagian promosi yang
mengharuskan KAP melakukan evaluasi personil secara periodik, memberitahukan
personil kemajuan mereka dan menjelaskan arsip personil yang memuat dokumentasi
mengenai proses evaluasi.
Dengan memiliki soft skills diharapkan akuntan publik dapat meningkatkan
kinerjanya. Karena akuntan publik merupakan seorang profesional yang dianggap
ahli menyangkut pemeriksaan, memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai
tentang teknik-teknik pemeriksaan tetapi selain keahlian-keahlian tersebut, akuntan
publik juga harus membekali dirinya dengan keahlian-keahlian nonteknis yaitu soft
skills sehingga akuntan publik dapat meningkatkan kinerjanya.

Anda mungkin juga menyukai