Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLANT

DISTILASI

Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Ahmad Rifandi, M.Sc

Kelompok/Kelas : 12/3B – D3 Teknik Kimia

Nama : 1. Tantri Prasetyani (151411061)

2. Wulandari (151411063)

3. Yaumi Istiqlaliyah (151411064)

Tanggal Praktikum : 14 September 2017

Tanggal Pengumpulan : 16 November 2017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Destilasi merupakan metode pemisahan dan pemurnian dari cairan yang
mudah menguap. Pemisahan campuran liquid dengan destilasi bergantung pada
perbedaan volatilitas antar komponen. Komponen yang memiliki relative volatility yang
lebih besar akan lebih mudah pemisahannya. Uap akan mengalir menuju puncak kolom
sedangkan liquid menuju ke bawah kolom secara counter current (berlawanan arah) .
Uap dan liquid akan terpisah pada plate atau packing. Sebagian kondensat dari
kondensor dikembalikan ke puncak kolom sebagai liquid untuk dipisahkan lagi, dan
sebagian liquid dari dasar kolom diuapan pada reboiler dan dikembalikan sebagai uap.
Destilasi sendiri didefinisikan sebagai sebuah proses dimana campuran dua
atau lebih zat liquid atau vapor dipisahkan menjadi komponen fraksi yang murni, dengan
pengaplikasian dari perpindahan masa dan panas.
Tujuan distilasi adalah pemurnian zat cair pada titik didihnya dan memisahkan
cairan tersebut dari zat padat yang terlarut atau dari zat cair lainnya yang mempunyai titik
didih cairan murni yang berbeda. Pada distilasi ini, tekanan uap diatas cairan adalah
tekanan atmosfer (titik didih normal). Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada
termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses distilasi adalah sama dengan
titik didih distilat.
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah untuk pemurnian
etonal dari campuran etanol-air dengan penerapan perpindahan massa terhadap larutan.
Oleh karena itu, agar lebih mengetahui dan memahami prinsip kerja distilasi maka
dilakukan percobaan ini dengan distilasi menggunakan buble cap tray.

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui sektor-sektor dan tahap-tahap proses distilasi skala pilot plant.
2. Mengetahui kadar etanol dalam umpan, destilat dan produk bawah
3. Mengetahui perhitungan neraca energi
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Distilasi
Distilasi adalah metoda untuk pemisahan suatu campuran homogen yang berdasarkan
pada perbedaan titik didih komponen-komponen yang ada di dalam campuran. Jika suatu
campuran ideal dipanaskan maka komponen yang mempunyai titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu dibandingkan komponen yang mempunyai titik didih lebih besar,
sehingga komponen zat volatil akan terdistribusi pada fasa uap lebih besar dari pada di dalam
fasa cairnya (N.N, 2016)

2.2. Distilasi Sederhana


Distilasi sederhana adalah salah satu cara pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat
padat/zaat cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar. Sehingga zat
pencemar/pengotor akan tertinggal sebagai residu. Distilasi ini dapat digunakan untuk
memisahkan campuran cair-cair, misalnya air-alkohol, air-aseton, dll (Hayati, dkk., 2016).

2.3. Distilasi Beringkat/Fraksional


Distilasi bertingkat merupakan proses pemurnia zat/senyawa cair di mana zat
pencampurannya berupa senyawa cair yang titik didihnya rendah dan tidak berbeda jauh
dengan titik didih senyawa yang akan dimurnikan. Distilasi ini bertujuan untuk memisahkan
senyawa-senyawa dari suatu campuran yang komponen-komponennya memiliki perbedaan
titik didih relatif kecil (Hayati, dkk., 2016).
Pada distilasi bertingkat digunakan kolom fraksinasi. Tujuan dari penggunaan kolom
ini adalah untuk memisahkan uap campuran senyawa cair yang titik didihnya hampir sama.
Dengan adanya penghalang (tray) dalam kolom fraksinasi menyebabkan uap yang titik
didihnya sama akan sama-sama menguap, atau senyawa yang titik didihnya rendah akan naik
terus hingga akhirnya mengembun dan turun sebagai distilat. Senyawa yang titik didihnya
lebih tinggi jika belum mencapai harga titik didihnya maka senyawa tersebut akan menetes
kembali ke dalam reboiler dan akan mengalami pemanasan kembali hingga akhirnya
mencapai titik didihnya (Hayati, dkk., 2016).
Gambar 1 . Tray dan bagian-bagiannya

Pada kolom distilasi fraksionasi terdapat tray yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya kontak antara aliran uap dari bawah (boiler) dengan cairan yang turun dari atas
(refluks). Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya perpindahan massa dari zat non volatil pada
fasa uap ke fasa cair atau sebaliknya, dari fasa cair ke dasa uap pada setiap tray (N.N, 2016).

Kinerja kolom distilasi menurut Leonard, Komariah, dan Ramdja (2009) ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya :

1. Kondisi Feed
Keadaan campuran dan komposisi feed (q) mempengaruhi garis operasi,
jumlah stage dalam pemisahan, dan juga lokasi feed tray.
2. Kondisi Refluks
Pemisahan semakin baik jika sedikit tray yang digunakan untuk mendapatkan
tingkat pemisahan. Tray minimum dibutuhkan di bawah kondisi total refluks, yakni
tidak ada penarikan distilat. Sebaiknya refluks berkurang, garis operasi untuk seksi
rektifikasi bergerak terhadap garis kesetimbangan.
3. Kondisi Aliran Uap
Kondisi aliran uap yang merugikan dapat menyebabkan :
a. Foaming
Mengacu pada ekspansi liquid melewati uap atau gas. Walaupun
menghasilkan kontak antar fase liquid-uap yang tinggi, foaming berlebihan
sering mengarah pada terbentuknya liquid pada tray.
b. Entrainment
Mengacu pada liquid yang terbawa uap menuju tray di atasnya dan
disebabkan laju alir uap yang tinggu menyebabkan efisiensi tray berkurang.
Bahan yang sukar menguap terbawa menuju plate yang menahan
liquid dengan bahan yang mudah menguap. Hal ini dapat mengganggu
kemurnian distilat. Entrainment berlebihan dapat menyebabkan flooding.
c. Weeping/Dumping
Fenomena ini disebabkan aliran uap yang rendah. Tekanan yang
dihasilkan uap tidak cukup untuk menahan liquid pada tray. Karena itu liquid
mulai merembes malalui perforasi.
d. Flooding
Flooding terjadi karena aliran uap berlebih sehingga menyebabkan
liquid terjebak pada uap di atas kolom. Peningkatan tekanan dari uap berlebih
menyebabkan kenaikan liquid yang tertahan pada plate di atasnya.
Flooding ditandai dengan adanya penurunan tekanan diferensial dalam
kolom dan penurunan yang signifikan pada efisiensi pemisahan.
Distilasi Batch
Waktu Suhu Umpan (°C) Suhu Steam (°C)
(menit) Masuk (Ti 22) Keluar (Tr 26) Masuk (Tr 23) Keluar (Ti 25)
5 89 89 132 79
10 94 91 134 81
15 95 92 135 83
20 95 93 135 84
25 96 93 135 84,5
30 96 94 135 84,5
35 96 94 136 85
40 97 94 136 85,5

Distilasi Kontinyu
Waktu Suhu Umpan (°C) Suhu Steam (°C)
(menit) Masuk (Ti 22) Keluar (Tr 26) Masuk (Tr 23) Keluar (Ti 25)
5 97 94 134 84,5
10 97 94 133 81
15 96 93 132 80
Data Indeks Bias :

 Umpan =
 Bottom =
 Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) =
 Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) =

Gambar 2 . Kurva kalibrasi indeks bias etanol-air


Berdasarkan hasil kalibrasi, diperoleh komposisi etanol ialah sebagai berikut :

 Umpan = 8%
 Bottom = 10%
 Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) = 18%
 Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) = 20%
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
- 1 set alat distilasi
- Selang
- Ember
- Gelas kimia
-Pipet tetes
-Refraktometer

3.1.2. Bahan
- Aquades
-Etanol

3.2.Skema Kerja
3.2.1. Persiapan Panel Pengendali

Katup udara tekan dibuka pada jalur pipa udara tekan ke panel pengendali.

Saklar utama (merah) dan saklar tekanan (hitam) pada pengendali elektronik
diputar ke angka 1 (on).

3.2.2. Pengisian Feed Tank


Air bersih dimasukkan ke dalam tangki umpan melalui keran V8 atau V10
sampai kira-kira memenuhi 1/2 tinggi tangki.

Eetanol teknis dimasukkan ke dalam tangki umpan melalui keran yang sama
(sesuai petunjuk pembimbing).
3.2.3. Homogenisasi Umpan dan Pengambilan Sampel
Bukaan keran (valve) di jalur sirkulasi diperiksa (keran V3, V4, V5, dan V6
dibuka, sedangakan keran lainnya ditutup) agar ar dan alkohol dapt mengalir di
dalam pipa secara sirkulasi dari dan ke tangki T1.

Pompa P2 dinyalakan dengan cara menekan tombol warna hijau pada tanda P2
pada panel kontrol.

Proses sirkulasi dibiarkan selama 10 menit.

Pompa P2 dimatikan dengan cara menekan tombol warna merah pada tanda P2.

Keran V3, V4, V5, dan V7 dibuka dan keran lainnya ditutup.
3.2.4. Pengiriman Umpan ke Sump Tank Melalui Preheater

Valve manual air pendingin dibuka untuk memastikan aliran air pendingin
ke condensor dan cooler telah menyala.

Seluruh sistem perpipaan di sump tank dan reboiler diperiksa dan


dipastikan tidak ada yang terbuka agar cairan umpan yang dialirkan ke
sump tank tidak tumpah ke luar pipa.

Pompa P2 dinyalakan dengan cara menekan tombol warna hijau pada


tanda P2 panel kontrol.

Setelah cairan umpan memenuhi ruangan preheater dan cairan umpan


telah mengalir ke sump tank , aliran steam ke preheater dibuka dengan
cara membuka valve manual secara perlahan-lahan.

Pengisian sump tank dilakukan sampai puncak pelampung berada di batas


atas penanda permukaan cairan yang terletak di tengah.

3.2.5. Pemanasan Cairan Umpan Melalui Reboiler


Inspeksi terhadap valve di jalur perpipaan yang akan mengalirkan umpan
dari sump tank ke reboiler dilakukan untuk memastikan cairan umpan
mengalir secara sirkulasi dari bagian bawah sump tank ke bagian atas
reboiler dan kembali ke sump tank.

Pompa P3 dinyalakan dengan cara menekan tombol warna hijau pada


tanda P3 panel kontrol.

Valve manual pada jalur pipa steam menuju tangki dinyalakan secara
perlahan setelah terjadi sirkulasi cairan umpan dari sump tank ke
reboiler.
3.2.6. Pengaturan Valve Control Steam pada Reboiler
Pada pengendali lain [PIC-12], tombol 8 ditekan sampai lampu hijau di
dekatnya [SP-W] menyala. Selanjutnya tombol 13 ditekan sampai lampu
hijau di dekatnya menyala.

Tombol 12.1 dan 12.2 diatur/ditekan untuk mendapatkan angka


(perbedaan tekanan dalam kolom yang diinginkan) ±0,5 bar pada
tampilan 4.

Tombol 8 ditekan sampai lampu merah di dekatnya [PV-X] menyala.


Tampilan 4 menunjukkan perbedaan tekanan yang sebenarnya.

Lampu di dekat tombol 13 dimatikan dengan cara menekan tombol 13


(supaya perbedaan tekanan yang diset tersebut tidak berubah).

Tombol 10 warna kuning (manual) ditekan/dimatikan bila dalam keadaan


menyala, sekarang beroperasi secara otomatis.
3.2.7. Pengaturan Valve Control Air Pendingin pada Condenser
Pada pengendali TRC-3, tombol 8 ditekan sampai lampu hijau di
dekatnya [SP-W] menyala. Selanjutnya tombol 13 ditekan sampai lampu
hijau di dekatnya menyala.

Tombol 12.1 dan 12.2 diatur/ditekan untuk mendapatkan angka


(temperatur air pendingin yang diinginkan) ±15 (±5°C di bawah
temperatur air biasa) pada tampilan 4.

Tombol 8 ditekan sampai lampu merah di dekatnya [PV-X] menyala.


Tampilan 4 menunjukkan temperature air pendingin yang sebenarnya.

Lampu di dekat tombol 13 dimatikan dengan cara menekan tombol 13


(supaya temperature yang diset tersebut tidak berubah).

Tombol 10 warna kuning ditekan/dimatikan bila dalam keadaan menyala.

3.3.Keselamatan Kerja
1. Gunakan jas lab, helm, dan sepatu saat praktikum berlangsung.
2. Gunakan sarung tangan saat membuka dan menutup aliran steam.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mengetahui Sektor-Sektor

Berdassarkan praktikum yang dilakukan teramati bahwa pada alat distilasi ini
terdapat beberapa sector, sebagai berikut.

1. Sektor 1 adalah pengumpan / feed area

Gambar 3. Sektor 1 – Pengumpanan

Sektor pengumpanan ini merupakan sektor yang berfungsi sebagai


tempat umpan masuk dimana umpan masuk dibantu dengan pompa. Pada sektor
ini juga terdapat peralatan dan instrument lainnya sebagai berikut.
Tabel 4.1.1 Daftar Alat serta Instrumen pada Sektor 1

Nama Alat /
No. Fungsi
Instrumen
1. T1 (Feed Tank) Untuk menampung cairan umpan (campuran etanol-
air) sebelum dialirkan
2. P2 (Feed Pump) Untuk memompa atau mengalirkan cairan umpan ke
kolom pre-heater hingga akhirnya cairan tersebut
masuk ke dalam kolom distilasi dan sumptank. Feed
pump juga berfungsi ketika mensirkulasikan cairan
dari tangki pengumpnan untuk kembali ke tangki
pengumpanan (untuk pengaturan laju alir).
3. A1 (Vapor Trap) Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh
steam yang keluar dari pre – heater.
4. W5 (Pre-Heater) Sebaai pemanas awal cairan umpan.
5. W4 (Distilat Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas.
Cooler)
6. TR-13 Untuk mengukur temperature cairan umpan masuk
(Temperature kolom distilasi.
Recorder- Feed)
7. FI-14 (Flow Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan
Distilat)
8. FI-17 (Flow Feed) Untuk mengukur laju alir umpan
9. Valve Berfungsi untuk mengukur laju alir cairan untuk
suatu tujuan tertentu.

Untuk sirkulasi T1-T1 (mengalirkan cairan dari T1 kembali ke T1


dengan bantuan pompa P2) dilakukan dengan membuka valve Va-1.3, Va-1.6, Va-
1.7, dan Va-1.9, kemudian menutup valve Va-1.2, Va-1.4, Va-1.5, Va-1.8, dan
Va-1.10 .
Untuk operasional pengumpanan dan sirkulasi cairan umpan T1-T1
dilakukan dengan membuka valve Va-1.3, Va-1.6, Va-1.7, Va-1.9, Va-1.10 dan
Va-1.12 kemudian menutup valve Va-1.2, Va-1.4, Va-1.5 dan Va-1.8 .
TR 13 (suhu cairan umpan) akan konstan selama proses distilasi
sedangkan pada saat shut down, temperaturnya naik karena adanya penambahan
cairan dari sumptank ke dalam tangki umpan.
2. Sektor 2 adalah pemanasan umpan (reboiler)

Gambar 4. Sektor 2 -Pemanasan Umpan

Pada unit ini berlangsung pemanasan umpan yang telah mengalami


pre-heater terlebih dahulu. Pada sector ini terdiri dari berbagai instrumentasi
dengan fungsinya masing-masing sebagai berikut.

Tabel 4.1.2 Daftar Alat dan Instrumen pada Sektor 2


Nama Alat /
No. Fungsi
Instrumentasi
1. P3 (Pompa Untuk mengalirkan cairan dari tangki
Sirkulasi) penampung (sump tank) ke reboiler.
2. V5 (Evaporator Feed Untuk mengatur laju alir cairan yang masuk ke
from P3) pre-heater.
3. W2 (Pre-Heater) Merupakan tempat terjadinya pemanasan.
4. W3 (Cooler) Untuk mendinginkan cairan yang akan dibuang
atau dikeluarkan dari Sump Tank.
5. T3 (Sump Tank) Untuk menampung cairan umpan yang akan dan
sudah dipanaskan pada Pre-Heater. Pada Bagian
atas cairan dalam Sump Tank terdapat uap yang
akan masuk ke kolom distilasi.
6. TR-21 (Temperature Untuk mengukur temperature cairan yang akan
Recorder – masuk ke pre-Heater
Sumptank Bottom)
7. TR-26 (Temperature Untuk mengukur temperatur uap di dalam Sump
Recorder – Tank.
Sumptank Vapor)
8. F1-28 (Flow Feed Untuk mengukur laju alir cairan yang direcycle
Recycle) ke dalam Pre-Heater.

Sistem pengumpanan cairan pada Pre-Heater, yaitu dengan membuka


valve Va-2.1, Va-2.2 dan Va-2.5 lalu menutup valve Va-2.1 dan Va-2.3 kemudian
dinyalakan pompa P3 sehingga cairan akan mengalir ke bagian atas Pre-Heater.
Kemudian cairan yang panas akan turun danmasuk ke Sump Tank. Cairan panas
ini akan berkontak dengan cairan dingin dalam Sump Tank sehingga semua cairan
dalam Sump tank akan mengalami kenaikan suhu tertentu.
TR 21 (temperature cairan masuk FFE) pada saat proses cukup
konstan dan saat shut down mengalami penurunan karena suhu cairan dalam
sumptank juga kecil akibat tidak adanya pemanasan oleh steam.
3. Sektor 3 adalah jalur pemanas (steam)

Gambar 5. Sektor 3 – Jalur Pemanas (Steam)

Pada sector ini steam dialirkan ke dalam Pre-Heater dan Kondensat


hasil Proses dikeluarkan. Pada sektor ini terdapat beberapa instrument sebagai
berikut.

Tabel 4.1.3 Daftar Alat dan Instrumen pada Sektor 3


No. Nama Alat / Instrumen Fungsi
1. W2 (Pre-Heater) Untuk memanaskan cairan umpan dengan
menggunakan steam yang tidak kontak secara
langsung dengan cairan yang akan dipanaskan.
2. A2 (Steam Trap) Untuk mengambil kondensat yang keluar dari
Pre-Heater
3. FI-24 (Evaporator Steam Untuk mengukur laju alir massa steam yang
Supply) masuk ke Pre-Heater
4. TR-23 (Temperature Untuk mengukur suhu steam yang masuk Pre-
Recorder – Steam Heater
Supply)
5. TI-25 (Temperature Untuk mengukur suhu kondensat yang keluar
Indicator – Steam Outlet) dari Pre-Heater
6. V3 dan V4 (Valve) Untuk mengontrol laju alir umpan yang masuk
ke Pre-Heater.

TR 23 (temperatur steam masuk) selama proses distilasi mengalami penurunan


suhu tetapi tidak ignifikan sedangkan saat shut down penurunannya jelas terjadi
karean aliran steam ditutup.
4. Sektor 4 adalah kolom distilasi

Gambar 6. Sektor 4 – Kolom Distilasi

Pada sector ini terjadi kontak antara fluida cair dan uap. Pada sektor ini
proses distilasi terjadi dengan dilengkapi instrumentasi sebagai berikut.

Tabel 4.1.4 Daftar Alat dan Intrumen pada Sektor 4


Nama Alat /
No. Fungsi
Instrumentasi
1. TR-8 (Temperature Untuk mengukur suhu pada kolom paling
Recorder – Column Top atas.
Vapor)
2. TR-9 (Temperature Untuk mengukur suhu pada kolom tingkat
Recorder – Column Feed kedua.
Vapor)
3. TR-10 (Temperature Untuk mengukur tekanan pada kolom tingkat
Recorder – Column Feed pertama.
Vapor)
4. PR-18 (Pressure Untuk mengukur tekanan pada kolom bagian
Recorder – column bawah
Bottom Absolute
Pressure)
5. PR-6 (Pressure Recorder Untuk mengukur tekanan pada bagian atas
– Column Top Absolute kolom distilasi.
Pressure )

TR 8, TR 9 dan TR 10 (pada kolom distilasi), ketiganya memiliki karakteristik


kurva yang hampir sama dimana pada saat proses distilasi berlangsung, suhu uap yang
ada sepanjang kolom akan konstan berkisar antara 94 +10C kemudian saat shut down
akan suhunya turun cukup cepat. Hal ini dikarenakan saat proses distilasi, cairan di
dalam sumptank yang terus mengalami pemanasan sehingga uap akan terus naik ke
atas kolom distilat. Sedangkan saat shut down, karena steam sudah tidak dialirkan
maka uap umpan yang naik ke kolom juga berkurang sehingga kolom mengalami
penurunan suhu.

5. Sektor 5 adalah sistem pendingin

Gambar 7. Sektor 5 – Sistem Pendinginan

Pada unit distilasi ini dibutuhkan sistem pendingin dengan tujuan


untuk mendinginkan uap etanol yang terbentuk sehingga uap berwujud cair
kembali di bagian distilat.

Tabel 4.1.5 Daftar Alat dan Instrumen pada Sektor 5


Nama Alat /
No. Fungsi
Instrumentasi
1. W1 (Condenser) Sebagai tempat terjadina perubahan uap
distilat menjadi cairan dikarenakan adanya
penyerapan panas oleh air pendingin yang
masuk.
2. FI-4 (Flow Indicator – Untuk mengukur laju alir air pendingin yang
Condensor Cooling masuk ke kondensor.
Water)
3. F-5 (Condensor Cooling Untuk mengatur laju alir air pendingin secara
Water Flow Observer) otomatis karena dihubungkan dengan laju
steam yang masuk Pre-Heater.
4. TR-1 (Temperature Untuk mengukur temperatur air pendingin
Recorder – Condensor yang masuk ke kondensor.
Water supply
Temperature)
5. TR-7 (Temperature Untuk mengukur temperatur cairan yang
Recorder – Reflux direflux.
Temperature at Column
Entry)
6. TI-22 (Temperature Untuk mengukur temperatur distilat yang
Indicator – Condensor keluar dari kondensor.
Outlet Distilate
Temperature)
7. TIA- 21 (Condensor Vent Untuk mengukur temperatur pada kondensor
High Alarm) dimana jika suhunya terlalu tinggi maka alarm
akan menyala.
8. TRC-3 (Condensor water Untuk mengukur suhu air pendingin yang
Outlet) keluar dari kondensor.

TR 1 (suhu air pendingin masuk) akan konstan selama proses distilasi maupun
shut down karena tidak dipengaruhi parameter lain seperti suhu lingkungan, dll.
Untuk TRC 3 (suhu air pendingin keluar) cukup konstan saat proses distilasi
sedangkan pada saat shut down, suhu air pendingin lebih rendah karena suhu uap
distilat yang didinginkan rendah dan jumlahnya sedikit.

6. Sektor 6 adalah sistem kendali

Sektor ini merupakan panel pengontrol seluruh operasi distilasi yang


dilengkapi instrument sebagai berikut.

Tabel 4.1.6 Daftar Alat dan Instrumen pada Sektor 6

No. Nama Instrumen Fungsi


1. 2 Controller, yaitu Untuk mengatur besarnya tekanan dan
Pressure Controller temperature sesuai dengan yang diinginkan.
(PIC) dan Temperature
Controller
2. 2 Indikator @ 6 rekorder Untuk menunjukkan nulai suhu dan tekanan
pada Temperature Recorder dan Pressure
Recorder.
3. Tombol On-Off Untuk Menyalakan atau mematikan P1
(Distilate Pump), P2 (Feed Pump), dan P3
(Sump Pump).
4. Main Switch Untuk menyalakan udara tekan
5. Control Air Pressure Untuk membuka aliran udara tekan.
Switch
4.2 Data Pengamatan Umpan, Destilat, dan Produk Bawah

a. Konsentrasi Sampel

Tabel 4.2.1 Indeks Bias Umpan, Distilat, dan Produk Bawah

Indeks Bias (nD)


Data Ke-
Umpan Distilat Produk Bawah
1 1.3366 1.3420 1.3355
2 1.3362 1.3428 1.3364

b. Laju Alir dan Suhu

Tabel 4.2.2 Suhu Masuk dan Keluar pada Steam Dan Umpan

Steam Umpan

Masuk Keluar Masuk Keluar


Data
TR 23 TI 25 FI 28 TI 22 TR 26
(oC) (oC) (L/h) (oC) (oC)
Ke-
1 132 86 201 94 92

4.2.1 Pengolahan Datan

a. Konsentrasi Sampel

Tabel 4.2.3 Konsentrasi Sampel Umpan, Distilat, dan Produk Bawah

Xetanol
Data Ke-
Umpan Distilat Produk Bawah
1 0.084 0.125 0.079
2 0.080 0.180 0.100
 Perhitungan Kalor Lepas Steam
Kalor yang dilepas oleh steam pemanas dirumuskan sebagai berikut. Kalor lepas
steam= Kalor awal steam – Kalor Kondensat + Kalor Kondensasi – Kalor steam
sisa

𝑸𝟏= [ 𝒎𝟏× 𝒉𝒈] − [𝒎𝟏𝒂 × 𝒉𝒇] + [ 𝒎𝟏𝒃× 𝒉𝒇𝒈]

Dengan :
hg = Energi dalam (entalpi) kukus pada Temperatur TR 23
hf = Energi dalam kondensat pada temperatur kondensat keluar TI
25 hfg = Kalor laten kondensasi kukus pada temperatur kondensasi
hg, hf, hfg didapatkan di tabel uap [uap
jenuh] m1 = laju massa kukus terpakai
(kg/jam) m1a = laju massa kondensat saja
(kg/jam)
m1b = laju massa kukus tidak terpakai dalam kg/jam [m1 - m1a ]
hgb = Energi dalam [entalpi] kukus sisa pada temperatur kukus keluar
Keterangan, bisa diasumsikan semua kukus mengalami kondensasi. m1b =
0 dan m1a = m1

 Menghitung Kalor Awal Steam


𝑸 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎 = [𝒎𝟏 × 𝒉𝒈]

m1 atau FI 24 (kg/jam) TR 23 (0C) Hg (kj/kg) Q (kj/jam)


90 132 2723.22 245089.8

 Menghitung Kalor Kondensat


𝑸 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏𝒔𝒂𝒕 = [𝒎𝟏𝒂 × 𝒉𝒇]

m1a atau FI 27 (kg/jam) TI 25 (0C) hf (kj/kg) Q (kj/jam)


68 86 359.9 24473.2
 Menghitung Kalor Kondensasi

𝑸 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏𝒔𝒂𝒔𝒊 = [𝒎𝟏𝒃 × 𝒉𝒇𝒈]


𝒉𝒇𝒈 = 𝒉𝒈 – 𝒉𝒇

m1b atau m1 – m1a (kg/jam) hfg (kj/kg) Q (kj/jam)


22 2363.32 51993.04

 Menghitung Kalor Lepas Steam

𝑸𝟏 = 𝑸 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒔𝒕𝒆𝒂𝒎 - 𝑸 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏𝒔𝒂𝒕 + 𝑸 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏𝒔𝒂𝒔𝒊

Jenis Kalor Nilai Q (kj/jam) Q1 lepas steam (kj/jam)


Q awal steam 245089.80
Q Kondensat 22487.60 319570.44
Q kondensasi 51993.04

 Kalor Diterima
Kalor yang diterima oleh umpan dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑸𝟐 = [𝒎𝟑 × 𝑪𝒑𝟐 × 𝒅𝑻𝟐] + [𝒎𝟒 × 𝝀]


Dengan :
m3 = laju massa produk dalam (kg/jam)
m4 = laju massa kondensat (kg/jam)
Cp2 = Kapasitas panas umpan pada temperatur TI22
Cp3 = Kapasitas panas umpan [yang akan teruapkan] pada temperature umpan
TI22
dT2 = Selisih temperatur umpan dan produk [TI22-TR26]

𝑸𝒂= [𝒎𝟑 × 𝑪𝒑× 𝒅𝑻𝟐]

FI 28 ρ Laju alir Cp2 TI 22 TR 26 dT2 Qa


(L/jam) (kg/m3) massa FI (kj/kg.K) (0C) (0C) (0K) (kj/h)
28 (kg/h)
201 962.556 193.5 490.497 94 92 2 189822.339

Massa jenis pada suhu 940C = 962.556 kg/m3


𝑸𝒃 = [𝒎𝟒 × 𝝀]

Laju alir massa kondensat λ Pada TI 25 (kJ/kg) Qb


FI 27 (kg/h) (m4) (kj/h)

55.760(fraksi cair) 1840.82 102644.123


2
12.240 (fraksi uap) 154.98 1896.9552
Total 104541.0782

𝑸𝟐 = 𝑸𝒂 + 𝑸𝒃

Qa (kj/h) Qb (kj/h) Q2 (kj/h)

189822.339 104541.0782 294363.4172

 Jumlah Panas Steam yang Tidak Terpakai (Qse)


𝑸= 𝑸𝟏 - 𝑸𝟐𝒔𝒆

Q = 319570.44- 294363.4172
Q = 25207.0228 kj/h

Berdasarkan nilai di atas diketahui bahwa steam yang masuk pada


proses distilasi tidak digunakan seluruhnya untuk proses ini.
BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pada unit distlasi ini terdapat beberapa sektor antara lain.


 Sektor 1 – Pengumpanan
 Sektor 2 – Pemanasan Umpan
 Sektor 3 – Jalur Pemanasan (steam)
 Sektor 4 – Kolom Distilasi
 Sektor 5 – Sistem Pendinginan
 Sektor 6 – Sistem Kendali
2. Jumlah steam yang terpakai sebesar 294363.4172 kj/h , steam yang tidak terpakai
25207.0228 kj/h, dan total kalor sebesar 319570.44 kj/h
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, dkk. 2016. Distilasi. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.


Leonard, Nicky, Leily Nurul Komariah, dan A.F. Ramdja.2009. Tinajaun Teoritis
Perancangan Kolom Distilasi untuk Pra-rencana Pabrik Skala Industri. Palembang :
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
N.N. 2016. Jobsheet Praktikum Pemisahan dan Pemurnian – Distilasi Campuran Biner
Etanol Air. Lhokseumawe : Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe.
LAMPIRAN

Gambar 8. Kurva Kalibrasi Fraksi Mol Etanol terhadap Indeks Bias


Gambar 9. Panel Control pada Alat Distilasi

Gambar 10. Diagram PID pada Alat Distilasi yang Digunakan

Anda mungkin juga menyukai