DISTILASI
2. Wulandari (151411063)
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui sektor-sektor dan tahap-tahap proses distilasi skala pilot plant.
2. Mengetahui kadar etanol dalam umpan, destilat dan produk bawah
3. Mengetahui perhitungan neraca energi
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Distilasi
Distilasi adalah metoda untuk pemisahan suatu campuran homogen yang berdasarkan
pada perbedaan titik didih komponen-komponen yang ada di dalam campuran. Jika suatu
campuran ideal dipanaskan maka komponen yang mempunyai titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu dibandingkan komponen yang mempunyai titik didih lebih besar,
sehingga komponen zat volatil akan terdistribusi pada fasa uap lebih besar dari pada di dalam
fasa cairnya (N.N, 2016)
Pada kolom distilasi fraksionasi terdapat tray yang berfungsi sebagai tempat
terjadinya kontak antara aliran uap dari bawah (boiler) dengan cairan yang turun dari atas
(refluks). Peristiwa ini mengakibatkan terjadinya perpindahan massa dari zat non volatil pada
fasa uap ke fasa cair atau sebaliknya, dari fasa cair ke dasa uap pada setiap tray (N.N, 2016).
Kinerja kolom distilasi menurut Leonard, Komariah, dan Ramdja (2009) ditentukan oleh
beberapa faktor, diantaranya :
1. Kondisi Feed
Keadaan campuran dan komposisi feed (q) mempengaruhi garis operasi,
jumlah stage dalam pemisahan, dan juga lokasi feed tray.
2. Kondisi Refluks
Pemisahan semakin baik jika sedikit tray yang digunakan untuk mendapatkan
tingkat pemisahan. Tray minimum dibutuhkan di bawah kondisi total refluks, yakni
tidak ada penarikan distilat. Sebaiknya refluks berkurang, garis operasi untuk seksi
rektifikasi bergerak terhadap garis kesetimbangan.
3. Kondisi Aliran Uap
Kondisi aliran uap yang merugikan dapat menyebabkan :
a. Foaming
Mengacu pada ekspansi liquid melewati uap atau gas. Walaupun
menghasilkan kontak antar fase liquid-uap yang tinggi, foaming berlebihan
sering mengarah pada terbentuknya liquid pada tray.
b. Entrainment
Mengacu pada liquid yang terbawa uap menuju tray di atasnya dan
disebabkan laju alir uap yang tinggu menyebabkan efisiensi tray berkurang.
Bahan yang sukar menguap terbawa menuju plate yang menahan
liquid dengan bahan yang mudah menguap. Hal ini dapat mengganggu
kemurnian distilat. Entrainment berlebihan dapat menyebabkan flooding.
c. Weeping/Dumping
Fenomena ini disebabkan aliran uap yang rendah. Tekanan yang
dihasilkan uap tidak cukup untuk menahan liquid pada tray. Karena itu liquid
mulai merembes malalui perforasi.
d. Flooding
Flooding terjadi karena aliran uap berlebih sehingga menyebabkan
liquid terjebak pada uap di atas kolom. Peningkatan tekanan dari uap berlebih
menyebabkan kenaikan liquid yang tertahan pada plate di atasnya.
Flooding ditandai dengan adanya penurunan tekanan diferensial dalam
kolom dan penurunan yang signifikan pada efisiensi pemisahan.
Distilasi Batch
Waktu Suhu Umpan (°C) Suhu Steam (°C)
(menit) Masuk (Ti 22) Keluar (Tr 26) Masuk (Tr 23) Keluar (Ti 25)
5 89 89 132 79
10 94 91 134 81
15 95 92 135 83
20 95 93 135 84
25 96 93 135 84,5
30 96 94 135 84,5
35 96 94 136 85
40 97 94 136 85,5
Distilasi Kontinyu
Waktu Suhu Umpan (°C) Suhu Steam (°C)
(menit) Masuk (Ti 22) Keluar (Tr 26) Masuk (Tr 23) Keluar (Ti 25)
5 97 94 134 84,5
10 97 94 133 81
15 96 93 132 80
Data Indeks Bias :
Umpan =
Bottom =
Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) =
Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) =
Umpan = 8%
Bottom = 10%
Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) = 18%
Distilat (setelah proses distilasi berjalan jam) = 20%
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2. Bahan
- Aquades
-Etanol
3.2.Skema Kerja
3.2.1. Persiapan Panel Pengendali
Katup udara tekan dibuka pada jalur pipa udara tekan ke panel pengendali.
Saklar utama (merah) dan saklar tekanan (hitam) pada pengendali elektronik
diputar ke angka 1 (on).
Eetanol teknis dimasukkan ke dalam tangki umpan melalui keran yang sama
(sesuai petunjuk pembimbing).
3.2.3. Homogenisasi Umpan dan Pengambilan Sampel
Bukaan keran (valve) di jalur sirkulasi diperiksa (keran V3, V4, V5, dan V6
dibuka, sedangakan keran lainnya ditutup) agar ar dan alkohol dapt mengalir di
dalam pipa secara sirkulasi dari dan ke tangki T1.
Pompa P2 dinyalakan dengan cara menekan tombol warna hijau pada tanda P2
pada panel kontrol.
Pompa P2 dimatikan dengan cara menekan tombol warna merah pada tanda P2.
Keran V3, V4, V5, dan V7 dibuka dan keran lainnya ditutup.
3.2.4. Pengiriman Umpan ke Sump Tank Melalui Preheater
Valve manual air pendingin dibuka untuk memastikan aliran air pendingin
ke condensor dan cooler telah menyala.
Valve manual pada jalur pipa steam menuju tangki dinyalakan secara
perlahan setelah terjadi sirkulasi cairan umpan dari sump tank ke
reboiler.
3.2.6. Pengaturan Valve Control Steam pada Reboiler
Pada pengendali lain [PIC-12], tombol 8 ditekan sampai lampu hijau di
dekatnya [SP-W] menyala. Selanjutnya tombol 13 ditekan sampai lampu
hijau di dekatnya menyala.
3.3.Keselamatan Kerja
1. Gunakan jas lab, helm, dan sepatu saat praktikum berlangsung.
2. Gunakan sarung tangan saat membuka dan menutup aliran steam.
BAB IV
Berdassarkan praktikum yang dilakukan teramati bahwa pada alat distilasi ini
terdapat beberapa sector, sebagai berikut.
Nama Alat /
No. Fungsi
Instrumen
1. T1 (Feed Tank) Untuk menampung cairan umpan (campuran etanol-
air) sebelum dialirkan
2. P2 (Feed Pump) Untuk memompa atau mengalirkan cairan umpan ke
kolom pre-heater hingga akhirnya cairan tersebut
masuk ke dalam kolom distilasi dan sumptank. Feed
pump juga berfungsi ketika mensirkulasikan cairan
dari tangki pengumpnan untuk kembali ke tangki
pengumpanan (untuk pengaturan laju alir).
3. A1 (Vapor Trap) Untuk mengambil kondensat yang terbawa oleh
steam yang keluar dari pre – heater.
4. W5 (Pre-Heater) Sebaai pemanas awal cairan umpan.
5. W4 (Distilat Untuk mendinginkan distilat sebagai produk atas.
Cooler)
6. TR-13 Untuk mengukur temperature cairan umpan masuk
(Temperature kolom distilasi.
Recorder- Feed)
7. FI-14 (Flow Untuk mengukur laju alir distilat yang dihasilkan
Distilat)
8. FI-17 (Flow Feed) Untuk mengukur laju alir umpan
9. Valve Berfungsi untuk mengukur laju alir cairan untuk
suatu tujuan tertentu.
Pada sector ini terjadi kontak antara fluida cair dan uap. Pada sektor ini
proses distilasi terjadi dengan dilengkapi instrumentasi sebagai berikut.
TR 1 (suhu air pendingin masuk) akan konstan selama proses distilasi maupun
shut down karena tidak dipengaruhi parameter lain seperti suhu lingkungan, dll.
Untuk TRC 3 (suhu air pendingin keluar) cukup konstan saat proses distilasi
sedangkan pada saat shut down, suhu air pendingin lebih rendah karena suhu uap
distilat yang didinginkan rendah dan jumlahnya sedikit.
a. Konsentrasi Sampel
Tabel 4.2.2 Suhu Masuk dan Keluar pada Steam Dan Umpan
Steam Umpan
a. Konsentrasi Sampel
Xetanol
Data Ke-
Umpan Distilat Produk Bawah
1 0.084 0.125 0.079
2 0.080 0.180 0.100
Perhitungan Kalor Lepas Steam
Kalor yang dilepas oleh steam pemanas dirumuskan sebagai berikut. Kalor lepas
steam= Kalor awal steam – Kalor Kondensat + Kalor Kondensasi – Kalor steam
sisa
Dengan :
hg = Energi dalam (entalpi) kukus pada Temperatur TR 23
hf = Energi dalam kondensat pada temperatur kondensat keluar TI
25 hfg = Kalor laten kondensasi kukus pada temperatur kondensasi
hg, hf, hfg didapatkan di tabel uap [uap
jenuh] m1 = laju massa kukus terpakai
(kg/jam) m1a = laju massa kondensat saja
(kg/jam)
m1b = laju massa kukus tidak terpakai dalam kg/jam [m1 - m1a ]
hgb = Energi dalam [entalpi] kukus sisa pada temperatur kukus keluar
Keterangan, bisa diasumsikan semua kukus mengalami kondensasi. m1b =
0 dan m1a = m1
Kalor Diterima
Kalor yang diterima oleh umpan dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝑸𝟐 = 𝑸𝒂 + 𝑸𝒃
Q = 319570.44- 294363.4172
Q = 25207.0228 kj/h
SIMPULAN