JUDUL PROGRAM
BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh:
Menyetujui
Kepala Program Studi, Ketua Pelaksana Kegiatan,
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara besar dengan jumlah penduduk dalam usia wajib
belajar sebanyak 58 Juta jiwa (Marboen, 2012). Jumlah pelajar yang banyak
diimbangi dengan jumlah guru sekitar 3 juta jiwa. Meskipun jumlah tersebut
mencukupi, fakta yang ada penyebaran jumlah guru tidak merata. Anies
Baswedan mengatakan bahwa 21% sekolah di perkotaan, 37% sekolah di
pedesaan, dan 66% sekolah di daerah terpencil masih kekurangan guru (UMY,
2012).Perbedaan tiap individu dalam memahami dan memproses informasi yang
diberikan disebut dengan gaya belajar. Gaya belajar menunjukkan preferensi
individu terhadap proses pembelajaran dan cara memproses informasi untuk
dipelajari dan diterapkan. Beberapa ahli membagi gaya belajar individu
berdasarkan jenis tampilan informasi yang diberikan kepada seseorang menjadi
tiga kategori, yaitu [1] gaya visual yang menjelaskan individu lebih menyukai
memproses informasi melalui penglihatan, [2] auditori yang menyukai informasi
melalui pendengaran, dan [3] kinestetik yang menyukai informasi melalui
gerakan, praktik atau sentuhan (Almasitoh 2014).
Permasalahan yang muncul adalah tidak semua guru dan/atau orang tua
memahami perbedaan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Di sisi lain, guru
atau orang tua memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda seperti halnya gaya
belajar siswa. Akibatnya ada fakta bahwa guru dan/atau orang tua telah mengajar
bersungguh-sungguh sedangkan siswa tidak mengerti dan belum bisa menyerap
apa yang diajarkan. Hal ini disebabkan tidak bertemunya gaya belajar siswa
dengan gaya mengajar guru (Asmadi et al. 2010).
Paradigma pendidikan mulai bergeser dari berfokus pada guru ke berfokus pada
siswa. Pergeseran ini terjadi karena berkembangnya teori psikologi yang
dijadikan dasar pendekatan dalam pendidikan, yaitu psikologi kognitif.
Psikologi kognitif berasumsi bahwa (a) setiap anak secara kodrati telah dibekali
dengan innate (bakat bawaan) untuk berkembang, (b) kognisi anak berkembang
secara bertahap sesuai dengan perkembangan usia kronologisnya, (c) setiap anak
yang belajar selalu mengandung kebermaknaan dan atas dasar asumsi itu, (d)
anak dapat berkembang bakatnya sesuai dengan perkembangan kognitifnya.
Siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru sebagai sumber belajar tetapi
dapat menyerap informasi dari berbagai sumber belajar baik yang disediakan
guru atau usaha siswa sendiri memperoleh informasi dari berbagai sumber
belajar yang lain.
Guna menyediakan sumber belajar yang dapat menyesuaikan gaya belajar siswa
dan gaya mengajar guru serta memuat konten kognitif, afektif, dan psikomotor,
maka diusulkan gagasan penggunaan dan pengembangan sumber belajar
terintegrasi dengan memanfaatkan Teknologi IoT.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah memberikan gagasan terhadap
pengembangan sumber belajar alternatif yang dapat menyesuaikan gaya belajar
siswa dan gaya mengajar guru melalui Teknologi IoT yang terintegrasi.
1.3. Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari gagasan ini adalah sebagai berikut:
2. GAGASAN
2.1. Kondisi Kekinian
Jumlah guru yang mencukupi tidak menjadi penentu bahwa persebarannya
sudah merata. Permasalahan kekurangan guru sebanyak 21% di perkotaan, 37%
di pedesaan, dan 66% di daerah terpencil, menujukkan bahwa minimnya
3
Persepsi tentang cara mengajar guru oleh masing-masing siswa tidaklah sama.
Hal ini dikarenakan karakter, cara berpikir, latar belakang keluarga, dan
pengalaman-pengalaman masa lalu siswa yang berbeda. Ada siswa yang karena
tingkat kecerdasannya tinggi beranggapan bahwa cara mengajar gurunya terlalu
lambat dan berbelit-belit. Namun siswa yang kurang pandai merasa cara
mengajar gurunya terlalu cepat. Di lain pihak, ada siswa yang mengatakan
bahwa gurunya terlalu galak, karena di rumah terbiasa dimanja oleh orang
tuanya, padahal siswa lainnya memandang guru tersebut cakap (Septiana, 2016).
Perbedaan persepsi tentang cara mengajar guru menjadikan siswa tidak terbatas
untuk menjadikan guru sebagai sumber belajar mereka. Bahkan saat ini mereka
dapat menggunakan sumber informasi lain sebagai sumber belajar mereka
seperti les privat, membaca buku mandiri, atau mencari informasi melalui
internet.
Setelah dilakukan tes preferensi, perlu diketahui kebutuhan sumber belajar siswa
menggunakan Algoritma Penganalisis Kebutuhan Sumber Belajar. Melalui
analisis ini, guru akan diberikan media pembuatan sumber belajar sesuai gaya
mengajar guru seperti audio recording untuk auditori, aplikasi pembuat animasi
bergerak untuk visual, dan aplikasi pembuat virtual reality berbasis geolokasi
untuk kinestetik. Di sisi lain, siswa akan diberikan sumber belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka seperti rekaman cerita untuk auditori, animasi bergerak
untuk visual dan virtual reality berbasis geolokasi untuk kinestetik. Sumber
belajar yang diberikan tidak hanya sumber belajar yang sesuai dengan gaya
belajar mereka, namun juga sumber belajar yang mampu dimanfaatkan dalam
tiga aspek penilaian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
5
Sistem juga akan menganalisis kebutuhan evaluasi yang perlu dilakukan setelah
sumber belajar diakses oleh siswa. Analisis tersebut dilakukan melalui
Algoritma Penganalisis Kebutuhan Evaluasi Pembejalaran. Evaluasi
pembelajaran dibutuhkan agar guru dapat menilai kemampuan siswa sehingga
didapatkan feedback pembelajaran dan perbaikan sumber belajar di masa
mendatang.
3. KESIMPULAN
3.1. Inti Gagasan
Gagasan yang hendak diajukan adalah penggunaan Teknologi Internet of Things
(IoT) yang terintegrasi untuk mewadahi dan menyediakan sumber belajar yang
sesuai dengan gaya belajar siswa serta mewadahi dan menyediakan media
pengembangan bahan ajar guru sesuai dengan gaya mengajar guru. Tidak
terbatas pada kedua hal tersebut, gagasan yang hendak diajukan juga memuat
analisis serta evaluasi kegiatan pembelajaran guna penilaian hasil pembelajaran
dan pengembangan bahan ajar di masa mendatang. Dengan Teknologi IoT yang
terintegrasi, guru dapat memantau hasil belajar siswa melalui perangkat
elektronik (gadget) guru. Di sisi lain siswa dapat belajar dan mengerjakan tugas
maupun tes evaluasi melalui perangkat elektronik siswa masing-masing.
Diharapkan semua pihak dapat berkolaborasi dalam mengembangkan bahan ajar
maupun pemanfaatan sumber belajar sehingga semua pihak dapat berkontribusi
untuk pendidikan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U.H., 2014. Guru Sebagai Pelaku Utama Proses Pendidikan. Magistra,
XXVI(87), pp.18–24.
Asmadi, A., Widhiarso, W. & Susetyo, Y.F., 2010. Eksplorasi Gaya dan Strategi
Regulasi Belajar Mahasiswa yang Mendukung Pembelajaran Berpusat
Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Psikometri Fakultas Psikologi UGM.