Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

INTEGRASI SUMBER BELAJAR MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI


INTERNET OF THINGS (IOT)

BIDANG KEGIATAN:
PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan oleh:

ALAN KUNCORO RAHARJO 13410100041 TAHUN ANGKATAN 2013


CHOIRUL ANAM 15420100045 TAHUN ANGKATAN 2015
MUHAMAD ARIF ASHKARI 15410100177 TAHUN ANGKATAN 2015
NERISSA ARVIANA RAHMANI 16430200002 TAHUN ANGKATAN 2016

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA


2017
PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS
1. Judul Kegiatan: Integrasi Sumber Belajar Melalui PemanfaatanTeknologi
Internet of Things (IoT)
2. Bidang Kegiatan: PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap: Alan Kuncoro Raharjo
b. NIM: 13.41010.0041
c. Jurusan: S1 Sistem Informasi
d. Universitas/Institut: Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya
e. Alamat Rumah dan No. Tel/HP : Jalan Ubi 2/44A Wage, Taman,
Sidoarjo - 085649728159
f. Email: alankuncororaharjo@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan: 3 Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar: Dr. Bambang Hariadi, M.Pd.
b. NIDN : 0719106401
c. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Jalan Cempaka E78 Griya Taman
Cipta Karya Sidoarjo – 087855352884

Surabaya, 28 Agustus 2017

Menyetujui
Kepala Program Studi, Ketua Pelaksana Kegiatan,

Dr. M.J. Dewiyani Sunarto Alan Kuncoro Raharjo


NIP. 910049 NIM. 13410100041
Wakil Rektor III Bidang Dosen Pendamping,
Kemahasiswaan dan Alumni,

Dr. Bambang Hariadi, M.Pd. Dr. Bambang Hariadi, M.Pd.


NIP. 900034 NIP. 900034

i
DAFTAR ISI

PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS .......................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3. Manfaat ......................................................................................................... 2
2. GAGASAN........................................................................................................... 2
2.1. Kondisi Kekinian .......................................................................................... 2
2.2. Solusi yang Pernah Ditawarkan .................................................................... 3
2.3. Gagasan Inti dan Prediksi Hasil Implementasi ............................................. 4
2.4. Keterlibatan Pihak Lain................................................................................. 5
2.5. Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan ..................................... 6
3. KESIMPULAN .................................................................................................... 7
3.1. Inti Gagasan .................................................................................................. 7
3.2. Teknik Implementasi Gagasan ...................................................................... 7
3.3. Dampak Yang Ditimbulkan .......................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 8

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gagasan Inti ................................................................................................ 4


Gambar 2 Langkah-langkah implementasi .................................................................. 6

iii
1

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara besar dengan jumlah penduduk dalam usia wajib
belajar sebanyak 58 Juta jiwa (Marboen, 2012). Jumlah pelajar yang banyak
diimbangi dengan jumlah guru sekitar 3 juta jiwa. Meskipun jumlah tersebut
mencukupi, fakta yang ada penyebaran jumlah guru tidak merata. Anies
Baswedan mengatakan bahwa 21% sekolah di perkotaan, 37% sekolah di
pedesaan, dan 66% sekolah di daerah terpencil masih kekurangan guru (UMY,
2012).Perbedaan tiap individu dalam memahami dan memproses informasi yang
diberikan disebut dengan gaya belajar. Gaya belajar menunjukkan preferensi
individu terhadap proses pembelajaran dan cara memproses informasi untuk
dipelajari dan diterapkan. Beberapa ahli membagi gaya belajar individu
berdasarkan jenis tampilan informasi yang diberikan kepada seseorang menjadi
tiga kategori, yaitu [1] gaya visual yang menjelaskan individu lebih menyukai
memproses informasi melalui penglihatan, [2] auditori yang menyukai informasi
melalui pendengaran, dan [3] kinestetik yang menyukai informasi melalui
gerakan, praktik atau sentuhan (Almasitoh 2014).

Permasalahan yang muncul adalah tidak semua guru dan/atau orang tua
memahami perbedaan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Di sisi lain, guru
atau orang tua memiliki gaya mengajar yang berbeda-beda seperti halnya gaya
belajar siswa. Akibatnya ada fakta bahwa guru dan/atau orang tua telah mengajar
bersungguh-sungguh sedangkan siswa tidak mengerti dan belum bisa menyerap
apa yang diajarkan. Hal ini disebabkan tidak bertemunya gaya belajar siswa
dengan gaya mengajar guru (Asmadi et al. 2010).

Paradigma pendidikan mulai bergeser dari berfokus pada guru ke berfokus pada
siswa. Pergeseran ini terjadi karena berkembangnya teori psikologi yang
dijadikan dasar pendekatan dalam pendidikan, yaitu psikologi kognitif.
Psikologi kognitif berasumsi bahwa (a) setiap anak secara kodrati telah dibekali
dengan innate (bakat bawaan) untuk berkembang, (b) kognisi anak berkembang
secara bertahap sesuai dengan perkembangan usia kronologisnya, (c) setiap anak
yang belajar selalu mengandung kebermaknaan dan atas dasar asumsi itu, (d)
anak dapat berkembang bakatnya sesuai dengan perkembangan kognitifnya.
Siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru sebagai sumber belajar tetapi
dapat menyerap informasi dari berbagai sumber belajar baik yang disediakan
guru atau usaha siswa sendiri memperoleh informasi dari berbagai sumber
belajar yang lain.

Perkembangan Teknologi Informasi yang semakin pesat salah satunya


dilatarbelakangi oleh perkembangan penggunaan Internet of Things (IoT). IoT
menghubungkan perangkat elektronik seperti smart phone, gadget, sensor dan
2

penggerak ke internet dimana perangkat-perangkat tersebut secara cerdas


terhubung bersama dan memungkinkan munculnya bentuk komunikasi baru
antara perangkat elektronik dengan manusia dan sebaliknya (Piyare & Lee,
2013). Penggunaan IoT sekarang ini sudah merambah pada bidang kesehatan,
keuangan, keamanan rumah, perikanan, pertanian, mobil pintar, dan smart cities
(McCann, 2015). Bahkan di bidang pendidikan, IoT mulai merubah proses
pembelajaran. Dengan semua informasi di gadget mereka, siswa dapat belajar
dengan cara mereka sendiri. Siswa juga dapat mengerjakan tugas melalui gadget
mereka. Perangkat yang terhubung dengan teknologi IoT memungkinkan guru
untuk dapat mengumpulkan data siswa dan menentukan perhatian yang perlu
diberikan kepada siswa berkebutuhan tertentu. Hal ini membantu guru untuk
menyesuaikan rencana pembelajaran atau gaya mengajar mereka untuk masa
pengajaran mendatang (Meola, 2016).

Guna menyediakan sumber belajar yang dapat menyesuaikan gaya belajar siswa
dan gaya mengajar guru serta memuat konten kognitif, afektif, dan psikomotor,
maka diusulkan gagasan penggunaan dan pengembangan sumber belajar
terintegrasi dengan memanfaatkan Teknologi IoT.

1.2. Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah memberikan gagasan terhadap
pengembangan sumber belajar alternatif yang dapat menyesuaikan gaya belajar
siswa dan gaya mengajar guru melalui Teknologi IoT yang terintegrasi.

1.3. Manfaat
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari gagasan ini adalah sebagai berikut:

1. Menjadi blueprint yang berguna bagi pemerintah dalam mengembangkan


sumber belajar bagi siswa.
2. Menjadi solusi dalam menangani kesulitan belajar siswa sesuai gaya belajar
siswa.
3. Menjadi blueprint yang berguna bagi pemerintah dalam meningkatkan
sistem dan mutu pendidikan yang terintegrasi.
4. Menjadi media bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa
sesuai dengan gaya mengajar guru.

2. GAGASAN
2.1. Kondisi Kekinian
Jumlah guru yang mencukupi tidak menjadi penentu bahwa persebarannya
sudah merata. Permasalahan kekurangan guru sebanyak 21% di perkotaan, 37%
di pedesaan, dan 66% di daerah terpencil, menujukkan bahwa minimnya
3

pemerataan guru di Indonesia belum bisa diatasi oleh pemerinah. Bahkan


Direktur Direktorat Pendidikan Bappenas Amich Alhumami mengatakan bahwa,
banyak guru ditemukan diberikan gaji yang sama meskipun mereka mengajar
jumlah murid yang berbeda (Prasetya, 2016).

Persepsi tentang cara mengajar guru oleh masing-masing siswa tidaklah sama.
Hal ini dikarenakan karakter, cara berpikir, latar belakang keluarga, dan
pengalaman-pengalaman masa lalu siswa yang berbeda. Ada siswa yang karena
tingkat kecerdasannya tinggi beranggapan bahwa cara mengajar gurunya terlalu
lambat dan berbelit-belit. Namun siswa yang kurang pandai merasa cara
mengajar gurunya terlalu cepat. Di lain pihak, ada siswa yang mengatakan
bahwa gurunya terlalu galak, karena di rumah terbiasa dimanja oleh orang
tuanya, padahal siswa lainnya memandang guru tersebut cakap (Septiana, 2016).
Perbedaan persepsi tentang cara mengajar guru menjadikan siswa tidak terbatas
untuk menjadikan guru sebagai sumber belajar mereka. Bahkan saat ini mereka
dapat menggunakan sumber informasi lain sebagai sumber belajar mereka
seperti les privat, membaca buku mandiri, atau mencari informasi melalui
internet.

2.2. Solusi yang Pernah Ditawarkan

Pembelajaran mandiri secara online yang sering didengar dengan istilah e-


learning, saat ini memiliki banyak bentuk pengembangan seperti sistem
manajemen pembelajaran moodle, Atutor, Eliademy, atau pembelajaran terpusat
G Suite Learning Center. Meskipun telah memiliki banyak pengembangan, e-
learning tidak menunjukkan efektivitas kegiatan belajar secara online. Hal ini
dikarenakan kurangnya interaksi antara guru dan siswa di dalam media tersebut,
rumitnya mempelajari sistem tersebut, serta pemanfaatan server yang terbatas
pada lingkup institusi pengguna sistem atau lokal (Insan & Dwipranata, 2013).
4

2.3. Gagasan Inti dan Prediksi Hasil Implementasi

Gambar 1 Gagasan Inti

Gambar di atas menggambarkan alur sistem yang ingin dirancang melalui


pemanfaatan Teknologi IoT. Aktivitas sistem dimulai dengan menganalisis gaya
mengajar guru dan gaya belajar siswa melalui tes preferensi. Dalam mengenali
gaya mengajar guru, guru perlu diberikan referensi bentuk-bentuk pola
pengajaran yang diberikan sistem untuk dipilih. Sistem akan mengenali pola
mengajar guru melalui hasil preferensi mengajar yang telah diisi oleh guru
dengan Kecerdasan Buatan (AI) Pembelajar Pola Mengajar Guru. Di sisi lain,
untuk mengenali gaya belajar siswa, siswa perlu diberikan pertayaan acak terkait
metode belajar siswa. Jawaban dari pertanyaan acak tersebut, akan memberikan
kecenderungan gaya belajar tertentu. Kecenderungan gaya belajar ini akan
dikenali dengan Kecerdasan Buatan (AI) Pembelajar Pola Belajar Siswa. Kedua
pihak antara guru dan siswa dapat mengakses tes preferensi tersebut melalui
gadget mereka masing-masing.

Setelah dilakukan tes preferensi, perlu diketahui kebutuhan sumber belajar siswa
menggunakan Algoritma Penganalisis Kebutuhan Sumber Belajar. Melalui
analisis ini, guru akan diberikan media pembuatan sumber belajar sesuai gaya
mengajar guru seperti audio recording untuk auditori, aplikasi pembuat animasi
bergerak untuk visual, dan aplikasi pembuat virtual reality berbasis geolokasi
untuk kinestetik. Di sisi lain, siswa akan diberikan sumber belajar sesuai dengan
gaya belajar mereka seperti rekaman cerita untuk auditori, animasi bergerak
untuk visual dan virtual reality berbasis geolokasi untuk kinestetik. Sumber
belajar yang diberikan tidak hanya sumber belajar yang sesuai dengan gaya
belajar mereka, namun juga sumber belajar yang mampu dimanfaatkan dalam
tiga aspek penilaian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
5

Sistem juga akan menganalisis kebutuhan evaluasi yang perlu dilakukan setelah
sumber belajar diakses oleh siswa. Analisis tersebut dilakukan melalui
Algoritma Penganalisis Kebutuhan Evaluasi Pembejalaran. Evaluasi
pembelajaran dibutuhkan agar guru dapat menilai kemampuan siswa sehingga
didapatkan feedback pembelajaran dan perbaikan sumber belajar di masa
mendatang.

Guna mendukung berjalannya sistem, perlu adanya sistem pengelolaan


menggunakan Learning Management System (LMS). Tujuannya adalah agar
pemanfaatan Teknologi IoT untuk sumber belajar yang sesuai dengan gaya
belajar siswa dan gaya mengajar guru dapat dijamin dari sisi keamanan,
autentikasi dan autorisasi, pemanfaatan sumber belajar, pengelolaan
pembelajaran, dan evaluasi serta monitoring pembelajaran Untuk mendukung
kebutuhan sistem yang ada, perlu digunakan beberapa komponen dalam
Teknologi IoT, yaitu:
- Application Programming Interface (API) guna menjembatani akses sumber
belajar ke server sistem (Application Server & Database Server).
- Business Intelligence (BI) guna mendukung Algoritma Penganalisis
Kebutuhan Sumber Belajar dan Evaluasi Pembelajaran dalam
mengidentifikasi, menganalisis dan mengembangkan potensi sumber belajar
bagi siswa dan guru.
- Application Server sebagai server pusat dari aplikasi yang digunakan yang
berhubungan dengan Database Server.
- Database Server sebagai pusat penyimpanan sumber belajar dan hasil evaluasi
pembelajaran.

Pengembangan serta implementasi sistem yang digagas tidak terbatas untuk


digunakan pada pendidikan formal saja. Namun, semua pihak diharapkan dapat
terlibat dalam pengembangan dan implementasi sistem. Dalam hal ini
diharapkan pengembangan bahan ajar dapat dilakukan oleh semua guru, baik
guru tetap maupun guru honorer. Selain itu, siswa yang mengakses sumber
belajar juga tidak terbatas pada siswa sekolah formal, tapi juga untuk siswa non-
formal. Harapannya adalah dengan sistem yang digagas dapat dirasakan manfaat
pendidikan untuk semua orang sehingga tujuan pendidikan untuk seluruh rakyat
Indonesia dapat dicapai.

2.4. Keterlibatan Pihak Lain


- Pustekkom Dinas Pendidikan dan Kebudayaan selaku pemangku tugas
pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pendidikan dan kebudayaan.
6

- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan selaku penyelenggara urusan


pemerintah di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan masyarakat, serta pengelolaan kebudayaan.
- Dinas Pendidikan Provinsi yang berwenang dalam desentralisasi dan
dekonsentrasi di bidang pendidikan, generasi muda dan olahraga di wilayah
provinsi.
- IT Consultant guna memberikan pandangan dan saran untuk perancangan dan
pengembangan infrastruktur sistem.
- Persatuan Guru Republik Indonesia yang menaungi perkumpulan guru di
Indonesia guna mengarahkan bentuk pengembangan sumber pembelajaran
bagi siswa.
- Komunitas Pecinta Pendidikan atau Lembaga Bimbingan Belajar yang dapat
menjadi lembaga penyelenggara ujian penyetaraan dalam evaluasi hasil belajar
siswa melalui sistem yang ada layaknya lembaga pendidikan non-formal.

2.5. Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan

Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan diambil dalam


pengimplementasian gagasan diantaranya adalah:

Perencanaan Pembuatan Penerapan Evaluasi


Audit Sistem
Sistem Sistem Sistem Sistem

Gambar 2 Langkah-langkah implementasi

1. Tahun 1: Kegiatan Perencanaan Sistem yang berisi kegiatan identifikasi dan


verifikasi permasalahan, analisis permasalahan, identifikasi kebutuhan sistem
dan analisis kebutuhan sistem.

2. Tahun 2: Kegiatan Pembuatan Sistem berisi perancangan dan desain sistem,


serta pembuatan sistem melalui coding.

3. Tahun 3: Kegiatan Penerapan Sistem berisi kegiatan sosialisasi, pelatihan dan


penerapan sistem guna mendukung. Sosialisasi harus dilakukan kepada pihak-
pihak yang terlibat sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing.

4. Tahun 4: Kegiatan Evaluasi Sistem berguna untuk menilai pelaksanaan


keseluruhan sistem dengan beberapa variabel yang ingin dinilai yaitu
kemudahan penggunaan sistem, ketepatan sasaran pengguna sistem,
kenyamanan penggunaan sistem, dan peluang pengembangan sistem.
7

5. Tahun 5: Kegiatan Audit Sistem berguna untuk melakukan pemeriksaan,


peninjauan hingga perbaikan terkait sistem sesuai dengan hasil evaluasi sistem
yang telah dilakukan.

3. KESIMPULAN
3.1. Inti Gagasan
Gagasan yang hendak diajukan adalah penggunaan Teknologi Internet of Things
(IoT) yang terintegrasi untuk mewadahi dan menyediakan sumber belajar yang
sesuai dengan gaya belajar siswa serta mewadahi dan menyediakan media
pengembangan bahan ajar guru sesuai dengan gaya mengajar guru. Tidak
terbatas pada kedua hal tersebut, gagasan yang hendak diajukan juga memuat
analisis serta evaluasi kegiatan pembelajaran guna penilaian hasil pembelajaran
dan pengembangan bahan ajar di masa mendatang. Dengan Teknologi IoT yang
terintegrasi, guru dapat memantau hasil belajar siswa melalui perangkat
elektronik (gadget) guru. Di sisi lain siswa dapat belajar dan mengerjakan tugas
maupun tes evaluasi melalui perangkat elektronik siswa masing-masing.
Diharapkan semua pihak dapat berkolaborasi dalam mengembangkan bahan ajar
maupun pemanfaatan sumber belajar sehingga semua pihak dapat berkontribusi
untuk pendidikan nasional.

3.2. Teknik Implementasi Gagasan


Rencana implementasi gagasan dimulai dengan analisis gaya belajar siswa dan
gaya mengajar guru. Selanjutnya perlu diberikan media pengembangan bahan
ajar sesuai gaya mengajar guru dan sumber belajar siswa sesuai dengan gaya
belajar siswa. Tiga macam sumber belajar yang tersedia berupa rekaman audio
untuk auditori, animasi gambar bergerak untuk visual dan visual reality berbasis
geolokasi untuk kinestetik. Kegiatan pembelajaran juga perlu dievaluasi untuk
menilai kemampuan belajar siswa, mendapatkan feedback pembelajaran serta
guna pengembangan bahan ajar di masa mendatang.

3.3. Dampak Yang Ditimbulkan


Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari pemanfaatan Teknologi IoT yang
terintegrasi adalah terpenuhinya kebutuhan sumber belajar siswa sesuai gaya
belajar siswa dan terakomodasinya guru dalam mengembangkan bahan ajar
sesuai dengan gaya mengajar guru. Selain itu, dengan terintegrasinya sistem
yang dikembangkan, pemerintah dapat mengetahui kebutuhan belajar siswa,
kemampuan belajar siswa, kebutuhan mengajar guru, evaluasi pembelajaran
secara langsung karena sistem terhubung satu sama lain. Dengan mengetahui
keseluruhan kondisi pendidikan, pemerintah dapat mengembangkan
infrastruktur pendidikan yang dibutuhkan rakyat Indonesia.
8

DAFTAR PUSTAKA

Almasitoh, U.H., 2014. Guru Sebagai Pelaku Utama Proses Pendidikan. Magistra,
XXVI(87), pp.18–24.
Asmadi, A., Widhiarso, W. & Susetyo, Y.F., 2010. Eksplorasi Gaya dan Strategi
Regulasi Belajar Mahasiswa yang Mendukung Pembelajaran Berpusat
Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Psikometri Fakultas Psikologi UGM.

Anda mungkin juga menyukai