BAB 1
PENDAHULUAN
kecemasan. Kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang harus
dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan
tersinggung, susah tidur, gelisah, lesu, mudah menangis dan tidur tidak nyenyak. Kecemasan
pasien pre operatif disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pengetahuan dan
sikap perawat dalam mengaplikasikan pencegahan kecemasan pada pasien pre operatif.
Menurut Carpenito (1999), menyatakan 90% pasien pre operatif berpotensi mengalami
kecemasan. Menurut Long (1996), kecemasan (ansietas) adalah respon psikologik terhadap stres
yang mengandung komponen fisiologik dan psikologik. Reaksi fisiologis terhadap kecemasan
merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi
nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih
dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada pasien pre operatif tergantung
pada setiap individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh dan
anestesi, diagnosa penyakit yang belum pasti, keganasan, nyeri, ketidaktahuan tentang prosedur
operasi dan sebagainya. Hasil survey pendahuluan di ruang D (Bedah Pria) RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 20-22 Maret 2010 tentang tingkat kecemasan pasien pre
operatif menunjukkan bahwa dari 10 orang pasien terdapat 5 orang (50 %) yang memiliki tingkat
kecemasan dalam kategori sedang, 2 orang (20 %) dalam kategori ringan, responden dengan
tingkat kecemasan berat sebanyak 2 orang (20 %), dan responden yang tidak merasa cemas
sebanyak 1 orang (10%). Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap
tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi
keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan pasien baik secara fisik maupun psikis.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat bergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan fase ini merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan
berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi. Fase pre operatif dari peran
keperawatan dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien
dikirim ke ruang operasi. Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit
bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang
agak berlebihan dengan kecemasan yang dialami. Kecemasan dialami pasien dan keluarga
biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga
ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur pembedahan dan tindakan
pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan
baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan yang tepat
diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat keberhasilan
pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan
antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi dan perawat) disamping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Dampak yang mungkin muncul bila
kecemasan pasien pre operatif stidak segera ditangani, yang pertama pasien dengan tingkat
kecemasan tinggi tidak akan mampu berkonsentrasi dan memahami kejadian selama perawatan
dan prosedur. Kedua, harapan pasien terhadap hasil, pasien mungkin sudah memiliki gambaran
tersendiri mengenai pemulihan setelah pembedahan. Ketiga pasien akan merasa lebih nyaman
dengan pembedahan jika pasien mengetahui momen yang dihadapi pada saat hari pembedahan
tiba. Keempat, pasien mungkin memerlukan penjelasan mengenai nyeri yang akan di rasakan
setelah operasi. Nyeri adalah suatu fenomena pascaoperatif yang memperlambat pemulihan.
Apabila pasien mencapai harapan yang realistik terhadap nyeri dan mengetahui cara
mengatasinya, rasa cemas akan jauh berkurang. Oleh sebab itu perlu peran perawat untuk
Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang
menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil. Peran perawat sangat penting
dalam tindakan pre operatif dapat menggunakan metode STOP yaitu mencari dan
mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah (Source), mencoba berbagai rencana
pemecahan masalah yang telah disusun (Trial and error), menganjurkan pasien meminta
bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu (Others), menganjurkan pasien untuk berdoa
kepada Tuhan (Pray and patient). Oleh sebab itu, peneliti tertarik melakukan kajian tentang
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif di Ruang D (Bedah Pria) RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
Bagaimana Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif diruang D (Bedah Pria) RSUD Dr.
Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operatif yang dirawat diruang D (Bedah
1.3.1 Teoritis
Memperkuat teori tentang kecemasan pada pasien pre operatif dan pengembangan ilmu
1.3.2 Praktis
Memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai umpan balik dalam peningkatan
2) Bagi Perawat
Menambah pengetahuan dalam upaya peningkatan kualitas personal perawat dan sebagai
pasien pre operatif serta sebagai masukan agar perawat lebih meningkatkan kualitas pelayanan
TINJAUAN PUSTAKA
Kecemasan adalah keadaan dimana indvidu atau kelompok mengalami perasaan gelisah
(penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang
Kecemasan (kecemasan) merupakan suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan
tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, yang dirasakan oleh pasien
Kecemasan adalah respon subjektif terhadap stres. Ciri-ciri kecemasan adalah keprihatinan,
kesulitan, ketidakpastian, atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata atau dirasakan
Kecemasan akibat terpajan pada peristiwa traumatik yang dialami individu yang
mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan
kematian aktual atau ancaman kematian atau cidera serius atau ancaman integritas fisik diri
Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar
dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2009 :
165).
Menurut Andaners (2009), penyebab rasa cemas dapat dikelompokan pula menjadi 3
faktor, yaitu :
1) Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan makanan, minuman,
2) Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang atau benda yang
Menurut Asmadi (2009 : 165), berbagai faktor predisposisi yang dijelaskan ke dalam
1) Teori Psikoanalisis
Menurut pandangan psikoanalisis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut,
2) Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang
lain. Kecemasan ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti
kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh
orang lain atau masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas.
Namun, bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak
3) Teori Perilaku
suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan inilah
Menurut Stuart (1998 : 179), berbagai faktor predisposisi yang dijelaskan ke dalam
1) Teori Psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi
2) Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri
3) Teori perilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan
sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari
kepedihan. Pakar tentang pembelajaran menyakini bahwa individu yang terbiasa dalam
kehidupan dininya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
4) Kajian Keluarga
Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih
5) Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diaz epindes.
neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya endorphin. Selain itu, telah dibuktikan
bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi; terhadap
kecemasan. Kecemasan mungkin disertai gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
Menurut Stuart (1998 : 181), kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Pengalaman
kecemasan seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Namun
demikian secara umum ancaman besar yang dapat menimbulkan kecemasan dikategori menjadi
2, yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang
9) Peristiwa yang menyebabkan stressful (peristiwa yang penting dalam kegiatan sosial,
10) Membayangkan ancaman dari injuri (sumber dari stress yang tidak dapat dipastikan).
16) Peperangan.
18) Situasi positif dari peristiwa kehidupan (menikah, mempunyai bayi, lulus kuliah).
Menurut Asmadi (2009 : 166), kemampuan untuk merespons terhadap suatu ancaman yang
berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi terhadap perbedaan tingkat
kecemasan yang dialami. Respons individu terhadap kecemasan beragam dari kecemasan sampai
panik.
Menurut Stuart (1998 : 176), rentang respons sehat sakit dapat dipakai untuk
Gambar 2.1 Rentang Respons Kecemasan. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Stuart (1998).
Menurut Asmadi (2009 : 167), tiap tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau
manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada
kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme
Menurut Stuart (1998 : 177-179), kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat
Tabel 2.2 Respons Fisiologis terhadap Kecemasan. Buku saku Keperawatan Jiwa Edisi 3, Stuart (1998).
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskular Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan*
Pingsan*
Tekanan darah menurun*
Denyut nadi menurun*
Tabel 2.3 Respons Perilaku, Kognitif dan Afektif terhadap Kecemasan. Buku saku Keperawatan Jiwa Edisi
3, Stuart (1998).
Sistem Respons
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal.
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindari
Hiperventilasi
Kognitif Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Bidang persepsi menurun
Kreativitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Afektif Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Ketakutan
Alarm
Teror
Gugup
Gelisah
Menurut Asmadi (2009 : 168), Setiap ada stressor penyebab individu mengalami
kecemasan, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan
lain dan adanya keyakinan pada individu yang besangkutan bahwa mekanisme koping yang
digunakan dapat mengatasi kecemasan nya. Sumber koping merupakan modal kemampuan yang
dimiliki individu guna mengatasi kecemasan. Kecemasan perlu diatasi untuk mencapai keadaan
homeostatis dalam diri individu, baik secara fiosiologis maupun psikologis. Apabila individu
tidak mampu mengatasi kecemasan secara konstruktif, maka ketidakmampuan tersebut dapat
kategori yaitu :
ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara realitis. Beberapa contoh strategi
2) Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.
3) Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga masalah
5) Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah. Bayangan pikiran yang dimiliki setiap
orang memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi. Sebab, segala sesuatu yang
dilakukan individu adalah reaksi langsung dari apa yang ada dalam pikirannya.
Strategi pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan dengan metode STOP,
yaitu :
1) Source
Mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah disusun . bila satu metode tidak
berhasil, maka mencoba lagi dengan metode lain.hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa
3) Others
ada didunia ini. Dia pula yang memberikan jalan yang terbaik buat manusia sebab manusia
memilikibanyak keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, dan pikiran seseorang akan
menjadi tentram dan tenang. Juga harus sabar denagn berlapang dada menerima kenyataan yang
Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usaha untuk
melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara lain
1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya untuk melindungi atau bertahan dari hal-hal
2) Mekanisme pertahanan diri terjadi diluar kesadaran. Individu tidak menyadari bahwa
Menurut Asmadi (2009 : 169), pada pasien dengan kecemasan ringan, tidak ada intervensi
khusus sebab pada ansietas ringan ini pasien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu
membuat keputusan yang tepat dalam penyelesaian masalah. Sedangkan pada ansietas sedang,
intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang
Kecemasan berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu diperhatikan oleh
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip intervensi keperawatan pada pasien
tersebut adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada pasien
Setelah tingkat kecemasan pasien menurun sampai tingkat sedang atau ringan, prinsip
intervensi keperawatan yang diberikan adalah re-edukatif atau berorientasi pada kognitif.
yang harus dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien ansietas adalah
Menurut Hidayat (2008 : 164), beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah
pengetahuan tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis,
pengobatan yang memengaruhi kerja obat anestesi, seperti antibiotika yang berpotensi dalam
memengaruhi anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada
ketidakseimbangan potasium, dan Iain-lain. Selain itu, terdapat juga pengkajian terhadap riwayat
alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu, dan
sebagainya.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi thoraks,
kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemantauan sistem respirasi, kemudian
kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatinin, dan lain-lain untuk menentukan
gangguan sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi
gangguan metabolisme.
2.2.3 Diagnosis Keperawatan
Menurut Hidayat (2008 : 164), hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan
3) Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau menurunnya nutrisi.
Menurut Hidayat (2008 : 164), perencanaan keperawatan pada pasien pre operatif memiliki
Rencana Tindakan:
Mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan psikologis pada pasien
melalui pendidikan kesehatan, penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan
seterusnya.
Mengatasi masalah risiko infeksi atau cedera lainnya dapat dilakukan dengan persiapan
prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernapas dan latihan batuk, persiapan
mengenai tindakan pembedahan, di antaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum bedah,
alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang pemulihan, dan
2) Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan diet. Pasien
boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak
diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab
3) Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerahyang akan dibedah dari
(hexachlorophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat
sedangkan batuk dapat menjadi kotraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan
tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan.
Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan diafragma, dengan cara seperti di bawah ini:
(1) Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk mengembangkan thorak.
(6) Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3 kali, setelah napas terakhir,
(7) Istirahat.
5) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboplebitis. Latihan kaki yang
dianjurkan antara lain latihan memompa otot, latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan
glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan paha, kemudian
istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara
membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur, kemudian meluruskan kaki pada tempat tidur,
mcngangkat tumit, melipat lutut rata pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba
gerakkan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi scbanyak 5 kali.
6) Latihan Mobilitas
merangsang peristaltik scrta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas,
pasien harus mampu menggunakan alat di tcmpat tidur, seperti menggunakan penghalang agar
bisa memutar badan, mclatih duduk di sisi tempat tidur atau dengan cara menggeser pasien ke
sisi tcmpat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki
7) Pencegahan Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang pcrlu dilakukan sebelum
(2) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang, dan Lain-
lain.
(6) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar.
(8) Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami tromboplebitis.
Menurut Hidayat (2008 : 165), evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalarri memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada
intra dan pascabedah. Tidak ada tanda kecemasan, ketakutan, serta tidak ditemukannya risiko
Menurut Hidayat (2008 : 12), kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap
penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan
identifikasi masalah.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan.
: Berpengaruh
: Berhubungan
Keterangan :
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan proses pengolahan data pada penelitian yang dilaksanakan
pada 04 Mei-07 Juli 2010 di Ruang D (Bedah Pria) RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
kecemasan sedang dan sebagian kecil mengalami kecemasan berat mengenai pre operatif hal ini
terjadi karena manifestasi yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam
5.2 Saran
berfokus pada tindakan terapi fisik tetapi terapi psikis dan penjelasan terhadap semua tindakan
keperawatan yang akan diberikan pada pasien. Serta masukan kepada perawat ruangan agar
komunikasi terapeutik.
45
Penelitian selanjutnya hendaknya menggali lebih dalam lagi gambaran atau faktor-faktor
Asmadi. (2009). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Brockopp, Dorothy Young. (1999). Dasar-Dasar Riset Keperawatan Edisi 2. Jakarta. EGC.
Doengoes, Marilynn E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
Gruedemann, Barbara J. (2005). Buku Ajar Keperawatan Peroperatif, Vol. 1 Prinsip. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Azis Alimul. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
___________________. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Apliklasi Konsep dan Proses
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A. Azis Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Isaac, Ann. (2004). Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan dan Psikiatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta.: Salemba Medika.
Paryanto (2009). Skripsi Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Selama Menunggu Jan
Operasi Antara Ruang Rawat Inap Dengan Ruang Persiapan Operasi Rumah Sakit Ortopedi
Surakarta. Universitas Muhammadiyah. Surakarta.
http://etd.eprints.ums.ac.id/4455/1/J210070104.pdf
diakses 10 Maret 2010.
Rasmun. (2004). Stress, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan Edisi Pertama.
Jakarta: Sagung Seto.
Pustaka Setia.
Stuart. Gail Wiscarz. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta.: EGC.