PENDAHULUAN
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari metode geofisika aktif,
yang memanfaatkan pergerakan gelombang dalam suatu medium dimana dalam
penyelidikannnya di lapangan metode ini menggunakan sumber berupa palu,
dinamit, dan sebagainya dalam menghasilkan gelombang. Metode ini
memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam permukaan bumi untuk
mengetahui kondisi bawah permukaan bumi. Metode seismik dapat
mengidentifikasi kondisi bawah permukaan bumi secara luas sehingga metode ini
sangat efisien dan efektif (Priyono, 2000).
1
Dalam seismik refraksi menggunakan gelombang yang memantul dalam
bidang lapisan batuan serta menganalisis energi yang pertama datang setelah
getaran diberikan. Gelombang yang diberikan ke dalam lapisan batuan akan
dipantulkan langsung ke geophone dan mendapatkan waktu dari dilepaskannya
source sampai ke geophone (Pradjuto, 1980).
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu mata kuliah wajib yaitu metode seismik refraksi.
2. Untuk mengaplikasikan teori geofisika yang diperoleh di dalam kelas.
I.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktikum ini adalah:
1. Mampu melakukan akusisi dengan metode seismik refraksi
2. Mampu mengolah data seismik refraksi dengan menggunakan aplikasi
Seisimager dan Plotrefa
3. Mampu mengetahui struktur bawah permukaan melalui penjalaran gelombang
seismik refraksi pada medium elastisitas suatu batuan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pegunungan bagian timur, relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan
puncaknya rata-rata setinggi 700 m dari yang tertinggi 787 m. Pegunungan ini
juga sebagian besar berbatuan gunung api. Bagian selatannya melebar 20 km dan
lebih tinggi, tetapi ke utara menyempit dan merendah serta akhirnya menuju
kebawah batas antara lembah Walanae dan dataran Bone yang sangat luas yang
menempati hampir sepertiga bagian timur. Lembah Walanae yang memisahkan
kedua pegunungan tersebut dibagian utara selebar 35 km, tetapi dibagian selatan
hanya 10 km. Ditengah terdapat sungai Walanae yang mengalir ke utara. Bagian
selatan berupa perbukitan rendah dan bagian utara terdapat dataran aluvisme yang
sangat luas mengelilingi Danau Tempe (Anwar, 2012).
3
kapur akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya
sisipan lava dalam flysch (Anwar, 2012).
4
Batuan gunung api berumur paleosen (58,5-63 juta) dan diendapkan dalam
lingkingan laut, menindih tak selaras batu flysch yang berumur kapur akhir.
Batuan sedimen Formasi Mallawa yang sebagian besar dicirikan oleh endapan
darat dengan sisipan batubara menindih tak selaras batuan gunung api paleosen
dan batuan flysch kapur akhir. Ke atas Formasi Mallawa ini secara berangsur-
angsur beralih ke endapan karbonat Formasi Tonasa yang terbentuk secara terus-
menerus dari eosen awal sampai bagian awal miosen tengah. Tebal Formasi
Tonasa lebih kurang 3000 m dan menghampar cukup jauh mengalasi batuan
gunung miosen tengah di barat. Sedimen klastik Formasi Salo Kalupung yang
eosen sampai oligosen bersisipan batu gamping dan batuan gunung api miosen
awal di timur (Anwar, 2012).
5
Terobosan batuan beku yang menerobos yang terjadi di daerah ini
semuanya berkaitan erat dengan kegiatan gunung api tersebut, dimana bentuknya
berupa stock dan retas. Setelah pliosen akhir rupanya terjadi pengendapan yang
berarti daerah ini juga tidak ada kegiatan gunung api (Anwar, 2012).
Kegiatan gunung api bawah laut, dimulai pada kala paleosen yang hasil
erupsinya terlihat di timur Bantimala dan di daerah Barru pada kala miosen awal,
rupanya daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan darat
serta batu bara didalam Formasi Mallawa, sedangkan di daerah timur berupa
cekungan laut dangkal tempat pengendapan batu-batu klastik. Bersisipan karbonat
Salo Kulapang pengendapan Formasi Mallawa kemungkinan hanya berlangsung
selama awal eosen akhir sampai milosen awal. Gejala ini menandakan bahwa
selama itu terjadi paparan laut dangkal yang luas, yang berangsur-angsur menurun
sejalan dengan adanya pengendapan proses tektonik di bagian barat ini
berlangsung sampai meosen awal, sedangkan di bagian timur kegiatan gunung api
sudah mulai lagi selama miosen awal yang diwakili oleh batuan gunung api
Kalamiseng dan Soppeng (Anwar, 2012).
Akhir kegiatan miosen awal itu diikuti oleh tektonik yang menyebabkan
terjadinya permulaan terbentuk Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar
berlangsung sejak awal miosen tengah dan menurunya terban Walanae yang
seluruhnya nampak tersingkap tidak menerus di sebelah barat. Selama
6
terbentuknya terban Walanae, di timur kegiatan gunung api terjadi hanya di
bagian selatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan gunung api yang hampir
merata dari selatan ke utara berlangsung dari miosen tengah sampai plioesen.
Bentuk kerucut gunung api masih dapat diamati di daerah sebelah barat ini,
diantaranya puncak Maros dan Gunung Tendongkarambu. Suatu tebing melingkar
mengelilingi Gunung Benrong di utara, Gunung Tendongkarambu mungkin
merupakan sisa sustu kaldera (Anwar, 2012).
Sesar utama yang utama barat laut yang terjadi sejak miosen tengah
sampai pilosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan adanya
tekanan mendatar berarah kira-kira timur-barat pada waktu sebelum akhir pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan
batuan pra-kapur akhir di daerah Bantimala ke atas batuan tersier. Perlipatan dan
penyesaran yang relatif lebih kecil dibagian timur lembah Walanae dan dibagian
barat pegunungan barat, yang berarah laut tenggara, kemudian adanya
kemungkinan besar terjadi oleh gesekan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar
(Anwar, 2012).
7
Prinsip yang digunakan dalam metode seismik refraksi adalah dengan
menentukan waktu pertama kali gelombang seismik tiba pada setiap geophone.
Dengan mengetahui waktu tiba geombang seismik maka kecepatan rambat
gelombang seismik pada setiap batuan dan kedalaman refraktor. Nilai cepat
rambat gelombang seismik pada setiap batuan inilah yang akan memberikan
informasi lapisan bawah permukaaan. Tingkat kekerasan batuan ( hardness )
merupakan salah satu informasi lapisan bawah permukaan yang dapat diketahui
dengan metode seismik refraksi (Munadi, 2000).
8
Dalam menentukan litologi batuan dan struktur geologi, metode seismik
dibai menjadi 2, yaitu seismik refleksi untuk menentukan litologi dan struktur
geologi pada kedalaman yang dalam sedangkan seismik refraksi untuk
menentukan litologi dan struktur geologi untuk kedalaman yang relatif dangkal
(Telford, dkk, 1990).
Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh
Robert Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi
instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang
dikenal sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan.
Mallet meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari
sumber ledakan dan mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk beriak.
Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber
gempa bumi untuk eksperimennya dan menemukan keberadaan bidang batas
antara mantel dan kerak bumi yang sekarang disebut sebagai Moho (Sismanto,
1996).
Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan mineral
dimulai pada tahun 1920an. Teknik seismik refraksi digunakan secara intemsif di
Iran untuk membatasi struktur yang mengandung minyak. Tetapi, sekarang
seismik refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan di dalam eksplorasi
minyak bumi. Metode ini pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun
1921 (Sismanto, 1996).
9
penjalaran gelombang dihubungkan dengan cepat rambat gelombang dalam
medium. Besarnya kecepatan rambat gelombang tersebut dikontrol oleh
sekelompok konstanta fisis yang ada dalam material yang dikenal sebagai
parameter elastisitas ( Telford, dkk., 1990).
10
2. Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh diatas bidang
batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang
tersebut akan dibiaskan jika sudut datang gelombang lebih kecil atau sama
dengan sudut kritisnya. Gelombang akan dipantulkan jika sudut datangnya
lebih besar dari sudut kritisnya. Gelombang datang, gelombang bias,
gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar.
𝑆𝑖𝑛 𝑖 𝑉1
= (2.1)
𝑆𝑖𝑛 𝑟 𝑉2
11
Metode seismik refraksi menerapkan waktu tiba pertama gelombang
dalam perhitungannya. Gelombang P memiliki kecepatan lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan gelombang S sehingga waktu datang gelombang
P yang digunakan dalam perhitungan. Gelombang seismik refraksi yang dapat
terekam oleh receiver pada permukaan bumi hanyalah gelombang seismik refraksi
yang merambat pada batas antar lapisan batuan. Hal ini hanya dapat terjadi jika
sudut datang merupakan sudut kritis atau ketika sudut bias tegak lurus dengan
garis normal ( r = 900 sehingga sin r =1 ). Dalam hal ini sesuai dengan asumsi di
awal bahwa kecepatan lapisan di bawah interface lebih besar dibandingkan
dengan kecepatan di atas interface ( Susilawati, 2004 ).
12
Berdasarkan grafik hubungan antara jarak dan waktu tempuh gelombang,
untuk jarak relatif dekat dengan waktu tempuh gelombang refraksi sama dengan
waktu tempuh gelombang langsung. Hal ini disebakan adanya perbedaan waktu
tempuh sangat kecil. Sehingga dalam perhitungan, untuk jarak yang relatif dekat
ataupun jauh, waktu tempuh yang digunakan adalah waktu tempuh tercepat yang
diterima oleh geophone / receiver ( Susilawati, 2004 ).
Gambar 2.4 Hubungan jarak dengan waktu tempuh gelombang langsung, refleksi,
refraksi
A D
h ic
13
B C
Gambar 2.5 Lintasan Penjalaran Gelombang Refraksi
𝐴𝐵 𝐵𝐶 𝐶𝐷
𝑇= + + (2.4)
𝑉1 𝑉2 𝑉1
ℎ 1 ℎ
𝑇= + (𝑥 − 2ℎ 𝑡𝑎𝑛) ic + (2.5)
𝑉1 𝑐𝑜𝑠 ic 𝑉2 𝑉1 𝑐𝑜𝑠 ic
𝑋 2ℎ
𝑇= + √𝑉2 2 − 𝑉1 2 (2.6)
𝑉2 𝑉2 𝑉1
𝑋0 𝑉2 −𝑉1
ℎ= √𝑉 +𝑉 (2.7)
2 2 1
2h
T1 = √V2 2 − V1 2 (2.8)
V2 V1
𝑇1 𝑉2 𝑉1
Atau ℎ = (2.9)
2√𝑉2 2 −𝑉1 2
Ti dicari grafik hubungan antara waktu tiba dengan jarak. Di titik potong ini
berlaku T1=T2=To dan X=Xo. Dengan demikian besarnya h adalah :
𝑋0 𝑉2 −𝑉1
ℎ= √𝑉 +𝑉 (2.10)
2 2 1
Kondisi lapisan bawah permukaan tidak selamanya horizontal atau datar, mungkin
saja kondisi lapisan bawah permukaan berupa lapisan miring. Lapisan miring
dapat berupa downdip ( pengukuran ke arah perlapisan turun ) ataupun berupa
updip ( pengukuran kearah lapisan naik ) ( Susilawati, 2004 ).
14
TBA TAB
1/vapu2
1/vapd2
1/vapu1
1/vapp1
A x B
xsin
hd Q
v1
C hu
v2 D
Dengan mensubtitusikan hn dan hd, maka waktu tempuh down dip diberikan oleh :
x cos φ x 2hd
td = + cos i sin φ + cos i (2.11)
V2 V1 V1
𝑥 2ℎ𝑑 𝑥
𝑡𝑑 = 𝑠𝑖𝑛(𝑖 − 𝜑) + 𝑐𝑜𝑠 𝑖 = 𝑠𝑖𝑛(𝑖 − 𝜑) + 𝜏𝑖𝑑 (2.12)
𝑉1 𝑉1 𝑉1
2ℎ𝑑
dimana : 𝜏𝑖𝑑 = 𝑐𝑜𝑠 𝑖, maka selanjutnya diperoleh :
𝑉1
𝑉1 𝜏𝑖𝑑
ℎ𝑑 = (2.13)
2 𝑐𝑜𝑠 𝑖
√V2 2 −V1 2
dengan 𝑐𝑜𝑠 𝑖 =
V2
15
Dalam hal ini, 𝑉1 dan 𝑉2 adalah true velocity . Dengan cara yang sama akan
diperoleh :
𝑥
𝑡𝑢 = 𝑠𝑖𝑛(𝑖 + 𝜑) + 𝜏𝑖𝑢 (2.14)
𝑉1
2ℎ𝑢
dengan 𝜏𝑖𝑢 = 𝑐𝑜𝑠 𝑖 karena TAB = TBA dengan demikian akan diperoleh :
𝑉1
√𝑉2 2 −𝑉1 2
𝑉1 𝜏𝑖𝑢
ℎ𝑢 = dengan 𝑐𝑜𝑠 𝑖 = (2.15)
2 𝑐𝑜𝑠 𝑖 𝑉2
𝑉1
𝑉𝑑 = (2.16)
𝑠𝑖𝑛(𝑖+𝜑)
𝑉1
𝑉𝑢 = (2.17)
𝑠𝑖𝑛(𝑖+𝜑)
1 𝑉 𝑉
𝑖𝑐 = 𝑖 =
2
(𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 (𝑉1 ) + 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 (𝑉1 ) ) (2.18)
𝑑 𝑢
1 𝑉 𝑉
𝜑=
2
(𝑎𝑟𝑐 sin (𝑉1 ) + 𝑎𝑟𝑐 sin (𝑉1 ) ) (2.19)
𝑑 𝑢
1
𝑉2 = (𝑉𝑑 + 𝑉𝑢 ) (2.20)
2
Bila di bawah permukaan terdapat patahan maka grafik X,T akan terdapat
1
loncatan slop dari 𝑉 dari 𝜏𝑖1 ke 𝜏𝑖2 dan ℎ1 diperoleh dari𝜏𝑖1 sedang besar
1
𝑉2 𝑉1
∆ℎ = (𝜏𝑖2 − 𝜏𝑖1 ) ( ) (2.21)
𝑉2 2 −𝑉1 2
16
II.2.4 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Cepat Rambat Gelombang
Seismik Pada Batuan
Gelombang seismik yang menjalar ke dalam bumi ( body wave ) terdiri dari
dua jenis yaitu gelombang P dan gelombang S. Besarnya kecepatan gelombang P
( α ) dan gelombang S ( β ) dituliskan sebagai berikut (Sheriff dan Geldart, 1995) :
λ + 2𝜇
𝛼=√ (2.22)
𝜌
𝜇
𝛽 = √𝜌 (2.23)
Dimana :
α = kecepatan rambat gelombang P
β = kecepatan rambat gelombang S
λ dan μ = konstanta elastisitas ( Lame Constant )
ρ = densitas
II.2.4.1 Litologi
Litologi merupakan faktor penting yang mempengaruhi kecepatan
gelombang seismik. Jenis batuan yang berbeda akan menunjukkan rentang nilai
kecepatan yang berbeda walaupun jenis batuan yang berbeda terkadang
menunjukkan overlap nilai kecepatan gelombang seismiknya. Setiap lapisan
17
batuan memiliki tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Tingkat kekerasan yang
berbeda-beda ini yang menyebabkan perbedaan kemampuan suatu batuan untuk
mengembalikkan bentuk dan ukuran seperti semula ketika diberikan gaya
padanya. Elastisitas batuan yang berbeda-beda inilah yang menyebabkan
gelombang merambat melalui lapisan batuan dengan kecepatan yang berbeda-
beda (Dobrin, 1998).
Material P velocity (m/s)
Water 1400-1600
Weatherered Layer 300-900
Soil 250-600
Alluvium 500-2000
Clay 1000-2500
Sand (Unsaturated) 200-1000
Sand (Saturated) 800-2200
Sand and Gravel Unsaturared 400-500
Sand and Gravel Saturared 500-1500
Glacial Till Unsaturated 400-1000
Glacial Till Saturated 1500-2500
Granite 5000-6000
Basalt 5400-6400
Metamorphic Rock 3500-7000
Sandstone and Shale 2000-4500
Limestone 2000-6000
Tabel 2.1 Tabel 2.1 Data Kecepatan Gelombang Primer pada Beberapa Medium
(Burger dalam Setiawan, 2008).
II.2.4.2 Densitas
Densitas atau kerapatan batuan umumnya bertambah dengan bertambahnya
kedalaman karena dengan bertambahnya kedalaman tekanan hidrostatik juga
semakin bertambah besar. Semakin besarnya tekanan menyebabkan batuan
18
mengalami kompresi sehingga semakin rapat lapisan suatu batuan yang
menyebabkan batuan mengalami kompresi sehingga semakin rapat lapisan suatu
batuan yang menyebabkan semakin besar densitas suatu batuan. Besarnya densitas
suatu batuan juga bergantung pada besarnya porositas suatu batuan. Semakin
besar porositas suatu batuan mengindikasikan semakin besar massa suatu batuan
yang hilang atau rongga batuan makin besar. Hal ini menyebabkan densitas
batuan semakin berkurang (Telford, dkk, 1990).
Persamaan dibawah adalah ubungan antara densitas dengan kecepatan
perambatan gelombang dalam batuan. Rumus empirik ini tidak mengikutsertakan
batuan evaporate dan batuan carbonaceous. Perumusan ini dikenal dengan
sebutan Hukum Gardner (Sheriff dan Geldart, 1995):
Ρ = αv1/4 (2.24)
Dimana :
ρ = densitas dalam gr / cm3
α = konstanta yang besarnya 0,31
V = kecepatan dalam m/s
II.2.4.3 Porositas
Porositas merupakan faktor paling penting dalam menentukan kecepatan
gelombang seismik dalam batuan. Semakin besar porositas suatu batuan maka
semakin kecil nilai densitas suatu batuan sehingga menyebabkan gelombang
seismik akan merambat dengan kecepatan yang lebih lambat juga. Suatu zat yang
mengisi pori juga dapat memberikan pengaruh terhadap cepat rambat gelombang
seismik pada formasi batuan tersebut. Pori-pori batuan yang terisi oleh air lebih
besar densitasnya dibandingkan dengan pori-pori batuan yang terisi minyak. Pori-
pori batuan yang terisi minyak lebih besar densitasnya dibandingkan dengan pori
19
batuan yang terisi dengan udara. Hal ini disebabkan karena densitas dari air lebih
besar dibandingkan dengan minyak dan densitas minyak lebih besar dibandingkan
dengan densitas udara ( gas ). Oleh karena itu, besar cepat rambat gelombang
dalam batuan berpori yan berisi air lebih besar dibandingkan dengan cepat rambat
batuan yang berisi minyak atau gas (Priyono, 2000).
20
Metode Plus-Minus merupakan turunan dari metode delay time. Metode ini
menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis Plus Time (untuk analisis
kedalaman) bisa dilihat pada Gambar 2.7, analisis Minus Time (untuk analisis
kecepatan) (Enikanselu, 2008).
Gambar 2.7 Ilustrasi Dua Lapisan Metode Plus Minus untuk Analisis Plus Time
(Enikanselu, 2008)
𝑇+𝐷 = 𝑇𝐴𝐷 + 𝑇𝐻𝐷 − 𝑇𝐴𝐻 (2.25)
Sehingga disederhanakan menjadi,
𝑇+𝐷 = 𝑇𝐶𝐷 − 𝑇𝐶𝐸 + 𝑇𝐹𝐷 – 𝑇𝐸𝐹 (2.26)
𝑇+𝐷 = 2 (Z1D COS ɵc) / 𝑉1 (2.27)
Maka diperoleh kedalaman di titik D,
𝑍1𝐷 = 𝑇+𝐷 𝑉1 / 2 COS ɵc (2.28)
21
Gambar 2.8 Analisis Minus Time untuk Mencari Informasi Kecepatan V2
(Enikanselu, 2008).
Minus Time adalah pengurangan waktu rambatan gelombang dari sumber
forward di jumlahkan dengan pengurangan waktu rambat gelombang dari sumber
reverse. Analisis ini digunakan untuk mendeterminasi kecepatan refraktor (V2).
Untuk analisis Minus Time bisa ditunjukkan seperti pada Gambar 2.8
(Enikanselu, 2008).
Berdasarkan gambar di atas didapatkan persamaan Minus Time, yaitu:
𝑇−𝐷 = 𝑇𝐴𝐷 − 𝑇𝐻𝐷 – 𝑇𝐴𝐻 (2.29)
Dimana,
𝑇𝐴𝐷′ − 𝑇𝐴𝐷 dan 𝑇𝐻𝐷 − 𝑇𝐻𝐷′ = Δ𝑋 / 𝑉2
Artinya kecepatan V2 sama dengan dua kali inverse slope-nya di dalam window
analisis Minus Time. Sehingga:
22
Tomografi dibagi ke dalam dua jenis pemodelan yaitu (Kaswandhit, 2007):
1. Pemodelan ke depan (forward modelling)
2. Pemodelan ke belakang (inversion modelling)
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
24
3. Seismograf, untuk mencatat/merekam getaran
4. Aki, sebagai sumber arus
5. Trigger 1 buah, untuk koreksi pola penembakan
6. Laptop, untuk menyimpan data
7. GPS, untuk menentukan koordinat dan elevasi lintasan
8. Kompas, untuk mengetahui arah lintasan
9. Kabel Konektor, untuk menghubungkan geophone, laptop, aki dengan alat
seismik
10. Meteran, untuk mengukur panjang lintasan dan jarak antar geophone serta
jarak geophone ke source
11. Tabel data dan alat tulis, untuk mencata hasil pengukuran
25
2. Memilih File => Import, kemudian pilih data hasil rekaman di lapangan.
2. Memilih File => Open SEG2, ubah File of Type ke .seg2, lalu pilih data yang
ingin ditampilkan.
26
Gambar 3.5 Hasil Input Data SEG2 di PickWin
27
Gambar 3.7 Tampilan Shot pertama setelah dilakukan picking
5. Mengklik icon .
6. Memilih File => Save First Break Pick File, lalu masukkan nama file,
kemudian Save.
28
Gambar 3.8 Save pick file
7. Memilih File => Open SEG2 file, lalu pilih data yang berikutnya. Kemudian
pilih New File.
29
Gambar 3.10 Tampilan picking shot 3
30
Gambar 3.12 Tampilan picking shot 5
2. Pilih File => Open plotrefa file, lalu pilih file yang ingin diolah.
31
3. Me,ilih data pick yang terkahir diolah. Tampilannya seperti gambar di bawah
5. Kemudian akan muncul titik berwarna merah, lalu memilih titik di tengah yang
mewakili 2 cabang garis.
6. Setelah memilih titik tengah yang menghubungkan ruas kanan dan ruas kiri,
maka akan muncul titik-titik berwarna hijau.
32
Gambar 3.17 Tampilan setelah memilih titik tengah
33
6. Mengisi kotak dialog berdasarkan parameter pengukuran. Lalu OK.
34
III.4.4 Pengolahan Data di Mircosoft Excel Menggunakan Metode Plus
Minus
Tahap-tahap yang dilakukan pada saat pengolahan data seismik refraksi pada
Microsoft Excel, yaitu:
1. Membuka data hasil picking menggunakan aplikasi Notepad.
2. Menyalin data jarak dan waktu, lalu menempelkan ke cell Microsft Excel yang
terlah terbuka.
35
3. Mengubah waktu Forward dan Reverse dari milisekon menjadi sekon
dengan membagi setiap angka dalam cell dengan 1000.
4. Membuat grafik antara jarak antar geophone dengan nilai waktu Forward dan
Reverse dalam satuan sekon.
Travel Time
0.0800000000
0.0700000000
0.0600000000
0.0500000000
Time (s)
0.0400000000
0.0300000000 Forward (s)
0.0200000000 Reverse (s)
0.0100000000
0.0000000000
0 20 40 60
Offset (m)
36
Travel Time
0.0900000000
0.0800000000y = 0.0015x + 0.0029
0.0700000000 Gel. Langsung
Forward
0.0600000000
Gel. Langsung
Time (s)
0.0500000000 Reverse
0.0400000000 Gel. Refraksi
0.0300000000 Forward
Gambar 3.26 Grafik travel time gel. langsung & refraksi penembakan forward
dan reverse
1
9. Menentukan nilai 𝑉1 untuk penembakan ke depan dengan : 𝑉1 =
𝑎
37
12. Membuat grafik antara nilai X terhadap T-, lalu menentukan persamaan
regresi linear untuk mendapatkan nilai kecepatan gelombang seismik di
lapisan kedua (: 𝑉2 ).
T-
0.080000000
0.060000000 y = 0.0023x - 0.059
0.040000000
0.020000000
0.000000000 T-
0 20 40 60 Linear (T-)
-0.020000000
-0.040000000
-0.060000000
-0.080000000
X
13. Menentukan nilai : 𝑉2 dari persamaan regresi linear antara nilai X terhadap
2
T- dengan rumus : 𝑉2 =
𝑎
T+ 𝑉2 𝑉1
14. Menentukan nilai kedalaman (D) dengan rumus : ℎ =
2√𝑉2 2 −𝑉1 2
38
15. Memplot antara nilai jarak geophone dengan kedalaman.
39
BAB IV
IV.1 Hasil
IV.1.1 Hasil Penampang Menggunakan Metode Inverse Tomography
Hasil penampang menggunakan metode inverse tomography sebagai berikut:
Offset 1 Forward (s) Reverse (s) T+ Offset 2x-l T- V1 (m/s) V2 (m/s) T+.V1.V2 v2^-v1^2 D D-
0 0,0010144801 0,0639512251 0,0010144801 -55,0000000000 -0,062936745 666,66667 869,5652 588,10441 311699,2229 0,526691825 -0,526691825
5 0,0115884771 0,0565377241 0,0041749761 -45,0000000000 -0,044949247 666,66667 869,5652 2420,276 311699,2229 2,167539591 -2,167539591
10 0,0208748661 0,0533382111 0,0102618521 -35,0000000000 -0,032463345 666,66667 869,5652 5948,8998 311699,2229 5,327688153 -5,327688153
15 0,0227087331 0,0494753841 0,0082328921 -25,0000000000 -0,026766651 666,66667 869,5652 4772,6911 311699,2229 4,274304607 -4,274304607
20 0,0313708271 0,0440908391 0,0115104411 -15,0000000000 -0,012720012 666,66667 869,5652 6672,7195 311699,2229 5,975923263 -5,975923263
25 0,0388623701 0,0424910851 0,0174022301 -5,0000000000 -0,003628715 666,66667 869,5652 10088,249 311699,2229 9,034787701 -9,034787701
30 0,0428422511 0,0333217511 0,0122127771 5,0000000000 0,009520500 666,66667 869,5652 7079,8708 311699,2229 6,340557946 -6,340557946
35 0,0467050741 0,0235281201 0,0062819691 15,0000000000 0,023176954 666,66667 869,5652 3641,7212 311699,2229 3,261435853 -3,261435853
40 0,0504508481 0,0194702031 0,0059698261 25,0000000000 0,030980645 666,66667 869,5652 3460,7688 311699,2229 3,099379282 -3,099379282
45 0,0555622631 0,0132662711 0,0048773091 35,0000000000 0,042295992 666,66667 869,5652 2827,4256 311699,2229 2,532172717 -2,532172717
50 0,0643804321 0,0057747291 0,0062039361 45,0000000000 0,058605703 666,66667 869,5652 3596,4847 311699,2229 3,220923138 -3,220923138
55 0,0667605511 0,0020679771 0,0048773031 55,0000000000 0,064692574 666,66667 869,5652 2827,4221 311699,2229 2,532169602 -2,532169602
40
Gambar 4.2 Pengolahan data di Ms. Excel dengan metode Hagedorn
IV.1.3 Hasil Penampang Menggunakan Metode Hagedorn
Hasil penampang menggunakan metode Plus Minus sebagai berikut:
IV.2 Pembahasan
Hasil survei seismik refraksi di lapangan berupa kurva travel time yang
diperoleh setelah melakukan picking pada rekaman penjalaran gelombang
seismik. Picking bertujuan untuk menentukan waktu tiba gelombang pertama
yang sampai pada setiap geophone. Setelah melakukan picking menggunakan
software Pickwin, maka akan dilihat bagaimana hasil picking kelima shot yang
telah dilakukan di lapangan. Untuk melihat penampang lapisannya maka
dilakukan olahan data menggunakan software Plotrefa. Hasil picking tersebut
kemudian diplot untuk mendapatkan hasil tomografi dari data geometry yang di
dapat sebelumnya. Hasil tomografi yang didapatkan dapat dilihat pada gambar 4.1
Dari hasil tampilan menggunakan metode tomografi, diperlihatkan bahwa terdapat
dua lapisan dengan nilai kecepatan gelombang P untuk lapisan atas sekitar 600
m/s dan untuk lapisan bawah sekitar 900 m/s.
41
seismik dengan menggunakan metode Plus-Minus, kemudian didapatkan
penampang seperti yang dilihat pada gambar 4.3. Dengan menggunakan
metode Plus-Minus, diperlihatkan terdapat dua lapisan dengan nilai kecepatan
gelombang P untuk lapisan atas sekitar 666,6667 m/s dengan kedalaman yang
relatif 0,5 m sampai 9 m dan untuk lapisan bawah sekitar 869,5652 m/s.
Dari hasil kedua pengolahan data dengan metode tomografi dan metode
Plus-Minus, didapatkan nilai kecepatan gelombang P yang hampir sama dan
berdasarkan nilainya itu dimasukkan dalam satu klasifikasi yang sama pada
lapisan yang sama pula. Dari tabel 2.1, Burger mengkalisifikasikan lapisan di
bawah permukaan dengan melihat pada kecepatan perambatan gelombang P
pada suatu medium. Mengacu pada tabel tersebut, lapisan atas dengan
kecepatan gelombang P ± 600 m/s dapat digolongkan ke dalam lapisan sand
unsaturated, dan lapisan di bawahnya dengan kecepatan gelombang P ± 900
m/s dapat digolongkan ke dalam lapisan weathered layer atau lapisan lapuk.
42
Cepat rambat penjalaran gelombang seismik pada setiap batuan
dipengaruhi oleh densitas batuan dan tekanan serta umur batuan. Semakin
tinggi densitas batuan artinya semakin kompak maka penjalaran gelombang
seismik semakin cepat. Tingkat kekompakan batuan juga dipengaruhi oleh
tekanan dan umur batuan. Pada lapisan bawah akan mengalami tekanan dari
lapisan di atasnya sehingga yang berada di bawah akan mengalami tekanan
paling besar dibandingkan dengan lapisan diatasnya. Disisi lain, berdasarkan
Hukum Steno lapisan bawah mempunyai umur yang relatif tua dibandingkan
dengan lapisan atasnya kecuali telah mengalami deformasi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin tua dan dalam posisi lapisan suatu batuan maka
tekanannya juga semakin besar sehingga penjalaran gelombang seismik juga
akan semakin cepat.
43
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Akuisisi metode seismik refraksi dilakukan dengan menggunakan alat
utama Seismograf yang berfungsi merekam waktu tiba gelombang
hingga diterima oleh receiver. Data hasil rekamannya dalam format
.seg2.
2. Pengolahan data seismik membutuhkan aplikasi IXSEg2SegY dan
Seismager. Dari hasil tampilan menggunakan metode Inverse
Tomography, diperlihatkan bahwa terdapat dua lapisan dengan nilai
kecepatan gelombang P untuk lapisan atas sekitar 600 m/s dan untuk
lapisan bawah sekitar 900 m/s. Dari hasil tampilan mengunakan metode
Plus Minus, diperlihatkan bahwa terdapat dua lapisan dengan nilai
kecepatan gelombang P untuk lapisan atas sekitar 666,6667 m/s dengan
kedalaman yang relatif 0,5 m sampai 9 m dan untuk lapisan bawah
sekitar 869,5652 m/s. Pengolahan data menggunakan metode Inverse
Tomography dan metode Plus Minus memiliki kecepatan gelombang P
yang hampir sama dan tidak menunjukkan lapisan yang berbeda.
3. Berdasarkan tabel 2.1, lapisan pertama dengan kecepatan peramabatan
gelombang ±600 m/s adalah sand unsaturated dan lapisan kedua dengan
kecepatan peramabatan gelombang ±900 m/s adalah lapisan lapuk atau
weathered layer.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Praktikum
Praktikum selanjutnya sebaiknya alat-alat praktikum dapat disediakan agar
praktikan dapat lebih memahami proses akuisisi.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
44
Sebaiknya jadwal asistensi tidak berubah-berubah, namun mengikuti
waktu yang telah disepakati.
45
DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Adi., Tonggiroh, Adi., dan Ilyas, Asran. 2014. Jurnal Penelitian
Geosains. Makassar : Program Studi Geologi, Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin
46
Sismanto.1996. Aplikasi Seismik Eksplorasi “ Akuisisi, Processing dan
Interpretasi”. Yogyakarta : Laboratorium Geofisika FMIPA UGM
Susilawati. 2004. Seismik Refraksi ( Dasar Teori dan Akuisisi Data ). Sumatera :
USU digital Library.
47
L
A
M
P
I
R
A
N
48
BIODATA PRAKTIKAN
NIM : H22115010
Agama : islam
No. HP : 082346570477
E-Mail : april.adha@gmail.com
Kesan : warbiaza
NIM : H22115017
Agama : Islam
Alamat : Cambaya
E-Mail : wahyunis510@gmail.com
Kesan : Baik
49
Nama : Rahmita Dewi
NIM : H22115305
Agama : Islam
No. HP : 0895800517611
E-Mail : rahmymytha@gmail.com
Motto :-
Pesan :-
Kesan :-
NIM : H22115509
Agama : islam
No. HP : 085242144374
E-Mail : ediwahyudi301@gmail.com
Pesan : semoga para asisten cepat lulus dan ilmu yang diberikan
bermanfaat bagi praktikan dan dapat di aplikasikan dengan baik
kedepannya
50
Kesan : saya sangat berkesan dengan adanya geocamp ini, saya selaku
ketua panitia memiliki banyak tambahan ilmu dan pengalaman,
kemudian mulai mengetahui metode geofisika mulai
pengambilan data sampai pada tahap pengolahan data
Nama : Jumatriani
NIM : H22115503
Agama : Islam
No. HP : 085256277149
E-Mail : jumatriani11@gmail.com
NIM : H22115027
Agama : Islam
No. HP : 085211695218
51
E-Mail : Aisyahnur74047@gmail.com
NIM : H22115507
Agama : Islam
No. HP : 089658572297
E-Mail : syafrizalmandasini@gmail.com
52