Anda di halaman 1dari 9

KLIPING

PERISTIWA PERSTIWA PENTING DI EROPA

Oleh :

BAIQ FARIDATUL AINI


XI IPS 1
SMAN 3 PRAYA
PERISTIWA PERSTIWA PENTING DI EROPA

1. MERKANTILISME

Merkantilisme Paham Merkantilisme berkembang di negara-negara Barat dari abad ke-16


sampai abad ke-18. Paham ini dipelopori oleh beberapa tokoh, seperti Thomas Mun Sir
James Stuart dari Inggris, Jean Baptiste Colbert dari Prancis, dan Antonio Serra dari Italia.
Secara umum, Merkantilisme dapat diartikan sebagai suatu kebijaksanaan politik ekonomi
dari negara-negara imperialis yang bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya
kekayaan berupa logam mulia. Logam mulia ini dijadikan sebagai ukuran terhadap kekayaan,
kesejahteraan, dan kekuasaan bagi negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, semakin
banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara imperialis maka semakin kaya dan
semakin berkuasalah negara tersebut. Mereka percaya bahwa dengan kekayaan yang
melimpah maka kesejahteraan akan meningkat dan kekuasaan pun semakin mudah untuk
didapatkan. Negara yang menerapkan sistem ekonomi merkantilis adalah Inggris Raya.

Dari pengertian Merkantilisme yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri Merkantilisme yaitu:
 Negara adalah satu-satunya penguasa ekonomi;
 Mendapatkan logam mulia (emas) sebanyak-banyaknya menjadi tujuan utama.
Gerakan Merkantilisme berkembang serta berpengaruh sangat kuat dalam kehidupan politik
dan ekonomi di negara-negara Barat, seperti negara Belanda, Inggris, Jerman, dan Prancis.
Setiap negara kolonialis saling berlomba untuk mendapatkan dan mengumpulkan kekayaan
berupa logam mulia untuk berbagai kepentingan, seperti kepentingan industri, ekspor maupun
impor. Bahkan, untuk mencapai tujuannya tidak jarang terjadi persaingan di antara
negaranegara kolonialis tersebut. Dengan ditemukannya jalur pelayaran dan perdagangan di
Samudera Atlantik maka hubungan luar negeri di antara negara-negara Barat semakin terbuka
lebar. Melalui interaksi perdagangan tersebut, setiap negara-negara Barat mendapatkan
keuntungan yang berlipat ganda.
Seperti telah disebutkan pada uraian di atas, jelaslah bahwa paham Merkantilisme pada
dasarnya telah memberikan kekuatan yang luar biasa bagi setiap negara kolonialis untuk
memfokuskan segala kegiatan perdagangan dalam rangka memperoleh kekayaan yang
banyak dan kekuasaan yang luas. Tujuan Merkantilisme adalah untuk melindungi
perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan negara yang ada di masing-
masing negara. Inggris misalnya, menjadikan praktik politik ekonomi Merkantilisme dengan
tujuan untuk:
 Mendapatkan neraca perdagangan aktif, yakni untuk memperoleh keuntungan besar
dari perdagangan luar negeri;
 Melibatkan pemerintah dalam segala lapangan usaha dan perdagangan;
 Mendorong pemerintah untuk menguasai daerah lain yang akan dimanfaatkan sebagai
daerah monopoli perdagangannya.
penguasaan daerah yang kemudian dikenal dengan penjajahan atau kolonialism

2. DARK AGE

Abad Pertengahan Awal berlangsung setelah runtuhnya Romawi, kira-kira pada 400-an M.
Pada Abad Pertengahan Awal, banyak orang yang menganggap bahwa mereka masih berada
di Kekaisaran Romawi dan masih sebagai orang Romawi, bahkan banyak pasukan yang
menyerbu Romawi menganggap bahwa mereka juga orang Romawi. Menjadi orang Romawi
begitu populer sehingga bahkan orang yang tidak pernah menjadi bagian dari Kekaisaran
Romawi lama juga menganggap diri mereka adalah orang Romawi.
Ketika Kekaisaran Romawi mulai melemah, para kaisarnya menyewa orang-orang Jermanik
untuk bertugas dalam pasukan Romawi. Secara berangsur-angsur, para tentara Jermanik ini
masuk ke wilayah Kekaisaran Romawi dan bermukim di sana untuk kemudian menjadi
penduduk Romawi. Suku Visigoth bermukim di Spanyol, suku Vandal di Afrika Utara,
Ostrogoth di Italia, dan Franka di Prancis. Di Inggris, seseorang yang bernama Raja Arthur
berusaha menghalau serbuan bangsa Anglia, Saxon, dan Denmark (Viking), tapi mereka juga
berpindah ke Kekaisaran Romawi. Bersama-sama, para penyerbu ini bertempur membantu
Romawi untuk menghalau serbuan suku Hun pada 451 M.
Pada 533 M, kaisar Romawi Timur, Justinianus, memutuskan untuk menyingkirkan semua
penyerbu ini dan membangun kembali Kekaisaran Romawi seperti masa kejayaannya.
Pasukannya merebut Afrika Utara dari suku Vandal, Italia dari Ostrogoth, dan sebagian
Spanyol dari Visigoth. Namun perluasan Romawi Timur hanya berhenti sampai di situ, dan
banyak penyerbu Jermanik lainnya masih berada di Kekaisaran Romawi. Peperangan bahkan
semakin melemahkan Romawi Timur, dan pada 542 M wabah pes menimpa Konstantinoepl
dan menyebar ke seluruh Eropa dan Afrika Utara, menewaskan jutaan orang. Pada 600 M,
bangsa Lombard memanfaatkan ini untuk memasuki Italia, sedangkan bangsa Slav vergerak
ke Eropa Timur.
Akan tetapi, bahkan pada masa ini masih banyak orang yang berupaya membangun kembali
Kekaisaran Romawi. Pada 600-an M, Muslim berhasil menaklukan Yerusalem, Suriah, dan
Afrika Utara, dan kemudian pada 711 M, Spanyol juga direbut. Pada 780 M, Charlemagne
berusaha meniru Romawi. Ia menguasai Prancis dan Jerman, lalu menyebut kerajaannya
Kekaisaran Romawi Suci. Di Timur, tepatnya di Rusia, bangsa Viking dan Slav bergabung
untuk membangun sebuah kerajaan juga. Sementara sepanjang Abad Pertengahan Awal, di
Konstantinopel, para Kaisar Romawi Timur masih secara rutin melakukan rapat dengan
Senat, menonton pertandingan, dan menganggap bahwa kerajaan mereka adalah Kekaisaran
Romawi yang sesungguhnya.

3. RENAISSANCE

Renaissance berasal dari bahasa Perancis yaitu dari dua suku kata Re + Sance, yang berarti
kembalinya sains atau lahirnya kembali kebudayaan Yunani-Romawi dari masa kegelalapan.
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali, yang lahir
kembali adalah kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno, setelah berabad-abad dikubur oleh
masyarakat abad pertengahan dibawah pimpinan gereja. Oleh sejarawan, istilah tersebut
digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang
terjadi di Eropa. Orang yang pertama kali menggunakan istilah tersebut ialah Jules Michelet,
sejarawan Perancis terkenal. Menurutnya, Renaissance adalah periode penemuan manusia
dan dunia, bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan
kebangkitan modern. Dan bila dikaitkan dengan keadaan, Renaissance adalah masa antara
zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan yang
ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari seorang tokoh utama
filsafat modern, yaitu Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada filsafat suatu
bangunan yang baru. Dalam bidang filsafat, zaman Reanissanse kurang menghasilkan karya
penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun diantara perkembangan itu,
terjadi pula perkembangan dalam bidang filsafat.
Sejak itu dan juga telah dimulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaissance,
sebenarnya Individualisme dan Humanisme telah
dicanangkan. Humanisme danIndividualisme merupakan ciri Renaissance yang
penting. Humanisme adalah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya.
Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang-orang beragama. Oleh karena itu,
zaman itu sering disebut juga sebagai zaman Humanisme, maksudnya manusia diangkat dari
abad pertengahan yang menganggap manusia kurang dihargai sebagai manusia.
Ciri utama renaisens adalah individualisme, humanisme, lepas dari agama. Manusia
sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan pengetahuan.
Yang berkembang pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan
sains yang kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkannya agama karena semangat
humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.

Kebudayaan Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai subjek


utama. Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia sebagai makhluk yang berpikir
terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan juga menentukan prinsip-prinsip bagi
tindakannya sendiri demi mencapai kebahagiaan hidup.

Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, akan tetapi filsafat berkembang pada
zaman modern. Pada zaman modern, filsafat didahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya,
secara esensial zaman Renaissance dalam filsafat tidak berbeda dengan zaman modern
karena cirri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern
ialah Descartes. Beliau mengungkapkan bahwasannya dalam filsafat modern, kita akan
menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut, yaitu menghidupkan kembali rasionalisme Yunani
(Renaissance), individualisme, humanisme dan lepas dari aturan-aturan agama. Sekalipun
demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme.
Latar belakang dari Renaissance adalah Eropa mengalami masa kegegelan karena
kepentingan pemikiran yang dikusai oleh para pemimpin Gereja. Middle Age merupakan
zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh
gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat
mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak
mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal
diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat
balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya
yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dari
gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.
4. ZAMAN PENCERAHAN

Memasuki abad ke-18 dimulailah suatu zaman baru, yang memang telah berakar pada
renaissance serta yang mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan empirisme. Abad ke –
18 disebut zaman pencerahan (Aufklarung).
Menurut Immanuel Kant zaman pencerahan adalah zaman manusia keluar dari keadaan tidak
akil balik, yang disebabkan karena kesalahan manusia sendiri. Kesalahan itu terletak disini,
bahwa manusia tidak mau mmanfaatkan akalnya. Sekarang smboyan orang adalah “Beranilah
berpikir!” Voltaire menyebut zaman pencerahan adalah “zaman akal”. Sekarang orang
merasa bahwa zaman pemkiran manusia telah tiada lagi. Umat manusia telah merasa bebas,
merdeka dan tidak memerlukan lagi tiap kuasa yang dating dari luar dirinya, di bidang
apapun. Sekarang orang dapat tanpa gangguan hidup demu kemajuan keadabannya yang
tanpa batas.
Sikap pencerahan pada Agama dan wahyu pada umumnya dapat dikatakan memusuhi,
mencurigai, atau bertentangan. Sikap itu diungkapkan dalam usaha orang untuk mengganti
agama Kristen dengan agama alamiah murni, yang isinya dikembalikan kepada beberapa
kebenaran tentang Allah dan jiwa, yang dapat dimengerti oleh akal, dan beberapa peraturan
bagi perbuatan kesusilaan tanpa kewajiban untuk berbakti dan menggabungkan diri dengan
suatu persekutuan gerejahi.
Sikap pencerahan terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat adalah demikian, bahwa orang
membuang jauh-jauh ajaran Descartes. Keterangannya tentang alam dipandang sebagai tidak
mencukupi lagi. Orang sudah tidak disilaukan lagi dengan pandangan yang jelas dan terpilah-
pilah. Cita-cita pemikiran Pencerahan dipengaruhi sekali oleh ilmu pengetahuan alam, yang
telah dibawa pada sampai puncaknya oleh ISAAC NEWTON (1642 – 1727). Newtonlah
yang telah memberikan alas kepada fisika klasik, yang menjajikan suatu perkembangan yang
tiada batasnya. Hukum-hukum fisika itu diterapkan kedalam ilmu pengetahuan yang lain. Hal
ini disebabkan karena ilmu pasti, biologi, fiolofi, sejarah, tekah mencapai hasil-hasil yang
penting sekali. Harapan orang diarahkan pada filsafat. Hal ini menyebabkan filsafat tidak
dapat berkembang dengan baik.
Pencerahan berasal dari Inggris. Hal ini disebabkan karena pada kira-kira menjelang akhir
abad ke -17, di Inggris berkembanglah suatu tata Negara yang liberal. Oleh karena itu lambat
laun pencerahan tumbuh menjadi keyakinan umum diantara para ahli pikir.
Dari Inggris gerakan ini dibawa ke Perancis, dan dari sana tersebar ke seluruh Eropa. Di
Perancis gerakan ini secara sadar dan terus terang bertentangan dengan keadaan
kemasyarakatan, kenegaraan, dan kegerajaan pada waktu itu. Akhirnya Jerman mengikuti
jejak Perancis itu. Akan tetapi disini gerakan pencerahan berjalan lebih tenang dan serasi,
kurang menampakan pertentangan antara Gereja dan masyarakat.

II. Pencerahan di Inggris


Di Inggris filsafat pencerahan dikemukakan oleh ahli pikir yang seorang lepas daripada yang
lain, kecuali tentunya beberapa aliran pokok.
Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua
orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala
pengalaman dalam pemikiran akali. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan
umum segala manusia karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama
dan kesusilaan.
Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, yaitu suatu aliran dalam
filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan gagasan Eduard Herbert
yang dapat disebut pemberi alas ajaran agama alamiah.
Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan
tetapi setelah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Sebab Ia
telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu berjalan sesuai
dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dalam berbakti kepada Allah
dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya.

Maksud aliran ini adalah menaklukkan wahyu Ilahi beserta dengan kesaksian-kesaksiannya,
yaitu buku-buku Alkitab, kepada kritik akal serta menjabarkan agama dari pengetahuan yang
alamiah, bebas dari segala ajaran Gereja. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan
patokan kebenaran adalah akal.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. Juga agama Kristen
ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini ia menentang segala kepercayaan yang
berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisisme di bidang agama ia bermaksud sekuat
mungkin meneguhkan kebenaran-kebenaran dasar alamiah dari agama.

Dasar pengetahuan di bidang agama adalah beberapa pengertian umum yang pasti bagi semua
orang dan secara langsung tampak jelas karena naluri alamiah, yang mendahului segala
pengalaman dalam pemikiran akal. Ukuran kebenaran dan kepastiannya adalah persetujuan
umum segala manusia, karena kesamaan akalnya. Isi pengetahuan itu mengenai soal agama
dan kesusilaan
5. REVORMASI GEREJA

Awal terjadinya reformasi gereja ini muncul atau terjadi di Jerman. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya reformasi gereja di Jerman yaitu, sekitar abad 15-16 Jerman masih
merupakan negara agraris yang terbelakang dibandingkan negara-negara Eropa lainnya,
kuatnya pengaruh katolisme yang bersifat konservatif di Jerman, banyaknya penjualan surat-
surat pengampunan dosa di Jerman melebihi negara-negara Eropa lainnya, sebagian besar
rakyat Jerman yang berprofersi sebagai petani yang merupakan kelompok sosial yang paling
menderita akibat kekuasaan katolisme salh satunya dengan adanya pajak-pajak yang sangat
memberatkan rakyat.
Selain itu juga faktor yang paling mendasari terjadinya reformasi di Jerman adanya fase
transisi ekonomi di Jerman dimana pada waktu itu terjadi proses perubahan dari masyarakat
feodal menuju masyarakat ekonomi profit atau menuju masyarakat kapitalis. Dari sinilah
muncul satu tokoh yaitu Marthin Luther yang dari pemikiran-pemikirannya itu kemudian
terlahir sebuah reformasi gereja yang nantnya tidak hanya berkembang di Jerman melainkan
meluas ke wilayah-wilayah Eropa lainnya.
Adapun pemikiran-pemikiran dari Marthin Luther dalam melakukan protes terhadap
kekuasaan Gereja Khatolik Roma yaitu:
- Penolakan Luther terhadap surat-surat pengampunan doa yang dikeluarkan oleh Paus
karena menurutnya gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak untuk memberikan
pengampunan dosa. Tuhan-lah yang memberikan pengampunan itu didasarkan kepada
kepercayaan dan amal sholeh individu selama hidup.
- Menurut Luther sakramen hanya digunakan untuk membantu keimanan tetapi bukan
sama sekali alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan.

Dampak Reformasi Gereja


Dampak dari adanya Gerakan Reformasi Protestan dibawah Luther dan Calvin adalah:
Pertama, dampak sosial dan politikterhadap Eropa dan negara-negara Barat pada umumnya.
Reformasi ini menimbulkan Western Christendom sehingga munculnya negara-negara
nasional kecil tanpa memiliki pusat kekuasaan atau gembala politik seperti lembaga
Kepausan Roma. Menumbuhkan benih-benih demokratisasi politik, kesadaran individual
akan pentingnya hak-hak politik, kebebasan individu. Sehingga menjadi dasar timbulnya
gerakan-gerakan demokratisasi yang dan anti kekuasaan totaliter dan keberanian rakyat untuk
selalu melakukan kontrol terhadap kekuasaan.
Tetapi dengan adanya gerakan reformasi Protestan ini juga lahirnya kekuasaan absolut di
Eropa. Banyaknya pertikaian antara Calvinisme dengan katolik, peperangan saudara dan
penghancuran karya-karya seni, patung, lukisan yang berbau katolisisme. Reformasi juga
haris bertanggung jawab atas terjadinya pembantaian massal dalam peristiwa berdarah pada
malam St. Bartholomeus. Di Belanda pun terjadi pemberontakan petani yang menolak
membayar pajak dan akhirnya oleh pangeran Philip mereka semua dibantai. Dan pengikut
Protestan dianggap pengkhianat dan selama enam tahun terjadi teror dan pembunuhan
terhadap kaum protestan.
Kedua, Reformasi juga mengakibatkan terbelahnya agama Kristen menjadi sekte-sekte kecil;
Lutherisme, Calvinisme, Anglicanisme, Quakerisme, Katholikisme. Meskipun ditunjau dari
segi doktrin-doktrin fundamentalnya sekte-sekte itu tidak memiliki prinsip yang berbeda,
tetapi timbulnya hal tersebut menyebabkan keretakan serius dalam agama kristen. Akibat
adanya sekte-sekte ini, Eropa terbelah secara keagamaan; Jerman Utara dan negara-negara
Skandinavia (Swedia dan Norwegia), menganut Lutheranisme; Skotlandia, Belanda,
Switzerland dan Prancis menganut Calvinisme dan negara-negara Eropa lainnya seperti
Spanyol dan Italia menganut katolisisme (Ortodoks)

Anda mungkin juga menyukai