DISUSUN OLEH :
GINANJAR 211114063
KATA PENGATAR
Puji dan syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas berkat rahmat dan ridha-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN ALZHEIMER”. Makalah ini hadir untuk membantu teman- teman
dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam pengetahuan mengenai asuhan
keperawatan alzheimer.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak tantangan dan hambatan,
dengan bantuan dari berbagai pihak khususnya Ibu Lina safarina, S.Kp., M.Kep selaku dosen
matakuliah Keperawatan Gerontik. Saya mengucapkan terimakasih. Semoga bantuan yang
telah diberikan kepada saya, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa,
amin.
Saya menyadari banyak sekali kekurangan dari bentuk penyusunan serta materinya.
Kritik serta saran dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menunjang pengetahuan
pembaca. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Secara epidemiologi dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai
populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat. Dilain pihak akan
menimbulkan masalah serius dalam bidang social ekonomi dan kesehatan, sehingga akan
semakin banyak yang berkonsultasi dengan seorang neurology karena orang tua tersebut
yang tadinya sehat, akan mulai kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja
atau sebagai anggota keluarga. Hal ini menunjukan munculnya penyakit degeneratife
otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi yang merupakan
penyebab utama demensia.
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzeimer dan kedua oleh
cerebrovaskuler. Diperkirakan penderita demensia terutama penderita Alzheimer pada
abad terakhir ini semakin meningkat jumlah kasusnya sehingga akan mungkin menjadi
epidemic seperti di Amerika dengan insiden demensia 187 populasi/100.000/tahun dan
penderita alzeimer 123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat atau kelima
1
1.2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mampu memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem saraf (Alzheimer)
b) Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Definisi Alzheimer
b. Mampu memahami danmenjelaskan tentang Etiologi Alzheimer
c. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Patofisiologi Alzheimer
d. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Manifestasi Klinis Alzheimer
e. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Penatalaksanaan Alzheimer
f. Mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan Diagnostik
Alzheimer
g. Mampu memahami konsep tentang Asuhan Keperawatan Alzheimer
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau
demensia senil jenis Alzheimer (SDAT). Penyakit ini menyebabkan sedikitnya 50 %
semua demensia yang diderita lansia (Lamy,1992). Kodisi ini merupakan penyakit
neurologis degeneratif, progresif, ireversibel, yang muncul tiba-tiba dan ditandai dengan
penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan perilaku dan efek. Dengan
meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi penyakit yang semakin
bertambah banyak. (Brunner & Suddarth, 2002).
3
patogenetik penting karena berupa serat toksik yang tak larut dan terakumulasi dalam
bentuk senile plaques berupa massa serabut amyloid pada korteks celebral yang diisolasi
dari pasien Alzheimer.
Dementia adalah sindrom mental yang ditandai dengan hilangnya kemampuan
intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan mengingat, penilaian, dan
pemikiran abstrak demikian juga dengan perubahan tingkah laku, tetapi tidak disebabkan
oleh kesadaran yang berkabut, depresi atau gangguan fungsional mental lainnya.
Alzheimer merupakan penyakit dementia primer yang tersering. Penyakit Alzheimer
(AD) adalah penyakit yang bersifat degeneraif dan progresif pada otak yang
menyebabkan cacat spesifik pada neuron, serta mengakibatkan gangguan memori,
berfikir, dan tingkah laku (Price dan Wilson, 2006).
2.2. Etiologi
Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit
alzheimer. Bila anggota keluarga paling tidak satu famili lain ada yang menderita
penyakit ini, maka diklasifikasikan sebagai “familial”. Komponen familial yang
nonspesifik meliputi pencetus lingkungan dan diterminan genetik. Penyakit alzheimer
yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familial disebut “sporadik”. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament,
predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi
neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi
kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif. Adanya defisiensi faktor
pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya
peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal
bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik. Penyakit Alzheimer
adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
4
faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya
sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam
kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme energi,
adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non
spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan
bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor
lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
1. Faktor genetic
5
2. Faktor infeksi
4. Faktor imunologis
60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti
penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin alphamarcoglobuli dan
haptoglobuli. Terdapat hubungan bermakna dan meningkat dari penderita alzheimer
dengan penderita tiroid. Tiroid Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang
sering didapatkan pada wanita muda karena peranan faktor immunitas.
6
5. Faktor trauma
6. Faktor neurotransmiter
a. Asetilkolin
b. Noradrenalin
7
c. Dopamin
d. Serotonin
8
2.3. Patofisiologi
Demensia
9
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada
penyakit Alzheimer. Antara lain serabut neuron yang kusut (massa kusut neuron yang
tidak berfungsi) dan plak senil atau neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari
suatu protein besar, protein prekursor amiloid [APP]. Kerusakan neuron tersebut terjadi
secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Perubahan
serupa juga dijumpai pada tonjolan kecil jaringan otak normal lansia. Sel utama yang
terkena penyakit ini adalah yang menggunakan neurotransmiter asetilkolin. Secara
biokimia, produksi asetilkolin yang dipengaruhi aktifitas enzim menurun. Asetilkolin
terutama terlihat dalam proses ingatan.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang
terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta
adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan normal melekat pada
membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP
terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket
yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya
bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang
membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh.
Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu
10
hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan
makin rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam
SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak.
Pada musim gugur tahun 1993, FDA mengesahkan obat alzheimer yang pertama,
Tacrine hydrocloride, untuk menanggani gejala penyakit alzheimer. Obat ini akan
memperkuat asetilkolin di otak dan telah dibuktikan dengan dua percobaan klinis dengan
hasil membaiknya ingatan pada penyakit alzheimer ringan sampai sedang. Karena
penggunaan obat ini dapat mengakibatkan hepatotoxic, maka pemberiannya harus
dimonitor (FDA Medical Bulletin,1993).
Percakapan berkembang menjadi sulit karena pasien lupa apa yang akan dikatakan
atau mungkin tidak dapat mengingat kata-kata. Pasien hanya mampu menterjemahkan
kiasan dalam bentuk yang kongkret saja. Misalnya, pada saat udara panas ia dapat saja
menceburkan diri kepancuran air di tengah kota dengan pakaian lengkap. Ia akan
mengalami kesulitan dalam pekerjain sehari-hari seperti mengoperasikan peralatan
sederhana dan mengatur ulang.
2.5. Penatalaksanaan
1. Non Farmakodinamik
11
memperbaiki komunikasi dan meningkatkan kemandirian dalam aktifitas asuhan-diri,
memberikan kebutuhan sosialisasi dan keintiman pasien, menjaga pemenuhan gizi
yang memadai, mengatasi gangguan pola tidur, dan mendukung serta mendidik
pemberi perawatan dalam keluarga.
Meskipun kehilangan kognitif cukup parah, namun ada saat di mana pasien
sadar akan cepat menghilangnya segala kemampuannya. Karena rekreasi penting,
paisen didorong untuk melakukan menikmati aktivitas sederhana. Hobi dan
aktivitas (berjalan-jalan, olahraga, bersosialisasi) dapat memperbaiki kualitas
hidup.
12
akan berespons dengan cara berteriak, menangis, atau menjadi kasar (menyerang
secara fisik atau verbal.
d. Meningkatkan Komunikasi
13
Saat makan bisa merupakan peristiwa sosial yang menyenangkan, namun bisa
juga merupakan saat yang menjengkelkan dan menganggu. Saat makan harus
dijaga dan kale, tanpa konfrontasi. Pasien lebih menyukai makanan yang sudah
dikenal yang tampak mengundang selera makan dan terasa lezat. Untuk
menghindari bermain dangan makanan, makanan dihidangkan satu persatu.
Makan sebaiknya dipotong kecil-kecil supaya tidak tercekik. Makanan cair lebih
mudah ditelan bila diolah dengan gelatin. Makanan dan minuman panas harus
disajikan bila sudah hangat. Suhu makanan diperika untuk mencegah terjadi luka
bakar.
14
Perawat harus peka terhadap masalah emosional yang dihadapi keluarga.
Dukungan dan edukasi pemberi perawatan merupakan komponen yang penting.
Keluarga dapat menghubungi Asosiasi Alzheimer atau yang sama camnya yang
memberikan kesempatan bertemu orang lain dengan pengalaman serupa.
2. Farmakologi
Pengobatan penyakit alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab dan
patofisiologis masih belun jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif seakan hanya
memberikan rasa puas pada penderita dankeluarga. Pemberian obat stimulan, vitamin
B, C, dan E belum mempunyai efek yang menguntungkan.
a. Inhibitor kolinesterase
b. Thiamin
c. Nootropik
15
d. Klonidin
e. Haloperiodol
Penyakit alzheimer dapat dicegah sejak dini dengan mengosumsi kunyit secara rutin.
Kunyit merupakan herbal penguat daya ingat (anti-alzheimer), salah satu tanaman obat
yang berpeluang sebagai pengganti pengobatan kimiawi yang dapat memperlambat
datangnya penyakit pikun. Penyakit alzheimer merupakan sejenis penyakit pikun yang
umum terjadi pada manusia usia lanjut, secara alamiah pikun biasa terjadi karena
penurunan kondisi fisik otak. Zat dalam kunyit yang berperan untuk ini adalan curcumin,
dimana akan mampu memepertahankan kualitas otak hingga usia lanjut. Namun
konsumsi kunyit yang terlalu berlebihan juga akan mampu memicu sakit perut, gangguan
16
hati serta ginjal. Jadi, kunyit ini dikonsumsi dalam jumlah sedang secara rutin untuk
mendapatkan efek terapi yang diinginkan.
Cara pencegahan yang lainnya yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup sehat
misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, mengonsumsi
sayur dan buah segar karena ini mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat
radikal bebas yang akan mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental
dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan juga
merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit alzheimer.
1. Neuropatologi
17
motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile
plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque berhubungan
dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile
plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3) Degenerasi neuron
4) Perubahan vakuoler
5) Lewy body
2. Pemeriksaan Neuropsikologik
18
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh
beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan
ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa
a. Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui
bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan
kelainan kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang
diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh
demensia karena berbagai penyebab.
Merupakan metode non invasif yang beresolusi tinggi untuk melihat kwantifikasi
perubahan volume jaringan otak pada penderita Alzheimer antemortem.
19
4. EEG
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif.
Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
20
2.7. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
d. Eliminasi
21
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan
diare.
e. Makanan/cairan
f. Hiygene
g. Neurosensori
22
ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-
penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca
dan menulis bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor
predisposisi atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya).
i. Interaksi social
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum:
2) B1 (Breathing)
a) Inspeksi
23
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
3) B2 (Blood)
4) B3 (Brain)
24
Saraf I. Biasanya pada klien penyakit alzherimer tidak ada
kelaianan fungsi penciuman
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada vasikulasi dan indera pengecapan normal
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan mengalami perubahan dan
penurunan pada fungsi motorik secara umum.
e) Pengkajian Refleks
25
Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke
depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
2. Diagnosa Keperawatan
26
2.8 Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Ibu R
b. Umur : 51 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Suku : Sunda
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Status Perkawinan : Menikah
h. Tanggal Pengkajian : 9 Agustus 2017
i. Alamat : Jl. kencana hijau
2. Status Kesehatan Saat ini :
3. Riwayat Kesehatan Dahulu:
Keluarga klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama
4. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Ibu R mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit alzheimer
5. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
a. Tekanan daraH : 160/110 mmHg
b. Nadi : 84 kali/menit
c. Suhu : 36.6 oC
d. Respirasi : 20 kali/menit
e. Berat badan : 40 kg
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan Ibu R tampak sedikit lemah. Ketika berjalan tampak memegangi penghuni
panti lainnya agar tidak jatuh.
b. Kepala, wajah, mata, leher
Kepala tampak bulat, tidak ada lesi dan benjolan, rambut tampak beruban
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
Tidak teraba ada pembesaran kelenjar getah bening
Hidung tampak simetris, tidak tampak ada cairan berlebih
c. Sistem pernapasan
27
Bentuk thorax normal, tidak tampak ada retraksi intercostal, vocal premitus merata
di semua lapang paru, perkusi terdengar sonor, auskultasi terdengar vesikular
d. Sistem kardiovaskuler
Auskultasi tidak terdengar murmur
e. Sistem urinaria
Ibu R BAK 2-3 kali sehari, tidak sakit saat BAK dan lancar.
f. Sistem muskulosceletal
Kedua kaki Ibu R tampak sejajar dan sama besar dan panjang. Tidak tampak adanya
kifosis dan scoliosis.
g. Sistem syaraf pusat
Nervus I (Olfactorius) : Ibu R dapat membedakan bau dari minyak kayu putih
dan minyak wangi/parfum.
Nervus II (Opticus) : Ibu R sudah tidak dapat melihat jauh tulisan, orang dan
benda-benda yang kecil, tapi Ibu R tidak menggunakan bantuan kacamata.
Nervus III, IV, V (Oculomotoris, Trochlearis, Abdusen)
Nervus V (Trigeminus) : Sensasi sensorik kulit wajah klien baik, dapat
merasakan goresan kapas pada pipi kanan.
Nervus VII (Facialis) : Ibu R dapat, menggerakan alis dan mengerutkan dahi
Nervus VIII (Vestibulococlear) : Fungsi keseimbangan baik
Nervus IX, X (Glasopharingeus, Vagus) : Reflek menelan baik
Nervus XI (Accesorius) : Ibu R dapat menggerakkan kedua bahunya dan
menggerakkan kepalanya
Nervus XII : Ibu R dapat berbicara dengan jelas dan lidah berfungsi baik
h. Sistem endokrin
Ibu R mengatakan tidak mempunyai penyakit gula dan gondok.
i. Sistem reproduksi
Ibu R mengatakan belum menikah
j. Sistem integument Kulit tampak keriput, warna kulit sawo matang, tidak tampak ada
lesi, elastisitas kulit berkuang.
28
7. Pengkajian Psikososial & Spiritual
a. Psikososial
Ibu R mengatakan dapat bersosialisasi dengan penghuni panti lainnya, karena
dengan bersosialisasi dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain. Status
emosi Ibu R stabil dan kooperatif saat diajak bicara.
b. Spiritual
Ibu R mengatakan selalu menjalankan ibadah sholat lima waktu. Ibu R
memasrahkan semuanya pada Allah SWT.
8. Pengkajian Fungsional Klien
a. Katz index
No. Kegiatan Mandiri Bantuan Sebagian Bantuan Penuh
1. Mandi G
2. Berpakaian G
3. Ke Kamar Kecil G
4. Berpindah Tempat G
5. BAK/BAB G
6. Makan/Minum G
Ibu R tidak dapat beraktivitas secara mandiri harus dalam pengawasan, pengarahan,
atau bantuan aktif dari orang lain.
b. Barthel index
No. Kegiatan Dengan Bantuan Mandiri
1. Makan/Minum 5 0
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat
5 0
tidur/sebaliknya
3. Kebersihan diri (cuci muka, gosok gigi,
5 0
menyisir rambut)
4 Keluara masuk kamar mandi (menyeka
5 0
tubuh, menyiram, mencuci baju)
5. Mandi 5 0
29
6. Jalan-jalan di permukaan datar 0 10
7. Naik turun tangga 5 0
8. Memakai baju 5 0
9. Kontrol BAK 5 0
10. Kontrol BAB 5 0
Jumlah 55
Jumlah skor pada ibu R 55 = ketergantungan total
30
No. Aspek Kognitif Nilai Maks Nilai Klien Kriteria
1. Orientasi 5 0 Menyebutkan dengan benar
Tahun
Musim
Tanggal
Hari
Bulan
2. Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar
Negara = Indonesia
Propinsi
Kota = Cimahi
PSTW
3. Registrasi 5 0 Pemeriksa mengatakan nama 3 objek selama
1 detik kemudian klien mengulang nama
objek tersebut
Objek meja
Objek kursi
Objek lampu
4. Perhatian & 5 0 Minta klien untuk memulai dari angka 100
Kalkulasi kemudian dikurangi 7 sampai 5 tahap
100
93
86
79
72
5. Mengingat 5 0 Minta klien untuk menyebutkan atau
mengulang ketiga objek pada no.2
Objek kursi
Objek gelas
Objek sendok
6. Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda (2 objek)
tanyakan namanya Minta klien untuk
31
mengulang kata berikut: Tak ada jika Dan
atau Tetapi (bila benar nilai 1) Minta klien
untuk mengikuti perintah berikut:
Ambil kertas di tangan anda
Lipat dua
Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai perintah
nilai 1
Tutup mata anda Perintahkan pada
klien menilai satu kalimat dan
menyalin gambar:
Tulis satu kalimat
Menyalin gambar
Total Nilai 4
Interpretasi hasil :
1. Nilai lebih dari 25 = aspek kognitif dan fungsi mental baiK
2. Nilai 8-22 = kerusakan aspek fungsi mental ringan
3. Nilai kurang dari 17 = terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Jumlah skor pada ibu R adalah 4 = terdapat kerusaka aspek fungsi mental berat
32
II. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Faktor Predisposisi: Virus lambat, Risiko trauma
Proses Autoimun, Keracunan
.
aluminium dan genetik
DO: -
Klien tidak dapat
Penurunan metabolisme dan aliran
menjatuhkan diri ke
darah
kursi dan tidak duduk di di korteks parietalis superior
tengah kursi
Klien tidak dapat Degenarasi neuron kolinergik
Menahan dorongan pada
sternum.
Hilangnya serat saraf kolinergik di
Klien tidak mampu korteks serebrum
membungkuk untuk
mengambil objek di Penurunan sel neuron kolinergik yang
lantai berproyeksi ke hipokampus dan
amigdala
Klien memegang objek
untuk mendukung cara
berjalan Kelainan Neurotrasmiter
33
2. DS: Faktor Predisposisi: Virus lambat, Defisit perawatan diri
Proses Autoimun, Keracunan
klien mengatakan mandi
aluminium dan genetik
1x sehari
Klien mengatakan
Penurunan metabolisme dan aliran
menggosok gigi 1x
darah
sehari di korteks parietalis superior
Klien mengatakan
perawatan diri di bantu Degenarasi neuron kolinergik
oleh orang lain dan
bergantung pada orang
Kekusutan neurofibrilar yang difus
lain
DO:
Terjadi plak senilis
Klien terlihat kusam
Rambut klien tampak
Penurunan sel neuron kolinergik yang
lepek
berproyeksi ke hipokampus dan
Klien tampak kotor amigdala
Mutut klien kotor Kelainan Neurotrasmiter
Dimensia
34
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Alzheimer adalah jenis kepikunan yang dapat melumpuhkan pikiran dan kecerdasan
seseorang. Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran fungsi intelektual dan
emosional secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-
hari. Menurut dr. Samino, SpS (K), Ketua Umum Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAzI),
alzheimer timbul akibat terjadinya proses degenerasi sel-sel neuron otak di area temporo-
parietal dan frontalis. Demensia Alzheimer juga merupakan penyakit pembunuh otak
karena mematikan fungsi sel-sel otak.
Penyebab yang pasi belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang telah
dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi
udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament, presdiposisi
heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal,
kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kognitif
dengan penurunan daya ingat secara progresif. Kejanggalan awal biasanya dirasakan oleh
penderita sendiri, mereka sulit mengingat nama atau lupa meletakkan suatu barang.
Cara pencegahan penyakit alzheimer yaitu dengan tetap menerapkan gaya hidup sehat
misalnya berolahraga rutin, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, mengonsumsi
sayur dan buah segar karena ini mengandung antioksidan yang berfungsi mengikat
radikal bebas yang akan mampu merusak sel-sel tubuh. Menjaga kebugaran mental
dengan tetap aktif membaca dan memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan juga
merupakan salah satu bentuk pencegahan penyakit alzheimer.
3.2. Saran
Kita tahu otak merupakan organ yang sangat kompleks. Dimana di otak terdapat area-
area yang mengatur fungsi tertentu. Untuk itu ada beberapa tips yang bisa diikuti bila ada
anggota keluarga ada yang menderita penyakit alzheimer : Buat cacatan kecil, untuk
membantu mengingat, Ciptakan suasana yang menyenangkan, Hindari memaksa pasien
untuk mengingat sesuatu atau melakukan hal yang sulit karena akan membuat pasien
cemas, Usahakan untuk berkomunikasi lebih sering, Buatlah lingkungan yang aman.
35
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan kepererawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Price, Sylvia A, dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC
36