Jika sebuah batang prismatik diberikan tarikan dengan gaya yang terbagi merata di
sepanjang ujungnya dengan luas penampang mm (Gambar 2.1). Regangan (strain, )
dari batang prismatik tersebut adalah pertambahan panjang dari batang prisma dibagi
dengan panjang mula-mula (Gambar 2.1a). Dapat ditulis sebagai berikut.
l
........................................................................................................... (2.1)
l
dimana :
: regangan
l : Pertambahan panjang
l : Panjang mula-mula (awal)
P P l1 + l2 = l
l1 L l2
(a)
m m n
P θ P
P P S
A A'
m m n
(b) (c)
10
Dan tegangan (stress, ) pada potongan penampang mm tersebut adalah gaya P
dibagikan dengan luas potongan penampang A (Gambar 2.1b) yang dapat dituliskan
sebagai berikut.
P
............................................................................................................ (2.2)
A
dimana :
: tegangan
P : gaya
A : luas penampang
Tegangan pada potongan penampang miring dengan luas penampang A’ terdapat ada dua
buah tegangan yaitu tegangan normal (normal stress, n) yang tegak lurus pada bidang
potongan, dan tegangan geser (shear stress, n) yang sejajar dengan bidang potongan
(Gambar 2.1c) Tegangan normal dan tegangan geser yang terjadi dapat diuraikan sebagai
berikut.
A
A'
cos
P P
S cos cos
A' A
n S cos cos 2
1 cos 2
n ................................................................................................ (2.3)
2
1
n sin 2 ..................................................................................................... (2.4)
2
11
Tegangan normal maksimum terjadi pada sama dengan nol yang besarnya sama
dengan (n = ). Sedangkan tegangan geser maksimum terjadi pada sama dengan
45o yang besarnya sama dengan ½ (n = ½ ). Besarnya tegangan ini tergantung pada :
1. Titik dimana ia dikenai oleh gaya
2. Orientasi dari luas permukaan
3. Sistem dari gaya-gaya luar yang dikenakan pada sebuah benda.
Misalkan titik P berada di tengah-tengah sebuah empat persegi panjang (Gambar 2.2).
Dimana bidang yang berhadapan sejajar menurut koordinat kartesian x, y, z. Konversi
untuk menggambarkan tegangan normal dan tegangan geser seperti yang terlihat pada
gambar 2.2.
Tegangan normal yang bekerja pada bidang normal terhadap sumbu-x diberi simbol x.
Tegangan geser yang bekerja searah dengan sumbu y pada bidang normal terhadap
sumbu x diberi simbol xy. Tegangan geser yang bekerja searah dengan sumbu-z pada
bidang normal terhadap sumbu-x disebut xz.
z
zy
zx
x
yx xy yz
xz
y
xz y
yz xy
yx
x
zx
zy
z
Gambar 2.2.
Komponen-Komponen Tegangan disebuah Empat Persegi Panjang.
12
Demikian defenisi yang sama untuk y, z, yz, yx, zx dan zy. Tegangan normal x, y
dan z positif jika arahnya keluar dari permukaan yang menggambarkan tegangan tarik.
Tegangan normal negatif adalah tegangan tekan dimana arahnya menuju kepermukaan
elemen. Tegangan geser xy,yx yz, zy , zx dan xz adalah positif jika arahnya searah
dengan arah kartesian positif.
Akan diperlihatkan selanjutnya bahwa dari enam komponen kartesian tegangan geser
hanya tiga yang bebas. Titik P terletak di tengah-tengah empat persegi panjang. Dalam
keadaan setimbang, momen gaya-gaya ke titik P pada arah sumbu-x sama dengan nol.
Persamaan yang sama akan diperoleh untuk My dan Mz dengan masing-masing pada
arah sumbu-y dan sumbu-z. Setiap persamaan dibagi dengan dx dy dz, maka diperoleh :
xy = yx
yz = zy
ini memperlihatkan bahwa sepasang tegangan geser yang mempunyai nilai dan tanda
yang sama.
Gambar 2.3a memperlihatkan diagram tegangan yang bekerja pada sebuah benda yang
berbentuk segi empat dalam dua dimensi (bidang) dengan sumbu x dan y. Pada bidang
miring dimana normalnya membuat sudut terhadap sumbu-x bekerja tegangan normal
n dan tegangan geser, n yang nilainya merupakan fungsi x, y dan xy yang bekerja
pada bidang-bidang yang tegak lurus sumbu x dan y (Gambar 2.3b).
Untuk memperoleh besaran Tegangan normal dan Tegangan geser pada bidang dapat
diuraikan sebagai berikut.
Ax= An cos dan Ay= An sin
13
y
y
yx
xy
n
x x
x x Ax An
Ay
xy xy n
yx yx
y
y
Gambar 2.3. Diagram Tegangan pada Bidang
Dimana :
Ax = luas penampang bidang yang tegak lurus sumbu x
Ay = luas penampang bidang yang tegak lurus sumbu y
An = luas penampang bidang miring
kemudian :
14
n x (1 cos 2 ) y
(1 cos 2 ) sin 2
2 2 xy
n
x y
x y
cos 2 xy sin 2 ................................................................... (2.7)
2 2
Fn =0
n . An = x sin . Ax - y cos . Ay - xy cos . Ax + xy sin . Ay
n . An = x sin.An.cos - y cos.An.sin - xy cos. An.cos + xy sin.An.sin
n = x sin . cos - y cos . sin - xy (cos2 - sin2)
n = (x - y) sin . cos - xy (cos2 - sin2)
sehingga :
n
x y
sin 2 xy cos 2 ............................................................................. (2.8)
2
Persamaan 2.7 dan 2.8 memberikan besar dan tanda dari n dan nt yang bekerja pada
bidang miring yang normalnya membuat sudut terhadap sumbu x. Prioda dari
tegangan-tegangan ini adalah karena persamaanya merupakan fungsi dari sin 2. dan
cos 2.. Sehingga tegangan-tegangan tersebut mempunyai nilai maksimum dan
minimum atau konstan.
d n
( x y ) sin 2. 1 2 xy cos 2. 1 0
d
15
2 xy
1 1 / 2 tan 1
x y
Dari persamaan ini didapat dua nilai 1 yaitu 1 dan 1 + 900. Satu sudut akan
memberikan arah dari tegangan normal maksimum dan sudut lainnya akan memberikan
arah dari tegangan normal minimum.
x y
max =
1
x y 4 xy ........................................................................ (2.9)
2 2
2 2
x y
min =
1
x y 4 xy ..................................................................... (2.10)
2 2
2 2
arah ini disebut arah prinsipal (principal direction) dan tegangan normal yang
bersangkutan adalah tegangan utama prinsipal (prinsipal stress) dimana max disebut
major principal stress dan min disebut minor principal stress. Bidang dimana bekerja
tegangan prinsipal disebut bidang prinsipal (prinsipal plane). Tidak ada tegangan geser
yang bekerja pada bidang dimana tegangan normal maksimum atau minimum.
Apabila arah prinsipal diambil sebagai sumbu x dan y, xy = 0 dan persamaan 2.7 dan 2.8
disederhanakan menjadi :
n 1 2 1 2 cos 2 .................................................................................. (2.11)
2 2
n 1 2 sin 2 ............................................................................................ (2.12)
2
Konsep dasar dalam mekanika batuan kontinu adalah perpindahan semua titik dari
material. Perubahan dari kondisi awal ke kondisi akhir dalam kondisi pembebanan
menyebabkan terjadinya perpindahan setiap titik relatif terhadap titik-titik yang lain. Ada
dua jenis deformasi yang dapat terjadi pada sebuah benda jika mengalami tegangan
yaitu,
16
Perubahan panjang persatuan unit panjang mula-mula disebut regangan longitudinal,
yang didefinisikan sebagai ;
L
Lim
L 0 L
Keterangan ;
L perubahan panjang
L panjang mula-mula.
Regangan longitudinal positif jika terjadi pertambahan panjang dan negatif jika terjadi
pengurangan panjang.
2. Perubahan sudut dari sudut yang dibentuk oleh perpotongan dua buah garis lurus
disebut regangan geser (shear strain, ), yang dapat ditulis dengan ;
= Tan
Keterangan ;
= perubahan sudut.
Regangan geser positif jika terjadi pengurangan sudut dari sudut yang dibentuk
(½ - ). Dan regangan geser negatif jika terjadi penambahan sudut (½ + ) dari
sudut yang dibentuk (Gambar 2.4).
2
A’
y
½ 1 v
u O’ v x
x
A’’
v
17
O A
X
u
x u x
x
Gambar 2.4. Hubungan Antara Regangan Dan Perpindahan
Jadi jika u adalah perpindahan dari titik O pada arah x, perpindahan dari titik A yang
u
berada di dekatnya pada arah x adalah u + ( ) x .
x
u u
O’A” = x + u + x - u = x + x
x x
v v
A’A” = v + x - v = x
x x
u v u u v
O’A’ = ( x x ) 2 ( x ) 2 = x 1 2 ( )2 ( )2
x x x x x
u
O’A’ = x (1 )
x
18
Melihat Gambar 2.4. dan mengingat bahwa sudut-sudut 1 dan 2 adalah kecil
serta tegangan juga kecil terhadap unitnya, maka dapat ditulis persamaan sebagai
berikut.
v
( ) x
A ' A" x v
Tan 1 = 1 =
O' A" u x
x ( ) x
x
u
( ) y
B' B" y u
Tan 2 = 2 =
u
O' B" y ( ) y y
y
Perdefinisi, regangan geser (shear strain) xy , dalam sudut AOB adalah 1 2 :
u v
xy .........................................................................................................(2.14)
y x
dengan cara yang sama untuk bidang yz dan zx, 6 komponen dari regangan dapat
ditulis sebagai berikut .
u u v
x xy
x y x
u v w
y yz .....................................(2.15)
y z y
w w u
z zx
z x z
Jika u, v, dan w adalah fungsi kontinu dari koordinat ruang x, y, dan z dari sebuah benda,
maka keenam persamaan di atas adalah keadaan dari regangan sebuah titik didalam
benda.
Dalam menentukan komponen strain pada setiap arah dari suatu titik, maka akan dibatasi
dalam dua-dimensi untuk menyederhanakan perhitungan. Banyak masalah-masalah
dalam dalam teori elastik dapat diselesaikan dengan asumsi regangan bidang. Gambar
2.5 menunjukkan suatu elemen dari suatu benda, yang terdeformasi oleh regangan
normal pada arah sumbu x dan y dan regangan geser pada bidang-xy. Besarnya
19
regangan pada segmen garis r yang membentuk sudut terhadap sumbu-x dapat
ditentukan dari hubungan geometri seperti yang ditunjukan oleh Gambar 2.5.
Dari Gambar 2.5a. dan definisi regangan diperoleh ;
x x x
y r
y y
x x
u
r
r xy r
r r
y y
y
x x x
o o o
x x
Oleh karena itu regangan pada arah r yang merupakan hasil dari regangan
normal x dapat ditulis sebagai berikut.
r
x cos 2 ................................................................................................... (2.16)
r
Dengan cara yang sama berdasarkan Gambar 2.5b. diperoleh ;
y y y
dan
r y sin y y sin
20
y
r =
sin
Oleh karena itu regangan pada arah r yang merupakan hasil dari regangan
normal y dapat ditulis sebagai berikut .
r
y sin 2 .................................................................................................. (2.17)
r
Dari Gambar 2.5c panjang u , untuk nilai xy sangat kecil adalah ;
u y tan xy y xy
Panjang r adalah ;
r u cos y xy cos
persamaan di atas dapat juga ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut.
x y x y xy
cos 2 sin 2 ................................................................... (2.20)
2 2 2
21
x
1
E
x ( y z )
y
1
E
y ( x z )
z
1
E
z ( x y )
Sedangkan komponen regangan geser akibat tegangan geser adalah ;
xy 2(1 ) xy
xy
G E
yz 2(1 ) yz
yz
G E
zx 2(1 ) zx
zx
G E
Keterangan ;
E = Modulus Elastisitas
G = Modulus Geser
= Poisson’s ratio
Secara umum hubungan konsitutif perilaku elastik linear merupakan bentuk umum dari
Hukum Hooke, dimana setiap komponen regangan merupakan fungsi linear dari semua
komponen tegangan. Dengan demikian maka hubungan regangan-tegangan dari
persamaan-persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut.
x
x
y 1
0 0 0
0
z 1 0 0 y
z
1 0
1 0 0
...........(2.21)
xy
2(1 )
E 0 0 0 0 0
xy
0 0 0 0 2(1 ) 0 yz
0 0 0 0 0
2(1 1)
zx
yz
zx
22
Bentuk invers dari matriks hubungan tegangan-regangan dari persamaan 2.21 untuk
material elastik dan isotrop adalah sebagai berikut .
1 0 0 0
x 1 0 0 0 x
y 1 0 0 0 y
z E 1 2 z
0 0 0 0 0 .... (2.22)
2
xy (1 )(1 2) 1 2 xy
yz 0 0 0 0 0 yz
2
zx 1 2 zx
0 0 0 0 0
2
Masalah perhitungan hubungan antara tegangan dan regangan dalam tiga dimensi dapat
disederhanakan dalam model dua dimensi pada salah satu sumbu prinsipal. Sekalipun
penyederhanaan ini tidak sepenuhnya baik, tetapi analisis tegangan dua dimensi dapat
digunakan sebagai penuntun untuk menentukan sifat dasar distribusi tegangan tiga
dimensi.
Bila sebuah pelat tipis dibebani dengan gaya yang bekerja pada tepian, sejajar dengan
bidang pelat dan terbagi merata sepanjang tebal pelat (Gambar 2.6), maka komponen
tegangan z , xz , yz pada kedua permukaan pelat sama dengan nol. Keadaan tegangan
hanya ditunjukan oleh x , y , xy dan keadaan tegangan ini disebut dengan tegangan
bidang (plane stress).
23
x 1 0 x
1
y 1 0 y ................................................................................................ (2.23)
E 0 0 2(1)
xy xy
z = 0 x
x
z = 0 x
y
Pelat tipis
y
Sedangkan bentuk invers dari matriks hubungan tegangan-regangan dari persamaan 2.23
adalah ;
x 1 0 x
E
y 2 1 0 y ......................................................................................................... (2.24)
1 0 0 1
xy 2 xy
2.5.2. Hubungan Tegangan dan Regangan Pada Regangan Bidang
24
Pendekatan yang sama dapat dilakukan pada ujung yang lain bila ukuran benda dalam
arah z sangat besar. Apabila sebuah terowongan panjang dibebani oleh gaya yang tegak
lurus terhadap elemen memanjang dan tidak bervariasai sepanjang panjang terowongan,
maka dapat dianggap bahwa semua potongan penampang juga dalam kondisi yang
sama. Pada kondisi regangan bidang, komponen perpindahan pada arah sejajar sumbu
(sumbu-z) terowongan dianggap sama dengan nol. Yang membedakan kondisi regangan
bidang selama penggalian, semua perpindahan terjadi pada bidang prinsipal x-y dan pola
perpindahan sama untuk semua penampang. Misalkan sebuah terowongan yang
mempunyai sistem sumbu kartesian x, y, dan z dipotong oleh sebuah bidang dengan
sumbu x, y seperti pada Gambar 2.7. sehingga;
z = 0; xz = 0 ; yz = 0
HHubungan tegangan dan regangan pada regangan bidang untuk perilaku batuan
elastik linier dan isotrop adalah sebagai berikut .
x x
1
0
=
E
y (1 )(1 2)
0
1
0
0
1 2 y .......................... (2.25)
2
xy xy
Sedangkan bentuk invers dari matriks hubungan tegangan-regangan dari persamaan
(2.25) adalah ;
Terowongan
Pada Bidang
Plane
strain
z
26