TONSILITIS KRONIS
Disusun oleh :
Agung Nur Fauzi
11310018
Pembimbing:
Dr. Sri Utami Wulandari, Sp. THT- KL
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... iv
KESIMPULAN ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
PENDAHULUAN
iii
1.1 Latar Belakang
Tonsilitis adalah peradangan tonsila palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer. Cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil laringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsila faucial), tonsila lingual (tonsila pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius
(Gerlach’s tonsil). Peradangan pada tonsila palatina biasanya meluas ke
adenoid dan tonsil lingual. Penyebaran infeksi terjadi melalui udara,
lingkungan,dan makanan. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak.1
1
Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi
pada tonsila palatina yang menetap. Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan
ulangan dari tonsilitis akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen
pada tonsil. Organisme patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun
untuk waktu yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika
daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan.2
Persarafan
Tonsil bagian atas mendapat sensais dari serabut saraf ke V (trigeminus)
melalui ganglion spenophalatina dan pada bagian bawah mendapat sensasi dari
cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeus).7
Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel
yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa
eksudat yang berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga
menembus kapsul sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa
tonsillaris. Pada anak-anak, proses ini akan disertai dengan pembesaran
kelenjar submandibula.1.8
keju.2
Gejala klinisnya yaitu sangkut menelan, bau mulut (halitosis) yang disebabkan
adanya pus pada kripta tonsil, sengau atau sering tersedak pada malam hari
5
(bila tonsil membesar dan menyumbat jalan nafas), nafsu makan menurun,
badan terasa lesu, kadang disertai demam, serta sakit kepala.2
2.8 Diagnosis
Diagnosis dapat di tegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan peunjang.
Pada anamnesis dapat di temukan gejala-gejala seperti sangkut menelan, bau
mulut (halitosis) yang disebabkan adanya pus pada kripta tonsil, sengau atau
sering tersedak pada malam hari (bila tonsil membesar dan menyumbat jalan
nafas), nafsu makan menurun, malaise, kadang disertai demam, serta sakit
kepala.1.2
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tonsil tampak membesar, dapat terlihat
butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil, bila dilakukan
penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai keju,
warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring.6
Pada anak, tonsil yang hipertrofi dapat terjadi obstruksi saluran nafas atas
yang dapat menyebabkan hipoventilasi alveoli yang selanjutnya dapat terjadi
hiperkapnia dan dapat menyebabkan kor polmunale. Obstruksi yang berat
menyebabkan apnea waktu tidur, gejala yang paling umum adalah mendengkur
yang dapat diketahui dalam anamnesis.2
Mikrobiologi
Penatalaksanaan dengan antimikroba sering gagal untuk menghilangkan
kuman patogen dan mencegah kekambuhan infeksi pada tonsil. Kegagalan
menghilangkan organisme patogen disebabkan ketidaksesuaian pemberian
antibiotika atau penetrasi antibiotika yang inadekuat. Gold standard
pemeriksaan lab pada tonsil adalah kultur dari dalam tonsil. Berdasarkan
penelitian di India terhadap 40 penderita Tonsilitis Kronis yang dilakukan
tonsilektomi, didapatkan kesimpulan bahwa kultur yang dilakukan dengan
swab permukaan tonsil untuk menentukan diagnosis yang akurat terhadap flora
bakteri Tonsilitis Kronis tidak dapat dipercaya dan juga valid. Kuman terbayak
yang ditemukan yaitu Streptokokus beta hemolitikus di ikuti Staflokokus
aureus.5.10
Histopatologi
Penelitian yang dilakukan di Turkey terhadap 480 spesimen tonsil,
menunjukkan bahwa diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan histopatologi dengan tiga kriteria histopatologi yaitu ditemukan 8
ringan- sedang infiltrasi limfosit, adanya Abses dan infitrasi limfosit yang
difus. Kombinasi ketiga hal tersebut ditambah temuan histopatologi lainnya
dapat dengan jelas menegakkan diagnosa Tonsilitis Kronis.5
9
minuman/makanan yang merangsang, higiene mulut yang buruk, atau
penggunaan obat kumur yang mengandung desinfektan.9
Operatif
Tonsilektomi didefinisikan sebagai operasi pengangkatan seluruh tonsil
palatina dengan eksisi surgikal tonsil palatina untuk mencegah tonsilitis
rekuren. Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman,
namun hal ini bukan berarti tonsilektomi merupakan operasi minor karena tetap
memerlukan keterampilan dan ketelitian yang tinggi dari operator dalam
pelaksanaannya.1.3
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat
ini.Dulu tonsilektomi diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan
berulang.Saat ini, indikasi yang lebih utama adalah obstruksi saluran napas dan
hipertrofi tonsil. Indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti
berikut:9
a. Indikasi Absolut 9
a. Tonsilitis kronis yang merupakan infeksi fokal
b. Tonsilitis yang menyebabkan kejang demam
c. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase
d. Difteri career
e. Upper Respiratory Obstruction and Swallowing disorders (OSAS)
f. Kecurigaan pada keganasan
b. Indikasi Relatif 9
a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat
b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian
terapi medis
c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten
d. Rhinitis kronis
e. Infeksi saluran pernapasan atas yang berulang
f. Otalgia yang berulang
g. Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan
10
0
Kontraindikasi Tonsilektomi
Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi,
namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap
memperhitungkan imbang “manfaat dan risiko”. Keadaan tersebut adalah:
1. Gangguan perdarahan
3. Anemia
Komplikasi Tonsilektomi
Tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi
umum maupun lokal, sehingga komplikasi yang ditimbulkannya merupakan
gabungan komplikasi tindakan bedah dan anestesi. Sekitar 1:15.000 pasien
yang menjalani tonsilektomi meninggal baik akibat perdarahan maupun
komplikasi anestesi dalam 5-7 hari setelah operasi.
PENCEGAHAN
Bakteri dan virus penyebab tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari
satu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan dengan
mencegah terpapar dari penderita tonsilitis atau yang memiliki keluhan sakit
menelan.Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak
dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang
bersabun sebelum digunakan kembali.Sikat gigi yang telah lama sebaiknya
diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang – orang yang merupakan
karier tonsilitis semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah
penyebaran infeksi pada orang lain.
PROGNOSIS
11
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan
pengobatan suportif.Menangani gejala – gejala yang timbul dapat membuat
penderita tonsilitis lebih nyaman.Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi
infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi
penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami
perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala – gejala yang tetap ada dapat
menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya,
infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada
kasus – kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius
seperti demam rematik atau pneumonia.
BAB III
KESIMPULAN
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena
proses peradangan beulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut.
Jaringan ini akan mengkerut sehingga kripta akan melebar dan tampak diisi
oleh detriktus. Proses ini akan meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya
timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsil. Pada anak, proses ini
dapat disertai dengan pembesaran klenjar submandibula.6.8
DAFTAR PUSTAKA
14