PR DR - Eman
PR DR - Eman
I. ETIOLOGI
II. PATOFISIOLOGI
III. DIAGNOSIS
Anamnesis
Gejalanya terdiri dari satu atau lebih dari hal berikut : rhinorea, bersin,
gatal-gatal dan/atau sumbatan pada hidung yang menyebabkan penurunan dari
indera penciuman yang biasanya muncul saat enam minggu atau lebih pada masa
kehamilan1,3
IV. PENATALAKSANAAN
Rhinitis pada kehamilan sangat sulit untuk ditangani dan tidak ada penanganan
khusus.1
o Irigasi Nasal
Pada penatalaksanaan ini digunakan saline untuk membantu mengeluarkan
mukus dari saluran hidung, saline juga membantu melumasi mukosa di hidung yang
dapat bekerja secara efektif seterusnya. 7
o Antihistamin
Antihistamin membantu meurangi keluhan hidung tersumbat, bersin serta
hidung berair. Antihistamin chlorpheniramin, loratadine, dan ceterizine aman
digunakan selama masa kehamilan.3
o Dekongestan Topikal
Dekongestan oral dihindari selama masa kehamilan karena ditakutkan dapat
memberi efek samping pada bayi yang di kandung. Beclomethasone, fluticasone, dan
budesonide merupakan preparat nasal yang aman digunakan dan terutama pada
wanita hamil yang asma.3
Chromones (contohnya sodium cromogycate) tidak menunjukkan teratogenik
pada hewan percobaan dan merupakan obat yang direkomendasikan pada pasien
dengan kehamilan trismester awal.3
Kortikosteroid bebas adalah molekul yang kecil dan bersifat lipofilik, mudah
mengalami difusi melalui membran sel ke dalam sitoplasma dan berikatan dengan
reseptor glukokortikoid. Kompleks reseptor glukokortikoid-kortikosteroid ini bekerja
dengan memodifikasi aktifitas transkripsi yang menyebabkan penurunan ekspresi
molekul pro-inflamasi dan sel-sel seperti sel Langerhans, limfosit, sel mast, basofil,
eosinofil, disertai dengan peningkatan ekspresi molekul anti inflamasi dan reseptor β
adrenergik. Kerja dari kortikosteroid pada sel efektor terangkum dalam Tabel 1.14 Selain
pada sel efektor, kortikosteroid intranasal juga berperan dalam menurunkan permeabilitas
pembuluh darah dan produksi mukus.11
Sel-sel Efektor Kerja Kortikosteroid
ANTIHISTAMIN
Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja
histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada reseptor H-1, H-
2, dan H-3. Antihistamin sebagai penghambat dapat mengurangi degranulasi sel mast
yang dihasilkan dari pemicuan imunologis oleh interaksi antigen IgE.
Farmakokinetik AH1
AH1 diabsorbsi dengan baik setelah pemberian peroral dengan kadar maksimum
dalam serum setelah 1-2 jam. AH1 didistribusi ke semua jaringan. AH1 generasi pertama
dapat menembus sawar darah otak. Lama kerja AH1 berkisar antara 4 hingga 6 jam. Akan
tetapi, ada beberapa AH1 yang memiliki lama kerja yang lebih panjang. Tempat
biotransformasi utama adalah hati. Diekskresikan ke dalam urin sebagian besar dalam
bentuk metabolit dan sebagian kecil tidak berubah.
Berikut ini merupakan obat-obat antihistamin yang sering digunakan antara lain:
a. Chlorpheniramine maleat/klorfeniramin maleat (Chlorpenon, Cohistan, CTM)
Merupakan antihistamin sedatif dari golongan alkilamin yang paling poten dan
stabil. Setelah pemberian dosis tunggal per oral, klorfeniramil diabsorbsi dengan baik
dan cepat pada saluran pencernaan, mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 30-
60 menit, melalui metabolisme pertama di hati dan di mukosa saluran pencernaan
selama proses absorpsi, kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh.
Lama kerja dari CTM adalah 4-6 jam. Dosis yang diberikan 4-6 mg peroral dapat
diberikan 3-4x/hari, dengan dosis maksimal 24 mg par hari baik pada anak-anak dan
dewasa.
Sediaan :
- Klorfeniramin elixit : 2mg/5ml: 120 ml, 480 ml
- Klorfeniramin tablet : 2 mg dan 4 mg
- Klorfeniramin retarded tablet : 8 mg dan 12 mg
c. Hidroksizin
Merupakan derivat dari piperazin yang sering digunakan sebagai transquilizer, sedatif,
antipruritus, dan antiemetik. Lama kerja obat ini adalah 6-24 jam dengan dosis pemberian
10-50 mg peroral, setiap 4 jam.
Sediaan
- Hidroksizin tablet : 10 mg, 25 mg, 50 mg, dan 100 mg
- Hidroksizin injeksi : 25 mg/ml, 50 mg/ml
- Hidroksizin sirup : 10 mg/5ml : 240 ml, 480 ml
d. Loratadin
Merupakan trisiklik piperidin long acting yang mempunyai aktivitas yang selektif dengan
efek sedatif dan antikoligernik yang minimal pada dosis yang direkomendasikan,
merupakan antihistamnin yang mempunyai masa kerja yang lama. Loratadin merupakan
long-acting antihistamin dengan lama kerja 24 jam. Dosis yang direkomendasikan 10 mg
dosis oral, pada anak-anak (<30 kg) adalah 5 mg/kg BB dosis tunggal. Meskipn loratadin
tidak mempunyai kontraindikasi pada penderita hati dan ginjal kronis, disarankan untuk
mengurangi dosis yang diberikan.
Sediaan
- Loratadin sirup : 1 mg/ml : 480 ml
- Loratadin tablet : 10 mg
- Loratadin tablet : 10 mg
e. Cetirizine (Zyrtex)
Merupakan metabolit karboksil asid dari hidroksin. Cetirizine dapat menghambat
eosinofil, neutrofil dan basofil dan menghambat IgE serta menurunkan prostaglandin D2.
Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa 10 mg/hari (maksimal 20 mg) dosis tunggal,
pada anak-anak adalah 0,3 mg/kgBB sedangkan pada pasien dengan gangguan ginjal
kronik dan hepar dosis yang diberikan adalah 5 mg/hari. lama kerja cetirizine adalah 12-
24 jam.
Sediaan
- Cetirizine tablet 5 mg, 10 mg
- Cetitirizine sirup 5 mg/5ml : 120 ml
f. Fexofenadine
Merupakan metabolite aktif utama dari terfenadia yang kerjanya sedikit atau tanpa efek
samping antikolinergik dan nonsedatif, serta bersifat non kardiotoksik. Sediaan :
- Feksofenadin kapsul : 30 dan 60 mg
- Feksofenadin tablet : 60 mg
FIRST-GENERATION ANTIHISTAMINES
Ethanolamines
Carbinoxamine (Clistin) 4–8 mg +++ Slight to moderate sedation
Dimenhydrinate (salt of 50 mg +++ Marked sedation; anti-
diphenhydramine) motion
(Dramamine) sickness activity
PATOFISIOLOGI
Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa hidung dan sekresi dari
kelenjar. Diameter resistensi pembuluh darah di hidung diatur oleh sistem saraf simpatis
sedangkan parasimpatis mengontrol sekresi kelenjar. Pada rinitis vasomotor terjadi
disfungsi sistem saraf otonom yang menimbulkan peningkatan kerja parasimpatis yang
disertai penurunan kerja saraf simpatis. Baik sistem simpatis yang hipoaktif maupun
sistem parasimpatis yang hiperaktif, keduanya dapat menimbulkan dilatasi arteriola dan
kapiler disertai peningkatan permeabilitas kapiler, yang akhirnya akan menyebabkan
transudasi cairan, edema dan kongesti.5,6,13,14
PATOGENESIS
Rinitis vasomotor merupakan suatu kelainan neurovaskular pembuluh-pembuluh
darah pada mukosa hidung, terutama melibatkan sistem saraf parasimpatis. Tidak
dijumpai alergen terhadap antibodi spesifik seperti yang dijumpai pada rinitis alergi.
Keadaan ini merupakan refleks hipersensitivitas mukosa hidung yang non – spesifik.
Serangan dapat muncul akibat pengaruh beberapa faktor pemicu.10,11
- adanya paparan terhadap suatu iritan memicu ketidakseimbangan sistem saraf
otonom dalam mengontrol pembuluh darah dan kelenjar pada mukosa hidung
vasodilatasi dan edema pembuluh darah mukosa hidung hidung tersumbat dan
rinore.
GEJALA KLINIS
Gejala yang dijumpai pada rinitis vasomotor kadang-kadang sulit dibedakan
dengan rinitis alergi seperti hidung tersumbat dan rinore. Rinore yang hebat dan bersifat
mukus atau serous sering dijumpai. Gejala hidung tersumbat sangat bervariasi yang dapat
bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain, terutama sewaktu perubahan posisi. 1,2,6,7,11
Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata bila dibandingkan dengan rinitis alergi dan tidak
terdapat rasa gatal di hidung dan mata.1,2,6,7 Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu
bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, dan juga
oleh karena asap rokok dan sebagainya.1 Selain itu juga dapat dijumpai keluhan adanya
ingus yang jatuh ke tenggorok ( post nasal drip ). 11
Berdasarkan gejala yang menonjol, rinitis vasomotor dibedakan dalam 3
golongan, yaitu golongan bersin (sneezers), golongan obstruksi ( blockers ) dan
golongan rinore ( runners). 1
DIAGNOSIS
Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor
dan disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.1 Biasanya penderita tidak mempunyai
riwayat alergi dalam keluarganya dan keluhan dimulai pada usia dewasa.1,6,11
Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran klasik berupa edema
mukosa hidung, konka hipertrofi dan berwarna merah gelap atau merah tua ( karakteristik
), tetapi dapat juga dijumpai berwarna pucat. Permukaan konka dapat licin atau berbenjol
( tidak rata ). Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Akan tetapi
pada golongan rinore, sekret yang ditemukan bersifat serosa dengan jumlah yang
banyak.1,7,11,12 Pada rinoskopi posterior dapat dijumpai post nasal drip. 11
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis
alergi. Test kulit ( skin test ) biasanya negatif, demikian pula test RAST, serta kadar Ig E
total dalam batas normal. Kadang- kadang ditemukan juga eosinofil pada sekret hidung,
akan tetapi dalam jumlah yang sedikit. Infeksi sering menyertai yang ditandai dengan
adanya sel neutrofil dalam sekret.1,2,7,11
Pemeriksaan radiologik sinus memperlihatkan mukosa yang edema dan mungkin
tampak gambaran cairan dalam sinus apabila sinus telah terlibat.1
DIAGNOSIS BANDING11
Rinitis alergi Rinitis vasomotor
Mulai serangan Belasan tahun Dekade ke 3 – 4
Riwayat terpapar allergen ( + Riwayat terpapar allergen ( - )
)
Etiologi Reaksi Ag - Ab terhadap Reaksi neurovaskuler terhadap
rangsangan spesifik beberapa rangsangan mekanis atau
kimia, juga faktor psikologis
Gatal & bersin Menonjol Tidak menonjol
Gatal dimata Sering dijumpai Tidak dijumpai
Test kulit Positif Negatif
Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat
Eosinofil darah Meningkat Normal
Ig E darah Meningkat Tidak meningkat
Neurektomi Tidak membantu Membantu
n. vidianus
Tabel 2. Dikutip dari kepustakaan 11,12
PENATALAKSANAAN
Pengobatan rinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab
dan gejala yang menonjol.
Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam : 1-3,5,6,11-17
1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
- Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi
keluhan hidung tersumbat. Contohnya : Pseudoephedrine dan
Phenylpropanolamine ( oral ) serta Phenylephrine dan Oxymetazoline (
semprot hidung ).
- Anti histamin : paling baik untuk golongan rinore.
- Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore
dan bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang
disebabkan oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit
selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan.
Contoh steroid topikal : Budesonide, Fluticasone, Flunisolide atau
Beclomethasone
- Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan
utamanya. Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray )