Anda di halaman 1dari 13

BAB 21 Audit Siklus Persediaan dan Pergudangan

Memroses Pesanan Pembelian

Siklus persediaan dan pergudangan dimulai dengan akuisisi bahan baku untuk produksi.
Pengendalian yang memadai terhadap pembelian harus diselenggarakan apakah pembelian
persediaan adalah berupa bahan baku suatu perusahaan manufaktur atau barang jadi bagi
perusahaan ritel. Permintaan pembelian adalah formulir yang digunakan untuk meminta
departemen pembelian untuk memesan persediaan. Permintaan tersebut dapat dilakukan oleh
personil ruang penyimpanan bahan baku yang diperlukan, dengan perangkat lunak computer
yang terotomatisasi ketika bahan baku mencapai tingkat yang telah ditentukan terlebih
dahulu, dengan pesanan yang dilakukan atas abahan baku yang diminta unutk memenuhi
pesanan pelanggan, atau melalui pesanan yang dilakukan atas dasar perhitungaan bahan baku
secara periodik.

Menerima Bahan Baku

Penerimaan bahan baku yang dipesan, yang juga merupakan bagian dari siklus akuisisi dan
pembayaran, melibatkan inspeksi atas bahan yang diterima menyangkut kuantitas dan
kualitasnya. Departemen penerimaan akan membuat laporan penerimaan yang menjadi
bagian dari dokumentasi sebelum pembayaran dilakukan. Setelah inspeksi, bahan itu dikirim
ke ruang penyimpanan dan slinan dokumen penerimaan, atau pemebritahuan atau notifikasi
elektronik mengenai penerimaan barang, biasanya diserahkan ke bagian pembelian, ruang
penyimpanan, dan utang usaha. Pengendalian dan akuntabilitas merupakan hal penting unutk
semua transfer tersebut.

Menyimpan Bahan Baku

Setelah diterima, bahan itu biasanya disimpan diruang penyimpanan. Ketika departemen
lainnya memerlukan bahan untuk produksi, personil ruang penyimpanan menyerahkan
permintaan bahan yang telah disetujui secara layak, mengerjakan pesanan, atau dokumen
serupa atau pemberitahuan elektronik yang mengindikasikan jenis dan kuantitas bahan yang
diperlukan. Dokumen permintaan ini digunakan untuk memperbaharui file induk persediaan
perpetual dan mencatat transef dari akun bahan baku kea kun barang dalam proses.
Pembaharuan tersebut dilakukan secara otomatis dalam organisasi yang memiliki sistem
perangkat lunak akuntansi dan manajemen persediaan terintergrasi.

Memroses Barang

Pemrosesan persediaan sangat bervariasi dari perusahaan ke perusahaan. Perusahaan


menentukan item dan kuantitas barang jadi yang akan dibuat berdasarkan pesanan khusus
dari pelanggan, peramalan penjualan, tingkat persediaan barang jadi yang telah ditentukan
sebelumnya, dan operasi produksi yang ekonomis. Departemen pengendalian produksi yang
terpisah sering kali bertanggung jawab untuk menentukan provisi untuk memperhitungkan
kuantitas yang diproduksi, pengendalian atas sisa bahan, pengendalian kualitas, dan
perlindungan fisik bahan dalam proses. Setiap departemen produksi biasanya bertanggung
jawab untuk mereview laporan produksi dan sisa bahan yang dibuat computer, yang
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi akuntansi untuk mencatat transfer bahan dan
menentukan biaya produksi.

Sistem akuntansi biaya yang memadai merupakan bagian penting dari pemrosesan fungsi
barang bagi semua perusahaan manufaktur. Sistem tersebut menunjukkan profitabilitas
relative produk untuk perencanaan dan pengendalian manajemen serta menilai persediaan
untuk menyusun laporan keuangan. Terdapat dua jenis sistem biaya : sistem biaya pekerjaan
dan sistem biaya proses, tetapi terdapat banyak variasi dan kombinasi dari kedua
sistem tersebut.dalam sistem biaya pekerjaan (job cost system), biaya diakumulasikan oleh
setiap pekrjaan ketika biaya dikeluarkan dan biaya tenaga kerja terjadi. Dalam sistem biaya
proses (process cost system), biaya diakumulasikan berdasarkan proses, dengan biaya per
unit untuk setiap proses dibebankan ke produk melalui proses tersebut.

Catatan akuntansi biaya terdiri dari fileinduk, neraca lajur, dan laporan yang
mengakumulasikan biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead berdasarkan pekerjaan atau
proses ketika biaya tersebut dikeluarkan. Ketika pekerjaan atau produk telah selesai, biaya
yang terkait ditransfer dari barang dalam proses ke barang jadi pada laporan departemen
produksi.

Menyimpan Barang Jadi

Ketika barang jadi telah selesai, barang itu ditempatkan diruang penyimoanan menunggu
dikirim. Dalamperusahaan yang memiliki pengendalian internal yang baik, barang jadi
disimpan dibawah pengendalian fisik yang terpisah, disuatu area dengan akses terbatas.
Pengendalian barang sering kali dianggap sebagai bagian dari siklus penjualan dan
penagihan.

Mengirimkan Barang Jadi

Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan penagihan. Pengiriman
actual barang kepada pelanggan dalam pertukaran dengan kas atau aktiva lainnya, seperti
piutang usaha, menciptakan pertukaran aktiva yang diperlukan untuk memenuhi criteria
pengakuan pendapatan. Untuk sebagian besar transaksi penjualan, pengiriman actual
merupakan pemicu untuk mengakui piutang usaha terkait dan penjualan terkait dalam sistem
akuntansi. Jadi, pengiriman barang jadi harus diotorisasi oleh dokumen pengiriman yang
disetujui secara layak.

Bagi banyak perusahaan, terdapat pergerakan barang secara fisik dalam perusahaan ketika
mentransfer persediaan dari bahan baku ke barang dalam proses ke barang jadi. Serupa denga
pengiriman barang jadi, transfer persediaan dalam siklus persediaan dan pergudangan harus
diotorisasi oleh dokumentasi transfer yang layak untuk memastikan keakuratan transfer biaya
antarakun persediaan pada neraca.
Bab 22 Audit Siklus Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali

 Proses Bisnis Klien

Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, berfokus pada akuisisi sumber daya modal
melalui utang berbunga dan ekuitas pemilik dan pembayaran kembali modal tersebut. Siklus
ini juga mencakup pembayaran utang dan dividen.

Empat karakteristik siklus perolehan dan pelunasan kembali modal mempengaruhi secara
siginifikan audit akun-akun berikut :

1. Relatif sedikit transaksi yang mempengaruhi saldo akun, tetapi setiap transaksi seringkali
jumlahnya sangat material. Misalnya, obligasi jarang diterbitkan oleh kebanyakan
perusahaan, tetapi jumlah suatu penerbitan obligasi biasanya besar.

2. Jika tidak dimasukkan satu transaksi tertentu, mungkin jumlahnya akan material.
Misalnya, penghilangan atau salah dibukukan satu transaksi kewajiban tertentu mempunyai
dampak yang material pada laporan keuangan.

3. Terdapat hubungan hukum antara entitas usaha klien dan pemegang saham, obligasi atau
dokumen-dokumen kepemilikan serupa.

4. Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan dividen dengan kewajiban dan
ekuitas. Dalam audit hutang berbunga, diharapkan sekaligus memverifikasi beban bunga
terkait dan hutang bunga.

Adapun empat karakteristik atas siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali akan
memengaruhi audit pada akun-akun berikut:

1. Jumlah transaksi yang memengaruhi saldo akun hanya sedikit, tetapi setiap transaksi
biasanya sangat material
Misalnya, obligasi tidak sering diterbitkan perusahaan, tetapi penerbitan obligasi biasanya
bernilai besar. Nilai yang besar itu membuat auditor sebagai bagian dari verifikasi akun
neraca akan melakukan verifikasi pada setiap transaksi yang memengaruhi siklus dalam
periode berjalan. Jadwal audit dalam kebanyakan akun siklus ini memasukkan saldo awal
pada setiap akun dan setiap transaksi yang terjadi sepanjang tahun dan saldo akhir.

2. Tidak dimasukkannya atau salah saji suatu transaksi bisa sangat material
Hal ini akan mengakibatkan auditor memprioritaskan penekanan pada akun tersebut terutama
pada tujuan audit yang terkait dengan kelengkapan dan akurasi.

3. Muncul hubungan legal antara entitas klien dengan pemegang saham, obligasi, atau
pemilikan dokumen yang sejenis

Dalam audit transaksi dan jumlah dalam siklus ini, auditor harus hati-hati untuk memastikan
apakah persyaratan legal yang memengaruhi laporan keuangan sudah dipenuhi dan disajikan
dengan wajar serta diungkapkan dalam laporan atau belum.

4. Terdapat hubungan langsung antara akun bunga dan deviden dengan utang dan ekuitas

Dalam audit atas bunga berbunga, auditor harus secara berkesinambungan melakukan
verifikasi beban bunga dan utang bunga terkait. Hal ini juga berlaku atas akun ekuitas
pemilik, deviden yang diumumkan, dan utang deviden.

Akun di dalam Siklus Akuisisi Modal dan Pembayaran Kembali Modal


Akun-akun dalam siklus perolehan dan pelunasan kembali modal pada perusahaan tertentu
tergantung pada jenis aktivitas bisnis perusahaan itu dan bagaimana pendanaannya. Seluruh
perusahaan memiliki modal saham dan saldo laba, tetapi ada juga yang memiliki saham
preferen, tambahan modal, dan saham tresuri. Berikut ini adalah siklus-siklus yang seringkali
ditemukan :

1. Wesel bayar
2. Kontrak yang masih harus dibayar
3. Hutang hipotik
4. Hutang obligasi
5. Beban bunga
6. Bunga yang masih harus dibayar
7. Kas Bank
8. Modal saham- Saham biasa
9. Modal saham- Saham preferen
10.Kelebihan modal disetor atas nilai pari (par value)
11.Modal yang disumbangkan
12.Laba ditahan
13.Pencadangan laba ditahan
14.Saham tresuri
15.Dividen yang diumumkan
16.Deviden yang terhutang
17.Akun modal- perusahaan perseorangan
18.Akun modal- perusahaan persekutuan
Wesel Bayar
Wesel bayar adalah kewajiban hukum kepada kreditor, yang tidak dijamin atau dijamin
dengan aktiva. Umumnya wesel diterbitkan untuk suatu periode antara satu bulan dan satu
tahun, tetapi terdapat juga wesel jangka panjang yang lebih dari setahun. Tujuan audit wesel
bayar adalah untuk menentukan apakah berikut ini benar:

 Pengendalian internal atas wesel bayar memadai


 Transaksi untuk pokok pinjaman dan bunga yang melibatkan wesel bayar diotorisasi
dan dibukukan dengan semestinya sebagaimana didefinisikan menurut enam tujuan
audit terkait transaksi
 Kewajiban atas wesel bayar dan beban bunga terkait beserta hutang yang masih harus
dibayar dinyatakan dengan semestinya sebagaimana didefinisikan menurut delapan
dari Sembilan tujuan audit terkait saldo.

Pengendalian Internal
Terdapat empat pengendalian penting atas wesel bayar :

1. Otorisasi yang memadai atas penerbitan wesel baru

Tanggung jawab atas penerbitan wesel baru harus terletak pada dewan direksi atau
manajemen puncak. Biasanya diperlukan dua tanda tangan pejabat tinggi perusahaan untuk
setiap perjanjian pinjaman.

2. Pengendalian yang mencukupi atas pembayaran pokok pinjaman dan bunga.

Pembayaran bunga dan pokok pinjaman harus dikendalikan sebagai bagian dari siklus
perolehan dan pembayaran. Pada saat wesel diterbitikan, bagian akuntansi harus menerima
satu tembusan seperti pada penerimaan faktur dan laporan penerimaan.

3. Dokumen dan catatan-catatan yang memadai.

Hal ini meliputi penyelenggaraan buku tambahan dan pengawasan terhadap wesel-wesel
kosong atau yang telah dibayar oleh petugas yang bertanggung jawab.

4. Verifikasi yang independen secara periodik.

Secara periodik, catatan-catatan wesel yang dibuat terperinci, harus direkonsiliasikan


terhadap buku besar dan dibandingkan dengan catatan pemegang wesel, oleh karyawan yang
tidak bertanggung jawab atas pencatatan kunci. Pada waktu yang sama, karyawan independen
harus menghitung kembali beban bunga wesel untuk menguji keakuratan dan kecukupan
pencatatan.
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian atas transaksi-transaksi wesel bayar akan mencakup penerbitan wesel serta
pelunasan kembali pokok pinjaman dan bunganya. Pengujian audit ini menjadi bagian dari
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk penerimaan kas dan
pengeluaran kas. Pengujian tambahan atas pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi biasanya dilakukan sebagai bagian dari pengujian saldo karena masing-masing
transaksi memiliki materialitas yang tinggi.

Pengujian pengendalian untuk wesel bayar dan bunga terkait harus menekankan pada
pengujian empat pengendalian internal yang telah dibahas di atas. Sebagai tambahan, seorang
auditor harus melakukan verifikasi pencatatan yang akurat terhadap bukti penerimaan dari
pencairan wesel dan pembayaran pokok dan bunga.

 Prosedur Analitis

Prosedur analitis sangat penting dalam wesel bayar karena pengujian transaksi beban bunga
dan utang bunga dapat dihilangkan jika hasilnya menguntungkan. Auditor perlu mengadakan
suatu prediksi independen atas biaya bunga, menggunakan rata-rata wesel bayar yang beredar
dan rata-rata tibgkat bunga agar auditor dapat mengevaluasi kewajaran beban bunga dan
menguji bila ada bunga yang tidak diakui.

Pengujian Terinci atas Saldo


Metodologi untuk mendesain pengujian perincian atas saldo dalam siklus akuisis modal dan
pembayaran kembali sama yang diaplikasikan pada akun lainnya. Dalam menentukan
pengujian perincian saldo untuk wesel bayar, auditor mempertimbangkan resiko bisnis, salah
saji yang dapat diterima, resiko bawaan, resiko pengendalian, hasil pengujian pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi dan hasil prosedur analitis.

Auditor seringkali menetapkan salah saji yang dapat diterima pada tingkat rendah karena
mereka hampir selalu dapat mengaudit saldo akun dan transaksi yang memengaruhi saldo
wesel bayar secara keseluruhan. Khususnya, mereka juga menetapkan resiko bawaan pada
tingkat rendah karena menilaiakun yang benar biasanya mudah ditentukan. Auditor biasanya
paling memerhatikan dalam tujuan kelengkapan untuk saldo wesel bayar dan pengungkapan
wesel bayar seperti jaminan dan batasan wesel bayar.

Adapun tiga tujuan audit terkait saldo yang terpenting dalam wesel bayar adalah sebagai
berikut :

1. Wesel bayar yang ada telah dimasukkan (kelengkapan)

2. Wesel bayar di dalam skedul dibukukan secara akurat (keakuratan)


3. Wesel bayar disajikan dan diungkapkan secara semestinya (penyajian dan peng-
ungkapan).

Oleh karena siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali itu biasanya terdiri dari hanya
sedikit transaksi, maka resiko pengendalian dan hasil pengujian substantif atas transaksi
menjadi tidak terlalu penting dalam mendesain pengujian perincian saldo akun seperti wesel
bayar. Untuk kebanyakan transaksi dalam siklus, pertimbangan utama auditor adalah bahwa
setiap transaksi telah diotorisasi dengan benar.

 Audit Program

EKUITAS PEMILIK
Terdapat perbedaan utama antara audit ekuitas pemilik pada perusahaan terbuka dan
perusahaan tertutup. Pada perusahaan yang tertutup biasanya hanya terdiri atas sedikit
pemegang saham saja sehingga hanya terdapat sedikit transaksi selama tahun berjalan. Satu-
satunya transaksi yang termasuk dalam bagian ekuitas pemilik adalah perubahan ekuitas
pemilik atas laba tahunan atau kerugian dan pengumuman deviden. Perusahaan tertutup
jarang membayar deviden dan auditor tidak banyak menghabiskan waktu untuk melakukan
verifikasi ekuitas pemilik meskipun catatan perusahaan tetap harus diuji.

Sedangkan untuk perusahaan terbuka, verifikasi ekuitas pemilik lebih kompleks karena
terdapat lebih banyak pemegang saham dan banyak perubahan individu pada individu
pemegang saham. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik yang mungkin terjadi adalah
perubahan ekuitas pemilik disebabkan oleh laba atau rugi tahunan serta pembagian dividen.
Tujuan dari pemeriksaan auditor terhadap ekuitas pemilik adalah untuk menentukan apakah:

1. Struktur pengendalian internal terhadap modal saham dan dividen yang berkaitan
mencukupi.

2. Transaksi-transaksi ekuitas pemilik telah dicatat sesuai dengan keenam tujuan spesifik
audit.

3. Saldo-saldo ekitas pemilik telah disajikan dan diungkapkan sesuai dengan tujuan spesifik
audit rincian saldo.

Adapun Pengendalian Internal yang penting dan diutamakan oleh auditor adalah sebagai
berikut:

1. Otorisasi yang memadai untuk transaksi (transaksi material dan harus disetujui oleh dewan
direksi).
2. Pencatatan yang baik dan pemisahan fungsi.

3. Petugas dan agen pemindahan saham yang independen. Perusahaan yang mengeluarkan
sahamnya di pasar modal, diharuskan menggunakan petugas catat bebas sebagai suatu alat
pengendalian untuk mencegah pengeluaran sertifikat saham yang tidak sah.

1.
Audit Atas Dividen
Penekanan pada audit atas dividen adalah pada transaksinya dan bukan saldo akhir, kecuali
jika ada hutang dividen. Keenam tujuan spesifik audit atas transaksi relevan untuk dividen.
Tujuan terpenting dari kontrol terhadap dividen, termasuk yang berkaitan dengan hutang
dividen:

1. Dividen yang dicatat benar ada (eksistensi).


2. Dividen yang ada seluruhnya telah dicatat (kelengkapan).
3. Dividen telah dicatat dengan benar (accuracy).
4. Dividen yang dibayar kepada pemegang saham adalah benar ada (eksistensi)
5. Hutang dividen telah dicatat (kelengkapan).
6. Hutang dividen telah dicatat dengan benar (keakuratan).
Audit Saldo Laba
Untuk memulai audit atas saldo laba, auditor pertama kali perlu menganalisis saldo laba
perusahaan sepanjang tahun. Skedul audit menunjukkan analisis tersebut, yang biasanya
merupakan bagian dari berkas permanen, termasuk deskripsi setiap transaksi yang
memengaruhi akun.

Untuk memenuhi audit atas pengkreditan saldo laba untuk laba bersih tahun berjalan (atau
debet untuk kerugian), auditor dapat menelusuri jurnal pada saldo laba ke laba bersih dalam
laporan laba rugi. Prosedur ini harus dilakukan setelah seluruh jurnal penyesuaian yang
memengaruhi laba bersih telah diselesaikan.

Kemudian setelah auditor yakin bahwa pencatatan transaksi sudah diklasi-fikasikan dengan
benar sebagai transaksi saldo laba, langkah berikutnya adalah memutuskan apakah pencatatan
tersebut dilakukan dengan akurat. Bukti audit yang diperlukan dalam langkah ini adalah
untuk menentukan akurasi bergantung pada sifat transaksi.

Auditor juga harus mengevaluasi apakah terdapat transaksi yang seharusnya dimasukkan
tetapi ternyata tidak ada. Misalnya jika klien mengumumkan deviden saham, maka nilai pasar
yang diterbitkan harus dikapitalisasi dengan cara mendebet saldo laba dan mengkredit modal
saham. Sama halnya jika dalam laporan keuangan terdapat apropriasi saldo laba, maka
auditor perlu mengevaluasi apakah apropriasi itu masih diperlukan seperti tercatat pada
tanggal neraca ataukah tidak.
Audit Atas Laba Ditahan
1. Titik awal audit terhadap laba ditahan adalah analisis terhadap laba ditahan untuk
seluruh tahun yang bersangkutan (meliputi keterangan tentang setiap transaksi yang
mempengaruhi laba ditahan).
2. Audit terhadap pengkreditan atas laba ditahan yang berasal dari laba tahun yang
bersangkutan dilakukan dengan menelusuri jurnal dalam laba ditahan ke dalam laba
bersih pada penghitungan laba rugi. Prosedur ini dilakukan pada saat-saar terakhir
audit seluruh ayat jurnal penyesuaian yang mempengaruhi laba bersih disesuaikan.
3. Setelah auditor yakin bahwa transaksi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
transaksi laba ditahan, langkah berikutnya adalah menentukan apakah nilai transaksi
tersebut benar.
4. Pertimbangan penting lainnya dalam audit laba ditahan adalah menilai apakah ada
transaksi yang seharusnya dimasukan tetapi belum dicacat.
5. Hal penting dalam menentukan apakah laba ditahan diungkapkan dengan benar dalam
neraca adalah keberadaan pembatasan-pembatasan terhadap pembayaran dividen.
Pembatasan-pembatasan ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Bab 23 Audit Saldo Kas

1.Proses bisnis klien

Dalam audit atas kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi saldo laporan
bank oleh klien dengan saldo buku besar, dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam buku
besar merefleksikan dengan benar seluruh transaksi kas yang terjadi sepanjang tahun.
Verifikasi rekonsiliasi klien ke akun saldo bank dan buku besar lebih mudah, tetapi bagian
terpenting dalam total audit dalam perusahaan adalah adanya verifikasi bahwa
pencatatan transaksi kas dilakukan dengan benar. Misalnya, setiap salah saji berikut ini
menghasilkan kesalahan dalam pembayaran atau menyebabkan kesalahan dalam penerimaan
kas, tetapi tak satupun dapat ditemukan dalam audit atas rekonsiliasi bank :

 Kesalahan dalam menagih konsumen


 Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari konsumen sebelumnya
dicatat, dengan akun dianggap sebagai piutang tak tertagih
 Duplikasi pembayaran faktur vendor
 Pembayaran tidak benar atas biaya pribadi pejabat perusahaan
 Pembayaran atas bahan baku yang tidak pernah diterima
 Pembayaran atas karyawan lebih besar daripada jam kerja aktualnya
 Pembayaran atas bunga pada pihak luar jumlahnya lebih besar dibandingkan tingkat
bunga sebenarnya
Seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan sebagai bagian dari pengujian atas rekonsiliasi
bank. Hal ini meliputi :

 Kesalahan dalam memasukkan cek yang tidak dicairkan didalam daftar cek beredar,
meskipun telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas
 Kas yang diterima dari klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi
sudah dicatat dalam penerimaan kas pada tahun berjalan
 Setoran dicatat sebagai penerimaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan pada bank
dibulan yang sama, dan dimasukan dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran dalam
perjalanan
 Pembayaran atas weswl bayar didebet langsung dari saldo bank oleh bank, tetapi tidak
dimasukkan dalam catatan klien.

2.Prosedur Analitis

Pada tahap awal pengujian substantif terhadap kas, pengujian analitik dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang
yang memerlukan audit lebih intensif.
Rasio yang dihitunh tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor
misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Di
samping itu, auditor perlu membandingkan akun kas yang tercantum di neraca dengan
saldo kas pada akhir tahun yang lalu. Perbandingan ini membantu auditor untuk
mengungkapkan :
1. Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
2. Perubahan akuntansi
3. Perubahan usaha
4. Fluktuasi acak, atau
5. Salah saji

3.Penilaian Risiko

Pembagian internal terhadap saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi dalam
dua kategori:
1. Pengendalian terhadap siklus transaksi yang mempengaruhi pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas.
2. Rekonsiliasi bank independen.
Pengendalian utama termasuk pemisahan tugas yang memadai antara fungsi
penandatanganan cek hanya oleh orang yang berwenang, penggunaan cek yang telah
dipranomori diatas kertas khusus, mereview dengan cermat dokumen pendukung oleh
penanda tangan cek sebelum cek ditandatangani, dan verifikasi internal yang memadai. Jika
pengendalian yang mempengaruhi transaksi yang berhubungan dengan kas telah beroperasi
secara efektif, risiko pengendalian akan menurun sebagaimana pengujian audit untuk
rekonsiliasi bank akhir tahun.
Rekonsiliasi bank yang cermat oleh personil klien yang kompeten meliputi tindakan-
tindakan berikut:
1. Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas menyangkut tanggal,
payee atau pihak yang dibayar, dan jumlahnya.
2. Memeriksa cek yang dibatalkan menyangkut tanda tangan, endorsement, dan pembatalan.
3. Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat menyangkut tanggal,
pelanggan dan jumlah.
4. Memeriksa urutan nomer cek, dan menyelidiki cek yang hilang.
5. Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan perbedaan antara nilai buku dan saldo bank
serta memverifikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien.
6. Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas.
7. Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan.
8. Mereview transfer antarbank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian dan pencatatan
yang tepat.
9. Menindaklanjuti cek yang beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran.

4.Tingkat Materialitas
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh
yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam SA Seksi 319
Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan materialitas dalam perencanaan audit, dan penilaian terhadap kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang
berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan
dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua
tingkat berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang
materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :
Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor
menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti
audit dalam pelaksanan audit. Pada saat merencanakan audit, auditor perlu membuat estimasi
materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah dalam laporan keuangan yang
dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit yang diperlukan untuk
menyatakan kewajaran laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi
sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia,
penyimpangan dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu
tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, setiap laporan
keuangan dapat memiliki dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitasnya dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba bersih
sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat didasarkan
pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.
Pertimbangan awal auditor tentang materialitas seringkali dibuat enam sampai dengan
sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Oleh karena itu, pertimbangan tersebut dapat
didasarkan atas data laporan keuangan yang dibuat tahunan. Sebagai alternatif, pertimbangan
tersebut dapat didasarkan atas hasil keuangan satu tahun atau lebih yang telah lalu, yang
disesuaikan dengan perubahan terkini, seperti keadaan ekonomi umum dan trend industri.
Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas. Berikut ini diberikan contoh
beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
a. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 %
sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
b. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ %
sampai 1 % dari total aktiva.
c. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 %
dari total pasiva.
d. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ %
sampai 1 % dari pendapatan bruto.
Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas
pada timgkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas
berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi
keuangan.
Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji (
overstatement ) dalam akun tersebut. Oleh krena itu, akun dengan saldo yang jauh lebih kecil
dibandingkan materialitas seringkali disebut sebagai tidak material mengenai risiko lebih saji.
Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji dalam suatu akun dengan saldo tercatat yang
sangat kecil. Oleh karena itu, harus disadari oleh auditor, bahwa akun yang kelihatannya
bersaldo tidak material, dapat berisi kurang saji ( understatement ) yang melampaui
materialitasnya.
Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan
dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh
dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea kun secara individual. Dalam
melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji
dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun
tersebut.

5.Audit Program
Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus mengakumulasikan bukti
yang cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, sebagaimana dinyatakan dalam neraca,
dinyatakan dan diungkapkan dengan wajar sesuai lima dari keenam tujuan audit-terkait saldo
untuk seluruh pengujian perincian saldo (keberadaan, kelengkapan, akurasi , pisah batas, dan
kecocokan perincian). Hak atas kas umum, klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi
kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas pada akhir tahun sama dengan saldo
akun neraca lainya.

Anda mungkin juga menyukai