Anda di halaman 1dari 14

HERNIA INGUINALIS LATERAL INKARSERATA

01/10/2011
BAB I
STATUS PASIEN

Laporan Kasus Pasien


1.1 Identitas Pasien :
 Nama : Tn. Y
 Umur : 49 tahun
 Alamat : Ngajum
 Kelamin : Laki-laki
 Pekerjaan : Petani
 Status : Menikah
 Pendidikan : SD

1.1.1 ANAMNESA

1. Masuk rumah sakit tanggal : 12 Juli 2011 jam 14.00

2. Keluhan utama : Terdapat benjolan di selangkangan

3. Keluhan penyerta :

Pasien dibawa ke RS dengan keluhan terdapat benjolan di selangkangan, keluhan dirasakan sejak 2
bulang yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh perut kembung dan terasa sakit. Perut kembung
mulai dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sejak perut terasa kembung, pasien juga sering muntal
setelah makan dan minum. Kemudian pasien sempat tidak sadar sebulum dibawa ke RSUD
Kanjuruhan.

4. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami : HT (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-), kejang (-),
peny. Jantung (-)

5. Riwayat penyakit keluarga : HT (-), DM (-), Asma (-), Alergi (-), kejang (-), peny. Jantung (-
)

6. Riwayat kebiasaan : jamu (+), kopi (-), rokok (-)

7. Riwayat pengobatan :–

1.1.2 PEMERIKSAAN FISIK


1. a. Status present

Keadaan umum : cukup

Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 102 x/mnt, suhu : 36,5˚C


RR : 18 x/mnt

1. b. Pemeriksaan umum

Kulit : cianosis (-), ikterik (-), turgor menurun (+)

Kepala :

Mata : anemi -/-, ikterik -/-, edema palpebra -/-

Wajah : simetris

Mulut : stomatitis (-), hiperemi pharing (-), pembesaran tonsil (-)

Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tonsil (-)

Thorax :

Paru : Inspeksi : pergerakan nafas simetris, tipe pernafasan normal, retraksi costae -/-

Palpasi : teraba massa abnormal -/-, pembesaran kel. Axilla -/-

Perkusi : sonor +/+, hipersonor -/-, pekak -/-

Auskultasi : vesikuler +/+, suara nafas menurun -/-, Wh -/-, Rh -/-

Jantung : inspeksi : iktus cordis tak teraba

Palpasi : thrill -/-

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : denyut jantung regular

Abdomen : inspeksi : flat -, distensi (+), gambaran pembuluh darah collateral –

Perkusi : tymnpani

Auskultasi : bising usus –

Massa di inguinal dextra

Ekstremitas : edema -/-

1.2 RINGKASAN
Pasien dibawa ke RS dengan keluhan terdapat benjolan di selangkangan, keluhan dirasakan sejak 2
bulang yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh perut kembung dan terasa sakit. Perut kembung
mulai dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sejak perut terasa kembung, pasien juga sering muntal
setelah makan dan minum. Kemudian pasien sempat tidak sadar sebulum dibawa ke RSUD
Kanjuruhan. Dari Pemeriksaan fisik di dapatkan tensi: 110/70 mmHg, nadi : 102x/mnt, suhu :
36,5˚C, RR: 18 x/mnt, Kulit: turgor menurun, Abdomen : distended, bising usus (-), Massa di
inguinal dextra.

Hasil lab. Tgl 13 Juli 2011

Hb 12,5 gr/dL

Leukosit 5500 /ul

Trombosit 250.000/ul

Masa perdarahn 2’00”

Masa pembekuan 11’00”

GD 108 mg/dL

1.3 RENCANA TINDAKAN

Infuse

Pasang NGT

Antibiotic

Herniotomy

LAPORAN OPERASI
No. Register : 25179
Nama : Tn. Y Alamat : Ngajum
Umur : 49 th IRNA : D
Nama : Ahli bedah : dr. H, Sp. B Asisten: – Perawat : –
Tanggal operasi : 14 Juli 2011
Jaringan yang di :
Pukul operasi : 09.30 ………………………….Excisi Incisi
Dimulai : 09.30
Selesai : 10.30 Dikirim untuk : Pemeriksaan PAYa Tidak
Lama operasi : 1 jam
Jenis anastesi : GA + Intubasi
Diagnosa : Hernia inguinalis LateralisPrabedah
Diagnose : Hernia inguinalis Lateralis InkaserataPasca bedah
Tindakan : 1.
HerniotomyPembedahan 2.
……………………………..3.
……………………….4.
……………………….
Klasifikasi
:Darurat MayorTerencana
5. ……………………… (+) MediumRawat
jalan Minor
Laporan pembedahan
Instruksi : inj. Ketorolac tromethamine 30 mg 4x1Pasca bedah Drip Tramadol
50mg tiap infus

STATUS ANASTESI

KETERANGAN UMUM

Nama penderita : Tn. Y Umur : 49 thn, JK : L , Tgl : 14 Juli 2011

Ahli bedah : dr. H Sp.B Ahli anastesi : dr.W, Sp.An

Ass. Bedah :– Prwt. Anastesi :

Diagnose Pra bedah : Hernia inguinalis Lateralis Jenis pembedahan: Herniotomy

Diagnose pasca bedah : Hernia inguinalis Lateralis Incarserata Jenis anastesi : GA

KEADAAN PRABEDAH

Keadaan umum : gizi kurang/cukup/gemuk/anemis/sianosis/sesak

Tekanan darah :120/80 nadi: 98x/mnt Pernapasan : 20x/mnt, Suhu : 37,2°C, Berat badan :± 60 kg,
Golongan darah :………….

Hb : 12,5 gr%, Lekosit :5500 /uL PVC :………% Lain-lain:………………

Penyakit-penyakit lain: ……………………………STATUS FISIK ASA: 1234 Elektif darurat

PREMEDIKASI : S. Atropin……mg Valium……………mg Petidin…………mg DBP…….mg

Lain-lain……………Jam :………………IMIV Lain-lain Efek: …………


POSISI : Supine/prone/lateral/lithotomic/lain-lain AIRWAY : masker
muka/endotracheal/traheostomi/ lain-lain
TEKNIK ANASTESI : Semi closed/closed/spinal/Epidural/Blok Saraf/Lokal/lain-lain
PERNAPASAN : SPONTAN/ASSISTED/KONTROL

OBAT ANASTESI
1. Metoklopramid 10 mg
2. Fentanyl 50 mg
3. Propofol 100 mg
4. Notrixum 30 mg
5. Propofol 50 mg
6. Propofol 50 mg
7. Morfin 3 mg
8. Ketorolac 30 mg

O2: 3 l/mnt

N2O : 2,5 l/mnt

Cairan pre op: RL 500

DO : RL 1000

DIAGNOSIS

Hernia Inguinalis Lateralis Inkarserata

DISKUSI PENATALAKSANAAN

Anastesi untuk tindakan herniotomy pada pasien ini menggunakan general anastesi dengan teknik
anastesi intubasi. Indikasi intubasi pada pasien ini adalah karena kondisi pasien saat akan di operasi
masih dengan perut distended dan tegang, sehingga resiko muntah akan menjadi lebih besar yang
juga akan mempertinggi resiko aspirasi. Sehingga sebelumnya pasien juga sudah di pasang
Nasogastric tube untuk dekompresi dan mengurangi isi lambung yang nantinya diharapkan dapat
menuunkan resiko muntah dan aspirasi asam lambung kedalam saluran nafas.

Perut yang distended pada pasien ini disebabkan karena proses herniasi yang telah menjadi
inkarserata, dimana pada kondisi ini terdapat obstruksi yaitu usus yang mengalami protusi terjepit
oleh ring dari hernia. Kondisi ini akan menyebabkan menurunnya pasase usus, sehingga pergerakan
udara menjadi terhenti dan tertahan pada daerah konstriksi sehingga usus kecil hingga lambung
akan terisi udara yang gagal keluar akibat proses obstruksi tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
resiko muntah semakin besar yang dimana dapat menyebabkan aspirasi cairan lambung kedalam
saluran nafas.

Preoperatif
Pasien dipasangakan NGT dengan tujuan dekompresi labung dan mengurangi cairan
lambung, makan minum distop dimulai sejak jam 24.00 satu hari sebelum operasi. Keadaan pasien
tampak cukup, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit, suhu 36,4˚C.
Premedikasi

Sebelum obat anestesi diberikan pasien diberi obat premedikasi yaitu metoklopramid 5mg/ml (1
amp) secara intravena,.

Induksi
Obat yang diberikan yaitu Propofol 100 mg yang disuntikkan secara intraven, N2O 2 ltr secara
inhalasi.
Maintenance

Selama operasi berlangsung pasien diobservasi tekanan darah, nadi dan pernapasannya. Pada saat
intubasi, pasien mengalami stridor yang disebabkan karena sekret di saluran nafas yang banyak,
sehingga pasien diberi propofol. 20 menit sebelum operasi selesai pasien diberi ketorolac 30 mg.

Recovery

Setelah operasi selesai dan pasien belum sadar, kemudian dilakukan ekstubasi. Setelah itu pasien
dipindahkan ke ruang recovery dan diobservasi berdasarkan Aldrete Score. Jika Aldrete Score ≥ 8
dan tanpa ada nilai 0 atau Aldrete Score > 9, maka pasien dapat dipindahkan ke bangsal. Pada
pasien ini didapatkan Aldrete Score 9, maka pasien bisa dipeindahkan ke ruang recovery.

NO PENILAIAN NILAI

Merah 0
1. WARNA mudaPucatSianotik

Dapat bernafas 2
dalam dan
batukDangkal
1
namun pertukaran
udara
adekuatApnea atau 0
2. PERNAFASAN obstruksi
Tensi menyimpang
<20% dari
normalTensi 2
menyimpang 20-
3. SIRKULASI 50% dari 1
normalTensi
menyimpang >50% 0
dari normal

2
Sadar, siaga dan
orientasiBangun
1
namun cepat
kembali
tertidurTidak 0
4. KESADARAN berespon

2
Seluruh ekstremitas
dapat
1
digerakkanDua
ekstremitas dapat
digerakkanTidak 0
5. AKTIVITAS bergerak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. HERNIA INGUINALIS
2.1 LATAR BELAKANG

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.

Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya,
misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan
usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai
hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan
dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

Gambar 1. Bagian-bagian Hernia


HERNIA INGUINALIS
Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia abdominalis) adalah hernia inguinalis.
Hernia inguinalis dibagi menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi hernia masuk ke
dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence (annulus inguinalis internus); dan hernia
inguinalis direk (medialis), di mana isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding belakang
kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, sementara
hernia femoralis lebih sering terjadi pada wanita.5

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang didapat. Faktor
yang dipandang berperan kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Tekanan intra abdomen yang
meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai
hernia inguinalis.

Gambar 3. Hernia Inguinalis

Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan berat badan, sering mengangkat benda
berat, atau mengedan. 1,6,7

Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut hernia skrotalis. Hernia ini
harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai
pegangan untuk membedakannya.

2.2 PATOFISIOLOGI

Hernia Inguinalis

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya
desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke
daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis
peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena
testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena
prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia
pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut
melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan
locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat
seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang – barang berat, mengejan.
Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding
rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan
kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat reproduksi pria
dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi sempit dan
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan
perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama
kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis.

Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit dapat
terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang
dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis

2.3 MANIFESTASI KLINIS


 Terdapat benjolan di daerah inguinal dan atau skrotal yang hilang timbul.
 Timbul bila terjadi peningkatan tekanan intraperitoneal misalnya mengedan, batuk-batuk,
tertawa, atau menangis. Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
 Pada pemeriksaan terdapat benjolan di lipat paha atau sampai skrotum pada bayi bila dibuat
menangis atau anak-anak bila diminta untuk mengedan.
 Benjolan menghilang atau dapat dimasukkan kembali ke rongga abdomen.
Pemeriksaan Fisik.
 Adanya nyeri, misalnya:Pasien gelisah dan muntah
 Jari tangan dapat masuk pesibulus spermatikus sampai keanulus inguinalis interus

2.4 PEMERIKSAAN

Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari pemeriksa di dalam skrotum di atas testis
kiri dan menekan kulit skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak untuk
mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan dengan kuku menghadap ke luar dan
bantal jari ke dalam. Tangan kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk
sokongan yang lebih baik.

Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika di lateral masuk ke dalam kanalis
inguinalis sejajar dengan ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin inguinal
eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum pubikum. Cincin eksterna dapat
diperlebar dan dimasuki oleh jari tangan.

Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di dalam kanalis inguinalis, mintalah
pasien untuk memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia,
akan terasa impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada hernia, suruh
pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah hernia itu dapat direduksi dengan tekanan
yang lembut dan terus-menerus pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan
perlahan-lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri.

Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih suka memakai jari telunjuk kanan untuk
memeriksa sisi kanan pasien, dan jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua
teknik ini dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman.

Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal indirek
mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk menentukan apakah ada
bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia
inguinal indirek.

Transluminasi Massa Skrotum

Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum. Struktur
vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya
sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel
atau spermatokel.

2.4 DIFERENSIAL DIAGNOSIS

2.5 PENATALAKSANAAN
1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy,
yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

a. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.

b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya
residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil
anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m. oblikus internus abdominis yang
dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini,
atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus internus abdominis ke
ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang
diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.

1. ANESTESI UMUM (GENERAL ANESTHESIA)


2.6 Definisi :

Anestesi merupakan suatu peristiwa hilangnya sensasi, perasaan nyeri bahkan hilangnya kesadaran
sehingga memungkinkan dilakukan pembedahan. Tujuan anestesi yaitu :

 Hipnotik
 Analgesi
 Relaksasi otot

ANESTESI UMUM

Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri / sakit secara sentral disertai hilangnya
kesadaran dan dapat pulih kembali (reversible). Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik,
analgesi, dan relaksasi otot. Cara pemberian anestesi umum :

1. Parenteral (intramuscular/intravena). Digunakan untuk tindakan yang singkat atau induksi


anestesi. Umumnya diberikan thiopental, namun pada kasus tertentu dapat digunakan ketamin,
diazepam, dll. Untuk tindakan yang lama anestesi parenteral dikombinasikan dengan cara lain.

2. Parekteral. Dapat dipakai pada anak untuk induksi anestesi atau tindakan singkat.

3. Anestesi inhalasi, yaitu anestesi dengan menggunakan gas atau cairan anestesi yang mudah
menguap (volaitile agent) sebagai zat anestetik melalui udara pernafasan. Zat anestetik yang
digunakan berupa campuran gas (dengan oksigen) dan konsentrasi zat anestetik tersebut tergantung
dari tekanan parsialnya. Tekanan parsial dalam jaringan otak akan menentukan kekuatan daya
anestesi, zat anestetika disebut kuat bila dengan tekanan parsial yang rendah sudah dapat memberi
anestesi yang adekuat.

2.7 Obat-obat yang digunakan :


 Propofol

Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi berisi 10% minyak kedelai, 2,25% gliserol
dan lesitin telur. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Propofol
(diprivan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu bersifat isotonic dengan
kepekatan 1% (1 ml = 10 mg). Suntikan intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa
detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.

Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan untu anestesia intravena total 4-12
mg/kg/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intesif 0,2 mg/kg. Pengenceran propofol hanya boleh
dengan dekstrosa 5%. Pada manula dosis harus dikurangi, pada anak < 3 tahun dan pada wanita
hamil tidak dianjurkan. Sebaiknya menyuntikkan obat anestetik ini pada vena besar karena dapat
menimbulkan nyeri pada pemberian intravena.

 Opioid

Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dosis tinggi. Opioid tidak
menggangu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan kelainan
jantung. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis induksi 20-50 mg/kg dilanjutkan dengan
dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.

1. INTUBASI ENDOTRACHEAL
2.8 Pengertian :

Intubasi endotracheal adalah tindakan untuk memasukkan pipa endotracheal ke dalam trachea.

2.9 Tujuan :
1. Pembebasan jalan napas
2. Pemberian napas buatan dengan bag and mask
3. Pemberian napas buatan secara mekanik (respirator)
4. Memungkinkan penghisapan sekret secara adekuat
5. Mencegah aspirasi asam lambung (dengan adanya balon yang dikembangkan)
6. Mencegah distensi lambung.
7. Pemberian oksigen dosis tinggi.
2.10 Indikasi :
1. Ada obstruksi jalan napas bagian atas
2. Pasien memerlukan bantuan napas dengaan respirator.
3. Menjaga jalan napas tetap bebas
4. Pemberian anestesi seperti pada operasi kepala, leher, mulut, hidung, tenggorokan, operasi
abdominal dengan relaksasi penuh dan operasi thoracotomy.
5. Terdapat banyak sputum (pasien tidak mengeluarkan sendiri)
2.11 Jenis intubasi :
1. Intubasi oral
2. Intubasi nasal

2.12 Cara intubasi :


a. Awake intubasi (sadar)

b. Sleep intubasi apnea dan non apnea.


2.13 Komplikasi :
1. Ringan: Tenggorokan serak, kerusakan pharyng, muntah, aspirasi, gigi copot / rusak.
2. Serius : Laringeal edema, obstruksi jalan napas, ruptur trachea perdarahan hidung, fistula
tracheoesofagal granuloma, memar, laserasi akan terjadi dysponia dan dysphagia bradi
kardia, aritmia, sampai dengaan cardiac arrest.

2.14 Penyulit :
1. Leher pendek
2. Fraktur servical
3. Rahang bawah kecil
4. Osteoarthritis temporo mandibula joint
5. Trismus
6. Ada masa di pharing dan laring
2.15 Hal-hal yang harus didokumentasikan:
1. Tanggal pemasangan, siap yang memasang
2. Nomor OTT / ETT. Rumus { (umur dlm tahun + 4) / 4 }
3. Jumlah udara yang dimasukkan pada balon
4. Batas masuknya NTT / OTT
5. Obat-obat yang diberikan
6. Respon pasien / kesulitan yang terjadi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pasien Tn.Y dibawa ke RS pada tanggal 12 juli 2011 dengan keluhan terdapat benjolan di
selangkangan, keluhan dirasakan sejak 2 bulang yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh perut
kembung dan terasa sakit. Perut kembung mulai dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Sejak perut
terasa kembung, pasien juga sering muntal setelah makan dan minum. Kemudian pasien sempat
tidak sadar sebulum dibawa ke RSUD Kanjuruhan. Dari Pemeriksaan fisik di dapatkan tensi: 110/70
mmHg, nadi : 102x/mnt, suhu : 36,5˚C, RR: 18 x/mnt, Kulit: turgor menurun, Abdomen : distended,
bising usus (-), Massa di inguinal dextra.

Pasien didiagnosa Hernia Inguinalis Lateralis Lateralis Inkarserata dan direncanakan herniotomy.
Pada operasi herniotomy, jenis anestesi yang digunakan adalah general anestesia dengan intubasi.
Intubasi dilakukan atas indikasi distended abdomen yang membuat resiko aspirasi semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : EGC, 2004. pp. 519-
37
2. Anonim. Hernia. www.burrill.demon.co.uk . Diakses tanggal 23 September 2007
3. Mulyana S. Hernia inguinalis. http://medlinux.blogspot.com . Diakses tanggal 21 September
2007
4. Anonim. Hernia. http://hernia.tripod.com . Diakses tanggal 23 September 2007
5. Anonim. Inguinal hernia. http://en.wikipedia.org . Diakses tanggal 23 September 2007
6. Anonim. Inguinal hernia. http://www.mayoclinic.com . Diakses tanggal 22 September 2007
7. Anonim. What is an inguinal hernia. http://health.yahoo.com . Diakses tanggal 23 September
2007
8. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Alih Bahasa : Lukmanto P, Maulany R.F, Tambajong
J. Jakarta : EGC, 1995. pp. 276-8
9. Dobson, M.B.,ed. Dharma A., Penuntun Praktis Anestesi, EGC, 1994, Jakarta.
10. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, Anestesiologi, 1989, Jakarta.5-
41.

Anda mungkin juga menyukai