Anda di halaman 1dari 37

an dalam Pengukuran Fisika

Ketidakpastian dalam Pengukuran Fisika – Pengetahuan mengenai ketidakpastian


pengukuran ini bertujuan agar personal yang berkompetensi mengenal konsep dasarnya.
Disamping itu, dapat mengetahui juga batasan-batasan (range) yang diperlukan dalam
melakukan perhitungan, baik itu oleh laboratorium penguji ataupun laboratorium kalibrasi.

Memang peran ketidakpastian pengukuran sangat penting guna menjaga mutu hasil uji agar
penyajian data terukur betul-betul dapat dipertanggungjawabkan. Terlebih lagi bagi laboratorium
penguji/kalibrasi yang telah menggunakan sistem manajemen mutu laboratorium ISO/IEC
17025:2008 dan ISO 15189.

Konsep Dasar Ketidakpastian Pengukuran


1). Pengukuran Kuantitatif
Sesungguhnya nilai yang diperoleh pada pengukuran kuantitatif merupakan suatu perkiraan
terhadap nilai benar (true value) dari sifat yang diukur.
2). Faktor-faktor yang mempunyai kontribusi pada penyimpangan nilai benar :
• Ketidaksempurnaan alat uji / alat ukur
• Ketidaksempurnaan metode pengujian/pengukuran
• Pengaruh personil (operator)
• Kondisi lingkungan
3). Hasil pengukuran kuantitatif merupakan perkiraan saja, namun demikian berguna untuk
mengecek mutu produk.
4). Hasil analisis kuantitatif harus dapat diterima oleh semua pengguna.
5). Untuk meningkatkan mutu hasil analisis harus ada indikator mutu yang memenuhi syarat
antara lain :

 Dapat diterapkan secara universal


 Tetap / sesuai
 Dapat diukur
 Mempunyai arti yang jelas

Dari beberapa konsep diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator yang memenuhi syarat
tersebut adalah ketidakpastian.

Ketidakpastian

Definisi ketidakpastian (uncertainty) adalah parameter yang menetapkan rentang nilai yang
didalamnya diperkirakan terletak nilai kuantitas yang diukur.
Jadi bisa diartikan bahwa hasil pengukuran kuantitatif tidak tepat bila dilaporkan sebagai satu
angka atau nilai tunggal, misalnya “pH = 3,7”.
Dari hasil pengukuran tersebut kita tidak yakin bahwa nilai tersebut benar, namun akan lebih
yakin jika nilai tersebut adalah nilai perkiraan .
Jika customer yang mengujikan menghendaki pada nilai benar maka cara yang terbaik adalah
dengan melaporkan rentang nilai yang merupakan batas-batas perkiraan yang mana nilai benar
tersebut berada dalam rentang itu.
Nah, dari maksud inilah didalam menentukan dan menghitung rentang nilai disebut menentukan
nilai ketidakpastian.
Kesalahan (error)
Definisi dari kesalahan (error) adalah perbedaan antara hasil individual dengan nilai benar.
Sebenarnya nilai benar tidak diketahui, jadi kesalahan juga tidak diketahui dengan pasti. Dalam
hal ini ketidakpastian dan kesalahan adalah dua konsep yang sangat berbeda.

Berdasarkan penggolongannya, ‘kesalahan’ dapat dibagi menjadi 2 yaitu kesalahan acak dan
kesalahan sistematik.

1. Kesalahan acak (random error) adalah kesalahan yang bersumber dari variasi yang
bersifat acak dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan pengukuran.
Faktor kesalahan acak ini sebenarnya dapat dikurangi dengan melakukan banyak
pengulangan pengukuran.
2. Kesalahan Sistematik (systematic error) atau ‘bias’ sifatnya konstan atau dapat
bervariasi yang dapat diramalkan. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan cara
pengulangan pengukuran. Walau dapat dikoreksi, tetapi tidak bisa tepat atau eksak. Pada
prinsipnya kita tidak bisa mengelak dari adanya ketidakpastian pada kesalahan sistematis
ini. Jika kita mengetahui faktor kesalahan ini, sangatlah bermanfaat karena dapat
digunakan untuk koreksi hasil pengukuran yang juga harus diperkirakan. Nah, dari
perkiraan itu dapat digunakan untuk perhitungan ketidakpastian.

Akurasi dan Presisi


Akurasi adalah kedekatan kesesuaian antara hasil pengukuran dengan nilai benar dari kuantitas
yagg diukur. Akurasi ini menyatakan ukuran seberapa dekat hasil pengukuran terhadap nilai
benar yang diperkirakan.
Sedangkan presisi adalah kedekatan suatu rangkaian pengukuran berulang satu sama lain.
Presisi merupakan ukuran penyebaran / dispersi suatu kumpulan hasil pengukuran. Disamping
itu presisi diterapkan pada pengukuran berulang tanpa menghiraukan letak nilai rata-rata
terhadap nilai benar.
Presisi sendiri diukur dalam bentuk replicability, repeatability, reproducibility.
Variabel replicability repeatability reproducibility
Sub spl S/B S/B S/B
Sampel S S S
Analis S 1 B& B
Alat S 2S B
Hari S S/B
Lab S S B

Estimasi Ketidakpastian
Melalui pendekatan sistematik, garis besar estimasi/evaluasi ketidakpastian adalah
mengkuantitasikan kesalahan dan mengkombinasikan (menggabungkan) kesalahan-kesalahan
tadi.
Proses estimasi sendiri meliputi 5 tahapan :
1) Penetapan spesifik
2) Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian
3) Menentukan ketidakpastian baku
4) Penggabungan ketidakpastian baku dan
5) Perhitungan ketidakpastian yang diperluas
1). Penetapan spesifikasi
Maksudnya adalah kuantitas yang diukur atau diuji didefinisikan, artinya diberi spesifikasi dalam
bentuk formula atau persamaan.
Misalnya : konsentrasi = berat / volume larutan
2). Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian
Ketidakpastian pengukuran bersumber dari :
– Kesalahan acak
– Kesalahan sistematik
Uraian dari 2 hal tersebut telah dipaparkan diatas.
Sumber-sumber ketidakpastian harus diidentifikasi secara individual, sebelum menentukan
ketidakpastian pengukuran secara menyeluruh.
Jika kita masuk pada bab estimasi (kuantifikasi) ketidakpastian yang bersumber dari individual
maka estimasi ini akan melalui 2 tipe evaluasi yaitu evaluasi tipe A dan evaluasi tipe B.
Evaluasi tipe A.
– Merupakan evaluasi komponen acak (random)
– Nilai ketidakpastian diperoleh dari pengukuran berulang (via eksperimen)
– Nilai ketidakpastian baku = μ = deviasi standar
Evaluasi tipe B
– Merupakan evaluasi komponen random + sistematik
– Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
– Nilai ketidakpastian diperoleh dari sumber informasi, misal :
– Sertifikat kalibrasi
– Spesifikasi alat / bahan
– Handbook
– Catalog
3). Penentuan Nilai ketidakpastian baku
a). μ = Quoted Ucertainty / faktor cakupan,
Jika QU sebagai faktor cakupan x deviasi standar
b). μ = QU/2
Jika Q.U. dinyatakan pada tingkat kepercayaan 95 %, populasi data memiliki distribusi
normal
c). μ=QU/√3
jika kita yakin bahwa kesalahan yang lebih besar lebih mungkin terjadi, populasi data memiliki
distribusi rectangular.
d). μ=QU/√6
jika yakin bahwa kesalahan yang lebih kecil lebih mungkin terjadipopulasi data memiliki
distribusi triangular.
4). Kombinasi (penggabungan) ketidakpastian baku
Semua ketidakpastian baku dari masing-masing sumber individual dikombinasikan/digabungkan
agar didapat nilai ketidakpastian yang menyeluruh.
Terdapat 3 aturan untuk melakukan proses penggabungan :
Aturan 1
Untuk penjumlahan atau pengurangan
Model : Y = a + b + c (a,b,c bisa positif atau negatif)
Model : Y = a + b + c (a,b,c dapat positip atau negatip)
Ketidakpastian baku gabungan :
μy = √ [ μa2 + μb2 + μc2 ]
Contoh :
Y=a+b+c
a = 9,27 μa = ± 0,011
b = -2,33 μb = ± 0,013
c = 5,11 μc = ± 0,012
μy = √ [ μa2 + μb2 + μc2 ]
Y = 9,27 + (-2,33) + 5,11 = 12,05
μy = √ [0,0112 + 0,0132 + 0,0122]
= √ [0,000121 + 0,000169 + 0,000144]
= √ 0,000434
= ± 0,020833
Y = 12,05 ± 0,02
Aturan 2
• Perkalian atau pembagian
Y = a.b.c atau Y = a/b.c
• Ketidakpastian baku gabungan :
μy = Y √ [ (μa /a)2 + (μb/b)2 + (μc /c)2 ]
Contoh :
Y = a.b.c.
• μy = Y √ [ (μa /a)2 + (μb/b)2 + (μc /c)2 ]
Y = 9,27 X – 2,33 X 5,11 = -110,3714
• μy =
-110,3714 √ [(0,011 /9,27)2+(0,013/-2,33)2+(0,012 /5,11)2 ]
μy = ± 0,6808
Y = -110,37 ± 0,68
Aturan 3
• Pangkat :
Y = an ( a = yang diukur, n = bil tetap)
• Ketidakpastian baku gabungan :
μy = (nY μa ) / a
Persamaan Umum
Jika tidak dapat menggunakan ketiga aturan di atas, maka digunakan persamaan :
• μy = √ [ (dy /dp)2 x (μb/Y)2 + (dy /dq)2 x(μQ /Y)2 ]
5). Ketidakpastian Yang Diperluas
U = μC x k
k : faktor cakupan
Nilai k = 2
(ini yang umum digunakan, distribusi normal 95%)

Kata Kunci :

ketidakpastian pengukuran,ketidakpastian dalam pengukuran,rumus


ketidakpastian,Ketidakpastian,ketidakpastian pengukuran dalam fisika,pengukuran dan
ketidakpastian,pengertian ketidakpastian pengukuran,#####################,pengukuran
dasar dan ketidakpastian pada hasil pengukuran,ketidakpastian hasil pengukuran

Pengukuran dan Ketidakpastian

Pengukuran dan Ketidakpastian


Nama : Achmad burhanuddin
Nim/ kelompok : 011.11.02/ A
Jurusan : Teknologi pengolahan sawit

Institut Teknologi dan Sains Bandung

 Tujuan praktikum
Melalui praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menggunakan alat ukur dasar
2. Memahami sifat besaran yang diukur
3. Memahami dasar – dasar ketidakpastian dalam suatu pengukuran
4. Menghitung besaran fisika dengan nilai ketidakpaastiannya

 Alat dan bahan

Alat- alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah:
1. Penggaris
2. Voltmeter
3. Jangka sorong
4. Mikrometer sekrup
5. Termometer
6. Balok logam
7. Timbangan
8. Silnder logam
9. Stopwach
10. Bejana plastik
11. Jam tangan
 Teori dasar
Setiap pengukuran tidak pernah tetap dan mempunyai taksiran nilai. Mengukur adalah
membandingkan suatu besaran yang dimiliki suatu alat yang besarannya sejenis dengan cara
membaca skala.
Tujuan pengukuran adalah menentukan nilai besaran ukur. Hasil pengukuran merupakan
nilai taksiran besaran ukur. Karena hanya merupakan taksiran maka setiap hasil pengukuran
mempunyai kesalahan.
Banyak alat pengukur yang bisa digunakan, contohnya: mistar, timbangan, thermometer,
jangka sorong, micrometer sekrup, dll. Sedangkan Yang diukur adalah besaran-besaran fisika,
yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Contoh: panjang, massa dan waktu
Dalam melakukan pengukuran pasti terdapat kesalahan, baik kesalah alat maupun
kesalahan si pengukur. Dengan kata lain pasti akan ada ketidakpasitian dalam pengukuran.
Kesalahan adalah penyimpangan nilai ukur dari nilai benar. Kesalahan pengukuran ada tiga
macam:
1. Kesalahan Sistematis
a. Kesalahan Kalibrasi (Faktor alat)
Penyesuaian kembali perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar akurasi
semula.
b. Kesalahan Titik Nol (0)
Hal ini terjadi karena titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk.
c. Kelelahan Alat
Dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga alat tidak akurat lagi. Contoh: pegas
yang mulai mengendur; jarum penunjuk pada voltmeter bergesekan dengan garis skala.
d. Kesalahan Paralaks/Paralax (Sudut Pandang)
Ketika membaca nilai skala, pembaca berpindah tempat / tidak tepat melihatnya / obyek
yang dilihat berbeda dengan obyek pertama yang diamati.
e. Kondisi Lingkungan
Ketika melakukan pengukuran, kondisi lingkungan berubah sehingga tidak bisa dilakukan
pengukuran seperti biasa.

2. Kesalahan Rambang (Kesalahan yang Tidak Dapat Dikendalikan)


Disebabkan karena adanya sedikit fluktuasi pada kondisi-kondisi pengukuran . contoh fluktuasi
tegangan listrik; gerak brown molekul udara; landasan obyek bergetar.

3. Keteledoran Pengamat
Keterbatasan pengamat dalam membaca hasil pengukuran.

Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam fisika untuk
memperoleh hasil/data dari suatu pegukuran yang akurat dan dapat dipercaya. Suatu pengukuran
selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya
nilai skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya
gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling
mempengaruhi serta ketrampilan pengamat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran :


1. Nilai Skala Terkecil Alat Ukur
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi, inilah yang
disebut nilai skala terkecil (NST).

2. Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal


Pada pengukuran tunggal ketidakpastian umumnya digunakan bernilai setengan dari NST. Untuk
suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya adalah :
∆X = 1/2 NST
dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai :
X = X ± ∆X
Sedangkan yang dikenal sebagai ketidakpastian relatif adalah:
KTP relatif = ∆X /X
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai
X = X ± KTP relatif x 100 %

3. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Menggunakan Kesalahan 1/2 – Rentang


Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran tunggal.
Kesalahan 1/2 – Rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada
pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut :
a. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n buah, yaitu X1, X2, ..., Xn
b. Cari nilai rata-ratanya yaitu Xrata-rata = X1 + X2 + X3 +.........../ n
c. Tentukan Xmax dan Xmin dari kumpulan data X tersebut dan ketidakpastiannya dapat
dituliskan : ∆X =( Xmax - Xmin)/2
d. Tuliskan hasilnya sebagai : X = Xrata-rata ± ∆X

4. Angka Berarti (Significant Figures)


Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil akhir
pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relatif ( dalam % ). Semakin kecil KTP relatif maka
semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan.
Hubungan antara KTP relatif dan AB adalah sebagai berikut :
AB = 1 – log (KTP relatif)
5. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)
Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian, maka
variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perambatan
ketidakpastian. Perambatan ketidakpastian dapat dilihat pada Daftar berikut :

Variabel ...............Operasi............Hasil.............Ketidakpastian
...............................Penjumlahan.... p = a + b........∆p = ∆a + ∆b
a ± ∆ a....................Pengurangan ....q = a - b .........∆q = ∆a + ∆b
b ± ∆b ....................Perkalian ..........r = a x b ........∆r/r = ∆a/a + ∆b/b
...............................Pembagian....... s = a/b ..........∆s/s = ∆a/a + ∆b/b
.............................. Pangkat............ t = a^n ..........∆t/t = n∆a/a
Nilai suatu besaran termasuk besaran lazim dituliskan dalam bilangan desimal dengan
pangkat dari bilangan dasar 10. Banyaknya angka yang dipakai dalam penulisan disebut angka
berarti (AB). Sebagai contoh,penulisan yang lazim dipakai adalah sebagaimana ditunjukkan
dalam tabel 2. Misal,untuk suatu nilai 1,4273x10⁵,dituliskan sebagai:

Tabel 1.
AB Ketidakpastian Relatif (%) Penulisan
5 0,05 (1,4273 ± 0,0005) x
4 0,5 (1,427 ± 0,005) x
3 5 (1,43 ± 0,05) x
2 10 (1,4 ± 0,1) x

 Pengolahan Data

1.Penentuan Nilai Skala Terkecil (NST) dan ketidakpastian suatu alat ukur.
Tabel 1.
Nama Alat NST Ketidakpastian
 Penggaris
Inci :
Dari 1- 3 inci 0,3125 0,01525
Dari 3-4 inci 0.01565 0,0078125
Dari 4-12 inci 0.0625 0,01325
Ngka Cm:
Dari 1-10 cm 0.05cm 0,025cm
Dari10-30 cm 0,1cm 0,5cm
 Jam tangan 1 sekon 0,5 sekon

 Voltmeter 1 volt 0,5volt

 Timbangan 0,01 gram 0.005 gram

 Jangka sorong 0,02 mm 0,01 mm

 Mikrometer sekrup 0,01mm 0,005 mm

 Termometer suhu 1˚C 0,5˚C

 Stopwacth 0,01 sekon 0,005 sekon

2. penentuan nilai pengukuran


Tabel 2.
Besaran yang diukur nilai
Periode degup jantung 0,85 ± 0,005 sekon
Massa balok 67,29 ± 0.05 gram
Massa silinder 71,55 ± 0.05 gram
Tegangan listrik PLN 232,8 ± 4,5 volt

3. menentukan volume
Tabel 3.

dimensi Balok dimensi Silinder


P 60,02 ± 0,02 mm3 D 50,46 ± 0,01 mm3
L 20,22 ± 0,01 mm3 T 600,04±0,01 mm3
t 19,47 ± 0,02 mm3
V 23028,82 ± 5,68 V 9391,46 ± 61,85 mm3
mm3

 Analisis Data

1. Pada tabel 1 diatas merupakan tabel penentuan nilai skala terkecil(NST) dan ketidakpastian,
NST adalah nilai skala yang ada dalam suatu alat ukur terkecil yang bisa di gunakan untuk
mengukur suatu benda atau objek . sedangkan ketidakpstian adalah toleransi yang kita berikan
saat pengukuran dilaksanakan yang biasanya didapatkan setengah dari NST. Untuk lebih jelas
bisa dilihat dari tabel berikut :
Tabel menentukan NST dan ketidakpastian
Nama alat NST Ketidakpastian ( NST/2 )

Voltmeter 1 volt 1/2 = 0,5 volt

Timbangan 0,01 gram 0,01/2 = 0,005 gram

termomoter 1˚C ½ = 0,5˚C

2. Pada tabel 2 diatas merupakan tabel penentuan nilai ukur , dalam tabel tersebut adad 2 macam
pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran sekali dan pengukuran berkali – kali ,
 untuk pengukuran sekali dalam mementukan ketidakpastian sama dengan tabel 1 . yaitu
setengah dari NST.
∆X = 1/2 NST
dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai :
X = X ± ∆X
 sedangkan untuk pengukuran berkali kali nilai ketidakpastian bisa dicari dengan cara yaitu
menggunakan setengah dari nilai tertinggi pengukuran dikurangi dengan nilai terendah
pengukuran.
dengan penulisan hasilnya sebagai : X = Xrata-rata ± ∆X
nb : Xrata-rata = X1 + X2 + X3 +.........../ n
berikut ini perhitungannya :
 perhitungan sekali untuk periode degup jantung yaitu alat yang digunakan adalah stopwach yang
memiliki NST = 0.01 sekon sehingga diperoleh ketidakpastian ½ dari NST yaitu 0,05
setelah dilakukan ternyata degup jantung temen sekelompok adalah 85 sehngga hasil akhr bisa di
tuliskan
T= X±∆X
= 85* 0.01 ± 0.05
= 0,85 ± 0.05 sekon

Perhitungan ini sama juga untuk massa balok dan silinder yang sama sama pengukuran sekali.

 pengukuran berkali –kali


untuk pengukuran tegangan listrik PLN, pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali dan diperoleh
data : 234,233, 229, 238, 230
V rata- rata = 234+233+229+238+230/ 5
= 232,8 volt
∆X= 238-229/2
= 4,5 volt
3. menentukann volume
Balok Silinder
Panjang Lebar Tinggi diameter Tinggi
60,02 20,22 19,48 10,08 120,00
60,00 20,22 19,46 10,10 120.02
60,02 20,24 19,46 10,08 120,00
60,02 20,24 19,48 10,10 120,02
60,04 20,22 19,48 10,10 120,00

Ʃp = 300,1 Ʃl Ʃt = 97,36 Ʃt =50,46 Ʃt =600,04


=101,14

P rata- rata = 300,1 / 5 d rata – rata= 50,46/5


= 60,02 = 10,09
L rata – rata = 101,14/5 t rata rata = 600,04/5
= 20,22v = 120,00
T rata- rata = 97,36/5
= 19,47

∆p= 60,04-60,00/2 ∆d = 10,10-10,08/2


= 0,02 = 0,01
∆l= 20,24-20,22/2 ∆ t = 120,02 – 120,00/2
= 0.01 = 0,01
Volume balok
V=pxlxt
= 60,02 x20,22 x 19,47
= 23628,87

ΔL = 0,40

ΔV = 5,05
Volume silinder

V = .D2.t

= x 10,092 x 120,00
= 9391,46 mm3

=
ΔV = 61,85 mm3
4. Rapat massa Balok dan Silinder
1. Rapat Jenis Balok
ρ=
=
= 2,92 x 10-4 gr/mm3
= 2,92 x 10-7 gr/cm3

Δρ = 2,69 x 10-7 gr/mm3


= 2,69 x 10-10 gr/cm3

2. Rapat masa Silinder


ρ=
=
= 7,61 x 10-3 gr/mm3
= 7,61 x 10-6 gr/cm3

Δρ = 3,7 x 10-5 gr/mm3


=
3,7 x 10-8 gr/cm3
Jadi rapat massa silinder adalah 7,61 x 10-6 ± 3,7 x 10-8gr/cm3

 Kesimpulan

 Pengukuran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui nilai suatu benda
 Dalam menentukan suatu besaran digunakan alat bantu pengukuran yang mana tiap alat
memiliki ketelitian yang berbeda – beda
 Suatu alat ukur memiliki nilai skala yang terkecil yang mana skala tersebut menunjukkan
kemampuan terkecil yang bisa di ukur oleh suatu alat itu, semakin kecil nilainya maka alat itu
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, dan sebaliknya
 Hasil suatu pengukuran biasanya sangat sulit untuk menentukan keakuratannya sehingga ada
nilai ketidakpastian yang digunakan .

 Referensi :
Suparno satira.dkk, modul praktikum fisika dasar , deltamas . 2011
www. Scrbd.com( tanggal akses 05 desember 2011)
www. Veethe.blogspot.com (tanggal akses 05 desember 2011)

download materi ini disini

Posted by Achmad Burhanuddin at 11:54 PM


Labels: Fisika Dasar

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Islamic Calendar

Total Pageviews
138220

Islamic Widget

Popular Posts
 Reaksi Saponifikasi ( Pembuatan Sabun ),,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (C-XII-10.01) “Pembuatan sabun” DOSEN


PENGAMPU : Dr. Endang Kumolowati, M.Si., Apt. DI...

 Pengukuran dan Ketidakpastian

Pengukuran dan Ketidakpastian Nam...

 Penentuan Bilangan Asam


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR “ PENENTUAN BILANGAN ASAM
MINYAK SAWIT DAN MINYAK KELAPA ” DOSEN PENGAMPU : Dr. Endang
Kumolowati, M...

 Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Tenaga Kerja

Secara umum faktor tersebut adalah 1. Beban Kerja a. Fisik b. Mental 2. Kapasitas Kerja
a. Ketrampilan b. Kesegaran jasmani ...

 Kepolaran Senyawa

Kepolaran Senyawa I. Tujuan Membedakan s enyawa – s enyawa y ang b ersifat p olar d


an n onpolar II. Dasar Teori Setiap unsur m...

 Macam – Macam Alat Ukur Aliran Fluida

FlowMeter Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan
aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluid...
dikarenakan tidak tersedianya alat tersebut pada saat berangsungnya
percobaanA d a p u n y a n g m e n y e b a b k a n k a m i t i d a k
m e l a k u k a n p e r c o b a a n d e n g a n menggunakan piknometer adalah
karena alat tersebut tidak tersedia saat tersebut.D a l a m m e n g u k u r b e r a t
j e n i s z a t p a d a t b e r b e n t u k b a l o k , d a t a y a n g diperlukan untuk kita
cari adalah volume dan massa balok tersebut, di mana untuk me n c a r i
v o l u me n ya d i p e r l u k a n d a t a p a n j a ng , l e b a r , d a n t i n gg i d a r i b a l o k
itu.R u m u s y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e n e n t u k a n b e r a t j e n i s
s u a t u b e n d a p a d a t berbentuk balok, yaitu:
vm
=
ρ
Dengan S adalah berat jenis,
ρ
a d a l a h m a s s a j e n i s y a n g d i p e r o l e h d a r i pembagian massa balok
dengan volumenya, dan g adalah percepatan gravitasi.Untuk pengukuran berat
jenis zat cair dengan menggunakan gelas ukur dan neraca, rumus yang
digunakan sama dengan rumus untuk menentukan berat je n i s b e n d a
p a d a t b e r b e n t u k b a l o k , h a n ya s a ja ma s s a b e n d a ya n g
d i g u n a k a n adalah massa air, dimana massa air diperoleh dari pengurangan massa
gelas yang berisi zat cair yang akan diukur dengan massa gelas yang kosong,
sehingga rumuskeseluruhannya menjadi:
a g g aair
V g mmm S
.
−+=
Dimana m
a
adalah massa zat cair, m
g
adalah massa gelas kosong, dan v
a
adalahvolume zat cair.Pengukuran berat jenis zat padat dengan bentuk tak
beraturan memerlukand a t a ma s s a b e n da d i u d a r a d a n m a s s a b e n d a d i
d a l a m a i r s a ja . Da r i d a t a - d a t a tersebut, kita dapat menentukan volume
benda dengan membagi selisih antaramassa benda di udara dan massa
benda di dalam air dengan massa jenis air yangdigunakan. Setelah
volume diketahui, maka dapat ditentukan berat jenis bendadengan
menggunakan rumus:
g V mS
bu
×=
Dimana m
u
adalah massa benda di udara.Dalam proses pengambilan data untuk
menentukan berat jenis benda ini,ma s i h b a n ya k t e r d a p a t k e k u r a n g a n
d a n k e s a l a h a n ya n g me n ye b a b k a n r a l a t
gS
.
ρ
=

keraguan yang didapatkan bernilai kecil. Hal ini dapat


d i s e b a b k a n k a r e n a beberapa faktor yaitu :

Kurang ketelitian dalam pengukuran

Praktikan yang kurang paham dengan materi yang diujicobakan
dalam percobaan kali ini

Ketidakcermatan praktikan saat melakukan praktikum, khususnya
saat pengukuran.

Keterbatasan alat yang tidak bisa dipakai sebagaimana mestinya.

Praktikan yang tidak siap menghadapi kejadian-kejadian tak terduga
didalam praktikum sehingga tidak bisa menangani permasalahan yang ada.
I X . K E S I M P U L A N

M a s s a a d a l a h b a n ya k n ya z a t a t a u ma t e r i ya n g t e r k a n d u n g p a d a
s u a t u benda.

Berat adalah gaya yang bekerja pada benda karena tarikan gaya
gravitasi bumi.

Hubungan antara berat dan massa dapat dinyatakan sebagai berikut:W = m x g

Massa jenis suatu zat adalah bilangan yang menyatakan massa suatu
zatdibagi dengan volumenya atau ditulis dengan persamaan

Massa jenis zat merupakan ciri khas suatu zat.

Berat jenis pada sebuah benda adalah gaya yang bekerja pada benda
itukarena pengaruh faktor gaya gravitasi bumi, volume, dan massa benda.

Hubungan antara massa, berat, massa jenis, dan berat jenis :

Rumus untuk menentukan berat jenis suatu benda padat berbentuk balok,yaitu:
gS
.
ρ
=

Rumus untuk menentukan berat jenis suatu zat cair dengan gelas ukur danneraca
yaitu:
a g g aair
V g mmm S
.
−+=

Rumus untuk menentukan berat jenis zat padat berbentuk tak
beraturanyaitu:
g V mS
bu
×=
Dimana m
u
adalah massa benda di udara.

Selain dengan gelas ukur, berat jenis zat cair juga dapat diukur dengan alatlain,
seperti piknometer, hydrometer, dan densimeter.

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis suatu benda adalah
massa,gaya gravitasi, volume.
vmρ
=
V m g S V g mS makg mkarenaWV W S
=====
ρ ρ
.,.,.,


Hukum Archimedes berbunyi :
"Setiap benda yang berada dalam satu fluida maka benda itu akan
mengalami gaya keatas, yang disebut gayaapung, sebesar berat air yang
dipindahkannya".

Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya = 0dan benda
melayang .

Bila F
A
>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang

Bila F
A
<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam.

Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa benda maka
agar benda berada dalam keadaan seimbang,volume zat cair yang
dipindahkanharus lebih kecil dari pada volume benda

U n t u k b e n d a p a d a t b e r b e n t u k t a k b e r a t u r a n , ma s s a ya n g
b e r p e n g a r u h adalah massa benda di udara dan massa benda di dalam air.

Untuk mengukur berat jenis zat cair dengan gelas ukur dan neraca, massayang
berpengaruh adalah massa gelas kosong dan massa gelas yang berisizat cair untuk
menentukan massa zat cairnya.
DAFTAR PUSTAKA

BAB I. pendahuluan
I.I. Tujuan Percobaan
Mempelajari berlakunya hukum Archimides dan hukum utama hidrotastis dan
penggunaannya untuk mengukur kerapatan zat padat dan zat cair.

I.II. Dasar Teori


Hukum Archimedes
Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air daripada di udara karena
dalam air, benda mendapat gaya ke atas. Sementara ketika di udara,benda memiliki berat yang
sesungguhnya.
wu = mg

Ketika dalam air, benda dikatakan memiliki berat semu, dinyatakan dengan:

ws = wu -Fa

Keterangan: ws berat semu (N)


wu berat sesungguhnya (N)
Fa gaya angkat keatas (N)

Gaya angkat ke atas ini disebut juga gaya apapun:

Definisi I gaya apung:

Gaya yang dikerjakan fluida pada benda yang timbul karena selisih gaya hidrostatik yang
dikerjakan fluida antara permukaan bawah dnegan permukaan atas.

Bila tekanan fluida pada sisi atas dan sisi bawah benda yang mengapung masing-masing p1 dan
p2, maka gaya yang dikerjakan pada balok pada sisi atas dan bawah adalah:

F 1 = p 1A
F 2 = p 2A
Gaya ke atas yang bekerja pada balok merupakan resultan gayaF1 danF2.

Fa = ∑F
Fa =F2 -F1
F a = p 2A - p 1A
Fa = (p2A - p1)A
Fa = (h2 - h1)ρgA

Keterangan: Ρ =massa jenis air (1000kg/m3)


V = volume air di dasar balok (m3)
ρgV = mg berat air (N)
Fa =berat zat cair yang dipindahkan oleh benda (N)

Hukum Utama Hidrostatis

Menurut kisah tersebut, sebuah mahkota untuk raja Hiero II telah dibuat dan raja
memerintahkan Archimedes untuk memeriksa apakah mahkota tersebut benar-benar terbuat dari
emas murni ataukah mengandung tambahan perak. Karena Raja Hiero II tidak mempercayai
pembuat mahkota tersebut.
Saat Archimedes berendam dalam bak mandinya, dia melihat bahwa air dalam bak
mandinya tertumpah keluar sebanding dengan besar tubuhnya. Archimedes menyadari
bahwa efek ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan isi dari mahkota tersebut. Dengan
membagi berat mahkota dengan volume air yang dipindahkan, kerapatan dan berat jenis dari
mahkota bisa diperoleh.
Berat Jenis mahkota akan lebih rendah daripada berat jenis emas murni apabila pembuat
mahkota tersebut berlaku curang dan menambahkan perak ataupun logam dengan berat jenis
yang lebih rendah. Karena terlalu gembira dengan penemuannya ini, Archimedes melompat
keluar dari bak mandinya, lupa berpakaian terlebih dahulu, berlari keluar ke jalan dan
berteriak ”EUREKA!” atau ‘”Saya menemukannya”.
Mari kita melihat siapakah Archimedes dan alat-alat apa yang ia temukan untuk
mempermudah hidup manusia. Archimedes (287-212 SM) adalah ahli matematika dan fisika
ternama sepanjang masa. Ia dilahirkan di Syracuse ( sekarang Sisilia), Italia. Archimedes
merupakan keponakan raja Hiero II yang memerintah di Sisilia waktu itu. Pamannya ini sering
meminta tolong kepada Archimedes karena ia tahu keponakannya sangat pandai. Lewat tugas-
tugas yang diberikan raja Hiero, Archimedes banyak mendapat penemuan baru.
Ia terkenal dengan teorinya tentang hubungan antara permukaan dan volume dari sebuah

bola terhadap silinder, rumus hidrostatik dan peralatan untuk


menaikkan air – ‘Archimedes Screw’. Raja Hiero II kala itu terikat perjanjian dengan bangsa
Romawi. Syracuse harus mengirimkan gandum dalam jumlah yang besar pada bangsa Romawi,
agar mereka tidak diserang. Hingga pada suatu ketika Hiero II tidak mampu lagi mengirim
gandum dalam jumlah yang ditentukan. Karena itu Archimedes ditugaskan merancang dan
membuat kapal jenis baru untuk memperkuat angkatan laut raja Hiero II.
Pada masa itu, kapal yang dibuat oleh Archimedes adalah kapal yang terbesar. Untuk
dapat mengambang, kapal ini harus dikeringkan dahulu dari air yang menggenangi dek kapal.
Karena besarnya kapal ini, jumlah air yang harus dipindahkanpun amat banyak. Karena itu
Archimedes menciptakan sebuah alat yang disebut “Sekrup Archimedes”. Dengan ini air dapat
dengan mudah disedot dari dek kapal.
Ukuran kapal yang besar ini juga menimbulkan masalah lain. Massa kapal yang berat,
menyebabkan ia sulit untuk dipindahkan. Untuk mengatasi hal ini, Archimedes kembali
menciptkan sistem katrol yang disebut “Compound Pulley”. Dengan sistem ini, kapal tersebut
beserta awak kapal dan muatannya dapat dipindahkan hanya dengan menarik seutas tali. Sistim
katrol ini sampai sekarangpun masih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, contohnya katrol
sumur, katrol yang digunakan oleh tukang bangunan, dll.
Kapal ini kemudian diberi nama Syracusia, dan menjadi kapal paling fenomenal pada
zaman itu.

Archimedes mendesain sejumlah alat pertahanan untuk


mencegah pasukan Romawi di bawah pimpinan Marcus Claudius Marcellus, merebut tanah
kelahirannya, Syracuse dan menyerang raja Hiero II. Saat armada Romawi yang terdiri dari 120
kapal mulai tampak di seberang lautan, Archimedes berfikir keras untuk mencegah dan
menggangu tentara musuh merapat di pantai Syracuse.
Archimedes kemudian mencoba membakar kapal-kapal Romawi ini dengan
menggunakan sejumlah cermin yang disusun dari perisai-perisai prajurit Syracuse. Archimedes
berencana untuk membakar kapal-kapal musuh dengan memusatkan sinar matahari. Namun
rencana ini tampaknya kurang berhasil. Hal ini disebabkan untuk memperoleh jumlah panas
yang cukup untuk membakar sebuah kapal, kapal tersebut haruslah diam. Walaupun hasilnya
kurang memuaskan, dengan alat ini Archimedes berhasil menyilaukan pasukan Romawi hingga
mereka kesulitan untuk memanah. Panas yang ditimbulkan dengan alat ini juga berhasil
membuat musuh kegerahan, hingga mereka lelah sebelum berhadapan dengan pasukan Syrcuse.

Saat musuh mulai mengepung pantai Syracuse, Archimedes kembali mengeluarkan alat
andalannya. yang disebut “Cakar Archimedes”. Tujuannya kali ini adalah mencari cara untuk
menenggelamkan kapal-kapal Romawi ini. Alat ini bentuknya mirip derek pada masa kini.
Setelah alat ini secara diam-diam dikaitkan ke badan kapal musuh, derek ini kemudian ditarik.
Akibanya kapal musuh akan oleng, atau bahkan robek dan tenggelam.
Panjang dan lebar benda kotak atau persegi mudah diukur dengan penggaris, namun siapa
yang berhasil menghitung ukuran bola? Perhitungan dari Archimedes yang akurat tentang
lengkungan bola diajdikan konstanta matematika untuk Pi atau π .
Walaupun pengungkit atau ungkitan telah ditemukan jauh sebelum Archimedes lahir,
Archimedes yang mengembangkan teori untuk menghitung beban yang dibutuhkan untuk
pengungkit tersebut.

Buku-buku yang ditulis oleh Archimedes dan berisikan rumus-


rumus matematika masih dapat ditemukan sekarang, antara lain On the Equilibrium of Planes,
On the Measurement of a Circle, On Spirals, On the Sphere and the Cylinder dan lain
sebagainya. Teori-teori matematika yang dibuat oleh Archimedes tidak berarti banyak untuk
perkembangan ilmu pengetahuan saat Archimedes meninggal. Tetapi setelah karyanya di
terjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad 8 dan 9 (kurang lebih 1000 tahun setelah
Archimedes meninggal), beberapa ahli matematika dan pemikir Islam mengembangkan teori-
teori matematikanya. Tetapi yang paling berpengaruh terhadap perkembangan dan perluasan
teori matematika tersebut adalah pada abad 16 dan 17, dimana pada abad itu, mesin cetak telah
ditemukan. Banyak ahli matematika yang menjadikan buku karya Archimedes sebagai pegangan
mereka, dan beberapa ahli matematika tersebut adalah Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo
Galilei (1564-1642).

Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida
dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
TEKANAN HIDROSTATIS
Tekanan hidrostatis ( Ph) adalah tekanan yang dilakukan zat cair pada bidang dasar
tempatnya.

PARADOKS HIDROSTATIS
Gaya yang bekerja pada dasar sebuah bejana tidak tergantung pada bentuk bejana dan
jumlah zat cair dalam bejana, tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( A ), tinggi ( h ) dan
massa jenis zat cair (  )
dalam bejana.

= massa jenis zat cair


Ph g h= h = tinggi zat cair dari permukaan
Pt = Po + Ph g = percepatan gravitasi
g VF = P h A = Pt = tekanan total
Po = tekanan udara luar

HUKUM PASCAL
Tekanan yang dilakukan pada zat cair akan diteruskan ke semua arah sama.
P1 = P2 F1/A1 = F2/A2
HUKUM ARCHIMEDES
Benda di dalam zat cair akan mengalami pengurangan berat sebesar berat zat cair yang
dipindahkan.
Tiga keadaan benda di dalam zat cair:

a. tenggelam: W>b  F > z


zb =   b. melayang: W = F
bz.V' ;b.V=  c. terapung: W=F<z

W = berat benda
z . V' . g = gaya ke atas = F
b = massa jenis benda
z = massa jenis fluida
V = volume benda
V' = volume benda yang berada dalam fluida
), berat benda di dalam zat cair (Wz) akan berkurang menjadi:Akibat adanya gaya ke
atas ( F
Wz = W - F
Wz = berat benda di dalam zat cair
TEGANGAN PERMUKAAN
) adalah besar gaya (Tegangan permukaan ( F ) yang dialami pada permukaan zat cair
persatuan panjang(l)
= F / 2l
KAPILARITAS
Kapilaritas ialah gejala naik atau turunnya zat cair ( y ) dalam tabung kapiler yang
dimasukkan sebagian ke dalam zat cair karena pengarah adhesi dan kohesi.
g r /  cos y = 2

y = kenaikan/penurunan zat cair pada pipa (m)


= tegangan permukaan (N/m)
= sudut kontak (derajat)
p = massa jenis zat cair (kg / m3)
g = percepatan gravitas (m / det2)
r = jari-jari tabung kapiler (m)

BAB II. Alat dan Bahan

Dalam melakukan percobaan “ HUKUM ARCHIMIDES DAN HUKUM UTAMA


HIDROSTATIS”, kami menggunakan beberapa alat dan bahan yang di pakai dalam praktikum.
Alat dan bahan yang dipakai dalam praktikum diantaranya :
A. Alat-alat yang digunakan, diantaranya :
1. Neraca
2. Gelas Piala500 ml
3. Bejana Berhubungan (pipa U)
4. Pipa Tetes

B. Bahan yang digunakan terdiri dari :


1. Benang
2. Benda dari logam
3. Minyak Tanah dan Minyak Goreng
4. Air

BAB III. Metode Percobaan


Hukum Archimides
1. Disiapkan neraca gelas piala yang sudah di isi air dan benda dari logam yang akan di ukur
kerapatannya.
2. Ditimbang benda d udara, nyatakan sebagai W.
3. Digantung benda tadi pada neraca dengan seutas benang lalu masukan kedalam air. Di usahakan
benda tenggelam seluruhnya, tetapi tidak menyentuh gelas. Lalu di timbang berat benda di dalam
air ini, dinyatakan sebagai berat semu.
4. Dihitung berapa kerapatan benda (pb) menurut persamaan (5) dan di hitung volumenya menurut
persamaan.

Vb=
5. Diulangi percobaan 1 sampai 4 oleh kami yang hingga 5 kali.
6. Dilakukan percobaan yang sama dengan logam yang lain.

Hukum Utama Hidrostatis


1. Disisipkan pipa U, air, minyak goreng, minyak tanah.
2. Diisi pipa U dengan air secukupnya (kira-kira tinggi 10 cm)
3. Ditambahkan minyak goreng pada salah satu pipa dengan pipet,
4. Dihitung kerpatan minyak goreng dengan menggunakan persamaan (b)
5. Ditrambahkan lagi minyak goreng dan ukur kembali h₂ dan h serta di hitung kerapatannya.
Dilakukan penambahan dan perhitungan ini hingga empat kali.
6. Dilakukan percobaan 1 sampai 2 dengan menggunakan minyak tanah.
BAB IV. Data Pengamatan dan Perhitungan
IV.I. Data Pengamatan
Keadaan Ruangan P(cm)Hg T(°c) C(%)

Sebelum Percobaan 76,5 27 76

Sesudah Percobaan 77,5 28 70

Minyak tanah
No. ∑ tetesan h air h minyak p minyak
1. 15 0,6 0,8 0,75
2. 25 1,1 1,6 0,69
3. 35 1,5 1,9 0,79
4. 45 1,8 2,4 0,75
5. 55 2,2 2,9 0,76

Minyak goreng
No. ∑ tetesan h air h minyak p minyak
1. 15 0,8 0,9 0,8
2. 25 0,7 0,9 0,78
3. 35 1,8 1,9 0,95
4. 45 2,4 2,6 0,92
5. 55 2,6 2,9 0,89

Rumus :
Phid = p.g.h
Pmy = Pair
Pmy.g.hmy = Pair.g.hair
Pmy = hair Pair, Pair = 1 g/cm2
hmy
Pmy = hair
hmy

1. Mencari nilai Pminyak

Pmy = 0,6 / 0,8


= 0,75
Pmy = 1,1 / 1,6
= 0,69
Pmy = 1,5 / 1,9
= 0,79
Pmy = 1,8 / 2,4
= 0,75
Pmy = 2,2 / 2,9
= 0,76

2. Minyak goreng

Pmy = 0,8 / 0,9


= 0,8
Pmy = 0,7 / 0,9
= 0,78
Pmy = 1,8 / 1,9
= 0,95
Pmy = 2,4 / 2,6
= 0,92
Pmy = 2,6 / 2,9
= 0,89
Pelaporan Lengkap
 Tunggal
1. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,6 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
0,6
= 0,916 . 100 %
= 91,6 %
2. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,1 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
1,1
= 0,955 . 100 %
= 95,5 %
3. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x

1,5 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 % = 1 – 0,05 .100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 % 1,5


x = 0,967 .100%
= 96,7 %
4. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,8 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
1,8
= 0,972 . 100 %
= 97,2 %
5. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,2 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x
= 1 – 0,05 . 100 %
2,2
= 0,978 . 100 %
= 97,8 %
6. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,8 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
0,8
= 0,937 . 100 %
= 93,7 %
7. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,6 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
1,6
= 0,969 . 100 %
= 96,9 %
8. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
1,9
= 0,97 . 100 %
= 97 %
9. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,4 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
2,4
= 0,98 . 100 %
= 98 %

10. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x


2,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
2,9
= 0,983 . 100 %
= 98,3 %
11. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,8 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
0,8
= 0,937 . 100 %
= 93,7 %
12. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,7 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x
= 1 – 0,05 . 100 %
0,7
= 0,929 . 100 %
= 92,9 %

13. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x


1,8 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
1,8
= 0,972 . 100 %
= 97,2 %
14. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,4 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
2,4
= 0,98 . 100 %
= 98 %
15. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,6 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
2,6
= 0,981 . 100 %
= 98,1 %
16. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
0,9
= 0,945 . 100 %
= 94,5 %
17. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
0,9
= 0,945 . 100 %
= 94,5 %
18. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
1,9
= 0,97 . 100 %
= 97 %

19. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x


2,6 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
2,6
= 0,981 . 100 %
= 98,1 %
20. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %

Tingkat ketelitian = 1 - ∆x . 100 %


x

= 1 – 0,05 . 100 %
2,9
= 0,983 . 100 %
= 98,3 %
BAB V PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan dengan alat pipa U dan di isi air,
kemudian di isi air minyak tanah dan minyak goreng, di mana satu persatu di masukan ke pipa
U, pertama di masukan minyak tanah ke pipa U denga ketentuan 15 tetes kemudian hitung
perubahan tinggi awal air dan sesudah di isi minyak tersebut, lalu tetes yang ke 25 dan
seterusnya sampai tetes yang ke 55 di mana seling 10 tetes.
Kemudian pipa U di isi dengan minyak goreng, tetapi sebelum d masukan air minyak
goreng pipa U harus di cuci terlebih dahulu, karena di awal percobaan menggunakan air minyak
tanah. Adapun tahapannya sama pipa U d isi air kembali dan d tiangkan minyak goreng dengan
ketentuan 15 tetes sampai 55 tetes dengan seling 10 tetes.

Kemudian di hitung tetes ke 15 dan seterusnya sampai ke tetes ke 55. Dan


juga di hitung tingkat ketelitian minyak tanah dan minyak goreng.

BAB VI KESIMPULAN
Setelah malakukan percobaan “Hukum Archimides dan Hukum Utama Hidrostatis ” kami
menyimpulkan bahwa, apabila air di dalam pipa U akan berubah ketinggian air dan perbandingan
air dan minyak tanah/goreng setelah di isi minyak goreng dan minyak tanah. Minyka goreng da
minyak tanah akan berbeda perubahannya karena minyka tanah dan minyak goreng mempunyai
zat yang berbeda.
Apabila kita kurang teliti dalam melakuakan penelitian, misalnya meneliti perubahan tiap
tetesnya maka akan salah seterusnya, dan tingkat ketelitiannya pula akan kecil.

Daftar Pustaka

 Ibrahim, Solihin. 2000. Fisika. erlangga: Jakarta

 (http://www.gurumuda.com/2008/10/hukum-hukumarchimedes/)
 http/id.wikipedia,org/wiki/hukum archimides

 www.google.com

Anda mungkin juga menyukai