Memang peran ketidakpastian pengukuran sangat penting guna menjaga mutu hasil uji agar
penyajian data terukur betul-betul dapat dipertanggungjawabkan. Terlebih lagi bagi laboratorium
penguji/kalibrasi yang telah menggunakan sistem manajemen mutu laboratorium ISO/IEC
17025:2008 dan ISO 15189.
Dari beberapa konsep diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator yang memenuhi syarat
tersebut adalah ketidakpastian.
Ketidakpastian
Definisi ketidakpastian (uncertainty) adalah parameter yang menetapkan rentang nilai yang
didalamnya diperkirakan terletak nilai kuantitas yang diukur.
Jadi bisa diartikan bahwa hasil pengukuran kuantitatif tidak tepat bila dilaporkan sebagai satu
angka atau nilai tunggal, misalnya “pH = 3,7”.
Dari hasil pengukuran tersebut kita tidak yakin bahwa nilai tersebut benar, namun akan lebih
yakin jika nilai tersebut adalah nilai perkiraan .
Jika customer yang mengujikan menghendaki pada nilai benar maka cara yang terbaik adalah
dengan melaporkan rentang nilai yang merupakan batas-batas perkiraan yang mana nilai benar
tersebut berada dalam rentang itu.
Nah, dari maksud inilah didalam menentukan dan menghitung rentang nilai disebut menentukan
nilai ketidakpastian.
Kesalahan (error)
Definisi dari kesalahan (error) adalah perbedaan antara hasil individual dengan nilai benar.
Sebenarnya nilai benar tidak diketahui, jadi kesalahan juga tidak diketahui dengan pasti. Dalam
hal ini ketidakpastian dan kesalahan adalah dua konsep yang sangat berbeda.
Berdasarkan penggolongannya, ‘kesalahan’ dapat dibagi menjadi 2 yaitu kesalahan acak dan
kesalahan sistematik.
1. Kesalahan acak (random error) adalah kesalahan yang bersumber dari variasi yang
bersifat acak dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan pengukuran.
Faktor kesalahan acak ini sebenarnya dapat dikurangi dengan melakukan banyak
pengulangan pengukuran.
2. Kesalahan Sistematik (systematic error) atau ‘bias’ sifatnya konstan atau dapat
bervariasi yang dapat diramalkan. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan cara
pengulangan pengukuran. Walau dapat dikoreksi, tetapi tidak bisa tepat atau eksak. Pada
prinsipnya kita tidak bisa mengelak dari adanya ketidakpastian pada kesalahan sistematis
ini. Jika kita mengetahui faktor kesalahan ini, sangatlah bermanfaat karena dapat
digunakan untuk koreksi hasil pengukuran yang juga harus diperkirakan. Nah, dari
perkiraan itu dapat digunakan untuk perhitungan ketidakpastian.
Estimasi Ketidakpastian
Melalui pendekatan sistematik, garis besar estimasi/evaluasi ketidakpastian adalah
mengkuantitasikan kesalahan dan mengkombinasikan (menggabungkan) kesalahan-kesalahan
tadi.
Proses estimasi sendiri meliputi 5 tahapan :
1) Penetapan spesifik
2) Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian
3) Menentukan ketidakpastian baku
4) Penggabungan ketidakpastian baku dan
5) Perhitungan ketidakpastian yang diperluas
1). Penetapan spesifikasi
Maksudnya adalah kuantitas yang diukur atau diuji didefinisikan, artinya diberi spesifikasi dalam
bentuk formula atau persamaan.
Misalnya : konsentrasi = berat / volume larutan
2). Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian
Ketidakpastian pengukuran bersumber dari :
– Kesalahan acak
– Kesalahan sistematik
Uraian dari 2 hal tersebut telah dipaparkan diatas.
Sumber-sumber ketidakpastian harus diidentifikasi secara individual, sebelum menentukan
ketidakpastian pengukuran secara menyeluruh.
Jika kita masuk pada bab estimasi (kuantifikasi) ketidakpastian yang bersumber dari individual
maka estimasi ini akan melalui 2 tipe evaluasi yaitu evaluasi tipe A dan evaluasi tipe B.
Evaluasi tipe A.
– Merupakan evaluasi komponen acak (random)
– Nilai ketidakpastian diperoleh dari pengukuran berulang (via eksperimen)
– Nilai ketidakpastian baku = μ = deviasi standar
Evaluasi tipe B
– Merupakan evaluasi komponen random + sistematik
– Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
– Nilai ketidakpastian diperoleh dari sumber informasi, misal :
– Sertifikat kalibrasi
– Spesifikasi alat / bahan
– Handbook
– Catalog
3). Penentuan Nilai ketidakpastian baku
a). μ = Quoted Ucertainty / faktor cakupan,
Jika QU sebagai faktor cakupan x deviasi standar
b). μ = QU/2
Jika Q.U. dinyatakan pada tingkat kepercayaan 95 %, populasi data memiliki distribusi
normal
c). μ=QU/√3
jika kita yakin bahwa kesalahan yang lebih besar lebih mungkin terjadi, populasi data memiliki
distribusi rectangular.
d). μ=QU/√6
jika yakin bahwa kesalahan yang lebih kecil lebih mungkin terjadipopulasi data memiliki
distribusi triangular.
4). Kombinasi (penggabungan) ketidakpastian baku
Semua ketidakpastian baku dari masing-masing sumber individual dikombinasikan/digabungkan
agar didapat nilai ketidakpastian yang menyeluruh.
Terdapat 3 aturan untuk melakukan proses penggabungan :
Aturan 1
Untuk penjumlahan atau pengurangan
Model : Y = a + b + c (a,b,c bisa positif atau negatif)
Model : Y = a + b + c (a,b,c dapat positip atau negatip)
Ketidakpastian baku gabungan :
μy = √ [ μa2 + μb2 + μc2 ]
Contoh :
Y=a+b+c
a = 9,27 μa = ± 0,011
b = -2,33 μb = ± 0,013
c = 5,11 μc = ± 0,012
μy = √ [ μa2 + μb2 + μc2 ]
Y = 9,27 + (-2,33) + 5,11 = 12,05
μy = √ [0,0112 + 0,0132 + 0,0122]
= √ [0,000121 + 0,000169 + 0,000144]
= √ 0,000434
= ± 0,020833
Y = 12,05 ± 0,02
Aturan 2
• Perkalian atau pembagian
Y = a.b.c atau Y = a/b.c
• Ketidakpastian baku gabungan :
μy = Y √ [ (μa /a)2 + (μb/b)2 + (μc /c)2 ]
Contoh :
Y = a.b.c.
• μy = Y √ [ (μa /a)2 + (μb/b)2 + (μc /c)2 ]
Y = 9,27 X – 2,33 X 5,11 = -110,3714
• μy =
-110,3714 √ [(0,011 /9,27)2+(0,013/-2,33)2+(0,012 /5,11)2 ]
μy = ± 0,6808
Y = -110,37 ± 0,68
Aturan 3
• Pangkat :
Y = an ( a = yang diukur, n = bil tetap)
• Ketidakpastian baku gabungan :
μy = (nY μa ) / a
Persamaan Umum
Jika tidak dapat menggunakan ketiga aturan di atas, maka digunakan persamaan :
• μy = √ [ (dy /dp)2 x (μb/Y)2 + (dy /dq)2 x(μQ /Y)2 ]
5). Ketidakpastian Yang Diperluas
U = μC x k
k : faktor cakupan
Nilai k = 2
(ini yang umum digunakan, distribusi normal 95%)
Kata Kunci :
Tujuan praktikum
Melalui praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menggunakan alat ukur dasar
2. Memahami sifat besaran yang diukur
3. Memahami dasar – dasar ketidakpastian dalam suatu pengukuran
4. Menghitung besaran fisika dengan nilai ketidakpaastiannya
Alat- alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah:
1. Penggaris
2. Voltmeter
3. Jangka sorong
4. Mikrometer sekrup
5. Termometer
6. Balok logam
7. Timbangan
8. Silnder logam
9. Stopwach
10. Bejana plastik
11. Jam tangan
Teori dasar
Setiap pengukuran tidak pernah tetap dan mempunyai taksiran nilai. Mengukur adalah
membandingkan suatu besaran yang dimiliki suatu alat yang besarannya sejenis dengan cara
membaca skala.
Tujuan pengukuran adalah menentukan nilai besaran ukur. Hasil pengukuran merupakan
nilai taksiran besaran ukur. Karena hanya merupakan taksiran maka setiap hasil pengukuran
mempunyai kesalahan.
Banyak alat pengukur yang bisa digunakan, contohnya: mistar, timbangan, thermometer,
jangka sorong, micrometer sekrup, dll. Sedangkan Yang diukur adalah besaran-besaran fisika,
yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Contoh: panjang, massa dan waktu
Dalam melakukan pengukuran pasti terdapat kesalahan, baik kesalah alat maupun
kesalahan si pengukur. Dengan kata lain pasti akan ada ketidakpasitian dalam pengukuran.
Kesalahan adalah penyimpangan nilai ukur dari nilai benar. Kesalahan pengukuran ada tiga
macam:
1. Kesalahan Sistematis
a. Kesalahan Kalibrasi (Faktor alat)
Penyesuaian kembali perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar akurasi
semula.
b. Kesalahan Titik Nol (0)
Hal ini terjadi karena titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk.
c. Kelelahan Alat
Dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga alat tidak akurat lagi. Contoh: pegas
yang mulai mengendur; jarum penunjuk pada voltmeter bergesekan dengan garis skala.
d. Kesalahan Paralaks/Paralax (Sudut Pandang)
Ketika membaca nilai skala, pembaca berpindah tempat / tidak tepat melihatnya / obyek
yang dilihat berbeda dengan obyek pertama yang diamati.
e. Kondisi Lingkungan
Ketika melakukan pengukuran, kondisi lingkungan berubah sehingga tidak bisa dilakukan
pengukuran seperti biasa.
3. Keteledoran Pengamat
Keterbatasan pengamat dalam membaca hasil pengukuran.
Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam fisika untuk
memperoleh hasil/data dari suatu pegukuran yang akurat dan dapat dipercaya. Suatu pengukuran
selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya
nilai skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya
gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling
mempengaruhi serta ketrampilan pengamat.
Variabel ...............Operasi............Hasil.............Ketidakpastian
...............................Penjumlahan.... p = a + b........∆p = ∆a + ∆b
a ± ∆ a....................Pengurangan ....q = a - b .........∆q = ∆a + ∆b
b ± ∆b ....................Perkalian ..........r = a x b ........∆r/r = ∆a/a + ∆b/b
...............................Pembagian....... s = a/b ..........∆s/s = ∆a/a + ∆b/b
.............................. Pangkat............ t = a^n ..........∆t/t = n∆a/a
Nilai suatu besaran termasuk besaran lazim dituliskan dalam bilangan desimal dengan
pangkat dari bilangan dasar 10. Banyaknya angka yang dipakai dalam penulisan disebut angka
berarti (AB). Sebagai contoh,penulisan yang lazim dipakai adalah sebagaimana ditunjukkan
dalam tabel 2. Misal,untuk suatu nilai 1,4273x10⁵,dituliskan sebagai:
Tabel 1.
AB Ketidakpastian Relatif (%) Penulisan
5 0,05 (1,4273 ± 0,0005) x
4 0,5 (1,427 ± 0,005) x
3 5 (1,43 ± 0,05) x
2 10 (1,4 ± 0,1) x
Pengolahan Data
1.Penentuan Nilai Skala Terkecil (NST) dan ketidakpastian suatu alat ukur.
Tabel 1.
Nama Alat NST Ketidakpastian
Penggaris
Inci :
Dari 1- 3 inci 0,3125 0,01525
Dari 3-4 inci 0.01565 0,0078125
Dari 4-12 inci 0.0625 0,01325
Ngka Cm:
Dari 1-10 cm 0.05cm 0,025cm
Dari10-30 cm 0,1cm 0,5cm
Jam tangan 1 sekon 0,5 sekon
3. menentukan volume
Tabel 3.
Analisis Data
1. Pada tabel 1 diatas merupakan tabel penentuan nilai skala terkecil(NST) dan ketidakpastian,
NST adalah nilai skala yang ada dalam suatu alat ukur terkecil yang bisa di gunakan untuk
mengukur suatu benda atau objek . sedangkan ketidakpstian adalah toleransi yang kita berikan
saat pengukuran dilaksanakan yang biasanya didapatkan setengah dari NST. Untuk lebih jelas
bisa dilihat dari tabel berikut :
Tabel menentukan NST dan ketidakpastian
Nama alat NST Ketidakpastian ( NST/2 )
2. Pada tabel 2 diatas merupakan tabel penentuan nilai ukur , dalam tabel tersebut adad 2 macam
pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran sekali dan pengukuran berkali – kali ,
untuk pengukuran sekali dalam mementukan ketidakpastian sama dengan tabel 1 . yaitu
setengah dari NST.
∆X = 1/2 NST
dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai :
X = X ± ∆X
sedangkan untuk pengukuran berkali kali nilai ketidakpastian bisa dicari dengan cara yaitu
menggunakan setengah dari nilai tertinggi pengukuran dikurangi dengan nilai terendah
pengukuran.
dengan penulisan hasilnya sebagai : X = Xrata-rata ± ∆X
nb : Xrata-rata = X1 + X2 + X3 +.........../ n
berikut ini perhitungannya :
perhitungan sekali untuk periode degup jantung yaitu alat yang digunakan adalah stopwach yang
memiliki NST = 0.01 sekon sehingga diperoleh ketidakpastian ½ dari NST yaitu 0,05
setelah dilakukan ternyata degup jantung temen sekelompok adalah 85 sehngga hasil akhr bisa di
tuliskan
T= X±∆X
= 85* 0.01 ± 0.05
= 0,85 ± 0.05 sekon
Perhitungan ini sama juga untuk massa balok dan silinder yang sama sama pengukuran sekali.
ΔL = 0,40
ΔV = 5,05
Volume silinder
V = .D2.t
= x 10,092 x 120,00
= 9391,46 mm3
=
ΔV = 61,85 mm3
4. Rapat massa Balok dan Silinder
1. Rapat Jenis Balok
ρ=
=
= 2,92 x 10-4 gr/mm3
= 2,92 x 10-7 gr/cm3
Kesimpulan
Pengukuran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui nilai suatu benda
Dalam menentukan suatu besaran digunakan alat bantu pengukuran yang mana tiap alat
memiliki ketelitian yang berbeda – beda
Suatu alat ukur memiliki nilai skala yang terkecil yang mana skala tersebut menunjukkan
kemampuan terkecil yang bisa di ukur oleh suatu alat itu, semakin kecil nilainya maka alat itu
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, dan sebaliknya
Hasil suatu pengukuran biasanya sangat sulit untuk menentukan keakuratannya sehingga ada
nilai ketidakpastian yang digunakan .
Referensi :
Suparno satira.dkk, modul praktikum fisika dasar , deltamas . 2011
www. Scrbd.com( tanggal akses 05 desember 2011)
www. Veethe.blogspot.com (tanggal akses 05 desember 2011)
No comments:
Post a Comment
Islamic Calendar
Total Pageviews
138220
Islamic Widget
Popular Posts
Reaksi Saponifikasi ( Pembuatan Sabun ),,
Secara umum faktor tersebut adalah 1. Beban Kerja a. Fisik b. Mental 2. Kapasitas Kerja
a. Ketrampilan b. Kesegaran jasmani ...
Kepolaran Senyawa
FlowMeter Dalam pengukuran fluida perlu ditentukan besaran dan vektor kecepatan
aliran pada suatu titik dalam fluida dan bagaimana fluid...
dikarenakan tidak tersedianya alat tersebut pada saat berangsungnya
percobaanA d a p u n y a n g m e n y e b a b k a n k a m i t i d a k
m e l a k u k a n p e r c o b a a n d e n g a n menggunakan piknometer adalah
karena alat tersebut tidak tersedia saat tersebut.D a l a m m e n g u k u r b e r a t
j e n i s z a t p a d a t b e r b e n t u k b a l o k , d a t a y a n g diperlukan untuk kita
cari adalah volume dan massa balok tersebut, di mana untuk me n c a r i
v o l u me n ya d i p e r l u k a n d a t a p a n j a ng , l e b a r , d a n t i n gg i d a r i b a l o k
itu.R u m u s y a n g d i g u n a k a n u n t u k m e n e n t u k a n b e r a t j e n i s
s u a t u b e n d a p a d a t berbentuk balok, yaitu:
vm
=
ρ
Dengan S adalah berat jenis,
ρ
a d a l a h m a s s a j e n i s y a n g d i p e r o l e h d a r i pembagian massa balok
dengan volumenya, dan g adalah percepatan gravitasi.Untuk pengukuran berat
jenis zat cair dengan menggunakan gelas ukur dan neraca, rumus yang
digunakan sama dengan rumus untuk menentukan berat je n i s b e n d a
p a d a t b e r b e n t u k b a l o k , h a n ya s a ja ma s s a b e n d a ya n g
d i g u n a k a n adalah massa air, dimana massa air diperoleh dari pengurangan massa
gelas yang berisi zat cair yang akan diukur dengan massa gelas yang kosong,
sehingga rumuskeseluruhannya menjadi:
a g g aair
V g mmm S
.
−+=
Dimana m
a
adalah massa zat cair, m
g
adalah massa gelas kosong, dan v
a
adalahvolume zat cair.Pengukuran berat jenis zat padat dengan bentuk tak
beraturan memerlukand a t a ma s s a b e n da d i u d a r a d a n m a s s a b e n d a d i
d a l a m a i r s a ja . Da r i d a t a - d a t a tersebut, kita dapat menentukan volume
benda dengan membagi selisih antaramassa benda di udara dan massa
benda di dalam air dengan massa jenis air yangdigunakan. Setelah
volume diketahui, maka dapat ditentukan berat jenis bendadengan
menggunakan rumus:
g V mS
bu
×=
Dimana m
u
adalah massa benda di udara.Dalam proses pengambilan data untuk
menentukan berat jenis benda ini,ma s i h b a n ya k t e r d a p a t k e k u r a n g a n
d a n k e s a l a h a n ya n g me n ye b a b k a n r a l a t
gS
.
ρ
=
•
Hukum Archimedes berbunyi :
"Setiap benda yang berada dalam satu fluida maka benda itu akan
mengalami gaya keatas, yang disebut gayaapung, sebesar berat air yang
dipindahkannya".
•
Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W maka resultan gaya = 0dan benda
melayang .
•
Bila F
A
>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang
•
Bila F
A
<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam.
•
Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa benda maka
agar benda berada dalam keadaan seimbang,volume zat cair yang
dipindahkanharus lebih kecil dari pada volume benda
•
U n t u k b e n d a p a d a t b e r b e n t u k t a k b e r a t u r a n , ma s s a ya n g
b e r p e n g a r u h adalah massa benda di udara dan massa benda di dalam air.
•
Untuk mengukur berat jenis zat cair dengan gelas ukur dan neraca, massayang
berpengaruh adalah massa gelas kosong dan massa gelas yang berisizat cair untuk
menentukan massa zat cairnya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. pendahuluan
I.I. Tujuan Percobaan
Mempelajari berlakunya hukum Archimides dan hukum utama hidrotastis dan
penggunaannya untuk mengukur kerapatan zat padat dan zat cair.
Ketika dalam air, benda dikatakan memiliki berat semu, dinyatakan dengan:
ws = wu -Fa
Gaya yang dikerjakan fluida pada benda yang timbul karena selisih gaya hidrostatik yang
dikerjakan fluida antara permukaan bawah dnegan permukaan atas.
Bila tekanan fluida pada sisi atas dan sisi bawah benda yang mengapung masing-masing p1 dan
p2, maka gaya yang dikerjakan pada balok pada sisi atas dan bawah adalah:
F 1 = p 1A
F 2 = p 2A
Gaya ke atas yang bekerja pada balok merupakan resultan gayaF1 danF2.
Fa = ∑F
Fa =F2 -F1
F a = p 2A - p 1A
Fa = (p2A - p1)A
Fa = (h2 - h1)ρgA
Menurut kisah tersebut, sebuah mahkota untuk raja Hiero II telah dibuat dan raja
memerintahkan Archimedes untuk memeriksa apakah mahkota tersebut benar-benar terbuat dari
emas murni ataukah mengandung tambahan perak. Karena Raja Hiero II tidak mempercayai
pembuat mahkota tersebut.
Saat Archimedes berendam dalam bak mandinya, dia melihat bahwa air dalam bak
mandinya tertumpah keluar sebanding dengan besar tubuhnya. Archimedes menyadari
bahwa efek ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan isi dari mahkota tersebut. Dengan
membagi berat mahkota dengan volume air yang dipindahkan, kerapatan dan berat jenis dari
mahkota bisa diperoleh.
Berat Jenis mahkota akan lebih rendah daripada berat jenis emas murni apabila pembuat
mahkota tersebut berlaku curang dan menambahkan perak ataupun logam dengan berat jenis
yang lebih rendah. Karena terlalu gembira dengan penemuannya ini, Archimedes melompat
keluar dari bak mandinya, lupa berpakaian terlebih dahulu, berlari keluar ke jalan dan
berteriak ”EUREKA!” atau ‘”Saya menemukannya”.
Mari kita melihat siapakah Archimedes dan alat-alat apa yang ia temukan untuk
mempermudah hidup manusia. Archimedes (287-212 SM) adalah ahli matematika dan fisika
ternama sepanjang masa. Ia dilahirkan di Syracuse ( sekarang Sisilia), Italia. Archimedes
merupakan keponakan raja Hiero II yang memerintah di Sisilia waktu itu. Pamannya ini sering
meminta tolong kepada Archimedes karena ia tahu keponakannya sangat pandai. Lewat tugas-
tugas yang diberikan raja Hiero, Archimedes banyak mendapat penemuan baru.
Ia terkenal dengan teorinya tentang hubungan antara permukaan dan volume dari sebuah
Saat musuh mulai mengepung pantai Syracuse, Archimedes kembali mengeluarkan alat
andalannya. yang disebut “Cakar Archimedes”. Tujuannya kali ini adalah mencari cara untuk
menenggelamkan kapal-kapal Romawi ini. Alat ini bentuknya mirip derek pada masa kini.
Setelah alat ini secara diam-diam dikaitkan ke badan kapal musuh, derek ini kemudian ditarik.
Akibanya kapal musuh akan oleng, atau bahkan robek dan tenggelam.
Panjang dan lebar benda kotak atau persegi mudah diukur dengan penggaris, namun siapa
yang berhasil menghitung ukuran bola? Perhitungan dari Archimedes yang akurat tentang
lengkungan bola diajdikan konstanta matematika untuk Pi atau π .
Walaupun pengungkit atau ungkitan telah ditemukan jauh sebelum Archimedes lahir,
Archimedes yang mengembangkan teori untuk menghitung beban yang dibutuhkan untuk
pengungkit tersebut.
Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida
dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
TEKANAN HIDROSTATIS
Tekanan hidrostatis ( Ph) adalah tekanan yang dilakukan zat cair pada bidang dasar
tempatnya.
PARADOKS HIDROSTATIS
Gaya yang bekerja pada dasar sebuah bejana tidak tergantung pada bentuk bejana dan
jumlah zat cair dalam bejana, tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( A ), tinggi ( h ) dan
massa jenis zat cair ( )
dalam bejana.
HUKUM PASCAL
Tekanan yang dilakukan pada zat cair akan diteruskan ke semua arah sama.
P1 = P2 F1/A1 = F2/A2
HUKUM ARCHIMEDES
Benda di dalam zat cair akan mengalami pengurangan berat sebesar berat zat cair yang
dipindahkan.
Tiga keadaan benda di dalam zat cair:
W = berat benda
z . V' . g = gaya ke atas = F
b = massa jenis benda
z = massa jenis fluida
V = volume benda
V' = volume benda yang berada dalam fluida
), berat benda di dalam zat cair (Wz) akan berkurang menjadi:Akibat adanya gaya ke
atas ( F
Wz = W - F
Wz = berat benda di dalam zat cair
TEGANGAN PERMUKAAN
) adalah besar gaya (Tegangan permukaan ( F ) yang dialami pada permukaan zat cair
persatuan panjang(l)
= F / 2l
KAPILARITAS
Kapilaritas ialah gejala naik atau turunnya zat cair ( y ) dalam tabung kapiler yang
dimasukkan sebagian ke dalam zat cair karena pengarah adhesi dan kohesi.
g r / cos y = 2
Vb=
5. Diulangi percobaan 1 sampai 4 oleh kami yang hingga 5 kali.
6. Dilakukan percobaan yang sama dengan logam yang lain.
Minyak tanah
No. ∑ tetesan h air h minyak p minyak
1. 15 0,6 0,8 0,75
2. 25 1,1 1,6 0,69
3. 35 1,5 1,9 0,79
4. 45 1,8 2,4 0,75
5. 55 2,2 2,9 0,76
Minyak goreng
No. ∑ tetesan h air h minyak p minyak
1. 15 0,8 0,9 0,8
2. 25 0,7 0,9 0,78
3. 35 1,8 1,9 0,95
4. 45 2,4 2,6 0,92
5. 55 2,6 2,9 0,89
Rumus :
Phid = p.g.h
Pmy = Pair
Pmy.g.hmy = Pair.g.hair
Pmy = hair Pair, Pair = 1 g/cm2
hmy
Pmy = hair
hmy
2. Minyak goreng
= 1 – 0,05 . 100 %
0,6
= 0,916 . 100 %
= 91,6 %
2. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,1 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
1,1
= 0,955 . 100 %
= 95,5 %
3. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,5 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 % = 1 – 0,05 .100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
1,8
= 0,972 . 100 %
= 97,2 %
5. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,2 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
0,8
= 0,937 . 100 %
= 93,7 %
7. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,6 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
1,6
= 0,969 . 100 %
= 96,9 %
8. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
1,9
= 0,97 . 100 %
= 97 %
9. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,4 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
2,4
= 0,98 . 100 %
= 98 %
= 1 – 0,05 . 100 %
2,9
= 0,983 . 100 %
= 98,3 %
11. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,8 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
0,8
= 0,937 . 100 %
= 93,7 %
12. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,7 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
1,8
= 0,972 . 100 %
= 97,2 %
14. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,4 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
2,4
= 0,98 . 100 %
= 98 %
15. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,6 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
2,6
= 0,981 . 100 %
= 98,1 %
16. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
0,9
= 0,945 . 100 %
= 94,5 %
17. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
0,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
0,9
= 0,945 . 100 %
= 94,5 %
18. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
1,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
1,9
= 0,97 . 100 %
= 97 %
= 1 – 0,05 . 100 %
2,6
= 0,981 . 100 %
= 98,1 %
20. Pelaporan Lengkap : x ± ∆x
2,9 ± 0,05
Tingkat kepercayaan : 100 %
= 1 – 0,05 . 100 %
2,9
= 0,983 . 100 %
= 98,3 %
BAB V PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan dengan alat pipa U dan di isi air,
kemudian di isi air minyak tanah dan minyak goreng, di mana satu persatu di masukan ke pipa
U, pertama di masukan minyak tanah ke pipa U denga ketentuan 15 tetes kemudian hitung
perubahan tinggi awal air dan sesudah di isi minyak tersebut, lalu tetes yang ke 25 dan
seterusnya sampai tetes yang ke 55 di mana seling 10 tetes.
Kemudian pipa U di isi dengan minyak goreng, tetapi sebelum d masukan air minyak
goreng pipa U harus di cuci terlebih dahulu, karena di awal percobaan menggunakan air minyak
tanah. Adapun tahapannya sama pipa U d isi air kembali dan d tiangkan minyak goreng dengan
ketentuan 15 tetes sampai 55 tetes dengan seling 10 tetes.
BAB VI KESIMPULAN
Setelah malakukan percobaan “Hukum Archimides dan Hukum Utama Hidrostatis ” kami
menyimpulkan bahwa, apabila air di dalam pipa U akan berubah ketinggian air dan perbandingan
air dan minyak tanah/goreng setelah di isi minyak goreng dan minyak tanah. Minyka goreng da
minyak tanah akan berbeda perubahannya karena minyka tanah dan minyak goreng mempunyai
zat yang berbeda.
Apabila kita kurang teliti dalam melakuakan penelitian, misalnya meneliti perubahan tiap
tetesnya maka akan salah seterusnya, dan tingkat ketelitiannya pula akan kecil.
Daftar Pustaka
(http://www.gurumuda.com/2008/10/hukum-hukumarchimedes/)
http/id.wikipedia,org/wiki/hukum archimides
www.google.com