Anda di halaman 1dari 20

BORANG PORTOFOLIO DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS BARENG

KASUS MEDIK

Topik : Scabies

Presenter :
Tanggal MRS :
dr. Nandy Mayangsari

Tanggal Periksa : 27 September 2016

Pendamping :
Tanggal Presentasi : 14 Oktober 2016
dr. Andri Suharyono, MKP

Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan Puskesmas Bareng

Objektif Presentasi : Keilmuan, Masalah, Diagnostik

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja v Dewasa Lansia □ Bumil

Laki - laki usia 15 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela jari tangan dan

□ Deskripsi : kaki serta perut sejak (± 7 hari) gatal dirasakan terus menerus terutama malam

hari.

Memaparkan kasus medik yang telah ditangani di poli umum. Mengumpulkan

□ Tujuan : referensi ilmiah untuk menghadapi kasus yang didapatkan. Menyelesaikan kasus

yang dihadapi dengan solusi yang terbaik

Bahan
 Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Bahasan :

Cara
 Presentasi dan Diskusi  Diskusi  E-Mail  Pos
Membahas :

Data Pasien : Sdr. A / laki-laki / 15 tahun No. Registrasi : 62848

Nama PKM : Puskesmas Bareng Telp : (0321) 712658 Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:

Laki - laki usia 15 tahun, datang dengan keluhan gatal pada sela sela jari tangan dan sela jari

1
kaki serta perut sejak (± 7 hari) gatal dirasakan terus menerus terutama malam hari. Awalnya

berupa bintil- bintil isi air. Pasien baru pertama kali ini mengalami keluhan seperti ini,

keluarga yang menderita sebelumnya (-), namun teman pasien ada yang menderita seperti ini.

2. Riwayat penyakit dahulu:

Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini

3. Riwayat Pengobatan :

Sudah diberi salep yang dibeli di apotek, pasien tidak mengetahui nama obat

4. Riwayat Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama

5. Riwayat pekerjaan:

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :

Pasien tinggal di lingkungan pondok pesantren. Pasien berasal dari keluarga yang

menengah kebawah dengan higienitas yang kurang terjaga.

Daftar Pustaka :

Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 1. Makassar: Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanudin:2003.5-10

Handoko, Ronny P. Skabies. Prof. Dr. dr. Adhi Juanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.

Jakarta: FK UI. 2008. Hal 122-125.

Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. Ed 1. Jakarta:Hipokrates;2000.109-13

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis scabies

2. Penatalaksanaan scabies

2
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama : Sdr. A

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 15

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Bareng

Tanggal pemeriksaan : 27 September 2016

1.2 Anamnesis

Keluhan utama :

Gatal pada sela sela jari tangan, kaki dan perut.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang dengan keluhan gatal pada sela sela jari tangan dan sela jari kaki serta perut

sejak (± 7 hari) gatal dirasakan terus menerus terutama malam hari. Awalnya berupa bintil-

bintil isi air. Pasien baru pertama kali ini mengalami keluhan seperti ini, keluarga yang

menderita sebelumnya (-), namun teman pasien ada yang menderita seperti ini

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluhan serupa disangkal

1.3 Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : baik

Kesadaran : Composmentis
3
Tanda vital :

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,2 °C

Status generalis

Kepala

Bentuk : normocephal

Rambut : hitam, lurus

Mata : tidak terdapat edema palpebra kanan dan kiri

konjungtiva tidak anemis kanan dan kiri

sklera tidak ikterik kanan dan kiri

Hidung : tidak terdapat pernapasan cuping hidung

Mulut : perioral tidak sianosis

Leher

KGB : tidak teraba pembesaran

Trakea : berada di tengah dan tidak deviasi

Thoraks

Paru-Paru:

Inspeksi:

- Bentuk dan gerak simetris dalam statis dan dinamis

Palpasi:

- Sela iga simetris kanan dan kiri

- Fremitus taktil simetris di kedua lapang paru

- Nyeri tekan pada dada (-)

4
Perkusi:

- sonor pada kedua hemithoraks

Auskultasi:

- Vesikuler di seluruh lapang paru

- Wheezing -/-

- Ronchi -/-

Jantung :

Inspeksi

- Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

- Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

- Batas kanan : linea sternalis dextra

- Batas kiri : linea mid clavikular sinistra

- Batas atas : linea parasternalis sinistra ICS III

Auskultasi:

- Bunyi jantung S1, S2, normal, S3 (-), S4 (-), murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi:

- Abdomen terlihat datar

Auskultasi:

- Bising usus (+)

Palpasi:

- Supel

- Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas

5
- Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi:

- Timpani pada seluruh lapang abdomen

Ekstremitas

Ekstermitas atas:

- Akral hangat

- Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri

- Tidak sianosis

Ekstermitas bawah:

- Akral hangat

- Tidak terdapat edema pada tungkai kanan dan kiri

- Tidak sianosis

1.4 Status dermatologik

Lokasi : Sela jari dan telapak tangan kanan dan kiri, sela jari kedua kaki dan perut.

Regio : palmar dextra et sinistra, interdigiti dextra et sinistra, abdominalis anterior.

Effloresensi : papul eritema multipel, bentuk bulat berbatas tegas, skuama halus dengan

ekskoriasi eritema dengan batas tegas.

1.5 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang


6
1.6 Diagnosis Kerja

Skabies

1.7 Diagnosis Banding

Pedikulosis corporis

1.8 Penatalaksanaan

1. Non farmakologis

- Handuk, sprei dan pakaian penderita harus direndam dengan air panas terlebih

dahuluminimal selama 15 menit sebelum dicuci.

- Pakaian dan barang-barang yang berbahan kain sebaiknya disetrika sebelum

digunakan.

- Pakaian hendaknya digunakan sendiri-sendiri, jangan menggunakan pakaian

bersama-sama

- Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air seperti bantal, guling, dan kasur

dijemur di bawah sinar matahari.

- Menghindari kontak langsung dengan penderita lain seperti berjabat tangan dan

tidur bersama.

- Membiasakan hidup bersih sehat

- Semua anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah juga diobati dengan

obat yang sama dengan pasien.

2. Farmakologis

- Permetrin (Scabimite) cream 5%

Obat dioleskan pada malam hari sebelum tidur di seluruh tubuh kecuali wajah,

diamkan selama sekitar 8-10 jam.Apabila terkena air dapat dioleskan kembali. Bila

sudah 8-10 jam bisa langsung dibilas saat mandi. Obat dapat diulangi satu minggu

kemudian.

7
- CTM 3x1 setelah makan

Prognosis

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh VON HEBRA, bapak

dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan BENOMO pada tahun 1687, kemudian

Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap

Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya (Handoko, 2007). Penyakit ini sangat

mudah sekali menular dan sangat gatal terutama pada malam hari. Faktor yang

mempengaruhi ialah hygine yang kurang baik.

2. Sinonim

The itch, gudik, budukan, gatal agogo.

3. Epidemiologi

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang

menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene

yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan

perkembangan demografik serta ekologik (Handoko, 2007).

Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-

kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang

dapat menulari manusia terutama pada merkea yang banyak memelihara binatang peliharaan

misalnya anjing (Handoko, 2007).

9
4. Etiologi

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,

super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarccoptes Scabiei var. hominis. Selain itu

terdapat S. scabiei yang misalnya pada kambing dan babi. Seluruh siklus hidup tungau

betina mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko,

2007).

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung

dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata.

Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang

jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4

pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua

pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga

berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat yang dapat dilihat pada

gambar berikut (Handoko, 2007).

Gambar 1. Tungau Skabies Betina

Yang menjadi penyebab utama gejala – gejala pada skabies ini ialah Sarcoptes

scabiei betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia membuat terowongan pada

lapisan tanduk kulit untuk meletakkan telurnya (Harahap, 2000).

10
Untuk lebih memahaminya, berikut siklus hidup tungau ini. Setelah kopulasi

(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat

hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang

telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3

milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai

jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan

menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.

Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva

akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki

(Harahap, 2000).

Berikut ini gambaran mengenai siklus hidup tungau skabies:

Gambar 2. Siklus Hidup Tungau Skabies

5. Patogenesis

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga

terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal

yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang

memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit

11
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan

garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Handoko, 2007)

6. Gejala Klinis

Ketika seseorang terinfeksi scabies untuk pertama kalinya, gejala biasanya tidak

nampak hingga 2 bulan (2-6 minggu) setelah terinfestasi. Namun demikian, seseorang yang

terinfestasi masih bisa menyebarkan scabies sebelumnya, gejala akan muncul dengan segera

(1-4 hari) setelah terekspos. Seseorang yang terinfestasi scabies juga dapat menularkan

penyakitnya, walaupun mereka tidak memiliki gejala lagi. Hal ini berlaku sampai scabies

pada penderitatersebut diberantas beserta tungau dan telur-telurnya (Amirudin, 2003).

Ada 4 tanda kardinal (Handoko, 2007):

1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya

seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang

padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau

tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggotakeluarganya terkena,

walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini

bersifat sebagai pembawa (carrier) (Handoko, 2007).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau

keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung

terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya

menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Berikut dipaparkan gambaran

kelainan kulit pada skabies(Handoko, 2007).

12
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau

lebih stadium hidup tungau ini(Handoko, 2007)

Berikut dipaparkan gambaran tempat predileksi skabies:

Gambar 7. Tempat Predileksi Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga

dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :

1. Skabies pada orang bersih ( scabies of cultivated).

Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya

sehingga sangat sukar ditemukan.

2. Skabies incognito

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosterodi sehingga gejala dan

tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies

incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi

luas dan mirip penyakit lain.

3. Skabies nodula

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat

didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini

timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang

berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap

13
selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies

dan kortikosteroid.

4. Skbies pada bayi dan anak

Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher,

telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima,

sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada beyi, lesi juga dapat ditemukan didaerah

wajah.

5. Skabies pada orang tua

Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies mungkin terlewatkan karena sedikitnya

perubahan yang terjadi pada kulit mereka. Gatal yang dirasakan mungkin akan diarahkan

penyebabnya ke “senile pruritus”, xerosis, obat dan penyebab psikis lainnya.

7. Skabies norwegia

Skabies norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,

skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit

kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat

disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies

Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang

menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies norwegia terjadi akibatdefisiensi

imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat

berkembang biak dengan mudah.

8. Skabies pada penderita HIV/AIDS

Bentuk yang sering dijumpai adalah skabies berkusta dan skabies papular atipikal.

Karena manifestsis klinisnya yang atipikal tersebut maka sering sekali mengalami

keterlambatan dalam diagnosis dan meningkatkan resiko penyebaran ke sekitarnya

9. Skabies di daerah kulit kepala

Hal ini sangat jarang terjadi pada orang dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan

menyertai atau memicu terjadinya dermatitis seboroik. Skabies di kulit kepala dapat

14
terjadi pada bayi anak-anak, orang tua, penderita, AIDS, dan pasien dengan

dermatomiositis.

10. Skabies Bullosa

Gambaran vesikula sering ditemui pada pasien skabies anak-anak, namun sangat jarang

ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada orang dewasa, maka gambarannya sulit

dibedakan dengan pemfigiod bulosa.

11. Pembantu Diagnosis

Cara menemukan tungau (Handoko, 2007):

a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel

dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan

kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.

b. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan

dilihat dengan kaca pembesar.

c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan dua jari kemudian dibuat

irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.

d. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.

12. Diagnosis Banding

Ada beberapa pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great

imitator karena dapat menyerupai banuak penuakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai

diagnosis banding adalah prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain (Handoko,

2007)

13. Terapi

Syarat obat ideal adalah (Handoko, 2007):

a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

b. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik

c. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

15
d. Mudah diperoleh dan harganya murah

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang

hiposensitisasi).

Jenis obat topikal (Handoko, 2007):

a. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau

krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak

boleh lebih dari 3 hari. Kekurangan yang lain adalahberbau dan mengotori pakaian

dan kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2

tahun.

b. Emulsi benzil benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap

malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan kadang-

kadang makin gatal setelah dipakai.

c. Gama benzen heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau lotion

termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan

jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan

wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup

sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua

efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

e. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksis dibandingkan gameksan,

efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus selama 10 jam. Bila belum

sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2

bulan.

14. Pencegahan

Pencegahan skabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak

langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan barang-barang penderita secara

bersama-sama. Pakaian, handuk dan barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh

penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air panas . Pakaian dan barang-barang asal kain

16
dianjurkan untuk disetrika sebelum digunakan . Sprai penderita harus sering diganti dengan

yang baru maksimal tiga hari sekali . Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air

(bantal, guling, selimut) disarankan dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari,

selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak batik minimal

dua puluh menit sekali (Harahap, 2000).

Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan

mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei. Umumnya, penderita masih

merasakan gatal selama dua minggu pasca pengobatan. Kondisi ini diduga karena masih

adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu

masih menunjukkan gejala yang sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat karena

kemungkinan telah terjadi resistensi atau berkurangnya khasiat obat tersebut (Harahap,

2000).

15. Komplikasi

Erupsi dapat berbentuk limfangitis, impetigo, ekstima, selulitis, folikulitis, dan

furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama bebrapa minggi sampai beberpaa

bulan. Pada anak-anak sering terjadi glomerulonefritis. Pemakaian antiskabies misalnya

gmma benzene heksaklorida yang berlebihan dan terlalu sering dapat menimbulkan

dermatitis iritan. Akan terjadi iritasi dalam penggunaan benzyl benzoate sehari dua kali

terutama pada pemakain genetalia pria. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik yang

memperberat perjalanan penyakit seperti pielonefritis, abses, internal, pnemuonia

piogenik dan septikemia.

16. Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan

dan menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat

diberantas dan memberikan prognosis yang baik (Handoko, 2007).

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Diagnosis

3.1.1 Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan gejala gatal dana timbul benjolan isi air serta bercak kemerahan

pada sela jari kaki, tangan dan perut. Keluhan gatal dirasakan semakin memberta terutama pada

malam hari. Pasien tinggal di pondok pesantren dan teman satu pondok pasien mengalami

keluhan yang sama. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai

dengan teori yang ada bahwa dengan diemukannya 2 dari 4 tanda kardinal skabies maka

diagnosis klinis dapat ditegakkan. Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus

nokturnal dan adanya orang disekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama.

1.1.2 Pemeriksaan Fisik

Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi didaerah kaki, tangan dan perut

didaman didapatkan papul eritema multiple, bentuk bulat, berbatas tegas. Hal ini sesuai dengan

diagnosis skabies, dimana ini dalam teori dikatakan bahwa perdileksi terjadinya pada daerah

stratum korneum yang tipis, namun karena pada anak-anak lapisan stratum korneum tubuhnya

sebagian besar masih tipis maka penyebarannya dapat bersifat atipikal.

1.1.3 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

1.1.4 Penatalaksanaan

3. Non farmakologis

- Handuk, sprei dan pakaian penderita harus direndam dengan air panas terlebih

dahuluminimal selama 15 menit sebelum dicuci.

18
- Pakaian dan barang-barang yang berbahan kain sebaiknya disetrika sebelum

digunakan.

- Pakaian hendaknya digunakan sendiri-sendiri, jangan menggunakan pakaian

bersama-sama

- Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air seperti bantal, guling, dan kasur

dijemur di bawah sinar matahari.

- Menghindari kontak langsung dengan penderita lain seperti berjabat tangan dan

tidur bersama.

- Membiasakan hidup bersih sehat

- Semua anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah juga diobati dengan

obat yang sama dengan pasien.

4. Farmakologis

- Permetrin (Scabimite) cream 5%

Obat dioleskan pada malam hari sebelum tidur di seluruh tubuh kecuali wajah,

diamkan selama sekitar 8-10 jam.Apabila terkena air dapat dioleskan kembali. Bila

sudah 8-10 jam bisa langsung dibilas saat mandi. Obat dapat diulangi satu minggu

kemudian.

CTM 3x1 setelah makan

1.1.5 Prognosis

prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati dengan

benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga

sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada teman satu pondok

pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bial dalam perjalannya skabies tidak

diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabei akan tetap hidup dalam tubuh

manusia karena manusi merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Epididimitis and Orchitis. American Urology Association.

http://www.urologyhealth.com

Saladdin, Arianto. 2009. Penyakit-penyakit Intraskrotal-Penyakit yang berhubungan dengan

skrotum (kantung buah zakar).

http://www.reocities.com/ResearchTriangle/invention/5332/zakar-nl.html

Reksoprodjo S. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara, Hal. 331-340.

Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC. Hal. 933-

934.

http://emedicine.medscape.com

20

Anda mungkin juga menyukai