Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Jangka Sorong


1.2 Tanggal Praktikum : 27 November 2017
1.3 Tujuan Praktikum : Dapat dan mahir menggunakan jangka
sorong untuk mengukur diameter benda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mengukur panjang suatu benda, kita dapat menggunakan berbagai


macam alat ukur panjang diantanya mistar, rol meter, jangka sorong, dan
mikromter sekrup. Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian
yang berbeda. Dalam mengukur panjang suatu benda selain memperhatikan
keteletian alat ukurnya juga memperhatikan jenis dan macam bena yang akan
diukur. Jika benda yang akan diukur memiliki bentuk yang sangat besar maka
pengukuran tidak mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk
mengukur meja, mengukur suatu ruangan, mengukur suatu benda seperti bola,
balok dan lain- lain untuk diameternya dapat menggunakan mikrometer sekrup
dan jangka sorong (Ishaq, 2007).

2.1 Pengertian Jangka Sorong


Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan
untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,05 mm.
Keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk
mengukur diameter sebuah kelereng, diameter sebuah tabung atau cincin, maupun
kedalaman sebuah tabung. Secara umum jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu
rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala
utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat
pada rahang geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 0,1 cm, dengan kata lain jarak 2
skala utama yang saling berdekatan adalah 1 mm. Sedangkan sepuluh skala
nonius memiliki panjang 0,09 cm dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang
saling berdekatan adalah 0,9 mm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala
nonius adalah 0,1 cm -0,09 cm=0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari
jangka sorong adalah 0,01 cm atau 0,1 mm. Ketelitian dari jangka sorong adalah
setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah :
1
Dx= 2 ×0,1 mm = 0,05 mm.Dengan ketelitian 0,05 mm, maka jangka sorong dapat
dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih
teliti.

2.2 Jenis Jangka Sorong


1. Jangka Sorong Analog
Merupakan jangka sorong yang sering kita lihat pada waktu guru
menunjukkan contoh jangka sorong. Jangka ini tidak dilengkapi ukuran digital
untuk mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorong analog
menggunakan cara manual, maka biasanya jangka ini juga dikenal dengan jangka
sorong manual.
2. Jangka Sorong Digital
Merupakan jangka sorong jenis yang dilengkapi dengan digital untuk
mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorong digital dapat berjalan
secara otomatis akan muncul angka yang menunjukkan panjang suatu benda
secara otomatis pada bagian digital jika kita mengukur suatu benda. Jangka
sorong ini sudah mengalami perkembangan zaman sehingga menerapkan unsur
digital pada bagiannya. Jangka sorong digital ini mempunyai ketelitian 0,01 mm
(0,001 cm). Pada jangka sorong ini, panel digital akan tampak ketika melakukan
pengukuran. Panel tersebut akan bergerak secara otomatis berupa angka yang
menunjukkan ukuran benda yang diukur tersebut. Dengan menggunakan jenis
angka ini tentu pekerjaan akan menjadi lebih mudah (Halliday,1984).

2.3 Kegunaan Jangka Sorong


Kegunaan jangka sorong adalah :
1. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit.
2. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur.
3. Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan cara
menancapkan/memasukkan bagian pengukur tidak terlihat pada gambar
karena berada disisi pemegang (Daniel,1980).
Jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar
kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur
kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan
jangka sorong untuk keperluan tersebut.
A. Mengukur diameter luar
Untuk mengukur diamter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat
dilakukan dengan langkah berikut :
1. Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur
dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap),
2. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang tersebut.
3. Geserlah rahang geser kekiri sehingga benda yang diukur terjepit oleh
kedua rahang.
4. Catatlah hasil pengukuran.
B. Mengukur diameter dalam
Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam
sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
2. Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua ra
hang jangka sorong masuk kedalam benda/cincin tersebut.
3. geserlah rahang geser sedemikian sehingga kedua tahang jangka sorong
menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur.
4. Catatlah hasil pengukuran.
C. Mengukur kedalaman
Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
1. Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
2. Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke
permukaan tabung yang akan diukur kedalamannya.
3. Geserlah rahang geser ke bawah sehingga ujung batang pada jangka
sorong menyentuh dasar tabung.
4. Catatlah hasil pengukuran.
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik
nol skala nonius.
2. Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Hasil skala utama + (Skala nonius yang berimpit × Skala terkecil jangka
sorong) (Daniel,1980).

2.4 Prinsip Kerja Jangka Sorong


Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala
terkecil dalam milimeter (1 mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Besarnya skala dalam
skala nonius juga menyatakan ketelitian jangka sorong tersebut yaitu :
1. Apabila panjang skala nonius 9 mm yang dibagi menjadi 10 bagian yang
sama mengakibatkan beda satu bagian skala nonius dengan satu bagian
skala utama sebesar 1/10 bagian atau 0,1 mm, sehingga ketelitian jangka
sorong ini sebesar 0,1 mm atau 0,01 cm.
2. Apabila panjang skala nonius 9 mm yang dibagi menjadi 20 bagian yang
sama maka mengakibatkan beda satu bagian atau 0,05 mm sehingga
ketelitiannya sebesar 0,05 mm.
3. Apabila panjang skala nonius sebesar 9 mm yang dibagi menjadi 50
bagian yang sama mengakibatkan beda skala nonius dengan satu bagian
skala utama 1/50 bagian atau 0,02 mm dengan demikian ketelitian jangka
sorong menjadi 0,02 mm.
Apabila kunci pada jangka sorong ditetapkan dengan melonggarkannya,
maka papan skala nonius dapat digerakkan sesuai keperluan. Dalam kegiatan
pengukuran objek yang hendak diukur panjang atau diameternya maka dijepit
antara 2 penjepit yang ada pada jangka sorong. Panjang objek dapat ditentukan
secara langsung dengan membaca skala utama sampai sepersepuluh cm (0,1 cm)
kemudian menambahkannya dengan hasil pembacaan pada skala nonius sampai
seperseribu cm (0,001 cm).
2.5 Kalibrasi Jangka Sorong
Jangka sorong dikalibrasikan dengan cara mendorong rahang geser hingga
menyentuh rahang tetap. Apabila rahang geser berada pada posisi-posisi diangka
nol, yaitu angka nol pada skala utama dengan angka nol pada skala nonius sering
berimpit pada satu garis lurus, maka jangka sorong tersebut sudah terkalibrasi dan
siap digunakan.
Hal-hal yang menyebabkan kegagalan kalibrasi dan pengukuran
menggunakan jangka sorong adalah :
1. Kesalahan umum (orang yang melakukan pengukuran)
2. Kesalahan sistematis (kerusakan alat lingkungan)
3. Kesalahan acak (tidak diketahui penyebabnya).
Faktor terjadinya kerusakan adalah ketidakstabilan suhu ruang
penyimpanan sehingga memungkinkan jangka sorong untuk memuai atau
menyusut, terbentur dan tergores (Indrajit,2007)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapunalat yang digunakandalampraktikuminisebagaiberikut :
1. Jangka sorong

3.2 Bahan
Adapunbahan yang digunakandalampraktikuminisebagaiberikut :
1. Pipa plastik (PVC) 1 buah
2. Pipa besi 1 buah
3. Tutup aqua 1 buah

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.3.1 Pengukuran Diameter Luar
1. Diletakkan pipa secara melintang antara rahang AB lalu digeser roda R
sehingga benda tersebut terjepit diantara dua rahang.
2. Dibaca angka skala pada skala utama yang berada disebelah kiri dari
angka skala nonius. Dilihat garis angka skala nonius yang keberapa
terhimpit dengan garis skala utama. Hasil penjumlahan angka pada skala
utama dengan angka nonius x 0,05 mm merupakan hasil pengukuran
tersebut.

3.3.2 Pengukuran Diameter Dalam


1. Dimasukkan pipa atau silinder kedalam rahang CD kemudian digeser roda
R kearah luar sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian
dalam pipa.
2. Dilakukan pembacaan pengukuran dengan cara yang sama seperti pada no.
2 diatas.
3.3.3 Pengukuran Kedalaman
1. Diletakkan pipa secara tegak diatas meja lalu digeser roda R kearah luar
sehingga tangkai T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh meja dan
pinggir jangka sorong meyentuh bagian atas pipa.
2. Selanjutnya dilakukan pembacaan pengukuran seperti pada no.2 A diatas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkanpercobaan yang telahdilakukanmakahasilpengamatan yang
didapatkanadalahsebagaiberikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Pipa Plastik (PVC)
Ulangan Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Kedalaman (mm)
1 26,50 22,25 110,35
2 26,45 22,20 111,45
3 26,50 22,25 110,40
4 26,10 22,01 110,30
Rata- rata 26,38 22,21 110,62

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Pipa Besi


Ulangan Diameter Luar (mm) DiameterDalam (mm) Kedalaman (mm)
1 25,25 21,10 100,20
2 26,45 22,50 100,45
3 26,50 22,10 99,35
4 25,10 21,25 99,15
Rata- rata 25,48 21,73 99,15

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Tutup Aqua


Ulangan Diameter Luar (mm) Diameter Dalam (mm) Kedalaman (Mm)
1 30,15 29,25 8,35
2 30,20 29,20 8,30
3 30,15 29,05 8,35
4 30,10 28,25 8,26
Rata-rata 30,15 28,93 8,31
4.2 Pembahasan
Pada percobaan jangka sorong ini bahan yang digunakan adalah pipa
plastik PVC, pipa besidantutup aqua. Yang akan diukur adalah diameter luar,
diameter dalam, dan kedalaman masing-masing bahan. Setiap pengukuran
dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Untuk pipa plastik PVC, diperoleh hasil
pengukuran rata-rata diameter luar adalah 22,21 mm, rata-rata diameter dalam
26,38 mm, dan rata-rata kedalamannya adalah 110,62 mm. Untuk pipa besi
diperoleh hasil pengukuran rata-rata diameter luar yaitu 25,48 mm, rata-rata
diameter dalamnya 21,73 mm, dan rata-rata kedalamnnya adalah 99,78 mm.
Untuk tutupbotol aqua diperoleh hasil pengukuran rata-rata diameter luar yaitu
30,15 mm, rata-rata diameter dalam yaitu 28,93 mm dan rata-rata kedalamannya
adalah 8,31 mm.
Sebelum hasil pengukuran dirata-ratakan hasil untuk setiap kali ulangan
berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan titik permukaan benda yang diambil
saat akan mengukur dan mungkin disebabkan karena bahan yang diukur belum
tepat terjepit pada rahang jangka sorong, ataupun kurangnya ketelitian saat
melihat skala utama ataupun noniusnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk pipa plastik PVC diperoleh rata-rata diameter luar yaitu 26,38 mm,
diameter dalam 22,21 mm, dan rata-rata kedalaman 110,62 mm.
2. Untuk pipa besi diperoleh rata-rata diameter luar yaitu 25,48 mm, diameter
dalam 21,73 mm dan kedalamannya yaitu 99,78 mm.
3. Untuk pipa besi diperoleh rata-rata diameter luar yaitu 30,15 mm, diameter
dalam 28,93mm, dan kedalamannya yaitu 8,31 mm.
4. Perbedaan hasil untuk setiap kali ulangan disebabkan perbedaan titik
permukaan benda yang diambil pada saat akan mengukur.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini harus lebih teliti lagi dalam
meletakkan bahan yang akan diukur, pastikan bahan telah tepat terjepit pada
rahang jangka sorong dan lebih teliti dalam melihat skala utama maupun skala
nonius agar hasil pengukuran yang didapatkan lebih akurat.

Anda mungkin juga menyukai