MINI PROJECT
DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS GE’ TENGAN
KABUPATEN TANA TORAJA
PERIODE FEBRUARI – MEI 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini status kesehatan ibu di Indonesia masih jauh dari harapan, ditandai
dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 228 per 100,000 kelahiran
hidup (SDKI, 2007). Meskipun telah mengalami penurunan jika dibandingkan pada
tahun 2002-2003, yaitu 307 per 100.000 KLH, angka ini masih merupakan angka
tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia (62), Srilanka
(58), and Philipina (230). Angka kematian ibu saat melahirkan yang telah ditargetkan
dalam MDGs pada tahun 2015 adalah 110, dengan kata lain akselerasi sangat
dibutuhkan sebab pencapaian target tersebut masih cukup jauh.3
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan
angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui peningkatan pelayanan
antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara
memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan
terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, serta pelayanan emergensi
kebidanan dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat
dijangkau.4
Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan kebijakan dan berbagai upaya
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan
Sayang Ibu (GSI), Strategi Menyelamatkan Persalinan Sehat (Making Pregnant
Safer) dan penggunaan buku KIA.
I.2 Masalah
1. Berapa jumlah angka kematian ibu mulai bulan Februari sampai April
2017 di wilayah Puskesmas Getengan?
2. Apa penyebab kematian ibu mulai bulan Februari sampai April 2014 di
wilayah Puskesmas Getengan?
I.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui angka kematian ibu dan penyebabnya di wilayah Puskesmas
Getengan tahun 2017.
2. Tujuan khusus
Melakukan intervensi untuk menurunkan angka kematian ibu di wilayah
Puskesmas Getengan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kendala dan solusi
terhadap pelaksanaan mengurangi angka kematian ibu dan meningkatkan deteksi dini
komplikasi selama kehamilan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan,
sehingga dapat bermanfaat:
1. Bagi Puskesmas dapat menjadi bahan acuan dan evaluasi dalam pelaksanaan
Mentedeksi Angka Kematian Ibu dan jumlah Kehamilan Resiko Tinggi
sehingga dapat mencapai tujuan program yang optimal.
2. Bagi Dinas Kesehatan sebagai sarana informasi sehingga dapat memberikan
sarana serta dukungan terhadap pelaksanaan Mendeteksi Angka Kematian
Ibu dan jumlah Kehamilan Resiko Tinggi di wilayah kerjanya
3. Bagi Dokter Internship sehingga dapat menambah pengetahuan serta
informasi mengenai manajemen puskesmas, khususnya pada pelaksanaan
Mentedeksi Angka Kematian Ibu dan jumlah Kehamilan Resiko Tinggi
sebagai salah satu pengalaman yang akan bermanfaat saat bertugas di
puskesmas pada masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Program kerja tentang kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu dari upaya
pelayanan wajib dari suatu pusat kesehatan masyarakat atau yang kerap disebut
puskesmas. Beberapa upaya wajib yang dilakukan adalah :7
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) menjadi
topik yang akan dibahas di dalam makalah ini. PWS KIA adalah alat manajemen
untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus
menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang
dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi,
dan balita.8
Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan
komunikasi kepada sector terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam
pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah
non teknis misalnya: bumil KEK, rujukan kasus dengan resiko. Pelaksanaan PWS
KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak lanjut berupa perbaikan dalam
pelaksanaan pelayanan KIA. PWS KIA dikembangkanuntuk intensifikasi manajemen
program. Walaupun demikian hasil rekapitulasinya di tingkat puskesmas dan
kabupatan dapat di pakai untuk menentukan puskesmas dan desa / kelurahan yang
rawan. Demikian pula rekapitulasi PWS KIA di tingkat propinsi dapat dipakai untuk
menentukan kabupaten yang rawan.
Kematian ibu adalah kematian dari setiap wanita waktu hamil, persalinan, dan
dalam 90 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa
memeperhitungkan tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehamilan (WHO).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat
hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.9
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).
2.2.2 Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR (maternal mother rate) akan bermanfaat
untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan
kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making
pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga
kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan,
penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya
bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.
2.2.3 Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan
dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan
angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian
maternal per 100.000 kelahiran.
Rumus
Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,
di daerah tertentu.
Contoh
Berdasarkan data SDKI 2002 - 2003, Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality
Ratio(MMR) di Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup.
2.2.4 Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel yang
besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu
kita umumnya digunakan AKI yang telah tersedia untuk keperluan pengembangan
perencanaan program.
B. Paritas
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut pandang
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.
Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan
resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan Keluarga Berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
C. Komplikasi Obstetri
Penyebab kematian ibu. adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat
tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi.
Perdarahan, yang biasanya tidak biasa diperkirakan dan terjadi secara mendadak,
bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan
dalam masa nifas terjadi karena perdarahan post partum, retensio plasenta dan atonia
uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses
kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat
waktu.
Perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri atau sisa
plasenta sering berlangsung sangat banyak dan cepat. Renjatan karena
perdarahan banyak segera akan disusul dengan kematian maternal, jika
masalah ini dapat diatasi secara cepat dan tepat oleh tenaga yang terampil dan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
b. Eklampsia
Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 13
10
persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen) .
Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses
terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah
kematian ibu karena eklampsia.
c. Aborsi yang tidak aman
Aborsi yang tidak aman. bertanggung jawab terhadap 11 persen
kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia 13 persen). Kematian ini
sebenarnya dapat dicegah jika perempuan mempunyai akses terhadap
informasi dan pelayanan kontrasepsi serta perawatan terhadap komplikasi
aborsi. Data dari SDKI 2002–2003 menunjukkan bahwa 7,2 persen kelahiran
tidak diinginkan.
e. Sepsis
Sepsis sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi
karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena
penyakit menular akibat hubungan seks yang tidak diobati. Sepsis ini
berkontribusi pada 10 persen kematian ibu (rata-rata dunia 15 persen). Deteksi
dini terhadap infeksi selama kehamilan, persalinan yang bersih, dan perawatan
semasa nifas yang benar dapat menanggulangi masalah ini. Partus lama, yang
berkontribusi bagi sembilan persen kematian ibu (rata-rata dunia 8 persen),
sering disebabkan oleh disproposi cephalopelvic, kelainan letak, dan
gangguan kontraksi uterus.
Risiko kematian ibu dapat diperparah oleh adanya anemia dan penyakit
menular seperti malaria, tuberkulosis (TB), hepatitis, dan HIV/AIDS. Pada 1995,
misalnya, prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen, dan
pada ibu nifas 45 persen.13
Anemia pada ibu hamil mempuyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak
dalam kandungan, meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, bayi dengan
berat lahir rendah, serta sering menyebabkan kematian ibu dan bayi baru lahir. Faktor
lain yang berkontribusi adalah kekurangan energi kronik (KEK). Pada 2002, 17,6
persen wanita usia subur (WUS) menderita KEK.14
Tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, faktor budaya, dan akses terhadap
sarana kesehatan dan transportasi juga berkontribusi secara tidak langsung terhadap
kematian dan kesakitan ibu. Situasi ini diidentifikasi sebagai “3 T” (terlambat). Yang
pertama adalah terlambat deteksi bahaya dini selama kehamilan, persalinan, dan
nifas, serta dalam mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu
dan neonatal. Kedua, terlambat merujuk ke fasilitas kesehatan karena kondisi
geografis dan sulitnya transportasi. Ketiga, terlambat mendapat pelayanan kesehatan
yang memadai di tempat rujukan.
Penyebab kematian juga bisa bersumber dari aspek medis, sosial, budaya, dan
agama:
1. HB kurang dari 8 gr %
2. Tekanan darah tinggi (Sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)
3. Eklampsia
4. Oedema yang nyata
5. Perdarahan pervaginam
6. Ketuban pecah dini
7. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
8. Letak sungsang pada primigravida
9. Infeksi berat / sepsis
10. Persalinan premature
11. Kehamilan ganda
12. 6.34 Janin yang besar
13. Penyakit kronis pada ibu ; Jantung, paru, ginjal, dll
14. Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan.
1. Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal
2. Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian
3. Jenis intervensi yang dibutuhkan
Dasar terjadinya kematian dan kesakitan maternal dan perinatal/neonatal
seharusnya dapat diungkap tanpa harus membuka identitas pihak yang terkait kepada
asesor. Adapun umpan balik untuk kepentingan pembelajaran, pembinaan, dan
perbaikan tetap dapat diberikan kepada pihak yang bersangkutan karena identitas
pihak yang terkait diketahui oleh Koordinator AMP Kabupaten/Kota.3
B. PONED 21
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) adalah pelayanan
untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang terjadi pada
ibu hamil, ibu bersalin maupun ibu dalam masa nifas dengan komplikasi obstetri yang
mengancam jiwa ibu maupun janinnya. PONED merupakan upaya pemerintah dalam
menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan
pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit dan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di tingkat Puskesmas.
Puskesmas PONED adalah puskesmas yang memiliki fasilitas dan kemampuan
memberikan pelayanan untuk menanggulangi kasus kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal selama 24 jam. Sebuah Puskesmas PONED harus memenuhi standar yang
meliputi standar administrasi dan manajemen, fasilitas bangunan atau ruangan,
peralatan dan obat-obatan, tenaga kesehatan dan fasilitas penunjang lain. Puskesmas
PONED juga harus mampu memberikan pelayanan yang meliputi penanganan
preeklampsi, eklampsi, perdarahan, sepsis, sepsis neonatorum, asfiksia, kejang,
ikterus, hipoglikemia, hipotermi, tetanus neonatorum, trauma lahir, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), sindroma gangguan pernapasan dan kelainan kongenital.
Alur pelayanan puskesmas PONED, setiap kasus emergensi yang datang di
setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru
melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran & alur pasien).
Pelayanan yang diberikan harus mengikuti Prosedur Tetap (PROTAP).
C. GSI 22
Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan upaya untuk meningkatkan
pemberdayaan perempuan dan mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang masih tinggi dan merupakan gerakan masyarakat bekerja sama dengan
pemerintah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan GSI adalah suatu gerakan
yang dilaksanakan oleh masyarakat bekerja sama dengan pemerintah untuk
meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan (sebagai sumber daya manusia)
melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka
kematian ibu karena hamil, melahirkan, dan nifas, serta kematian bayi.
GSI yang kegiatannya ditunjang oleh Tim Pokja dan Tim Satgas GSI
diarahkan agar mampu mendorong masyarakat untuk berperan aktif dan
mengembangkan potensinya dengan melahirkan ide-ide kreatif dalam melaksanakan
GSI di daerahnya. Kegiatan-kegiatanya antara lain:
Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu,
di daerah tertentu.
PWS KIA adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA
di suatu wilayah kerja secara terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi program pelayanan ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, dan keluarga berencana,
bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS
KIA terdiri dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan
tindak lanjut.
1 Februari 1 0 -
2 Maret 4 1 Eklamsia
3 April 2 0 -
JUMLAH 7 1
Terdapat 1 ibu yang meninggal di wilayah puskesmas getengan dari 7
kelahiran sejek 3 bulan terakhir dengan data sebagai berikut :
1. Bulan Maret :
Ibu VA, 32 tahun, G3P2A0, usia kehamilan 8 bulan, Riwayat SC Pada
anak ke-2 indikasi serotinus. Resiko kehamilan (-) pada trimester 1 dan 2
dilakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas Getengan hasil tekanan darah
110/80 dan DJJ 132 pada trimester 1 dan 110/60 pada trimeseter 2 dengan
DJJ 139, HB 10, trimester ke 3 pasien diperiksa di Puskesmas Makale
dengan kondisi edem dan ditemukan proteinuria ++ namun hasil
pemeriksaan tekanan darah 120/80.
Menurut MDG’s Target Angka Kematian Ibu adalah 0 kelahiran hidup. Hasil
yang ditemukan pada puskesmas getengan terdapat 1 kematian ibu dalam waktu 3
bulan terakhir.