Anda di halaman 1dari 28

BAB III

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANGAN

BEDAH RSUD DR.ACHMAD DARWIS SULIKI

A. Kajian Situasi RSUD Dr Achmad Darwis


Rumah Sakit Umum Daerah dr. Achmad Darwis Suliki terletak ditempat

yang mudah dijangkau dari berbagai arah. Dari arah utara berbatasan dengan

Kecamatan Bukit Barisan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten

Agam, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Gunung Omeh dan

sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Guguak.

Berdasarkan peraturan daerah nomor 4 tahun 2012, RSUD Suliki berganti

nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Achmad Darwis merupakan

rumah sakit satu-satunya di Kabupaten Lima Puluh Kota.

RSUD dr. Achmad Darwis merupakan Rumah Sakit Umum Daerah

kabupaten Lima Puluh Kota yang jaraknya 28 KM dari Ibu Kota Kabupaten

Sarilamak. RSUD dr. Achmad Darwis diresmikan pada tahun 1986 dengan

Direktur yang pertama dr. Asril Majid. Pelanggad RSUD dr. Achmad Darwis

adalah masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota dan sekitarnya, terutama yang

jaraknya dekat dan rujukan dari 22 puskesmas. Pada tahun 2015, RSUD dr

Achmad Darwis sudah naik type dari Rumah Sakit type D menjadi RS type C

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

HK.03.05/I/2233/12 tahun 2012 Sarana Prasarana Rumah Sakit Umum Daerah

dr. Achmad Darwis selalu mengalami perkembangan.

1. Visi RSUD DR. Achmad Darwis Suliki

25
Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang cepat, tepat, dan memuaskan

bagi masyarakat.

2. Misi dari RSUD DR. Achmad Darwis Suliki

a. Menyelenggarakan pelayanan secara profesional, fokus pada

kepuasan pelanggan dengan penuh kasih sayang

b. Mewujudkan kompetensi SDM sesuai standar nasional dengan

efektif dan efisien

c. Meningkatkan mutu dan penggunaan

d. Meningkatkan kualitas manajemen berbasis teknologi informasi

e. Mengembangkan program kemitraan dalam menunjang pelayanan

3. Moto RSUD DR. Achmad Darwis Suliki

“Melayani dengan sepenuh hati”

B. Kajian Situasi Ruangan Bedah RSUD Achmad Darwis

1. Karakteristik Unit

Ruangan bedah merupakan bangunan yang sudah lama dipakai

sejak awal rumah sakit didirikan. Cakupan pelayanan diruang bedah

yaitu menerima rawat inap pasien umum, BPJS dengan diawasi oleh

dokter spesialis bedah seta konsul dengan spesialis lain yang diperlukan

sesuai kondisi pasien. Ruangan ini terdiri dari ruang rawatan, 1 nurse

station, 1 ruang perawat, 1 kamar perasat, 1 ruang logistik.

a. Sikap Kekaryaan Ruangan

i. Fokus Telaah
Dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang bedah adalah

pasien dengan pre dan post operasi, gangguan muskuloskeletal,

dan gangguan organ lainnya mulai dari anak-anak sampai

lansia

ii. Lingkup Garapan

Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang perawatan

adalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Untuk mengatasi

gangguan atau hambatan pemenuhan kebutuhan dasar manusia

dan meningkatkan kualitas hidup yang terjadi akibat masalah

atau gangguan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh

yang dialami oleh pasien yang berupa gangguan

muskuloskeletal, tindakan operasi dan gangguan organ lainnya,

tujuannya meliputi :

a) Meningkatkan kesehatan pasien

b) Memberikan pelayanan kepada masyarakat

c) Menekan angka kejadian infeksi nosokomial

Elemen-elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap bedah :

a) Pemeliharaan pola-pola normal dari fungsi-fungsi dasar

atau kebutuhan manusia

b) Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan.

Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang

pemeliharaan kesehatan

iii. Basis Intervensi


Basis intervensi ruang bedah merupakan suatu bagian dari

pelayanan khusus yang menangani penyakit bedah seperti :

gangguan muskuloskeletal, gangguan perfusi jariangan, pre

dan post operasi, post trauma, dll. Sehingga memerlukan

penanganan intensif agar dapat sembuh dan mempunyai

kualitas hidup yang baik

b. Model Layanan

Ruang rawat inap bedah menggunakan metode tim, namun pada

pelaksanaannya metode keperawatan tim tidak berjalan dengan baik,

diman terlihat katim merangkap sebagai perawat pelaksana. Ini terjadi

karena adanya hambatan yaitu kurangnya tenaga kerja.

c. Denah Ruang Bedah

II
I IV V VI
III

VII VIII IX X XI

Keterangan :

I. Kelas IIIA (Laki-Laki)

II. Ruang perawat


III. Nurse Station

IV. Kelas IA

V. Kelas IB

VI. Kelas Utama A

VII. Kelas IIIB (wanita)

VIII. Gudang

IX. Kelas II

X. Ruang Perasat

XI. Kelas Utama B

d. Kapasitas Unit Ruang

Ruang bedah memiliki kapasitas tempat tidur 10 tempat tidur untuk

kelas III, ruang kelas II memiliki 4 tempat tidur, ruang kelas I terdiri

dari kelas IA dan IB masing-masing 1 tempat tidur, dan 2 ruang kelas

utama masing-masing 1 tempat tidur.

2. Input

a. Man

1) Kuesioner

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan data umum perawat :


a). Umur

Diagram 3.1
Distribusi frekuensi umur perawat di ruang bedah RSUD Dr. Achmad Darwis
Suliki

31-40 21-30
50% 50%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 50% perawat di ruang bedah 31-40 tahun

dan 50% perawat di ruang bedah 21-30 tahun.

b). Jenis kelamin

Diagram 3.2
Distribusi frekuensi jenis kelamin perawat di ruang bedah RSUD Dr. Achmad
Darwis Suliki

Laki-laki Perempuan

21%

79%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 79% perawat di ruang bedah adalah

perempuan.
Observasi

a) Jumlah Perawat

Data tenaga keperawatan ruang bedah RSUD Dr.Achmad Darwis

Suliki 14 orang perawat

No Nama Jenis Jabatan Pendidikan

Kelamin

1 Ns. Ulya Husna, S.Kep Perempuan KaRu Ners

2 Asmul, Amd.Kep Perempuan KaTim DIII

3 Utami Ridayani, S.Kep Perempuan PP S.Kep

4 Elindawati, Amd.Kep Perempuan PP DIII

5 Darna Sri Herlina, Amd.Kep Perempuan PP DIII

6 Fitriani Br Pinem, Amd.Kep Perempuan PP DIII

7 Yanti Susanti, Amd.Kep Perempuan PP DIII

8 Sri Amelia, Amd.Kep Perempuan PP DIII

9 Metrawati, Amd.Kep Perempuan PP DIII

10 Ns. Yesi Murina, S.Kep Perempuan PP Ners

11 Ns. Lil Yusra, S.Kep Laki-laki PP Ners

12 M. Hariadi Hatta, Amd.Kep Laki-Laki PP DIII

13 Yetti Wulandari, Amd.Kep Perempuan PP DIII

14 Wulan Purnama S, Perempuan PP DIII


Amd.Kep

Ruangan rawat inap Bedah mempunyai 14 orang tenaga perawat dimana 1 Kepala

Ruangan dan 1 orang Katim.


b) Pendidikan

Diagram 3.3
Tingkat pendidikan tenaga keperawatan di ruang bedah

Pendidikan
DIII S.Kep Ners

21%
7%
72%

Ruangan rawat inap bedah terdapat 3 orang perawat dengan

pendidikan S1 keperawatan + Ners, 1 orang perawat dengan

pendidikan S1 Keperawatan dan 10 orang D3 keperawatan.

c) Pelatihan

Diagram 3.4

BTCLS

PPGD

Rata-rata perawat di ruangan bedah sudah mengikuti pelatihan

BTCLS dan PPGD.


d) Lama bekerja

Diagram 3.5
Distribusi frekuensi lama kerja perawat di ruang bedah RSUD Dr. Achmad
Darwis Suliki

0-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun >15 tahun

7%

21%
50%

22%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 50% perawat di ruang bedah lama kerja 0-

5 tahun.

Diagram 3.6
Distribusi frekuensi struktur organisasi di ruangan

Tidak
0%

Ya
100%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 100% ruangan sudah mempunyai struktur

organisasi
Diagram 3.7
Distribusi frekuensi Uraian tugas

Tidak
0%

Ya
100%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 100% perawat ruangan sudah memiliki

uraian tugas masing-masing

2) Wawancara

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, kepala ruangan mengatakan

bahwa jumlah tenaga perawat yang ada di ruangan dirasakan cukup dibandingkan

dengan beban kerja di ruangan. Pada suatu pelayanan profesional jumlah tenaga

yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan tingkat ketergantungan

pasien, menurut douglas (1984), Loveridge dan Cumming (1996)

Tabel 3.2

Klasifikasi Dan Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

Klasifikasi Pasien

Minimal Partial Total

Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam

1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20


2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40

3 0,51 0,42 0,21 0,81 0.45 0,30 1,08 0,90 0,60

Tabel 3.3

Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan

Pada Tanggal 16 September 2017

Tingkat Jumlah Pagi Siang Malam

ketergantungan pasien

pasien

Total Care 0 0 x 0,36 = 0 0 x 0,30 = 0 0 x 0,20 = 0

Parsial Care 15 15 x 0,27 = 15 x 0,15 = 15 x 0,10 =

4,05 2.25 1,5

Minimal Care 3 3 x 0,17 = 3 x 0,14 = 3 x 0,07 = 0,21

0,51 0,42

Jumlah 4,56 = 5 2.67 = 3 1,71 = 2

Berdasarkan table diatas setelah dihitung menurut Douglas, kebutuhan

perawat pada tanggal 16 September 2017, dengan jumlah pasien perhari dalam

satu tahun, adalah :

1. Pagi : membutuhkan 5 orang perawat,1 orang Kepala

ruangan, 1 kepala Tim. Sedangkan di ruangan rawat yang dinas pada


tanggal 16 September 2017 yang dinas sebanyak 3 orang yang terdiri dari

1 orang Kepala ruangan, 1 orang Ka Tim dan 1 orang perawat pelaksana,

jadi menurut Douglas tidak sesuai, karena perawat pelaksananya kurang 4

orang.

2. Sore : membutuhkan perawat pelaksana sebanyak 3 orang,

sedangkan yang dinas sore di ruang bedah pada tanggal 16 September

2017 hanya 2 orang, jadi menurut Douglas tidak sesuai, karena perawat

pelaksananya kurang 1 orang.

3. Malam : membutuhkan perawat sebanyak 2 orang perawat,

sedangkan yang dinas malam pada tanggal 28 Januari 2017 adalah 2

orang perawat pelaksana, jadi menurut teori Douglas sesuai.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat ruang

bedah, mengatakan bahwa sudah dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

tindakan keperawatan oleh kepala ruangan.

b. Methode

1. Kuesioner

Metode MTKP

Diagram 3.8
Distribusi frekuensi KaTim membuat jadwal dinas bersama Kepala Ruangan

Ya Tidak

17%

83%
Berdasarkan diagram diatas didapatkan 83% perawat menjawab

Katim membuat jadwal dinas bersama KaRu.

Diagram 3.9
Distribusi frekuensi KaTim memimpin kegiatan konfrensi kasus, pre dan post
confrence

Ya Tidak

27%
73%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 27% KaTim tidak

memimpin kegiatan , konfrensi kasus, pre dan post confrence.

Diagram 3.8
KaTim mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana

Ya Tidak

18%

82%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 82% KaTim selalu mendelegasikan tugas

kepada perawat pelaksana dengan jelas.


Diagram 3.9
Distribusi frekuensi identifikasi tingkat ketergantungan klien

Ya Tidak

17%

83%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 17% KaRu jarang mengidentifikasi

tingkat ketergantungan klien setiap hari.

Diagram 3.10
Distribusi frekuensi struktur organisasi di ruangan

Tidak
0%

Ya
100%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 100% ruangan sudah mempunyai struktur

organisasi

Diagram 3.11
Distribusi frekuensi Uraian tugas

Tidak
0%

Ya
100%
Berdasarkan diagram diatas didapatkan 100% perawat ruangan sudah memiliki

uraian tugas masing-masing

2. Observasi

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa pelaksanaan metode tim

belum terlaksana di ruangan, metode yang digunakan lebih kepada metode

memodifikasi (gabungan metode tim dan modifikasi) dimana ditemukan beberapa

penugasan pengobatan dilakukan oleh satu orang perawat.

Diagram 4.13
Distribusi frekuensi Overan

Tidak
7%

Ya
93%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 93% KaRu selalu memimpin disetiap

operan.

Diagram 4.14
Distribusi frekuensi Metode SBAR

Ya
36%
Tidak
64%
Berdasarkan diagram diatas didapatkan 64% operan yang dilakukan belum

menggunakan metode SBAR

Diagram 4.15
Distribusi frekuensi Pre dan Post Confrence

Tidak
36%
Ya
64%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 64% KaTim selalu memimpin pre dan

post confrence

Diagram 4.16
Distribusi frekuensi Discharge Planning

Tidak
36%
Ya
64%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 64% ruangan bedah sudah menjalankna

discharge planning.
Diagram 4.16
Distribusi frekuensi Supervisi

Tidak
27%

Ya
73%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 73% Karu melakukan supervisi kepada

perawat ruangan

Diagram 4.17
Distribusi frekuensi Ronde Keperawatan

Ya
9%

Tidak
91%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 91% perawat ruangan belum melakukan

ronde keperawatan

Diagram 4.18
Distribusi frekuensi Konfrensi Kasus

Ya
27%

Tidak
73%
Berdasarkan diagram diatas didapatkan 73% KaTim tidak memimpin konfrensi

kasus

3. Wawancara

Dari hasil wawancara, kepala ruangan rawat inap bedah mengatakan

menggunakan metode tim dan modifikasi dalam penugasan, namun metode tim

belum berjalan dengan maksimal

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan data 67% perawat mengatakan

dalam metode tim belum optimal.

Masalah : belum optimalnya pelaksanaan metode tim di ruangan bedah.

c. Machine dan Material

1. Observasi

Dari hasil observasi diruang rawat inap kelas bedah penataan alat belum

sesuai dengan tempatnya, meja troly untuk pelayanan keperawatan tidak layak

pakai ( Rusak ), skeream juga tidak layak digunakan (robek ) kemudian kursi

untuk keluarga penunggu pasien tidak ada.

2. Wawancara

Untuk kelengkapan alat-alat logistik di ruangan kelas bedah, kepala ruangan

meminta dengan surat dan amprah ke bagian terkait. Kepala ruangan selalu

mengidentifikasi dan menerima laporan dari perawat, dan kemudian membuat

surat dan amprah ke bagian terkait.

Untuk alat-alat logistik yang rusak, kepala ruangan melapor kepada instalasi

pemeliharaan sarana dan petugas ada memperbaiki alat-alat tersebut.


No Nama barang Jumlah alat Keterangan

1. Sterelisator 1
2. Troli alat 1 Rusak
3. Set TV 5 Gunting jaringan
tumpul
4. Tromol kas besar 1
5. Tromol kas kecil 1
6. Bak Instrumen kecil 1
7. Bak Instrumen besar 2
8. Baki plastik 1
9. Tensimeter 1
10. Stetoskop 1
11. Termometer 1
12. Nebulizer 1
13. Lumpang 1
14. Kursi roda 1
15. Brankar 1
16. Gunting verban 1
17. Senter 1
18. Rol pendek 1
19. Pelubang kertas 1
20. Heakter besar 2
21. Heakter kecil 2
22. Kabinet kecil 7
23. Mess Set BHP
24. Timbangan 1
25 Kom steril 2
26 Syiring pump 1

3. Proses

a. Planning

1. Observasi :

Ruangan sudah memiliki visi misi dan motto ruangan.


2. Wawancara :

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan Karu ada membuat

perencanaan SDM dan Logistik/bulan.

b. Organizing

Observasi :

Metoda yang digunakan di ruangan belum menunjukkan penggunaan

metoda tim, dimana perawat belum dibagi kedalam dua atau tiga

kelompok. 2-3 orang perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan

kepada 5-7 orang pasien.

Struktur organisasi sudah ada terpasang di ruangan. Rentang kendali sudah

ada di ruangan dan diperbarui setiap hari.

Wawancara :

Karu mengatakan metode yang dipakai diruangan menggunakan metode

tim dan modifikasi. Hal ini dipertegas oleh Karu bedah bahwa pelaksanaan

metode tim belum maksimal terkendali dengan keterbatasan tenaga

perawat diruangan. Kepala ruangan bedah mengatakan metode yang

dipakai diruangan kadang tidak sesuai dengan metode yang telah

ditetapkan, kadang-kadang disesuaikan dengan situasi dan tingkat

kebutuhan pasien saat dinas.

Masalah : pemahaman tentang metode tim belum optimal

c. Actuating

1. Motivasi

observasi :
Didapatkan bahwa kepala ruangan ada memberikan pengarahan kepada

perawat pelaksana saat melakukan asuhan keperawatan.

Kuesioner :

Didapatkan 85% perawat mengatakan kepala ruangan ada memberikan

motivasi dalam meningkatkan pegetahuan dan keterampilan.

Wawancara :

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa kepala

ruangan ada memberikan motivasi kepada perawat pelaksana yang

bertugas di ruangan, memberikan reward pada petugas yang bekerja

dengan baik dan teguran serta fanismen ketika perawat melakukan

kesalahan.

2. Komunikasi

Observasi :

Perawat sudah melakukan timbang terima pasien dengan melihat kondisi

pasien secara langsung ke ruang rawat namun hal ini dirasa belum optimal

karena beberapa data seperti keluhan, implementasi yang telah dilakukan,

lama hari rawatan masih ada yang belum dilengkapi.

Wawancara :

berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, perawat sudah terbiasa

dengan sistem overan seperti yang biasa dilakukan diruangan

Masalah : pelaksanaan overan yang belum optimal


d. Controlling

Kuesioner :

Analisa Observasi Askep

27%
ya
tidak
73%

didapatkan data 73% perawat mengatakan kepala ruangan selalu

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan, dan

27% perawat mengatakan kepala ruangan tidak ada melakukan

pengawasan asuhan keperawatan.

Wawancara :

Wawancara yang dilakukan dengan perawat ruang bedah, mengatakan

bahwa sudah dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tindakan

keperawatan oleh kepala ruangan.

e. Manajemen Asuhan

1. Observasi :

Di ruangan bedah terlihat adanya blanko pendokumentasian asuhan

keperawatan, blanko intake output, format pengkajian, format evaluasi, dan

pengisiannya sebagian besar belum optimal.


Hari
No Hasil observasi dokumentasi Presentase
/tanggal

1 Sabtu, 16 Berdasarkan hasil observasi

September pendokumentasian

2017 didapatkan:

a. Pengkajian a. Pengkajian

Berupa pemeriksaan fisik Lengkap 83%

dari 6 status didapatkan

5 status terisi lengkap

b. Diagnosa keperawatan b. Diagnosa

Dari 6 status didapatkan keperawatan

6 status ada diisi Ada : 100 %

diagnosa keperawatan,

c. Intervensi

Dari 6 status didapatkan c. Intervensi

6 status tidak diisi Keperawatan ada :

intervensi keperawatan 100%

d. Implementasi

Dari 6 status 6 status d. Implementasi

lengkap diisi Ada: 100%

implementasi

keperawatan

e. Evaluasi e. Evaluasi
Dari 6 status didapatkan Ada: 50%

3 status ada diisi evaluasi Tidak: 50%

keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa

pendokumentasian askep yang dilaksanakan belum optimal dan belum lengkap di

ruang bedah.

Masalah : ada masalah

2. Output

a. Kepuasan Pasien

1. Kebersihan ruangan

20% Kebersihan Ruangan


bersih
Kebersihan Ruangan
80% tidak bersih

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan pada pasien didapatkan bahwa

80% responden mengatakan bahwa ruangan Bedah bersih dan 20% responden

mengatakan tidak bersih.


2. Kerapian ruangan

kerapian ruangan rapi


35%

kerapian ruangan tidak


65% rapi

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan pada pasien didapatkan

bahwa 65% responden mengatakan bahwa ruangan Bedah rapi dan 35%

responden mengatakan tidak rapi.

3. Kenyaman pasien

27%
kenyamanan pasien
nyaman
kenyamanan pasien tidak
nyaman
73%

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan pada pasien didapatkan

bahwa 73% responden mengatakan ruangan bedah nyaman dan 27% responden

mengatakan tidak nyaman.


4. Sikap

0%

sikap perawat baik

sikap perawat tidak


baik
100%

100% responden mengatakan sikap perawat bedah sudah cukup baik,

perawat bedah sudah bersikap ramah, mudah senyum, dan sopan.

Diagram 4.19
Distribusi frekuensi Audit dokumentasi

Tidak
27%

Ya
73%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 73% dilakukan audit dokumentasi

Diagram 4.20
Distribusi frekuensi evaluasi

Tidak
18%

Ya
82%
Berdasarkan diagram diatas didapatkan 82% dilakukan evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang telah diberikan.

OUTPUT

Diagram 4.21
Distribusi frekuensi Survey kepuasan pasien

Tidak
25%

Ya
75%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 75% dilakukannya survey kepuasan

pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan.

Diagram 4.22
Distribusi frekuensi indikator mutu

Ya
37%

Tidak
63%

Berdasarkan diagram diatas didapatkan 63% tidak adanya indikator mutu

pelayanan yang telah ditetapkan.


b. Kewaspadaan universal

Kewaspadaan universal di ruang Bedah sudah cukup baik, dari

hasil observasi di ruangan tidak ada kejadian dekubitus.

Anda mungkin juga menyukai