Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH


DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA WARGA SEKOLAH
DAN MASYARAKAT
Juni Iswanto1

Abstrak
Pelaksanaan reformasi pendidikan memerlukan kesiapan semua pihak untuk berubah
demi meningkatkan kinerja sistem pendidikan nasional, salah satunya adalah
manajemen peningkatan mutu berbasisi sekolah (MPMBS). Sebagai konsekuensi dari
otonomi daerah, MPMBS diartikan sebagai manajemen yang memberikan otonomi
lebih besar, memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan mendorong partisipasi
secara langsung dari warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu
sekolah. MPMBS merupakan bagian dari manajemen berbasis sekolah (MBS) yang
pada saatnya nanti akan menjadi MBS. Tujuan MPMBS adalah (1) membantu sekolah
menjelaskan pengelolaan sekarang dan mendatang, (2) mendorong dan mendukung
partisipasi masyarakat, (3) mendorong adanya decision making di tingkat sekolah.
Keberhasilan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ditentukan oleh adanya
manajerial yang kokoh, sehingga kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan kerja
yang kondusif dan menyenangkan. Guru juga harus berkreasi dalam meningkatkan
manajemen kelas, mengingat guru adalah teladan dan panutan langsung para siswa di
kelas. Sedangkan pemberdayaan masyarakat, dalam MPMBS, dimaksudkan untuk
mengoptimalkan secara efektif dan efisien terhadap kinerja elemen sekolah, yaitu
kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, murid, orang tua murid dan masyarakat.

Kata kunci : MPMBS, peran masyarakat, warga sekolah

1
Penulis adalah dosen Institut Agama Islam (IAI) Pangeran Diponegoro Nganjuk.
1
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

A. Pendahuluan permasalahan yang dihadapi


Reformasi pendidikan melalui pendidikan nasional saat ini dan
pelaksanaan desentralisasi pendidikan kemauan untuk mengambil pelajaran
dalam kerangka otonomi daerah dari pengalaman masa lalu.
dewasa ini menentukan sosok dan Berdasarkaan pemahaman tersebut,
kinerja sistem pendidikan nasional di maka dapat ditetapkan pilihan-pilihan
masa depan. Tujuan pertama reformasi kebijakan yang rasional untuk
pendidikan adalah membangun sistem membenahi dan meningkatkan kinerja
pendidikan nasional yang lebih baik, sistem pendidikan nasional.
lebih mantap dan lebih maju dengan Berdasarkan hal itu, maka lahir
mengoptimalkan dan memberdayakan peraturan pemerintah (PP) Nomor 19
potensi daerah dan partisipasi tahun 2005 tentang standar
masyarakat lokal. Dalam hal ini perlu nasional pendidikan, yang pasal 49
ditekankan bahwa meskipun ayat (1) berbunyi, pengelolaan
pengelolaan pendidikan menjadi lebih satuan pendidikan pada jenjang
bermuatan lokal, namun semuanya pendidikan dasar menengah
harus tetap berada dalam kerangka menerapkan manajemen berbasis
sistem pendidikan nasional di bawah sekolah yang ditunjukkan dengan
NKRI. Dengan kata lain, kemandirian, kemitraan, partisipasi,
pemberlakuan otonomi daerah, keterbukaan, dan akuntabilitas.2
termasuk bidang pendidikan, tidak ada Dampak pada lembaga
yang disebut “sistem pendidikan pendidikan adalah semua pengelolahan
daerah” karena yang ada “sistem dan pengembangan lembaga
pendidikan nasional” yang sebagian diserahkan dan diberikan keluasan
besar urusan atau penyelenggaraanya pada lembaga pendidikan yang
dilaksanakan oleh daerah. bersangkutan, sehingga lembaga
Pelaksanaan reformasi pendidikan dapat melakukan berbagai
pendidikan memerlukan kesiapan
2
Departemen Agama Kantor Wilayah
semua pihak untuk berubah. Untuk itu,
Provinsi Jawa Timur, Standar
pertama-tama perlu pemahaman
Nasional Pendidikan (Surabaya : Kemenag Jatim,
komprehensif tentang berbagai 2005), 33.
2
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

inovasi dan pengembangan sesuai selama ini telah dipraktekkan memiliki


dengan kondisi yang ada. Persoalan banyak kelemahan, dengan alasan (1)
yang ditimbulkan dari perubahan di sekolah paling memahami
atas adalah persoalan pendanaan atau permasalahan sekolahanya, (2)
anggaran untuk sektor pendidikan, perubahan positif di sekolah akan
terutama lembaga pendidikan negeri, terjadi jika semua warga sekolah ada
yang masih tergantung pada “rasa memiliki” karena ada kesempatan
pendapataan daerahnya masing- berpartisipasi dalam merumuskan
masing. perubahan, (3) pengaturan yang
Oleh karena itu, kemandirian atas birokratik lebih dominan dari pada
dasar kebijakan otonomi sangat tanggung jawab proporsional, sehingga
memerlukan kelengkapan administrasi kreatifitas sekolah pada umumnya dan
dan kemampuan secara manajerial guru pada khususnya terpasung dan
disertai dengan sumber pendanaan bahkan terbunuh.4
yang cukup agar dapat mendukung Berdasarkan undang-undang
kelangsungan institusinya. tersebut di atas, maka kebijakan baru
Kelengkapan administrasi dan di bidang kependidikan terjadi
manajemen yang dikelola sesuai tugas perubahan dari manajemen berbasis
dan fungsinya akan menjadi faktor pusat menjadi manajemen berbasis
terwujudnya nilai efektivitas dan daerah, sehingga sekolah diberikan
efisiensi sebuah lembaga pendidikan, wewenang untuk mengembangkan
termasuk madrasah.3 manajemen sendiri. Salah satu
PP Nomor 19 tahun 2005 alternatif yang ditawarkan adalah
Standar Nasional Pendidikan tentang mengadopsi program MBS yang
standar pengelolaan oleh satuan memiliki lisensi keterlibatan masyarakat
pendidikan, membawa konsekuensi secara langsung. Dengan tujuan untuk
logis dari pemberlakuannya. memberdayakan sekolah, terutama
Manajemen berbasis pusat yang sumberdaya manusia, melalui

Agus Joko Purwanto, Desentralisasi dan


3

Otonomi Pendidikan (Jakarta : 4


Nanang Fattah, Manajemen Berbasis
Jurnal Tot KKM Depag, 2001), 36. Sekolah (Bandung : CV. Adira, 2000), 30.
3
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

kewenangan, fleksibilitas dan sumber sesungguhnya harus dilakukan usaha-


daya lainnya untuk memecahkan usaha (action) yang arif dan bijaksana
persoalan yang dihadapi oleh sekolah oleh berbagai pihak, baik orang tua
bersangkutan. siswa, kepala sekolah, guru,
MBS merupakan salah satu masyarakat, institusi keagamaan,
upaya pemerintah untuk mencapai lembaga swadaya masyarakat (LSM)
keunggulan masyarakat bangsa dalam dan pemerintah untuk menciptakan
penguasaan ilmu teknologi, yang dalam kerjasama yang efektif.7
pelaksanaannya diserahkan Secara internal, sekolah memiliki
sepenuhnya kepada pemerintah tingkat perangkat guru, murid, kurikulum,
propinsi sampai dengan tingkat sarana dan pra-sarana. Secara
kabupateni/kota.5 Sekolah dipandang eksternal, sekolah memiliki dan
sebagai suatu organisasi yang didesain berhubungan dengan instansi lain, baik
untuk dapat berkontribusi terhadap secara vertikal maupun horisontal. Di
upaya peningkatan kualitas hidup bagi dalam konteks pendidikan, sekolah
masyarakat suatu bangsa. Sehingga memiliki stakeholders (pihak
sekolah sebagai institusi pendidikan berkepentingan), antara lain murid,
perlu dikelola, diatur, ditata dan guru, masyarakat, pemerintah, dunia
diberdayakan, agar sekolah mampu usaha. Oleh karena itu, sekolah
menghasilkan produk atau hasil secara memerlukan pengelolahan
optimal.6 Sekolah sebagai lembaga (management) yang akurat agar dapat
tempat penyelengaraan pendidikan, memberikan hasil optimal sesuai
saling berkaitan yang memerlukan dengan kebutuhan dan tututan semua
pemberdayaan untuk menyikapi pihak yang berkepentingan
masalah yang akhir ini menjadi isu stakeholders.8 Tulisan ini akan
nasional di Indonesia, maka
7
Dirjen Bimbaga Islam Departemen
5
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Agama RI, Kendali Mutu Pendidikan Islam
Sekolah (Bandung : Rosda Karya, 2003), 2. (Jakarta : Departemen Agama, 2001), 35.
6
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan 8
Hadrija Pranata, Wawasan Tugas Guru
Teoritis dan Praktis (Bandung : Rosda Karya, Pembina Pendidikan Agama Islam (Jakarta :
1997), 27. Friska Agung Lestari, 2000), 88.
4
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

membahas upaya-upaya yang harus elemen lembaga pendidikan secara


dilakukan sekolah untuk meningkatkan mandiri dengan harapan kepala
kepedulian warga sekolah dan sekolah, guru dan personil lain di
masyarakat dalam meningkatkan mutu sekolah serta masyarakat setempat
berbasis sekolah (MBS). dapat melaksanakan pendidikan sesuai
dengan kebutuhan perkembangan
B. Manajemen Peningkatan Mutu jaman karakteristik lingkungan dan
Berbasis Sekolah (MPMBS) tuntutan global.10
Manajemen peningkatan butu Di satu sisi, manajemen adalah
berbasis sekolah atau MPMBS proses mengintegrasikan sumber-
merupakan bias dari otonomi daerah, sumber yang tidak berhubungan
artinya kewenangan dalam mengatur menjadi system total untuk
dan mengurus dirinya sendiri untuk menyelesaikan suatu tujuan. Yang
mengambil keputusan secara dimaksud sumber di sini adalah
parsitipasif. Menurut Kamus Umum mencakup, orang, alat, media, bahan,
Bahasa Indonesia, otonomi adalah dana dan prasarana, semuanya
memerintah sendiri, mengatur daerah diarahkan dan dikoordinasikan agar
(negeri) sendiri dari masalah yang terpusat untuk mencapai tujuan.11
dihadapi.9 Desentralisasi dalam Secara umum, mutu adalah gambaran
pengertian proses atau pelimpahan dan karakteristik menyeluruh dari
kekuasaan atau wewenang dari barang atau jasa yang menunjukkan
pimpinan atau atasan ke tingkat kemampuanya dalam memuaskan
bawahan. Dengan demikian maka kebutuhan yang diharapkan atau yang
segala keputusan yang dibuat dalam tersirat. Dalam konteks pengelolaan
sekolah menjadi tanggung jawab pendidikan, pengertian mutu
pimpinan sekolah. Itulah sebab tujuan mencakup input, process dan out put
diadakannya desentralisasi antara lain
sekolah adalah untuk memberdayakan
10
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis
9
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Sekolah, 31.
Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 11
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan
1984), 689. Indonesia (Jakarta : Bima Aksara, 1988), 3.
5
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

pendidikan.12 Input atau masukan output adalah merupakan kinerja


dapat dilihat dari beberapa sisi, yaitu sekolah. Kinerja sekolah adalah
(1) kondisi baik atau tidaknya prestasi sekolah yang dihasilkan dari
masukan sumber daya manusia, proses atau perilaku sekolah. Kinerja
seperti kepala sekolah, guru dan sekolah dapat diukur dari kualitas
karyawan, (2) memenuhi atau kehidupan kerjanya, efektivitas,
tidaknya kriteria masukan material produktivitas, efesiensinya, inovasinya,
berupa alat peraga, buku-buku, kualitas kehidupan kerjanya dan moral
kurikulum, sarana dan prasarana, (3) kerjanya.
memenuhi atau tidak kriteria masukan Implementasi MPMBS ini
perangkat lunak seperti peraturan, memiliki landasan hukum berupa Pasal
struktur organisasi, deskripsi kerja dan 51 ayat (1) UU Nomor 20 Tahun
struktur organisasi, (4) mutu masukan 2003 tentang Sistem Pendidikan
yang bersifat harapan dan kebutuhan, Nasional (Sisdiknas) yang berbunyi
visi, misi, motivasi, ketekunan dan pengelolaan satuan pendidikan anak
cita-cita. usia dini, pendidikan dasar dan
Proses yang dimaksud adalah pendidikan menengah dilaksanakan
proses pengambilan keputusan, proses berdasarkan standar pelayanan
pengelolaan kelembagaan, proses minimal dengan prinsip manajemen
pengelolaan program, proses belajar berbasis sekolah/madrasah. Secara
mengajar dan proses monitoring, umum, MPMBS dapat diartikan
evaluasi, dengan catatan bahwa sebagai manajemen yang memberikan
proses belajar mengajar memiliki otonomi lebih besar kepada sekolah,
tingkat yang lebih tinggi dibanding memberikan fleksibilitas kepada
proses-proses lainnya.13 Sedangkan sekolah dan mendorong partisipasi
secara langsung warga sekolah dan
12
Danim Sudaewan, Visi Baru masyarakat untuk meningkatkan mutu
Manajemen Sekolah (Jakarta : PT Alaska, sekolah berdasarkan kebijakan
2006), 53.
pendidikan nasional serta peraturan
13
HAR Tilaar, Manajemen Pendidikan
perundang-undangan.
Nasional (Bandung : Rosda Karya, 2003),
101. Dengan otonomi yang lebih
6
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

besar, maka sekolah memiliki peningkatan mutu. Hal ini didasari oleh
kewengan yang lebih besar dalam pernyataan mutu pendidikan nasional
mengelola sekolahnya sehingga bangsa Indonesia saat ini masih
sekolah lebih mandiri. Dengan memprihatinkan, sehingga memerlukan
kemandiriannya, sekolah lebih perhatian lebih serius. Itulah sebabnya
berdaya dalam mengembangkan MPMBS lebih ditekankan dari pada
program-program yang tentu saja lebih MBS untuk saat ini. Pada saatnya
sesuai dengan kebutuhan dan potensi nanti MPMBS akan menjadi MBS.
yang dimilikinya. Dengan fleksibilitas,
sekolah akan lebih lincah dalam 1) Prinsip MPMBS
mengelola dan memanfaatkan Peter Drucker mempopulerkan
sumberdaya sekolah secara optimal. MBS sebagai suatu pendekatan
Demikian juga dengan partisipasi terhadap perencanaan, maka sejak itu
warga sekolah dan masyarakat secara pula diberlakukannya Management By
lansung dalam penyelenggaraan Objectivity (MBO) yang bertujuan
sekolah, maka rasa memiliki terhadap untuk memperjelas dan menjabarkan
sekolah dapat ditingkatkan. tahapan tujuan organisasi. Dengan
Peningkatan rasa memiliki ini akan MBO dilakukan proses penentuan
menyebabkan peningkatan rasa tujuan bersama antara atasan
tanggung jawab dan peningkatan rasa bawahan, manajer tingkat atas
tanggung jawab akan meningkatkan bersama-sama dengan manajer
dedikasi warga sekolah dan tingkat bawah menentukan tujuan unit
masyarakat terhadap pendidikan. kerja agar serasi dengan tujuan
MPMBS merupakan bagian dari organisasi. Di dalam pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah (MBS). MPMBS selalu memiliki siklus atau
Jika MBS bertujuan untuk proses yang dibedakan menjadi tiga
meningkatkan semua kinerja sekolah jenis, yaitu (1) identifikasi tujuan,
(efektifitas, kualitas atau mutu, tanggung jawab dan tugas-tugas, (2)
efesiensi, inofasi, relevansi dan pengembangan standar prestasi, (3)
pemerataan serta akses pendididikan),
maka MPMBS lebih difokuskan kepada
7
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

pengukuran dan penilaian prestasi.14 bahwa MPMBS mensyaratkan prinsip,


Keberhasilan dari implementasi (1) adanya kebutuhan untuk berubah
MPMBS sangat tergantung kepada atau inovasi, (2) adanya re-desain
pengelola di berbagai level untuk organisasi pendidikan, (3) proses
mengambil peranan sesuai dengan perubahan sebagai proses belajar.
peran masing-masing, terutama
kerjasama dengan masyarakat dalam 2) Konsep MPMBS
menentukan kewenangan, Dengan menghadapi ide dasar
pengadministrasian dan inovasi Edward B. Fisika, Nanang Fatah
kurikulum yang dilakukan oleh masing- menggambarkan konsep manajemen
masing sekolah. Inovasi kurikulum lebih berbasis sekolah sebagai berikut :
menekankan kepada peningkatan
kualitas dan keadilan, pemerataan bagi
semua siswa yang didasarkan atas
kebutuhan peserta didik dan
masyarakat lingkungannya, karena
pada hakikatnya pendidikan
mempersiapkan generasi muda untuk
tujuan ke lingkungan masyarakat.
MPMBS juga memisahkan sistem MPMBS secara konsepsional
informasi, penggunaan sumber, metode akan berdampak terhadap peningkatan
mengajar belajar dan pemerintahan kinerja sekolah dalam hal mutu,
(goverment). Orientasi MPMBS adalah efisiensi manajemen keuangan,
perlibatan aktor sekolah secara lebih pemerataan lewat perubahan kebijakan
luas dalam hal bagaimana mereka desentralisasi di berbagai aspek,
mendidik siswa dan memperbaiki seperti politik, edukatif, administratif
kinerja organisasi sekolah. Dalam dan anggaran pendidikan. MPMBS
kaitan ini, Maharman menerangkan selain akan meningkatkan kualitas
belajar mengajar dan efisien
14
Nanang Fatah, Landasan Manajemen
operasional pendidikan, juga tujuan
Pendidikan (Bandung : Rosda Karya, 2003),
33. politik terutama iklim demokratisasi di
8
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

sekolah. Hanson dan Illrick orang tua terhadap sekolah fleksibelitas


mengungkapkan keberhasilan pengelolaan sekolah dan kelas,
manajemen berbasis sekolah (MBS) di peningkatan profesionalisme guru dan
Spanyol, yaitu menciptakan kualitas kepala sekolah, (3) peningkatan
manajemen dan pendidikan, sebagai pemerataan dapat diperoleh melalui
strategi untuk memperbaiki kinerja partisipasi masyarakat yang
sekolah yang mampu meningkatkan memungkinkan pemerintah lebih
kemauan dan kemampuan kepala berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
sekolah untuk memperbaiki proses Hal ini sangat memungkinkan karena
belajar mengajar. Hal ini dipandang rasa kepemilikan masyarakat terhadap
sebagai demokrasi di tingkat lokal sekolah sangat tinggi.16
sekolah.15 Secara garis besar, tujuan
MPMBS dapat diuraikan sebagai
3) Tujuan MPMBS berikut (1) membantu sekolah
MPMBS, yang ditandai dengan menjelaskan pengelolaan sekarang dan
adanya otonomi sekolah dan peran mendatang, (2) mendorong dan
aktif masyarakat, merupakan kepekaan mendukung partisipasi masyarakat, (3)
pemerintah terhadap gejala-gejala yang mendorong adanya decision making di
muncul di masyarakat, bertujuan untuk tingkat sekolah dan mendorong
efisiensi dan efektifitas, mutu dan terciptanya ketentuan dalam
pemerataan pendidikan, dengan perencanaan dan pelaksanaan.
ditandai (1) peningkatan efisiensi dan Sedangkan keberhasilan implementasi
efektifitas diperoleh antara lain dengan MPMBS adalah faktor internal dan
turut aktifnya masyarakat dalam faktor eksternal. Faktor internal yang
mengelola sumber daya masyarakat dimaksud adalah segala faktor yang
dan penyederhanaan birokrasi, (2) ada pada diri pelaku pendidikan yang
untuk peningkatan mutu dapat dapat mempengaruhi pada
diperoleh antara lain melalui partisipasi keberhasilan MPMBS, seperti

Nanang Fatah, Manajemen Berbasis


15 16
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis
Sekolah, 17. Sekolah, 25.
9
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

wawasan, kemampuan profesional, Diperhatikan


sikap mental, pengalaman lapangan Di dalam melaksanakan MPMBS,
dan kemampuan bekerjasama. Faktor terdapat beberapa faktor yang perlu
eksternal adalah segala pengaruh yang mendapatkan perhatian. Hal ini
datang dari luar atau yang dapat berkaitan dengan kewajiban sekolah,
menunjang keberhasilan MPMBS, kebijakan, prioritas pemerintah,
seperti sarana dan prasarana, peranan orang tua, manajerial dan
lingkungan sekolah, pengawasaan dan pengembangan profesi. Sekolah yang
kesejahteraan guru.17 berpola MPMBS berkewajiban
melakukan aktifitasnya secara
4) Manfaat MPMBS profesional, sehingga perlu adanya
Secara teoritis, MPMBS monitoring dan pertanggungjawaban
memberikan kebebasan dan kekuasaan yang akuntabel, di samping otonomi
yang besar kepada sekolah disertai sekolah yang luas. Pemerintah, pada
tanggung jawab, keleluasaan sekolah kapasitasnya sebagai perumus tujuan
dalam menentukan aktifitas pendidikan nasional, tentu saja akan menyusun
dapat memberi ruang gerak kepada skala prioritas. Oleh sebab itu,
kepala sekolah, guru, orang tua murid efesiensi, mutu dan pemerataan
dan masyarakat, sehingga inovasi, pendidikan, serta pedoman umum
dedikasi dan eksperimentasi akan tentang MPMBS yang telah ditentukan
selalu tumbuh dan berkembang. oleh pemerintah sebagai parameter
Pengelolaan MPMBS harus akuntabel, jaminan keberhasilan pendidikan harus
transaparan, egeliter dan demokrasi dilaksanakan secara efektif sesuai
serta menghapuskan monopoli manajemen sistem pendidikan
pengelolaan pendidikan.18 nasional.19
Di samping itu, implementasi
5) Faktor yang Harus MPMBS memerlukan manajerial yang
terampil, berdedikasi, inovatif dan dapat
Hadirja Pranata, Wawasan Tugas Guru
17

Pembina Pendidikan Agama Islam, 31.


E. Mulyasa, Manajemen Berbasis
18 19
HAR Tilaar, Manajemen Pendidikan
Sekolah, 26. Nasional, 12.
10
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

menciptakan hubungan harmonis, kemampuan untuk berkolaborsi dengan


antara elemen pelaku pendidikan, guru dan masyarakat, (2) kepahaman
terlebih mampu memberdayakan dan wawasan yang luas tentang teori
otoritas daerah serta mengefesiensikan pendidikan, (3) kemampuan
sistem, sehingga sekolah menjadi memprediksi keadaan sekarang dan
tumpuan pemikiran masyarakat dan yang akan datang, (4) kemauan dan
orang tua siswa, melalui dewan sekolah kemampuan mengidentifikasi masalah
(school council), sehingga orang tua dan kebutuhan pendidikan secara
dan masyarakat dapat lebih memahami efektif dan efesien, (5) kemampuan
kebutuhan dan keinginan bersama untuk memanfaatkan peluang dan
demi tercapainya tujuan pendidikan. mengkonseptual terhadap arah baru
Menurut aliran-aliran baru dalam yang lebih maju.
pendidikan dan pengajaran, selalu
dianjurkan sekolah jangan menjauhkan 6) Karakteristik MPMBS
diri dari masyarakat. Sekolah MPMBS yang menawarkan
hendaknya menjadi cermin bagi konsep pendidikan desentralisasi
masyarakat sekitar, dirasa oleh memberikan harapan baru pada dunia
masyarakat bahwa sekolah itu adalah pendidikan, karena peningkatan
kepunyaannya dan memenuhi efesiensi dan efektifitas kinerja
kebutuhan mereka.20 sekolah menjadi harapannya. Dalam
Implementasi MPMBS, di satu kaitan ciri dan karakteristik MPMBS,
sisi, juga menunut kepada kepala dapat dilihat dari tulisan berikut yang
sekolah, guru dan tenaga administrasi dikutip dari Focus On School : The
berlaku dan bertindak secara Future Organization of Education
profesional. Oleh sebab itu, segala hal Services For Student Australia pada
yang diputuskan harus disertai dengan tahun1990.21
penuh pertimbangan, terlebih bagi
kepala sekolah harus memiliki (1)

20
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan 21
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis
Teoritas dan Praktis, 146. Sekolah, 30.
11
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

daya tawar kolektifnya, (3) pilihan-


pilihan, mampu dan memiliki peluang
terhadap berbagai pilihan, (4) status,
meningkatnya citra diri, kepuasaan diri
dan memiliki perasaan positif atas
identitas budayanya, (5) kemampuan
refleksi kritis, menggunakan
pengalaman untuk mengukur potensi
keunggulannya atas berbagai peluang
pilihan-pilihan dalam pemecahan
masalah, (6) legitimasi, ada
pertimbangan ahli yang menjadi
justifikasi atau yang membenarkan
tarhadap alasan-alasan rasional atas
kebutuhan-kebutuhan masyarakat, (7)
C. MPMBS Sebagai Proses disiplin, menetapkan sendiri standar
Pemberdayaan mutu untuk pekerjaan yang dilakukan
MPMBS merupakan paradigma untuk orang lain, dan (8) persepsi
baru di dalam dunia pendidikan yang kreatif, sebuah pandangan yang lebih
memberi harapan besar tentang positif dan inovatif terhadap hubungan
pemberdayaan institusi sekolah, dirinya dengan lingkungannya.
diharapkan dapat melaksanakan Berdasarkan uraian di atas,
pendidikan sesuai dengan kebutuhan, disimpulkan bahwa pemberdayaan
perkembangan jaman, karakteristik dipandang sebagai proses yang
lingkungan dan kebutuhan global. hasilnya dapat diamati dan dilihat dari
Dalam proses pemberdayaan manusia, keadaan permukaan (indikator). Dalam
Kinder Vatter memberikan syarat (1) MPMBS, pemberdayaan dimaksudkan
akses memiliki peluang yang cukup untuk mengoptimalkan secara efektif
besar untuk mendapatkan sumber- dan efisien terhadap kinerja elemen
sumber daya dan sumber dana, (2) sekolah, yaitu kepala sekolah, guru,
daya pengungkit, meningkat dalam hal tenaga administrasi, murid, orang tua
12
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

murid dan masyarakat. Untuk bersifat lokal, mengutamakan aksi yang


mengoptimalkan pemberdayaan dalam bersifat sosial dan menggunakan
MPMBS, sedikitnya ada delapan pendekatan organisasi kemasyarakatan
langkah, yaitu (1) menyusun kelompok setempat, (2) adanya kesamaan dan
guru sebagai penerima awal atas kesepadanan kedudukan dalam
rencana program pemberdayaan, (2) hubungan kerja, dengan prisip
mengidentifikasi dan membangun manajemen yang swakelola oleh para
kelompok peserta didik di sekolah, (3) guru dan kepala sekolah, kepemilikan
memilih dan melatih guru dan tokoh oleh masyarakat dengan tumbuhnya
masyarakat yang terlibat secara rasa memiliki pada masyarakat
langsung dalam implementasi terhadap program sekolah, pemantauan
manajemen berbasis di sekolah, (4) langsung oleh pemerintah daerah dan
membentuk dewan sekolah, yang terdiri tumbuhnya rasa kebersamaan, (3)
dari unsur sekolah, unsur masyarakat menggunakan pendekatan partisipatif,
di bawah pengawasan pemerintah (4) pendidikan untuk keadilan.
daerah, (5) menyelenggarakan
pertemuan-pertemuan para anggota D. Dasar-dasar Penerapan MPMBS
dewan sekolah, (6) mendukung MPMBS merupakan model
aktivitas kelompok yang tengah pengelolaan yang memberikan otonomi
berjalan, (7) mengembangkan kepada sekolah dan mendorong
hubungan harmonis antara sekolah dan pengambilan keputusan secara
masyarakat, (8) menyelenggarakan partisipatif yang melibatkan langsung
lokakarya untuk evaluasi. semua warga sekolah. Tujuannya
Adapun penerapan MPMBS adalah meningkatkan mutu pendidikan
sebagai proses pemberdayaan, melalui kemandirian dan inisiatif
terdapat beberapa hal yang perlu sekolah dalam mengelola dan
diperhatikan, yaitu (1) pemberdayaan memberdayakan sumberdaya yang
berhubungan dengan upaya tersedia. MPMBS mulai diterapkan di
peningkatan kemampuan masyarakat sejumlah sekolah di Indonesia seiring
untuk memegang kontrol dengan dengan diberlakukannya Undang-
prinsip melakukan pembangunan yang undang Nomor 22 Tahun 1999
13
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

tentang Otonomi Daerah, Undang- MPMBS secara efektif dan efesien


undang Nomor 25 Tahun 1999 harus ditunjang dengan kepala sekolah
tentang Perimbangan Keuangan antara yang memiliki pengetahuan dan
Pusat dan Daerah, Peraturan keterampilan serta wawasan yang luas
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 terhadap sekolah yang dipimpinnya.
tentang Kewenangan Pemerintah dan Wibawa kepala sekolah diarahkan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah kepada peningkatan sikap kepedulian,
Otonomi, membawa perubahan dalam semangat belajar disiplin kerja dan
berbagai bidang, termasuk keteladanan.
penyelenggaraan pendidikan, dari pola Dalam rangka
sentralistik menjadi desentralistik, mengimplementasikan MPMBS secara
artinya pendidikan diserahkan secara efektif dan efesien, guru harus
otonom kepada propinsi, kota, berkreasi dalam meningkatkan
kabupaten dan sekolah setempat. manajemen kelas, guru adalah teladan
dan panutan langsung para peserta
E. Implementasi MPMBS didik di kelas. Oleh sebab itu, guru
Keberhasilan manajemen harus siap dengan segala kewajiban
peningkatan mutu berbasis sekolah dalam mengembangkan predikatnya
ditentukan oleh adanya manajerial sebagai guru. Tugas dan tanggung
yang kokoh, sehingga kepala sekolah jawab guru tidak hanya sebagai
dapat menciptakan lingkungan kerja pelaksana atau kepanjangan tangan
yang kondusif dan menyenangkan, kepala sekolah saja, tetapi dituntut
demikian halnya penataan penampilan untuk lebih berkreasi, berinovasi dan
fisik sekolah dari tahun ke tahun berdedikasi tinggi sehingga dapat
mengalami perubahan yang lebih mengorganisasi peserta didiknya
maju, sehingga dapat menumbuhkan dengan baik, bagaimana keindahan
daya kreatifitas, disiplin dan semangat kelasnya, metode mengajarnya, etos
belajar peserta didik. Dalam kerangka kerjanya, semangat belajarnya, lebih-
inilah perlu adanya implementasi lebih disiplin dan keteladannanya.
manajemen peningkatan mutu berbasis Fenomena yang saat ini berkembang
sekolah. Mengimplementasikan adalah menipisnya disiplin moral. Hal
14
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

ini hampir terjadi di semua lapisan pelanggaran sosial ataupun


masyarakat. Banyak orang yang tidak pelanggaran pidana, (4) pengaruh
peduli terhadap sikap dan perilakunya. negatif dari kebiasaan dan kebudayaan
Gejala penyalagunaan sikap rasional luar yang dengan leluasa dan hampir
tehnikal dan profesional menjadi gaya tanpa penyaringan masuk ke negara
hidup.22 Indonesia, yang dengan mudah ditiru
Terdapat beberapa hal oleh masyarakat yang sedang
berpengaruh terhadap penipisan mengalami transformasi dan didukung
disiplin moral dan kurangnya oleh fasilitas yang memadai.
keteladanan, seperti (1) berkurangnya
tokoh panutan dalam sehari-hari, yang F. Strategi Implementasi MPMBS
dapat menjadi teladan dalam sikap Implementasi MPMBS akan
dan perilakunya, baik dalam kehidupan berlangsung secara efektif dan efesien
pribadi, keluarga maupun kehidupan jika didukung oleh sumber daya
sosialnya, (2) dunia pendidikan di manusia yang profesional dalam
Indonesia lebih mementingkan dan pengoperasian sekolah, dana yang
memperhatikan intelektualisasi nilai- cukup, pemberdayaan SDM dan
nilai agama dan moral. Banyak anak pemberdayaan sarana prasarana yang
didik yang dalam nilai raportnya memadai serta dukungan masyarakat
memperoleh nilai 8 atau 9 dalam mata (orang tua), tetapi dewasa ini masih
pelajaran agama dan PPKn, tetapi di banyak mengalami kendala terutama
luar sekolah lain dengan kenyataan masalah keterbatasan SDM, padahal
yang tertulis dalam raport, (3) lembaga pendidikan yang tidak
melemahnya sanksi terhadap dikelola secara profesional pasti akan
pelanggaran, baik yang berupa sanksi ditinggalkan oleh masyarakat, bahkan
moral, saksi sosial maupun sanksi akan terlindas jaman dan ketinggalan.
yudikal, sehingga orang menganggap Memahami masalah ini, dalam
enteng melakukan pelanggaran, baik konteks pengembangan SDM, perlu
dikemukakan bahwa pengembangan
22
M. Thalhah Hasan, Islam dan Masalah
SDM pada hakikatnya adalah upaya
Sumber Daya Manusia (Jakarta : Lanta Baru
Press, 2003), 154. untuk mewujudkan dan
15
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

mengembangkan seluruh daya tingkat individu dan tingkat masyarakat


manusia secara terpadu, sehingga atau bangsa. Pada tingkat individu,
diperoleh kompetensi-kompetensi tingkat SDM merupakan pra-syarat
tertentu. Karena sifat peningkatan bagi penguasaan teknologi, tetapi
dalam kualitas ini, maka pada tingkat masyarakat, penguasaan
pengembangan SDM menganut teknologi dapat merupakan pendorong
paradigma nilai tambah baik dalam bagi peningkatan kualitas SDM. Pada
konteks teknologi dan ekonomi. Sesuai tingkat makro, perkembangan SDM
dengan sejarah perkembangannya, akan terjadi sebagai hasil interaksi
pada awalnya nilai tambah lebih antara pertumbuhan dan
memiliki makna dan konotasi ekonomis perkembangan ekonomi,
(produksi), yang didukung atau perkembangan sosial budaya,
ditunjang oleh adanya nilai tambah termasuk nilai-nilai spiritual, dan
teknologis. Sedangkan secara empiris, perkembangan serta penerapan
pengembangan SDM meliputi empat teknologi. Oleh karena itu, agar
aspek yang saling terkait, yaitu (1) MPMBS dapat diimplementasikan
peningkatan kesejahteraan kualitas secara optimal, perlu adanya
hidup, (2) pengembangan tenaga dan pengelompokan sekolah berdasarkan
kesempatan kerja, (3) pengembangan kemampuan manajemen masing-
potensi insani, seperti akal, qalbu dan masing. Pengelompokan ini
fisik, (4) pengembangan kemampuan dimaksudkan untuk mempermudah
menguasai, memanfaatkan dan pihak-pihak terkait dalam memberikan
mengembangkan teknologi.23 dukungan.
Khusus mengenai
pengembangan teknologi, terdapat 1) Pengelompokan Sekolah
hubungan unik dengan pengembangan Dalam mengimplementasikan
SDM. Hubungan tersebut bersifat MPMBS, perlu diadakan
interdependensi yang berbeda untuk pengelompokan sekolah berdasarkan
kemampuan manajemen dan
M. Thalhah Hasan, Dikursus Islam
23

pertimbangan lokasi dan kualitas


Kontemporer (Jakarta : Lista Friska Putra,
2003), 55. sekolah, dalam hal ini akan ditemukan
16
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

sekolah maju, sedang dan Pelaksanaan MPMBS tidak harus


ketinggalan. Kelompok tersebut dapat dilakukan dengan serta merta, tetapi
dilihat pada tabel berikut : dilaksanakan dengan penuh
pertimbangan sesuai dengan program
yang matang, paling tidak harus
melalui tiga tahapan, yaitu jangka
pendek (tahapan pertama sampai
dengan tahun ketiga), jangka
menengah (tahun keempat sampai
tahun keenam) dan jangka panjang
(setelah tahun keenam).
Pada jangka pendek,
diprioritaskan pada kegiatan yang
bersifat sosialisasi MPMBS, sehingga
belum perlu dijadikan perubahan-
perubahan mendasar terhadap aspek-
Berdasarkan tabel di atas, dapat aspek pendidikan, justeru yang perlu
disimpulkan bahwa implementasi ditekankan pada pelaku pendidikan
MPMBS dilaksanakan di sekolah- adalah mengetahui tentang kewajiban
sekolah berdasarkan kemampuan yang dan haknya, karena dengan
dimiliki oleh sekolah setempat. MPMBS mengetahui tugas dan tanggung
tidak mengharuskan segala sesuatunya jawabnya akan terjadi perubahan sikap
harus seragam, justeru dari tidak dan perilaku pada pelaku pendidikan.24
keseragaman itu akan muncul
paradigma baru sesuai dengan yang
dimiliki oleh sekolah setempat.

3) Perangkat Implementasi
MPMBS

2) Pentahapan Implementasi
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis
24
MPMBS
Sekolah, 61.
17
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

Iimplementasi MPMBS perlu keniscayaan. Hal ini mengingat, di


adanya pedoman atau petunjuk samping segi positif, juga memiliki segi
pelaksanaan MPMBS sebagai pijakan negatif. MBS sudah dilaksanakan di
pelaksanaan MPMBS, dalam hal ini Australia, sebagai negara yang
aturan main yang terangkum pada pertama kali memiliki konsep tersebut
perangkat peraturan yang dipakai sejak tahun 1970-an, di Indonesia
sebagai pedoman dalam perencanaan, konsep ini dilaksanakan pada jenjang
monitoring dan evaluasi serta laporan SLTP baru pada tahun 1997-an,
pelaksanaan, yang semuanya itu disusul kemudian jenjang SLTA pada
merupakan komponen penting dalam tahum 1998-an dan terakhir pada
sistem pendidikan karena jenjang SD pada tahun 2000-an.
mencerminkan perkembangan atau Meskipun demikian, implementasi MBS
kemajuan hasil pendidikan dari satu dalam ketiga jenjang tersebut belum
waktu ke waktu lain. mampu memberikan perubahan yang
MPMBS akan berjalan dengan signifikan untuk melahirkan perbaikan
baik, jika ditunjang oleh adanya dalam perkembangan pendidikan di
rencana sekolah. Hal ini termasuk Indonesia.
salah satu dari perangkat terpenting Hal itu lebih disebabkan kultur
dalam pengelolaan MPMBS. masyarakat yang belum mampu dan
Perencanaan sekolah adalah siap untuk menyambut kehadiran
perencanaan yang disusun bersama MPMBS, di samping pemahaman
dengan dewan sekolah yang stakeholders terhadap konsep ini yang
disesuaikan dengan visi dan misi juga belum mapan. Artinya, partisipasi
sekolah serta tujuan sekolah prioritas masyarakat yang merupakan pilar
yang akan dicapai. utama dalam mengeplementasikan
MPMBS ternyata belum terwujud.
Masyarakat lebih berasumsi bahwa
tanggung jawab dalam pelaksanaan
G. Kesimpulan program-program tersebut dengan
Kehadiran konsep MPMBS di tolak ukur out put yang dihasilakan
Indonesia merupakan suatu setiap tahunnya. Pihak sekolah sendiri,
18
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

belum memiliki keberanian yang kuat Surabaya: Kemenag Jatim.


untuk melaksanakan fungsinya secara
benar dalam kerangka MBS. Tidak Dirjen Bimbaga Islam Departemen

mengherankan jika partisipasi Agama RI. 2001, Kendali Mutu

masyarakat terhadap kemajuan sekolah Pendidikan Islam. Jakarta:

juga masih sangat minim. Meskipun Departemen Agama.

demikian, konsep MPMBS dalam


Fattah, Nanang, 2000, Manajemen
tulisan ini diharapkan memberikan
Berbasis Sekolah. Bandung: CV.
gambaran jelas dan upaya-upaya
Adira,
dalam mengimplementasikannya di
lapangan secara baik dan benar,
_______. 2003, Landasan
sehingga mampu menjadi semacam
Manajemen Pendidikan.
motivator untuk mewujudkan kondisi
Bandung: Rosda Karya.
yang lebih baik di dunia pendidikan.*

Hasan, M. Thalhah. 2003, Islam dan


Masalah Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Lanta Baru Press.

_______. 2003, Dikursus Islam


Kontemporer. Jakarta: Lista
Friska Putra.

Mulyasa, E. 2003, Manajemen


Berbasis Sekolah. Bandung:
Rosda Karya.

DAFTAR PUSTAKA Pidarta, Made. 1988, Manajemen


Pendidikan Indonesia. Jakarta:
Departemen Agama Kantor Wilayah Bima Aksara.

Provinsi Jawa Timur, 2005,


Standar Nasional Pendidikan. Poerwadarminta, WJS. 1984, Kamus

19
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

Umum Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Pranata, Hadrija. 2000, Wawasan


Tugas Guru Pembina Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: Friska
Agung Lestari.

Purwanto, Agus Joko. 2001,


Desentralisasi dan Otonomi
Pendidikan. Jakarta:
Jurnal Tot KKM Depag.

Purwanto, Ngalim. 1997, Ilmu


Pendidikan Teoritis dan Praktis.
Bandung: Rosda Karya.

Sudaewan, Danim. 2006, Visi Baru


Manajemen Sekolah. Jakarta: PT
Alaska.

Tilaar, HAR. 2003, Manajemen


Pendidikan Nasional. Bandung:
Rosda Karya.

20

Anda mungkin juga menyukai