Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara Hukum

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechstaat atau Rule of Law.

Istilah Rechstaat diberikan oleh ahli-ahli hukum Eropa continental dan istilah Rule of

Law diberikan oleh ahli hukum Anglo-Saxon. Rechstaat atau Rule of law dapat

dikatakan sebagai perumusan yuridis dari gagasan konsitusionalisme. Negara yang

menganut gagasan ini dinamakan constitutional state atau rechstaat (Miriam

Budiarjo,2008). Oleh karena itu, konstitusi dan negara hukum merupakan dua lembaga

yang tidak dapat terpisahkan.

Pengertian Negara Hukum secara sederhana adalah negara yang

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara

hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum

(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menjalankan ketertiban hukum (Mustafa

Kamal Pasha, dalam Dwi Winarno, 2006).

Dengan demikian dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas hukum,

bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan negara berdasar pada konstitusi yang

berpaham konstitusionalisme, tanpa hal tersebut sulit disebut sebagai negara hukum.

Supremasi hukum harus mencakup tiga ide dasar hukum, yakni keadilan, kemanfaatan,

dan kepastian. Oleh karena itu di negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan

“rasa keadilan masyarakat”.

Negara-negara komunis atau negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak

gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat dikatakan sebagai negara

hukum dalam arti sesungguhnya. Jimly Asshiddiqie (dalam Dwi Winarno, 2006)

3
4

menyatakan bahwa negara hukum adalah unik, sebab negara hendak dipahami sebagai

suatu konsep hukum. Dikatakan sebagai konsep yang unik karena tidak ada konsep lain.

Dalam negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan sistem hukum yang

berpuncak pada konstitusi atau undang-undang dasar.

Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan

warga negara. Namun seiring perkembangan zaman, negara hukum formil berkembang

menjadi negara hukum materiil yang berarti negara yang pemerintahannya memiliki

keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan warga dengan dasar bahwa

pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat aktif

dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

2.2 Ciri-Ciri Negara Hukum

Fredrich Julius stahl dari kalangan ahli hukum eropa continental memberikan

cirri-ciri rechtsstaat sebagai berikut.

1. Adanya Hak Asasi Manusia.

2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asai manusia yang biasa

dikenal sebagai trias politika.

3. Pemerintahan berdasarkan peraturan –peraturan.

4. Peradilan administrasi dalam perselisihan

Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon member ciri-ciri

Rule of law sebagai berikut :

1. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenwng-wenangan, sehingga

seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.

2. Kedudukan yang sama di depan hukum,baik bagi rakyat biasa maupun bagi pejabat.

3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.


5

Prof.Sudargo Gautama mengemukakan ada 3(tiga) ciri atau unsur dari Negara

hukum, yakni sebagai berikut :

1. Terdapat pembatasan kekuasaan Negara terhadap perorangan, maksudnya Negara

tidak dapat bertindak sewenang-wenang . Tindakan Negara dibatasi oleh hukum,

individual mempunyai hak terhadap Negara atau rakyat mempunyai hak terhadap

penguasa.

2. Asas legalitas, yaitu setiap tindakan Negara harus berdasarkan hukum yang telah

diadakan terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.

3. Pemisahan kekuasaan, yaitu agar hak-hak asasi itu betul-betul terlindungi , diadakan

pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan peundang-undangan,

melaksanakan dan badan yang mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada

dalam satu Negara.

Franz Magins Suseno (1997) mengemukakan adanya 5 (lima) cirri negara

hukum sebagai salah satu ciri hakiki Negara demokrasi. Kelima ciri Negara hukum

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan

ketetapan sebuah undang-undang dasar.

2. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena

tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi

manusia memastikan bahwa pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk

tindakan yang tidak adil atau tercela.

3. Badan-badan Negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat

pada dasar hukum yang berlaku.

4. Terhadap tindakan badan Negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan dan

putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan Negara.


6

5. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.

Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas Negara hukum,

yaitu :

1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia

2. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak

3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala betuknya

Prinsip-Prinsip Negara Hukum (menurut Jimly Assiddiqie) :

1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law).

2. Asas Legalitas (Due Process of Law).

3. Pembatasan kekuasaan.

4. Organ-Organ pemerintahan yang independen,

5. Peradilan bebas dan tidak memihak,

6. Peradilan Tata Usaha Negara.

7. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)

8. Perlindungan HAM

9. Bersifat demokratis

10. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan Negara

11. Tranfaransi dan control social

2.3 Tipe Negara Hukum

Ada tiga tipe Negara Hukum, yaitu :

1. Tipe Negara Hukum Liberal

Tipe Negara hukum libral ini menghendaki supaya Negara berstatus pasif

artinya bahwa Negara harus tunduk pada peraturan-peraturan Negara. Penguasa

dalam bertindak sesuai dengan hukum. Disini kaum liberal menghendaki agar agar
7

penguasa dan yang dikuasai ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum, serta

persetujuan yang menjadi penguasa.

2. Tipe Negara Hukum Formil atau Division of Power

Negara hukum formil yaitu Negara hukum yang mendapat pengesahan dari

rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus

berdasarkan UU. Negara hukum formil ini disebut juga Negara demokratis yang

berlandaskan Negara hukum.

3. Tipe Negara Hukum Materil atau Sparation of Power

Negara hukum materil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari

negara hukum formil, tindakan penguasa harus berlandaskan UU atau berlaku asas

legalitas yaitu dalam negara hukum mteriil tindakan penguasa dalam hal mendesak

demi kepentingan warga negara dibenarkan bertindak menyimpang dari UU atau

berlaku asas Oportunitas

2.4 Indonesia Sebagai Negara Hukum

Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum tertuang pada

Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara

Hukum”. Dimasukkannya ketentuan ini ke dalam bagian pasal UUD 1945

menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat negara, bahwa

negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum. Sebelumnya, landasan

negara hukum Indonesia ditemukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945

tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut. 1) Indonesia adalah negara

yang berdasar atas hukum (Rechsstaat). Negara Indonesia berdasar atas Hukum

(Rechsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat). 2) Sistem

Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),


8

tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Berdasarkan perumusan di

atas, negara Indonesia memakai sistem Rechsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh

konsep hukum Belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental. Konsepsi

negara hukum Indonesia dapat dimasukkan negara hukum materiil, yang dapat dilihat

pada Pembukaan UUD 1945 Alenia IV. Dasar lain yang dapat dijadikan

landasan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yakni pada Bab XIV tentang

perekonomian Nagara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang

menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian negara

dan kesejahteraan rakyat. Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional;

2. Sistem yang digunakan adalah Sistem Konstitusi;

3. Kedaulatan rakyat atau Prinsip Demokrasi;

4. Prinsip kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 (1) UUD

1945);

5. Adanya organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR);

6. Sistem pemerintahannya adalah Presidensiil;

7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif);

8. Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

9. Seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;

10. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (Pasal 28 A-J UUD

1945).
9

2.5 Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia)

Hak Asasi Manusia atau sering kita sebut sebagai HAM adalah terjemahan dari

istilah human rights atau the right of human. Secara terminologi istilah ini artinya

adalah Hak-Hak Manusia. Namun dalam beberapa literatur pemakaian istilah Hak Asasi

Manusia (HAM) lebih sering digunakan dari pada pemakaian Hak-hak Manusia. Di

Indonesia hak-hak manusia pada umumnya lebih dikenal dengan istilah “hak asasi”

sebagai terjemahan dari basic rights (Inggris) dan grondrechten (Belanda), atau bisa

juga disebut hak-hak fundamental (civil rights). Istilah hak-hak asasi secara

monumental lahir sejak keberhasilan Revolusi Perancis tahun 1789 dalam “Declaration

des Droits de L’homme et du Citoyen” (hak-hak asasi manusia dan warga negara

Perancis), dengan semboyan Liberte, Egalite, Fraternite. Istilah HAM berkembang

sesual dengan perkembangan zaman. Perkembangan zaman dalam arti perubahan

peradaban manusia dari masa ke masa. Pada mulanya dikenal dengan sebutan natural

rights (hak-hak alam), yang berpedoman kepada teori hukum alam bahwa; segala

sesuatu berasal dari alam termasuk HAM.

Istilah ini kemudian diganti dengan the rights of man, tetapi akhirnya tidak

diterima, karena tidaak mewakili hak-hak wanita. Setelah PD II dan terbentuknya PBB,

maka muncul istilah baru yang lebih populer sekarang yaitu human rights. Di Amerika

Serikat dikenal dengan sebutan Civil Rights. Perancis menyebutnya: Droit de L’

Homme, Belanda: Menselijke Rechten. Namun dibalik beragamnya sebutan untuk Hak

Asasi Manusia, secara pengertian masih memiliki makna yang sama. Secara umum Hak

Asasi Manusia dapat diartikan sebagai seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan

anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
10

hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia.

2.6 Macam-Macam HAM

1. Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)

Hak Asasi Pribadi adalah hak yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,

kebebasan memeluk agama, kebebasan bergerak, kebabasan dalam untuk aktif

setiap organisasi atau perkumpulan dan sebagainya.

2. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)

Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan menjual, serta

memanfaatkan sesuatu.

3. Hak Asasi Politik (Politik Rights)

Hak Asasi Politik adalah hak ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih maksunya

hak untuk dipilih contohnya : mencalonkan sebagai Bupati , dan memilih dalam

suatu pemilu contohnya memilih Bupati atau Presiden), hak untuk mendirikan

parpol, dan sebagainya.

4. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)

Hak Asasi Hukum adalah hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama dalam

hukum dan pemerintahan. Contohnya :

a. Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum.

b. Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.

c. Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum.


11

5. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)

Hak Asasi Sosial dan Budaya adalah hak yang menyangkut dalam masyarkat

yakni untuk memilih pendidikan, hak untuk mengembangkan kebudayaan dan

sebagainya.

6. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak Asasi Peradilan adalah hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara

peradilan dan perlindungan (procedural rights), misalnya peraturan dalam hal

penahanan, penangkapan dan penggeledahan.

2.7 Dasar hukum HAM di Indonesia

Dasar hukum yang dijadikan landasan dalam pemajuan dan perlindungan HAM

di Indonesia terdapat dalam perundang-undangan. Pengaturan HAM dengan

menggunakan peraturan perundang-undangan masing-masing mempunyai kelebihan

dan kelemahan. Kelebihan pengaturan HAM dalam UUD/konstitusi memberikan

jaminan kepastian hukum yang sangat kuat, karena perubahan dan/atau penghapusan

pasal-pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia dilakukan

melalui proses amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya dalam

konstitusi hanya memuat aturan yang bersifat global, seperti ketentuan tentang HAM

dalam konstitusi Republik Indonesia. Selain itu, dalam pelaksanaannya dimungkinkan

seringnya mengalami perubahan Sementara itu, pengaturan HAM melalui Tap MPR,

mempunyai kelemahan tidak dapat memberikan sanksi hukum bagi pelanggarnya.

1. Pengaturan HAM dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(Amandemen).

Jaminan atas pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia menurut UUD

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagai berikut:


12

a. Kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, tercantum pada Alinea Pertama

Pembukaan UUD 1945.

b. Hak asasi manusia sebagai hak warga negara, tercantum dalam batang tubuh

UUD 1945 Pasal 27, 28, 28D Ayat (3), 30, dan 31.

c. Hak asasi manusia sebagai tiap-tiap penduduk, tercantum dalam batang tubuh

UUD 1945 Pasal 29 Ayat (2).

d. Hak asasi manusia sebagai hak perorangan/individu, tercantum dalam batang

tubuh UUD 1945 Pasal 28A-28J.

2. Pengaturan HAM dalam Ketetapan MPR

Pengaturan HAM dalam ketetapan MPR dapat dilihat dalam TAP MPR Nomor

XVII Tahun 1998 tentang Pelaksanaan dan Sikap Bangsa Indonesia terhadap HAM

dan Piagam HAM Nasional.

3. Pengaturan HAM dalam Undang-Undang

Selain diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Tap

MPR, HAM juga diatur dalam undang-undang. Adapun undang-undang

pengaturan HAM yang pernah dikeluarkan oleh pemerintah, sebagai berikut:

a. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti Penyiksaan,

Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan

Martabat.

b. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyatakan Pendapat.

c. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25 Tahun

1997 tentang Hubungan Perburuhan.

d. UU Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen.

e. UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 105 tentang

Penghapusan Pekerja secara Paksa.


13

f. UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 tentang

Usia Minimum Bagi Pekerja.

g. UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO

h. Nomor 11 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan.

i. UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1993

tentang Tindak Pidana Subversi.

j. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala

Bentuk Diskriminasi.

k. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

l. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

m. UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

n. UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

4. Pengaturan HAM dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden

Adapun pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan presiden,

sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun

1999 tentang Pengadilan HAM.

b. Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian

Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita.

c. Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional

Hak Asasi Manusia Tahun 1998-2003, yang memuat rencana ratifikasi berbagai

instrumen hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa serta tindak

lanjutnya.
14

d. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan

Hak Asasi Manusia pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Negeri

Surabaya, dan Pengadilan Negeri Makassar.

e. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan

Hak Asasi Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang diubah

dengan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001.

f. Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti

Kekerasan terhadap Perempuan.

g. Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM.

2.8 Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pertanyaan mendasar yang dikemukakan pada bagian ini adalah, apa hubungan

Negara hukum dengan hak asasi manusia? Jawaban atas pertanyaan ini sudah tentu,

tidak begitu sulit mengkajinya dari sudut ilmu hukum, sebab antara negara hukum dan

hak asasi manusia, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Argumentasi hukum yang

dapat diajukan tentang hal ini, ditunjukan dengan ciri negara hukum itu sendiri, bahwa

salah satu diantranya adalah perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dalam negara

hukum hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu negara hak asasi manusia tidak

dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum akan tetapi negara dictator dengan

pemerintahan yang sangat otoriter. Perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam

negara hukum terwujud dalam bentuk penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan

undang-undang dan untuk selanjutnya penegakannya melalui badan-badan peradilan

sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman.

Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka artinya

terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus diadakan
15

jaminan dalam undang-undang. Konstitusi melarang campur tangan pihak eksekutif

atatupun legislative terhadap kekuasaan kehakiman, bahkan pihak atasan langsung dari

hakim yang bersangkutanpun, tidak mempunyai kewenangan untuk mepengaruhi atau

mendiktekan kehendaknya kepada hakim bawahan. Pada hakekatnya, kebebasan

peradilan ini merupakan sifat bawaan dari setiap peradilan hanya saja batas dan isi

kebebasannya dipengaruhi oleh sistem pemerintahan, politik, ekonomi, dan sebagainya.

Asas perlindungan dalam negara hukum tampak antara lain dalam Declaration

of Independent, deklarasi tersebut mengandung asas bahwa orang yang hidup di dunia

ini, sebenarnya telah diciptakan merdeka oleh Tuhan, dengan dikaruniai beberapa hak

yang tidak dirampas atau dimusnahkan, hak tersebut mendapat perlindungan secara

tegas dalam negara hukum. Peradilan tidak semata-mata melindungi hak asasi

perorangan, melainkan fungsinya adalah untuk mengayomi masyarakat sebagai

totalitas agar supaya cita-cita luhur bangsa tercapai dan terpelihara.

Mengenai asas perlindungan , dalam setiap konstitusi dimuat ketentuan yang

menjamin hak-hak asasi manusia. Ketentuan tersebut antara lain:

a. Kebebasan berserikat dan berkumpul;

b. Kebebasan mengeluarkan pikiran baik lisan dan tulisan;

c. Hak bekerja dan penghidupan yang layak;

d. Kebebasan beragama;

e. Hak untuk ikut mempertahankan negara;

f. Hak lain-lain dalam pasal-pasal tentang hak asasi manusia.

Setiap orang dapat menuntut atau mengajukan gugatan kepada negara, bila

negara melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigadaad), bahwa

seorang dapat melakukan gugatan terhadap penguasa, jika putusan pejabat yang

berwenang dirasa tidak adil. Banyak peraturan-peraturan yang member jaminan kepada
16

para warga negara, untuk menggunakan hak-haknya mengajukan tuntutan-tuntutan di

muka pengadilan, bila hak-hak dasarnya atau kebebasannya dilanggar.

Dalam pengkajian indonesia, penekanan negara hukum akan diletakan pada

pemikiran bahwa kekuasaan kehakiman indonesia juga tunduk pada hukum. Pemikiran

demikian angat penting untuk mengantarkan persepsi, bahwa tunduknya kekuasaan

kehakiman pada hukum menyebabkan munculnya pemahaman akanadanya batas-batas

kebebasan kekuasaan kehakiman, dalam memberikan perlindungan terhadap hak asasi

manusia. Sehingga dari apa yang diuraikan diatas sangat jelas hubungan antara negara

hukum dengan hak asasi manusia. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut

dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan

dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, sebagai ciri yang penting suatu

negara hukum yang demokratis. Terbentuknya negara dan demikian pula

penyelenggaraan kekuasaan suatu negara, tidak boleh mengurangi arti atau makna

kebebasan dan hak-hak asasi kemanusiaan itu, oleh karena itu adanya perlindungan dan

penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia merupakan pilar yang sangat penting

dalam setiap negara yang disebut sebagai negara hukum. Jika dalam suatu negara hak

asasi manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang

ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, negara yang bersangkutan tidak dapat

disebut sebagai negara huku dalam arti sesungguhnya.

Untuk melihat lebih lanjut hubungan negara hukum dengan hak asasi manusia,

dapat dikaji dari sudut pandang demokrasi, sebab hak asasi manusia dan demokrasi

merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi social yang dilahirkan dari sejarah

peradaban manusia diseluruh penjuru dunia. Hak asasi manusia dan demokrasi juga

dapat dimakna sebagai hasil perjuangan manusia, untuk mempertahankan dan

mencapai harkat kemanusiaannya, sebab hingga saat ini hanya konsepsi hak asasi
17

manusia dan demokrasi yang terbuktipaling mengakui dan menjamin harkat

kemanusiaan.

Sebagaimana telah dirumuskan dalam naskah perubahan kedua UUD Tahun

1945, ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia telah mendapatkan jaminan

konstitusional yang sangat kuat dalam Undang-Undang Dasar. Sebagian besar materi

UUD ini sebenarnya berasal dari rumusan Undang-Undang yang telah disahkan

sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Ketentuan-ketentuan yang memberikan jaminan konstitusional terhadap hak-hak asasi

manusia sangat penting dan bahkan dianggap merupakan salah satu ciri pokok

dianutnya prinsip negara hukum di suatu negara.

Bangsa indonesia memahami bahwa The Universal Declaraton of Human

Rights yang dicetuskan pada tahun 1948, merupakan pernyataan umat manusia yang

mengandung nilai-nilai universal yang wajib dihormati. Bersamaan dengan itu, bangsa

indonesia juga memandang bahwa The Universal Declaration of Human

Responsibility yang dicetuskan oleh Inter Action Council pada tahun 1997 juga

mengandung nilai universal yang wajib dijunjung tinggi untuk melengkapi The

Universal Declaraton of Human Rights tersebut.

Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu menjiwai

keseluruhan sistem hukum dan konstitusi indonesia, oleh karena itu perlu diadopsikan

kedalam rumusan Undang-Undang Dasar atas pengertian-pengertian dasar yang

dikembangkan sendiri oleh bangsa indonesia. Sehingga dengan

demikian perumusannya dalam Undang-Undang Dasar ini mencakup warisan-warisan

pemikiran yang masih terus akan berkembang dimasa-masa yang akan datang.

Dari uraian diatas terlihat jelas hubungan antara negara hukum dan hak asasi

manusia, hubungan mana bukan hanya dalam bentuk formal semata-mata, dalam arti
18

bahwa perlindungan hak asasi manusia merupakan ciri utama konsep negara hukum,

tapi juga hubungan tersebut dilihat secara materil. Hubungan secara materil ini

dilukiskan atau digambarkan dengan setiap sikap tindak penyelenggara negara harus

bertumpuh pada aturan hukum sebagai asas legalitas. Konstruksi yang demikian ini

menunjukan pada hakekatnya semua kebijakan dan sikap tindak penguasa bertujuan

untuk melindungi hak asasi manusia. Pada sisi lain, kekuasaan kehakiman yang bebas

dan merdeka, tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan manapun, merupakan wujud

perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam negara hukum.

Anda mungkin juga menyukai