Anda di halaman 1dari 4

Konsep Dasar Kampung Budaya

Konsep Dasar Kampung Budaya


Pengertian kampung
Kampung secara umum berarti sebuah kumpulan komunitas terdiri dari berbagai
masyarakat beragam etnis atau etnis tertentu yang berdiam dalam satu wilayah dan hidup
secara berkelompok dengan pola hidup sederhana memiliki aturan yang arif dan bijak dan
dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Kampung dalam bahasa Kaili berarti Ngata dalam
bahasa Kaili Tara Ngapa. Pengertian Ngapa adalah suatu wilayah teritorial yang dijaga
dengan hukum atau aturan yang telah disepakati bersama yang mengatur tentang tata dan
pola hidup masyarakat secara bersama-sama diakui dan saling menghargai, dan masih
mempertahankan nilai-nilai luhur tradisi yang sejalan dengan gerak pembangunan
diwilayahnya.
Arti sebuah kebersamaan dalam bahasa Kaili dikenal dengan istilah “sintuvu”. Sintuvu
berarti saling menghidupi konsep sintuvu semakin kuat dengan berlakunya sistim sosial
masyarakat yang mengedepankan kebersamaan dan nilai-nilai kekeluargaan. Dalam konsep
pembangunan masyarakat dikampung konsep sintuvu masih terus dipertahannkan misalnya
mosiala Pale (mengambil tangan) mengundang saudara yang lain untuk bekerja besama
bergotong-royong mengolah lahan pertanian. Kemudian ada lagi istilah mesidondo mengajak
saudara atau kerabatnya untuk bekerja sama pada pagi hari misalnya membersihkan jalan
dan saluran air. Santongo Eo berarti bekerja setengah hari misalnya memaras rumput dikebun
secara bersama mulai jam 08 pagi sampai siang hari jam 12.00. Sistim inilah yang
memperkuat sosial kemasyarakatannya sehingga membangun apa saja dapat diterapkan
dengan baik karena masih berlaku sistim kekeluargaan dan persaudaraan yang kokoh.
Konsep Sintuvu yaitu merencanakan secara bersama-sama, disetujui secara
bersama, di laksanakan bersama, dan hasilnya dinikmati bersama, konsep inilah yang
menjadi dasar yang kuat mempertahankan keutuhan kampung. Logikannya ketika sintuvu
tidak terjadi berarti semua kegiatan dikampung tidak berjalan lancar karena kerja tidak lagi
bersama tetapi sendiri-sendiri atau Individual mendominasi maka tidak akan terjadi
percepatan pembangunan. Maka kalau ada kegiatan yang dilakukan bersama-sama sudah
tidak dilakukan lagi, itu indikasi sintuvu sudah mulai bergeser atau cacat. Dasar dari kampung
budaya adalah sintuvu atau yang kita kenal sekarang dengan semangat gotong royong.
Pertanyaannya apakah kampung kita masih memiliki itu.?

Pengertian Budaya
Budaya asal kata budi dan daya budi adalah manusia yang memiliki budi pekerti daya
adalah sesuatu yang telah memiliki arti atau berdaya. Salah satu contoh batu sungai
Sebelumnya tidak memiliki nilai sama sekali setelah disentuh manusia dengan kecerdasan
dan kreatifitasnya dibuat menjadi sebuah patung atau dijadikan batu asah untuk mengasah
parang. Batu itu kini menjadi sesuatu yang bermakna dan manusia yang memiliki budi telah
berhasil menjadikannya benda yang berguna dan berfungsi sebagai media yang dianggap
hidup karna bisa dipakai sebagai peralatan hudup. Jika didalam kampung masih terdapat
bebatuan atau alat apa saja yang pernah dibuat orang tua dulu dengan teknologinya maka
dapat disebut sebuah peninggalan budaya. Kalau padang Sepe di Di Bada misalnya ada
patung Palindo yang terkenal sampai ke seluruh dunia sebab menyisahkan jejak sejarah
panjang dan dibalik dari tebentuknya patung dan mengapa sampai ada dilembah sepe sangat
berarti bagi kehidupan sekarang. Sebab orang tua dulu meninggalkan jejak yang dapat
menceriterakan kegiatan mereka dulu yang berhubungan dengan aktifas hidup kekinian.
Misalnya kalau dilembah sepe orang diajarkan dengan tradisi menghargai hasil panen dengan
upacara sukuran dan kali ini kita telah mengenal upacara yang sama dengan pencapuran
budaya dari luar atau dikenal dengan mombaca doa atau dalam Islam baca salama.
Mental Budaya
Mental budaya lahir dari praktek hidup mayarakatnya yang cinta dengan kebudayaan
sendiri, misalnya kita masih memelihara sopan santun menghargai yang lebih tua, mencintai
yang lebih muda dan membesarkan nilai luhur tradisi. Budaya bukan hanya digali tetapi tetap
dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menegakan aturan adat dengan
memberikan hukuman bagi pelanggar aturan dengan mengedepankan nilai budaya yang
luhur tetap mempertahannkan nilai kearifan bijak dan berwiba. sehingga Mental budaya masih
tetap kokoh dan tidak ternodai. Keuntungan dari tegaknya mental budaya dengan kuatnya
atauran dan hukum adat sulit untuk diinterfensi oleh dunia luar sebab aturan telah diatur
berdasarkan kulturnya, bukan kultur dari luar komunitasnya. Mental budaya berdapak pada
prilaku biasannya orang yang masih menghargai hukum adat sangat takut berbuat kesalahan
dan pelanggaran mereka masih terkesan jujur dan berwibawa.
Upacara adat sebagai warisan kebudayaan
Dalam kampung biasannya masih berlaku Upacara ritual yang berhubungan dengan alam,
manusia dan Tuhan maha pencipta. Tradisi ini telah lama tumbuh dan berkembang sejak
belum masuknya agama sebagai kepercayaan baru. Orang modern meyebutnya adalah aliran
kepercayaan. Ritual ini biasannya dilakukan setahun sekali misalnya pora’a binangga atau
minta hujan dengan meyembelih kambing sebagai korban dan memohon kepada penguasa
alam untuk mendatangkan hujan airnya digunakan sebagai sumber kehidupan untuk
menyuburkan tanaman. Kemudian ritual pengobatan jika dulunya belum ada medis ada
pengobatan yang diyakini sebagai penawar penyakit sebab pengetahuan mereka tentang
jenis penyakit selalu mengedepankan logika dan tanda-tanda alam dan perlakuan manusia
yang tidak lagi sejalan dengan atauran yang beralaku diwilahnya. Misalnya upacara balia
dibuat jika ada yang sakit keras dan memang dianggap penyebabnya kerena tidak lagi
meneruskan ritual yang pernah dibuat orang tua dulu dengan memberikan sesaji bagi atau
kurban kepada kampung maka diangap telah melanggar aturan. Setelah dibuatkan kontan
penyakitnya sembuh. Inilah yang meyakinkan kepercayaan ini akan pengaruh pola hidup yang
tidak menghargai tata dan aturan adat akan mendatangkan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan kecuali dengan menegakan kembali atau membuat kembali sarat yang telah
dibuat sebelumnya.kenapa ini disebut sebagai warisan kebudayaan. Manusia sekarang jika
dititipkan harta biasannya habis dan biasannya susut. Tetapi warisan kebudayaan bisa
bertahan dengan tetap memberkukan hukum dan aturan. Misalnya kalau upacara Vunja tidak
dibuat lagi berarti ruang komunikasi dan berinterkasi dengan keluarga secara bersama sama
(sintuvu) tidak tercipta. Untuk itu sebagai media komunmikasi dan alat perekat warisan itu
tidak boleh holang selain sebagai nilai pembelajaran untuk selalu bersama juga sebagai nilai
ungkapan rasa sukur terhadap Tuhan masih dipelihara, walaupun dengan cara yang berbeda
namun mengedepankan kearifan yang luhur.
Budaya lahir dari cara berfikir dan berkehandak manusia, budaya telah ada sejalan
dengan kelahiran manusia. Berati hingga kini kebudayaan masih tersisa dan jejaknya sangat
dekat dengan kita dan dunia modern telah mepaki jejak itu menjadi perubahan.
Pendukung Kampung budaya
Pendukung utama adalah masyarakat itu sendiri, kedua adalah pemerintah atau masyarakat
sekitarnya.
Jika masyarakat sudah mulai mendukung berdirinya kampung budaya secara otomatis
kampung dapat terpelihara. Apa bentuk dukungan itu yaitu bentuk dukungan Moral yang
utama dan moril menjadi penopangnya.
Potensi yang bisa dikembangkan dikampung
Sebelumnya mendirikan kampung telah ada penelitian dulu apa potensi yang bisa diandalkan
dan masih bertahan, misalnya bentuk bangunan bersejarah, alam yang asli dan mengandung
nilai sejarah, situs sejarah, peniggalan sejarah yang masih tersimpan dengan baik, adat
istiadat dan hukum adat terpelihara dan ditetapkan dengan baik, mental masyarakatnya yang
masih mengedepankan aturan dan tatakrama yang baik. Masih berwibawannya hukum adat
dan pengurus atau tokoh adat di tengah masyarakatnya.
Konsep dasar kampung budaya
Kampung budaya terdapat lokasi khusus yang masih mengisahkan sejarah masa lalu dengan
mempertahankan tradisi yang ada. Masih ditemukannya jejak sejarah dan pola hidup lama
yang bisa dipertahankan. Semua yang ada dilalammya membutuhkan sentuhan manusia
yang mengerti dan mau mempertahankan budaya.

Kampung budaya jadi kantong Produksi


Produk kebudayaan misalnya orang tua dulu pernah membuat sendok dari tempurung kelapa,
tikar pandan, bingga tau keranjang, sekarang bisa dimunculkan kembali dalam kemasan
produk yang unik dan layak menjadi pendapatan bagi masyarakatnya. Jika dulu orang tua
pernah bernyayi dan mewariskan syair kuno dan langkah ini menjadi daya tarik wisata dan
kelompok pendukungnya masih memperthannkan dan pandai memainkan ini dapat menjadi
media hiburan dan layak di nikmati oleh turis dan wisatawan asing demikian pula dengan hasil
produk pertaniannya jika masih ada dan dihasilkan secara rutin dan masih dengan pola tanam
lama ini bisa menjadi aset bagi penelitian untuk kelangsungan dunia pertanian mendatang
dan dapat menjadi sumbangan untuk ilmu pengetahuan. Dan masih banyak lagi yang patut
atau layak menjadi kantong produksi.
Model pengelolaan
Pengelolaan kampung budaya diserahkan langusung dan dikelola langsung oleh
masyarakatnya sendiri, dengan cara cara arif dan bijaksana mengedepankan sintuvu dan
menanamkan nilai budaya. Secara ekonomi dapat diatur dengan menggunakan manajemen
ekonomi dan pembagian hasil yang didapat besama tergantung kesepakatan bersama.
Mengajak keterlibatan semua pihak, pemerintah menjadi pendukung terpenting selain
sebagai penunjang sarana prasarana, juga dukungan pengakuan dan legalitas dan legitmasi
dari berbagai pihak perlu diperkuat. Dengan menggandeng Dinas Kebudayaan Pariwisata
sebagai jembatan Promosi budaya. Permusiaman juga patut ambil peran sebab kampung
budaya mendirikan sebuah Museum lokal dari peninggalan kebudayaan yang lama dan patut
menjadi bahan perbandingan dengan keadaan sekarang dan masa lalu. Dan dinas
Pendidikan sebagai penanggung jawab pendidikan yang bermuatan lokal perlu turut serta
mengambil peran sebab kampung budaya menyajikan nyanyian dan sastra tutur yang bisa
menjadi dasar bagai bahan ajar di sekolah. Dinas Kesejahteraan sosial perlu siap sebagai
penguat komponen sosialnya dengan landasan tradisi setempat . Dinas tanaman pangan
perlu mengambil peran dalam pengembangan makanan tradisional yang berasal dari hasil
tanaman lokal masyarakat yang tidak mengandung Pupuk dan Pestisida dan Unsur Kimia.
Dinas industri dan koperasi patut juga ambil peran sebab kantong produksi yang digagas
adalah karya lama yang dimunculkan kembali dengan teknologi sederhana dan layak
dikonsumsi masyarakat luas sehingga hasilnya dapat menunjang ekonomi bagi masyarakat.
Ketika ini telah bersinergi maka kekuatan kampung budaya semakin kokoh dan mampu
bertahan sepanjang tidak dikotori dengan berbagai kepentingan.
Komponen fisik yang perlu dibangun
Pintu gerbang Kampung Sebagai Simbol Gerbang Budaya Memuat motif dan ornament
tradisi setempat yang perlu diangkat dalam bentuk gebang dan tiang bangunanya. Pintu
gerbang Pagar rumah yang di ukir dengan motif dan ornament setempat.
Umbul-Umbul Umbul umbul mencirikan motif seempat yang masih bertahan.
Bantaya atau Baruga Bangunan yang kokoh dan terkesan unik ditengah kampung masih
aktif digunakan sebagai tempat nolibu. Bisa juga digunakan sebagai tempat rapat dan
pertemuan resmi dan tempat membuat upacara adat atau libu adat.
Lumbung makanan Umum masyarakat (gampiri) Bangunan ini sebagai tempat menyimpan
hasil pertanian masyarakat sebagai tempat mengumpulkan hasil pertanian dan suatu saat
dapat dipakai secara bersama untuk kegiatan bersama.
Sou Kodi Banguan kecil seperti rumah tempo dulu yang sengaja dibuat sebagai tempat
penginapan bagi tamu dan pendatang yang ingin menik mati suasana kampung dengan
bermalam.
Konsep dasar Untuk Pendirian kampung budaya sebagai situs sejarah peraban masalalu
yang mengedepankan nilai tradisi yang luhur. Ini dirancang sebagai Program dari Kelompok
remaja, pemerintah, dan masyarakat Serta pemerhati budaya.

Anda mungkin juga menyukai