Anatomi toraks
Patofisiologi hematotoraks
Hematotoraks dapat terjadi akibat trauma jaringan lunak dinding dada
maupun akibat trauma yang mengenai organ di dalam rongga dada.
Manifestasi yang mungkin terjadi adalah gangguan hemodinamik dan
respirasi.
Perubahan hemodinamik
Perubahan hemodinamik pada kasus hematotoraks berbeda-beda,
bergantung pada kecepatan hilangnya darah. Kehilangan darah ≤ 750 mL
pada laki-laki dengan berat badan 70 kg, mungkin tidak mengalami
perubahan hemodinamik yang berarti. Kehilangan 750-1500 mL darah pada
orang yang sama akan menunjukkan gejala awal dari syok (seperti takikardia
dan penurunan tekanan nadi).
Gejala syok yang signifikan dapat terjadi pada orang yang sama jika
terjadi kehilangan darah ≥ 30% (1500-2000 mL). Karena rongga pleura pada
orang dengan berat badan 70 kg dapat menampung lebih dari 4 L darah,
kehilangan darah dapat terjadi tanpa adanya bukti eksternal yang jelas.
Penatalaksanaan awal
Penatalaksanaan disesuaikan dengan mnemonik ABC pada kegawatdarutan.
Breathing
Tahap selanjutnya adalah mengecek respon bernafas. Pada kasus
hematotoraks, terutama yang masif, hampir selalu didapatkan dispnea. Oleh
karena itu, pemberian oksigen kanul 2-4 liter per menit, disesuaikan dengan
keparahan dispnea. Pemeriksaan oksimetri bisa dilakukan untuk penilaian
objektif adanya hipoksia atau tidak. Apabila terdapat hipoksia, langkah awal
adalah dengan meningkatkan pemberian oksigen.
Circulation
Pemeriksaan tanda-tanda syok sirkulasi merupakan hal yang penting dalam
kasus hematotoraks. Kehilangan darah yang banyak dapat menyebabkan
syok yang mempengaruhi suplai darah ke otak sehingga terjadi hipoksi
jaringan otak. Mengantuk sampai penurunan kesadaran merupakan tanda
dari kejadian tersebut. Harus diwaspadai adanya tanda-tanda presyok:
kesadaran menurun (meskipun pada beberapa kasus tidak terjadi penurunan
kesadaran, pastikan dengan pemeriksaan klinis lainnya), akral dingin, nadi
cepat dan lemah, dan hipotensi (tekanan sistol > 100 mmHg dan/atau diastol
> 70 mmHg). Apabila adanya tanda-tanda presyok atau syok (kesadaran
sangat menurun sampai koma, nadi tidak teraba, akral dingin dan pucat),
cepat lakukan resusitasi cairan. Tetapi, sekali lagi, intuisi seorang dokter
sangat diperlukan dalam kasus ini. Akan lebih aman jika pasien dengan
hematotoraks dilakukan pemasangan julur IV meskipun tidak ada tanda-
tanda presyok maupun syok, untuk mencegah terjadinya sesuatu yang fatal.
Apalagi di saat pasien syok kita akan sulit untuk mendapatkan akses IV.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mancini MC. 2014. Hemothorax. Medscape: emedicine.medscape.com. Diakses pada 22
April 2015.
2. Acker JE, Ali J, Aprahamian C, et al. 2004. Advaced trauma life support for doctors:
student course manual. 7th Ed. Chicago: American College of Surgeons.
3. Brauner ME. 2013. Thoracentesis. Medscape: emedicine.medscape.com. Diakses pada 22
April 2015.