Anda di halaman 1dari 6

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI

TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH

Dadang Kusbiantoro
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

ABSTRAK
Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan perilaku sehat yang terbukti secara ilmiah dapat mencegah
penyebaran penyakit menular. Pada survey awal didapatkan sebagian besar anak prasekolah belum
melakukan cuci tangan dengan benar. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh Health Education
cuci tangan pakai sabun terhadap kemampuan mencuci tangan dengan benar. Metode penelitian
quasi eksperimen, dengan one group pratest postest design. Populasi penelitian adalah seluruh
murid TK Pertiwi I Kembangbahu sebanyak 30 murid. Jumlah sampel 28 murid diambil dengan
teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan dianalisis
menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test. Hasil penelitian didapatkan setelah diberikan Health
Education,hampir seluruhnya (85,8%) anak mempunyai kemampuan mencuci tangan baik. Hasil
uji statistik diperoleh p ≤ 0,001 dimana p ≤ 0,05 yang berarti ada pengaruh pemberian Health
Education tentang cuci tangan pakai sabun terhadap kemampuan mencuci tangan dengan benar.
Kesimpulan penelitian menunjukkan pengaruh yang signifikan antara pemberian Health Education
terhadap kemampuan anak untuk mencuci tangan dengan benar Di TK Pertiwi I kecamatan
Kembangbahu kabupaten Lamongan. Berdasarkan penelitian ini, maka perlu diberikan Health
Education kepada anak prasekolah untuk meningkatkan kebiasaan hidup bersih dan sehat melalui
praktik cuci tangan pakai sabun dengan benar.

Kata Kunci: Health Education, Cuci Tangan, Anak Prasekolah

PENDAHULUAN satunya adalah kebiasaan mencuci tangan


pakai sabun. Survey Health Service Program
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku
merupakan perilaku sehat yang telah terbukti terhadap kebiasaan mencuci tangan
secara ilmiah dapat mencegah penyebaran menemukan bahwa sabun telah sampai ke
penyakit menular seperti diare, infeksi hampir setiap rumah di Indonesia, namun
saluran pernafasan atas (ISPA) dan flu sekitar 3% yang menggunakan sabun untuk
burung, bahkan disarankan untuk mencegah cuci tangan, untuk di desa angkanya bisa
penularan influenza. Banyak pihak yang telah lebih rendah lagi. Menurut World Health
memperkenalkan perilaku ini sebagai Organization (WHO) mencuci tangan pakai
intervensi kesehatan yang sangat mudah, sabun dapat menurunkan resiko diare hingga
sederhana dan dapat dilakukan oleh 50% (Tazrian, 2011).
mayoritas masyarakat Indonesia. Berbagai Di dunia sebanyak 6 juta anak
survey di lapangan menunjukan menurunnya meninggal setiap tahunnya karena diare,
angka ketidakhadiran anak karena sakit yang sebagian kematian tersebut terjadi di negara
disebabkan oleh penyakit-penyakit tersebut berkembang. Diperkirakan lebih dari 10 juta
diatas, setelah diintervensi dengan CTPS anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal
(DepKes RI,2009). setiap tahunnya, sekitar 20% meninggal
Kegagalan untuk melakukan karena diare. Selain diare, penyakit yang
kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat membahayakan karena perilaku yang tidak
dianggap sebagai sebab utama infeksi bersih dan sehat adalah cacingan. (Depkes,
nosokomial yang menular di pelayanan RI, 2011).
kesehatan, penyebaran mikroorganisme Berdasarkan survey awal di TK
multiresisten dan telah diakui sebagai Pertiwi I kecamatan Kembangbahu
kontributor yang penting terhadap timbulnya kabupaten Lamongan pada bulan November
permasalahan perilaku kesehatan pada anak 2013 didapatkan dari 10 anak sebanyak 80 %
usia sekolah biasanya berkaitan dengan tidak bisa melakukan cuci tangan dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan, salah teknik yang benar. Informasi yang diperoleh

SURYA 7 Vol. 07, No.02, Agustus 2015


Pemberian Health Education Meningkatkan Kemampuan Mencuci Tangan pada Anak Prasekolah

murid mengenai teknik cuci tangan belum timbulnya kemampuan anak untuk mencuci
maksimal. Mereka hanya sebatas mengetahui tangan pakai sabun yaitu berupa dukungan
bahwa harus mencuci tangan setelah mereka dalam bentuk lingkungan fisik seperti sarana
bermain tanpa mendapatkan pendidikan dan prasarana pendukung. Untuk merubah
tentang teknik cuci tangan yang benar. kemampuan anak mencuci tangan pakai
Tangan merupakan pusat kuman sabun juga diperlukan perilaku contoh dari
penyakit, mulai saat bersalaman, memegang tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
pintu kamar kecil, menyentuh benda yang (Yuhanna, Bella Vicky, 2010).
mengandung kuman, sehabis Buang Air Perilaku sehat cuci tangan pakai sabun
Kecil (BAK) atau Buang Air Besar (BAB) yang merupakan salah satu perilaku hidup
serta menyentuh segala sesuatu yang banyak bersih dan sehat telah menjadi perhatian
disentuh orang seperti memegang uang, dan dunia, hal ini karena masalah kurangnya
sebagainya. Tangan yang kelihatan bersih praktek perilaku cuci tangan tidak hanya
belum cukup untuk mencegah dari penyakit terjadi di negara berkembang saja, tetapi
infeksi. Apalagi tangan yang bersentuhan ternyata di negara majupun kebanyakan
langsung dengan kotoran manusia dan masyarakat masih lupa untuk melakukan
binatang, cairan tubuh, makanan atau perilaku cuci tangan. Fokus cuci tangan pakai
minuman yang terkontaminasi saat tidak sabun ini adalah anak sekolah sebagai agen
dicuci dengan sabun dapat memindahkan perubahan dengan simbolisme bersatunya
bakteri, virus, dan parasit kepada orang lain. seluruh komponen keluarga, rumah dan
Oleh karena itu betapa pentingnya masyarakat dalam merayakan komitmen
membebaskan tangan kita dari berbagai jenis untuk perubahan yang lebih baik dalam
kuman penyakit tersebut dengan mencuci berperilaku sehat melalui cuci tangan pakai
tangan. sabun (Depkes RI,2007).
Cuci tangan dengan air saja, ternyata Salah satu upaya untuk
tidak cukup untuk melindungi seseorang dari membudayakan perilaku cuci tangan adalah
kuman penyakit yang menempel di tangan. dengan memberikan pendidikan kesehatan.
Penggunaan sabun saat mencuci tangan Mencuci tangan dengan benar mulai
penting karena sabun sangat membantu diajarkan saat anak sudah banyak bermain,
menghilangkan kuman yang tidak tampak, dan makanannya sudah bervariasi. Tujuan
minyak, lemak dan kotoran di permukaan dari pendidikan kesehatan adalah
kulit. Sehingga dapat memperoleh kebersihan memberikan pengetahuan tentang prinsip
yang berpadu dengan bau wangi dan dasar hidup sehat, menimbulkan sikap dan
perasaan segar setelah mencuci tangan perilaku hidup sehat, dan membentuk
dengan sabun, ini tidak akan didapatkan jika kebiasaan hidup sehat (Fitriani, S, 2011)
hanya menggunakan air saja. Kebiasaan baik Dengan memberikan pendidikan kesehatan
itu tidak disadari oleh sebagian anak-anak. maka dapat meningkatkan pengetahuan anak
Mereka memandang sabun hanya dan dapat mempengaruhi perilaku anak
bermanfaat untuk menghilangkan kotor dan mencuci tangan dengan benar (Apriany,
bau. Untuk melakukan program cuci tangan Dyna, 2012).
dengan sabun, ketersediaan air dan sabun
untuk mencuci sebenarnya bukan menjadi METODE PENELITIAN
masalah, tapi yang justru menjadi hambatan
adalah faktor kebiasaan anak-anak. Penelitian ini menggunakan desain Pra
Faktor-faktor yang mempengaruhi - Eksperimen dengan pendekatan One Group
kemampuan anak mencuci tangan yaitu : Pratest Postest Design (Nursalam, 2008).
Faktor predisposisi yang memotivasi Metode sampling menggunakan Simple
seseorang untuk melakukan cuci tangan Random Sampling. Besar populasi 30 anak
pakai sabun yang meliputi pengetahuan, dan sampel 28 responden, yaitu murid di TK
tradisi, sistem nilai yang dianut masyarakat. Pertiwi I Kembangahu, kabupaten
Pengetahuan yang baik dan pengalaman yang Lamongan. Penelitian dilakukan pada bulan
didapatkan dari lingkungan sekitar akan Maret sampai April 2014. Pengambilan data
dapat meningkatkan kemampuan anak untuk menggunakan lembar observasi. Data
melakukan perilaku hidup bersih seperti cuci diambil berdasarkan hasil pengamatan pada
tangan pakai sabun, faktor yang mendukung murid pada saat melakukan cuci tangan, baik

SURYA 8 Vol. 07, No.02, Agustus 2015


Pemberian Health Education Meningkatkan Kemampuan Mencuci Tangan pada Anak Prasekolah

sebelum atau sesudah diberikan Health 3 Baik 0 0


Education dan analisis uji statistik Jumlah 28 100
menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test
dengan bantuan program komputer SPSS Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
16.0 for windows dengan tingkat signifikansi bahwa hampir seluruh (78,6%) anak
0.05. mempunyai kemampuan mencuci tangan
cukup dan tidak satupun (0%) anak
mempunyai kemampuan mencuci tangan
HASIL PENELITIAN baik sebelum diberikan Health Education.

Data Umum 2)Kemampuan Anak Mencuci Tangan


1) Kelompok Umur Sesudah Diberikan Health Education
Tabel 1 Distribusi Frekuensi umur anak Di Tabel 4 Distribusi frekuensi Kemampuan
TK Pertiwi I Kecamatan Anak Sesudah Diberikan Health
Kembangbahu, Kabupaten Education di TK Pertiwi I
Lamongan Tahun 2014. Kecamatan Kembangbahu,
No Umur F % Kabupaten Lamongan 2014.
1 3 tahun 9 32,1 Kemampuan
No F %
2 4 tahun 14 50,0 Mencuci Tangan
3 5 tahun 5 17,9 1 Kurang 0 0
Jumlah 28 100 2 Cukup 4 14,2
3 Baik 24 85,8
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan Jumlah 28 100
bahwa sebagian (50,0%) murid berumur 4
tahun dan sebagian kecil (17,9%) berumur 5 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
tahun. bahwa hampir seluruh (85,8%) anak
mempunyai kemampuan mencuci tangan
2) Kelompok Jenis Kelamin baik dan tidak satupun (0%) anak
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin kemampuan mencuci tangannya kurang
anak di TK Pertiwi I Kecamatan sesudah diberikan Health Education
Kembangbahu, Kabupaten
Lamongan Tahun 2014 3) Pengaruh Health Education Cuci
No Jenis F % Tangan Pakai Sabun Terhadap
kelamin Kemampuan Anak Mencuci Tangan
1 Laki-laki 17 60,7
2 Perempuan 11 39,3 Tabel 5 Pengaruh Health Education terhadap
Jumlah 28 100 Kemampuan Anak Mencuci Tangan
Di TK Pertiwi I Kecamatan
Berdasarkan tabel 2 menunjuan bahwa Kembangbahu, Kabupaten
sebagian besar (60,7%) murid berjenis Lamongan Tahun 2014
kelamin laki-laki Kemampuan Sebelum Sesudah
No Mencuci
N % N %
Data Khusus Tangan
1) Kemampuan Anak Mencuci Tangan 1 Kurang 6 21,4 0 0
Sebelum Diberikan Health Education 2 Cukup 22 78,6 4 14,2
Tabel 3 Distribusi frekuensi Kemampuan 3 Baik 0 0 24 85,8
Anak Sebelum Diberikan Health Jumlah 28 100 28 100
Education di TK Pertiwi I
Kecamatan Kembangbahu, Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
Kabupaten Lamongan 2014. bahwa hampir seluruhnya (78,6%) anak
Kemampuan kemampuan mencuci tangannya cukup dan
No F %
Mencuci Tangan tidak satupun (0%) anak kemampuan
1 Kurang 6 21,4 mencuci tangannya baik sebelum diberikan
2 Cukup 22 78,6 Health Education. Hampir seluruhnya

SURYA 9 Vol. 07, No.02, Agustus 2015


Pemberian Health Education Meningkatkan Kemampuan Mencuci Tangan pada Anak Prasekolah

(85,8%) anak kemampuan mencuci kepercayaan, serta keyakinan individu


tangannya baik dan tidak satupun (0%) anak terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kemampuan mencuci tangannya kurang kesehatan, dengan sikap yang positif akan
setelah diberikan Health Education. menimbulkan motivasi bagi anak untuk
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat melakukan cuci tangan pakai sabun, 2)
perbedaan yang signifikan antara Faktor Pemungkin: mendukung timbulnya
kemampuan anak mencuci tangan sebelum kemampuan anak sehingga motivasi untuk
dan sesudah diberikan Health Education. melakukan cuci tangan pakai sabun menjadi
Selanjutnya hasil uji Wilcoxon Sign Rank kenyataan. Wujud dari faktor pendukung ini
Test dengan signifikasi ρ sign ≤ 0,001 (ρ ≤ seperti lingkungan fisik dan sumber-sumber
0,05) ini menunjukkan pemberian Health yang ada di masyarakat. ketersediaan sarana
Education dapat meningkatan kemampuan dan fasilitas memungkinkan terwujudnya
anak untuk mencuci tangan dengan benar. kemampuan anak mencuci tangan pakai
sabun, 3) Faktor penguat: merupakan sumber
yang sangat penting untuk terbentuknya
PEMBAHASAN kemampuan individu yang berasal dari orang
lain yang merupakan referensi dari perilaku
1) Kemampuan Anak Mencuci Tangan seperti sikap dan perilaku dari orang tua,
Sebelum Diberikan Health Education teman sebaya, guru, dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan Untuk meningkatkan kemampuan anak
bahwa hampir seluruhnya (78,6%) anak mencuci tangan pakai sabun bukan hanya
kemampuan mencuci tangannya cukup dan perlu pengetahuan dan sikap positif serta
tidak satupun (0%) anak kemampuan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
mencuci tangannya baik. Artinya contoh acuan dari para petugas kesehatan,
kemampuan anak untuk mencuci tangan guru, orang tua, dan tokoh masyarakat
dengan benar berada pada tingkatan kurang (Utami, Widya, 2010).
sampai cukup. Dengan demikian masih Beberapa faktor yang mempengaruhi
banyak yang belum bisa mencuci tangan seseorang melakukan cuci tangan pakai
dengan benar. Hal ini disebabkan karena sabun secara epidemologis dapat dijelaskan
beberapa faktor yang belum mendukung dalam segitiga epidemologi yaitu host, agent
kemampuan anak untuk cuci tangan dengan dan environment. Host meliputi faktor
benar diantaranya: 1) faktor informasi yang internal yaitu karakteristik manusia (umur,
belum didapatkan oleh anak sehingga tingkat pendidikan, jenis kelamin) dan
pengetahuan anak masih kurang, 2) belum motivasi yang akan mempengaruhi
tersedianya fasilitas untuk tempat cuci tangan pengetahuan dan sikap yang akan melahirkan
bagi anak-anak di sekolah, 3) belum ada niat seseorang melakukan tindakan.
contoh yang diberikan dari guru, orang tua Environment adalah faktor eksternal yaitu
atau petugas kesehatan tentang cara untuk lingkungan fisik (ketersediaan sarana
mencuci tangan yang baik dan benar. sanitasi), lingkungan social (sangsi social,
Kondisi ini yang menjadi perhatian dukungan dan peran guru), sarana kesehatan.
bagi perawat dan tenaga kesehatan untuk Agens adalah gaya hidup yaitu penggunaan
mampu memberikan Health Education untuk sabun, peraturan sekolah, pola asuh orang
meningkatkan keterampilan mencuci tangan tua, ketersediaan media pendidikan,
dengan benar yang memiliki efek sangat informasi, dan keberadaan UKS (Kushartanti,
berharga dalam perilaku hidup bersih dan 2012).
sehat (PHBS). Petugas kesehatan bisa bekerja
sama dengan masyarakat dalam memberikan 2) Kemampuan Anak Mencuci Tangan
Health Education untuk meningkatkan Sesudah Diberikan Health Education
kemampuan anak mencuci tangan dengan Pada tabel 4. Menunjukkan hampir
benar (Depkes, 2008). seluruhnya (85,8%) anak kemampuan
Faktor yang mempengaruhi mencuci tangannya baik dan tidak satupun
kemampuan anak untuk mencuci tangan (0%) anak kemampuan mencuci tangannya
pakai sabun dengan teknik yang benar yaitu: kurang. Perubahan tingkat kemampuan anak
1) faktor predisposisi yang meliputi untuk mencuci tangan dengan benar melalui
pengetahuan, pendidikan, sikap, pemberian Health Education karena

SURYA 10 Vol. 07, No.02, Agustus 2015


Pemberian Health Education Meningkatkan Kemampuan Mencuci Tangan pada Anak Prasekolah

informasi kesehatan dan praktik yang mau belajar dan mengikuti praktik cuci
diberikan dapat menambah pengetahuan anak tangan yang telah diberikan. Melalui belajar
dan memotivasi anak untuk dapat melakukan anak-anak mendapatkan berbagai macam hal
praktik cuci tangan pakai sabun dengan baru yang belum mereka dapatkan, sehingga
teknik yang benar, sehingga anak-anak dapat mereka mau memperbaiki kekurangan yang
membentuk kebiasaan hidup yang sehat. ada dalam dirinya dan meningkatkan
Menurut Committee President On kemampuannya untuk memelihara kesehatan
Health Education, (1997) bahwa pendidikan khususnya cuci tangan pakai sabun dengan
kesehatan adalah proses yang menjembatani benar melalui berbagai stimulus dan
kesenjangan antara informasi kesehatan dan dukungan yang telah diberikan. Perubahan
praktek kesehatan, yang memotivasi perilaku belajar bukan hanya sekedar
seseorang untuk memperoleh informasi dan memperoleh pengetahuan semata, tetapi
berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga termasuk memperoleh pula perubahan dalam
dirinya menjadi lebih sehat dengan sikap dan keterampilannya.
menghindari kebiasaan yang buruk dan Perubahan perilaku yang terjadi
membentuk kebiasaan yang menguntungkan sebagai hasil belajar meliputi perubahan
kesehatan (Mubarak, Wahid, Iqbal, 2007). dalam kawasan (domain) kognitif, afektif,
Pendidikan mempunyai dampak dan dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-
berpengaruh terhadap perubahan perilaku aspeknya. Proses pendidikan kesehatan
seseorang. Karena hal tersebut sesuai dengan adalah tidak lain proses belajar yang
tujuannya yaitu pendidikan kesehatan memiliki tiga komponen utama yaitu
bertujuan untuk merubah perilaku seseorang masukan (input), proses, dan hasil (output).
agar menjadi lebih baik dan menjadi lebih Input dari pendidikan kesehatan ini adalah
tahu, khususnya mengenai mencucui tangan. individu, keluarga, kelompok, dan
Semakin seseorang tersebut tahu dan masyarakat yang sedang belajar dengan
mempunyai informasi lebih, maka semakin berbagai masalahnya. Proses adalah
baik pula kemampuan dan perilakunya mekanisme dan interaksi terjadinya
(Apriany, Dyna, 2012). perubahan kemampuan (perilaku) pada diri
subjek belajar. Output nya adalah hasil
3) Pengaruh Pemberian Health Education belajar itu sendiri, yaitu berupa kemmapuan
Cuci Tangan Pakai Sabun Terhadap atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
Kemampuan Anak Mencuci Tangan Dalam proses terjadi umpan balik terhadap
Dengan Benar berbagai faktor yang dapat saling
Dari hasil analisa data menunjukkan mempengaruhi (Notoatmodjo, Soekidjo,
perubahan atau peningkatan kemampuan 2007).
anak untuk mencuci tangan dengan benar. J.Guilbert, mengelompokkan faktor-
Hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan faktor yang mempengaruhi proses belajar
signifikan ρ sign ≤ 0,001 (ρ ≤ 0,05) ini dibagi kedalam empat kelompok besar, yaitu:
menunjukkan dengan pemberian Health 1) Materi atau hal yang dipelajari ikut
Education dapat meningkatan kemampuan menentukan proses dan hasil belajar.
anak untuk mencuci tangan dengan benar. Misalnya belajar pengetahuan, sikap dan
Health Education dapat memberikan keterampilan akan menetukan perbedaan
pengalaman yang dapat mempengaruhi proses belajar, 2) Lingkungan yang
pengetahuan dan sikap serta kemampuan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
anak untuk mencuci tangan dengan benar. lingkungan fisik yang terdiri atas suhu, udara,
Peningkatan kemampuan anak untuk dan kelembapan tempat belajar. Sedangkan
mencuci tangan dengan benar juga faktor lingkungan kedua adalah lingkungan
dipengaruhi oleh dukungan dari lingkungan sosial, yaitu manusia dengan segala
sekitar mulai dari petugas kesehatan, guru, interaksinya, 3) Instrumen yang terdiri atas
dan memaksimalkan sarana yang ada untuk perangkat keras seperti perlengkapan belajar,
mencuci tangan sehingga anak-anak alat peraga dan perangkat lunak seperti
termotivasi untuk dapat melakukan cuci kurikulum, 4) Kondisi individual subjek
tangan dengan teknik yang benar. belajar yang dibedakan kedalam kondisi
Meningkatnya kemampuan anak untuk fisiologis dan kondisi psikologis. (Nursalam,
cuci tangan dengan benar, karena mereka Effendi Feri, 2008)

SURYA 11 Vol. 07, No.02, Agustus 2015


Pemberian Health Education Meningkatkan Kemampuan Mencuci Tangan pada Anak Prasekolah

Depkes RI. (2011). Cuci Tangan Pakai


Sabun Dapat Mencegah Berbagai
KESIMPULAN DAN SARAN Penyakit. http: //www.depkes.go.id.
Diakses tanggal 4 November 2013.
1) Kesimpulan
(1) Sebagian besar anak prasekolah di TK Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Edisi
Pertiwi I kecamatan Kembangbahu Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Kabupaten Lamongan memiliki
kemampuan yang cukup dalam Kushartanti.(2012).Gambaran Beberapa
melakukan praktik mencuci tangan Faktor Yang Mempengaruhi perilaku
sebelum diberikan Health Education. Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Anak
(2) Sebagian besar anak di TK Pertiwi I Sekolah Dasar Di Kabupaten Brebes.
kecamatan Kembangbahu Kabupaten Skripsi. Tidak Diterbitkan. Universitas
Lamongan memiliki kemampuan yang Diponegoro
baik dalam melakukan praktik mencuci
tangan setelah diberikan Health Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. (2007). Promosi
Education. Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
(3) Ada pengaruh pemberian Health
Education terhadap kemampuan anak Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi
untuk mencuci tangan dengan benar Di Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta:
di TK Pertiwi I kecamatan Rineka Cipta
Kembangbahu Kabupaten Lamongan
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan
2) Saran Metodologi Penelitian Ilmu
Penelitian ini dapat digunakan sebagai Keperawatan. Jakarta: Salemba.
masukan untuk dinas pendidikan dan
kesehatan untuk mensukseskan gerakan Nursalam, Effendi Feri. (2008). Pendidikan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), Keperawatan. Jakarta: Salemba
khususnya bagi anak-anak yang nantinya Medika
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Tazrian. (2011). Cuci Tangan Pakai Sabun.
Kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-
anak/2011. Diakses tanggal 1
DAFTAR PUSTAKA November 2013

Apriany, Dyna. (2012). Perbedaan Perilaku Utami, Widya. (2010). Faktor-Faktor Yang
Mencuci Tangan Sebelum Dan Berhubungan Dengan Kebiasaan Cuci
Sesudah Diberikan Pendidikan Tangan Pakai Sabun Pada
Kesehatan Pada Anak Usia 4-5 Tahun. Masyarakat Di Desa Cikoneng
The Soedirman Journal Of Kecamatan Ganeas Kabupaten
Nursing.Depkes RI. (2009). Profil Sumedang. Tesis. Tidak diterbitkan.
Kesehatan Indonesia 2008. http:// Universitas Indonesia.
www.Depkes.go.id. Diakses pada
tanggal 4 November 2013. Yuhanna, Bella Vicky. (2010). Hubungan
Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan
Depkes RI.. (2007). Pedoman Pelaksanaan Perilaku Cuci Tangan Pada Anak Usia
Promosi Kesehatan Daerah. http: Sekolah di SD Negeri Jimbaran 01
//www.Depkes.go.id. Diakses pada Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
tanggal 1 November 2013. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas
Muhammadiyah Semarang
Depkes RI. (2008). Pedoman Umum Cuci
Tangan Pakai Sabun. http:
//www.Depkes.go.id. Diakses pada
tanggal 10 November 2013.

SURYA 12 Vol. 07, No.02, Agustus 2015

Anda mungkin juga menyukai