Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI PARTAI POLITIK

POSTED BY MILANOVIRA ⋅ 05/04/2015 ⋅ TINGGALKAN KOMENTAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian dari Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer,

investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumberdaya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan

lembaga pemerintah. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para

manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, ataupun pemilik.

Pengertian dari Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar

persamaan kehendak untuk memperjuangkan baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan negara melalui Pemilihan Umum. Tujuan

umum partai politik adalah mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang

Dasar 1945, dan mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para anggotanya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Moralitas politik yang menyangkut keuangan dan kesejahteraan rakyat tidak pernah menjadi agenda kerja yang serius dalam proses

reformasi. Akibatnya ketiadaan transparansi akan sumber keuangan partai merupakan bagian yang paling lemah dari kemungkinan untuk

terjadi praktek-praktek korupsi untuk keuangan partai, seperti kasus yang paling mutakhir. Kasus perginya kader partai memberi kesan

kepada rakyat bahwa partai membangun sandiwara murahan. Institusi hukum yang berselisih waktu dalam pencekalan perginya sang kader

partai ke negeri yang tidak memiliki perjanjian extradisi, dan KPK yang juga dicitrakan terlambat dalam mencegah kepergian pelaku yang

diduga terlibat dalam kasus penyuapan pembangunan wisma Atlit. Jika ini benar, maka kita dapat mengatakan bahwa partai tidak lagi

memiliki moralitas politik.

Lebih dari itu juga partai yang semestinya membela rakyatnya sebagai korban korupsi justru memberi kesan lebih membela kadernya yang

telah merugikan rakyat. Ini adalah sebuah gambaran dari kehidupan politik tanpa moral. Partai dalam hal ini, tampak seperti tidak peduli

dengan rakyatnya yang semestinya mereka sejahterakan, yaitu dengan menjalankan negara secara bersih dan bekeadilan. Negeri ini akan di

bawa ke mana jika partai tidak memiliki moralitas dan pertanggungjawaban kepada rakyat sebagai konstituen politiknya.

Rakyat selama ini hanya dijadikan korban partai karena pada dasarnya partai-partai di Indonesia bukan muncul karena kepentingan rakyat

melalui gerakan sosialnya, namun lebih merupakan kepentingan elit politik dan elit bisnis yang bergerak menggunakan kekuatan social

untuk memenuhi kepentingan elit itu sendiri. Akibatnya rakyat hanya merupakan obyek politik yang sesungguhnya tidak aktif dalam

mendorong terjadinya perubahan yang mendasar yaitu kesejahteraan sosial. Ini artinya reformasi politik lebih lanjut perlu dipikirkan agar

lebih mendasar dan radikal.

Dalam hal ini rakyat perlu membentuk kekuatan alternatif berupa gerakan sosial yang berfungsi sebagai pengendali moralitas politik menuju

masyarakat yang sejahtera. Reformasi social dengan menjadikan warganegara secara aktif membentuk gilda sosial yang berfungsi untuk

membuka ruang partisipasi aktif guna mencapai kesejahteraan social yang menyeluruh. Ini merupakan suatu kebutuhan ketika partai tidak

memiliki moralitas politik dan menjadikan rakyat hanya sebagai obnyek kepentingan ekonomi politik semata.
Dan pada kesempatan ini, maka penulis akan lebih lagi membahas mengenai Akuntansi Partai Politik itu sendiri yang sekiranya bermanfaat

bagi pembaca.

1.2. Rumusan Masalah

1) Bagaimana Pengertian Partai Politik?

2) Bagaimana Fungsi Partai Politik?

3) Bagaimana Akuntansi Partai Politik?

4) Bagaimana Penyusunan Laporan Keuangan dalam Partai Politik?

5) Bagaimana Daftar Kode Akun Partai Politik?

6) Bagaimana Akuntabilitas Dana Kampanye?

7) Kemana Dana Kampanye Politik Dilaporkan?

8) Bagaimana Audit Atas Laporan Keuangan Partai Politik?

9) Bagaiamana Tinjauan PSAK dan Kebutuhan Standar Akuntansi untuk Partai Politik?

10) Darimanakah Sumber Dana Partai Politik?

11) Bagaimana Peran KPU dalam Keuangan Partai Politik?

12) Bagaimana contoh Kasusnya?

1.3. Tujuan

1) Untuk mengetahui tentang pengertian partai politik.

2) Untuk mengetahui tentang Fungsi Partai Politik.

3) Untuk mengetahui tentang Akuntansi Partai Politik.

4) Untuk mengetahui tentang Penyusunan Laporan Keuangan dalam Partai Politik.

5) Untuk mengetahui tentang Daftar Kode Akun Partai Politik.

6) Untuk mengetahui tentang Akuntabilitas Dana Kampanye.

7) Untuk mengetahui tentang Dana Kampanye Politik Dilaporkan.

8) Untuk mengetahui tentang Atas Laporan Keuangan Partai Politik.

9) Untuk mengetahui tentang Tinjauan PSAK dan Kebutuhan Standar Akuntansi untuk Partai Politik.

10) Untuk mengetahui tentang Sumber Dana Partai Politik.

11) Untuk mengetahui tentang Peran KPU dalam Keuangan Partai Politik.

12) Untuk mengetahui tentang contoh Kasusnya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Partai Politik

Pengertian partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, partai politik adalah organisasi

yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan negara serta memelihara keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pertanggungjawaban keuangan yang transparan oleh partai politik merupakan bentuk kepatuhan terhadap undang-undang partai politik dan

undang-undang pemilu. Partai politik harus mampu dan melaksanakan pertanggungjawaban terhadar seluruh sumber daya keuangan yang

digunakan kepada para konstituennya. Bentuk pertanggungjawaban pengelola keuangan partai politik serta pemilu adalah penyampaian

Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu),serta Laporan Keuangan (khusus untuk partai politik), yang harus diaudit oleh Kantor

Akuntan Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.

Akuntabilitas yang tinggi dapat menciptakan good political party governance sehingga dapat meminimalisasi kecurangan penyalahgunaan

dana dan mengantisipasi munculnya konflik. Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan system pelaporan dana kampanye secara

transparan, akuntabel, dan independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu yang bersih dalam rangka membengun

demokrasi yang berkredibilitas dan dapat menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah dan pertanggungjawaban peserta pemilu

kepada publik.

Realitas yang ada masih menunjukkan lemahnya kesadaran dan kepatuhan partai politik untuk membuat laporan pertanggungjawaban atas

penggunaan dananya. Faktanya pada nopember 2010, masih ada 11 parpol kontestan pemilu 2009 yang belum menyerahkan laporan

pertanggungjawaban dana kampanyenya kepada KPU. Hal ini tentunya dapat menghambat pembangunan demokrasi yang berkredibilitas. Di

sisi lain, standar akuntansi yang ada, yaitu PSAK 45, merupakan standar akuntansi keuangan yang dibuat IAI untuk organisasi nirlaba yang

juga digunakan untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup mengakomodir karakteristik partai politik yang berbeda dengan organisasi

nirlaba.

Oleh karena itu, perlu standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur pelaporan keuangan partai politik. Dengan demikian laporan

keuangan partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan

yang baik dapat digunakan semaksimal mungkin oleh para pengurus partai, anggota partai, pemerintah, donator, kreditur, dan publik dalam

membantu menilai, memonitor, dan mengevaluasi kinerja partai, serta merencanakan gerak langkah partai selanjutnya. Secara khusus,

tujuan utama pembuatan laporan adalah menginformasikan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan partai politik.

2.2. Fungsi Partai Politik

Dalam Negara demokrasi,Partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi:

1. Partai Politik Sebagai Komunikasi Politik:Menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat serta mengaturnya sedemikian

rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat masyakat menjadi berkurang.

2. Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik:diartikan sebagai proses sikap dan orientasi seorang terhadap fenomena politik dalam

mengikuti kecenderungan masyarakatnya.

3. Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik: Untuk mencari dan mengajak orang yang terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan

politik,Rekruitmen anggota partai merupakan uapaya regenerasi kepemimpinan.

4. Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik: Persaingan dan perbedaan dalam masyarakat merupakan hal yang wajar.Jika sampai

terjadi konflik partai politik berusaha untuk mengatasinya.

2.3. Memahami Akuntansi Partai Politik

Untuk mengatur pelaporan keuangan partai politik. Dengan adanya standar pelaporan diharapkan laporan keuangan organisasi partai politik
dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi.

Dalam rangka pesta demokasi di negara ini, tanda tanya besar perlu tidaknya suatu pertanggungjawaban keuangan dialamatkan ke Parpol

maupun peserta pemilu. Idealnya mereka harus transparan karena sebagai suatu entitas yang menggunakan dana public yang besar tanggung

jawab keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Mereka harus mempertangungjawabkan sumber daya keuangan yang digunakan kepada para konstituennya dan juga sebagai bentuk

kepatuhan kepada Undang-undang. Bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan para peserta pemilu, adalah dengan menyampaikan

Laporan Dana kampanye (semua peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk Parpol), yang harus diaudit oleh akuntan Publik

dan disampaikan ke KPU serta terbuka untuk diakses publik.

2.4. Penyusunan Pelaporan Keuangan Dalam Partai Politik

Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum, dan bantuan dari anggaran negara. Sumbangan

yang sah menurut hukum dapat berupa uang, barang, fasilitas, peralatan, dan/atau jasa. Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam

peraturan pemerintah) diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang mendapat kursi di lembaga perwakilan rakyat. Sumbangan

dari anggota dan bukan anggota yang sah menurut hukum paling banyak senilai Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu)

tahun. Dan sumbangan dari perusahaan dan/atau badan usaha yang sah menurut hukum paling banyak senilai Rp800.000.000 (delapan ratus

juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun.

Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik adalah laporan keuangan tahunan dan laporan dana kampanye. Penyusunan Laporan

Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang akuntansi untuk

organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini:

• Laporan Posisi Keuangan.

• Laporan Aktivitas.

• Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.

• Laporan Arus Kas.

• Catatan atas Laporan Keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan Partai Politik juga terikat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam

perundang-undangan RI mengenai

Partai Politik dan Pemilu, seperti UU No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu. Ketentuan teknis

tentang pedoman penyusunan laporan keuangan untuk Partai Politik terdapat dalam SK KPU No. 676 tahun 2003 tentang Tata Administrasi

Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum.

2.5. Daftar Kode Akun Partai Politik

Kode Akun Dana Rutin

1. Penerimaan Dana Rutin

Kode Akun Keterangan Penjelasan

41.01.01 ABB – Iuran Anggota Dewan

41.01.02 ABB – iuran & infak anggota

41.02.01 ABB – Sumbangan perorangan


41.02.02 ABB – Sumbangan Badan

41.02.03 ABB – Bantuan pemerintah

41.02.04 ABB – Bantuan dari DPP/DPW

41.09.19 ABB – Penghasilan lainnya

41.10.01 ABB – Penghasilan nonkas

48.01.00 ABP – Sumbangan kegiatan sosial

2. Pengeluaran Dana Rutin

a. Beban manajemen dan umum

Kode Akun Pos Penjelasan

51.01.00

Beban pegawai Mencatat gaji, honor, tunjangan, lembur, bantuan kesehatan & biaya diklat, serta biaya personal lainnya

51.02.00 Beban kesekretariatan dan rumah tangga Mencatat beban konsumsi, ATK, RTK & bahan cetakan, ekspedisi benda pos, pengurusan

dokumen, beban telepon, listrik, langganan internet, dll

51.03.00 Beban publikasi & kehumasan Beban konferensi pers, atribut, media promosi cetak dan elektronik, beban dokumentasi, langganan

majalah dan koran dan penerbitan.

51.04.00 Beban sewa dan pemeliharaan Beban sewa kantor, kendaraan, pemeliharaan gedung, inventaris, dll

51.05.00 Beban transportasi dan asuransi Beban BBM, tol, parkir, uang transport, asuransi gedung dan kendaraan dinas, dll

51.07.00 Beban subsidi Beban subsidi dan struktur di atasnya seperti subsidi dari DPP, DPW, dan DPD

51.09.00 Beban umum lainnya Beban administrasi bank dan beban umum serta administrasi lainnya

b. Beban kegiatan dan program

Kode Akun Pos Penjelasan

52.01.03 Beban kegiatan DPW, DPD, DPC Mencatat kegiatan yang dilakukan oleh DPW, DPD, DPC seperti acara rapat koordinasi/kerja,

DPW/DPD, milad, tarhib ramadhan, dll

52.01.04 Beban kegiatan deputi bidang dan biro Mencatat kegiatan yang dilakukan oleh deputi bidang atau biro di DPW/DPD/DPC, seperti

acara kaderisasi, rakor kewanitaan,dll

52.01.06 Beban pendirian dan verifikasi Mencatat beban administrasi, pendirian, bahan, transport, dan acara deklarasi, serta beban

verifikasi, depkenham, dan KPU

52.01.07 Beban musyawarah wilayah/daerah Mencatat beban acara musyawarah, wilayah, daerah

52.01.19 Beban kegiatan lainnya Mencatat beban kegiatan lainnya yang termasuk dalam kelompok di atas

c. Pengeluaran lain-lain

Kode Akun Pos Penjelasan

52.01.91 Penyetoran iuran anggota ke DPW Mencatat penyetoran bagian, iuran/infak anggota yang menjadi bagian/hak DPW

52.01.92 Penyetoran iuran anggota ke DPP Mencatat penyetoran bagian iuran/infak anggota yang menjadi bagian/hak DPP

52.01.18 Transfer ke dana kampanye Mencatat transfer dana rutin yang diberikan/digunakan untuk dana kampanye

d. Penerimaan dan pengeluaran unsur neraca


Kode Akun Pos Penjelasan

11.10.00 Uang muka kerja dan piutang Mencatat penerimaan dan pengeluaran untuk uang muka kerja dan piutang

11.40.00 Beban dibayar di muka Mencatat pengeluaran biaya di bayar di muka, dan pembebanan/amortisasinya menjadi biaya seperti sewa

kantor yang dibayar sekaligus 3 tahun

12.11.00 Investasi, inventaris tanah dan bangunan Mencatat pengeluaran untuk invetasi, pembelian inventaris tanah dan bangunan serta

mencatat pelepasan/ penjualan/penghapusan, dan mencatat perbaikan yang dikapitalisir (yang menambah umur aktiva)

12.80.00 Aktiva lain-lain Mencatat pembelian/perolehan serta penghapusan/pelepasan/pengeluaran aktiva lain-lain seperti atribut, dll

21.01.00 Utang jangka pendek Mencatat penerimaan dan pengeluaran utang/kewajiban yang akan diselesaikan/jatuh tempo dalam waktu 1

tahun

22.01.00 Utang jangka panjang Mencatat penerimaan dan pengeluaran utang/kewajiban yang akan diselesaikan/jatuh tempo lebih dari 1

tahun

Bentuk Formulir Jurnal

Tanggal No. Akun Nama Akun Debet Kredit

2.6. Akuntabilitas Dana Kampanye

Kampanye partai politik untuk promosi dan pembentukan opini publik sudah pasti memerlukan dana yang besar. Karena itu, segala sesuatu

yang berkaitan dengan penggunaan dana yang besar pasti akan menimbulkan kerawanan. Mulai dari rawan kolusi, korupsi, konflik.

Akuntabilitas yang tinggi dapat meminimalisir kecurigaan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi munculnya konflik. Kebutuhan untuk

menciptakan good political party governance dirasakan sangat mendesak, terutama bagi para partai politik peserta pemilu. Penerapan

kewajiban tata administrasi keuangan dan sistem pelaporan dana kampanye secara transparan, akuntabel, dan independen akan sangat

menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu yang bersih dalma rangka membangun kepercayaan publik kepada pemerintah dan

pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik.

Pelaporan dana kampanye Parpol

Tipe pelaporan dana kampanye partai politik:

1. Tentukan metode pencatatan yang digunakan (sistem pencatatn tunggal atau sistem pencatatan berpasangan, basis kas atau akrual)

2. Pisahkan pencatatan pemasukan dan pengeluaran antara keuangan rutin parpol dengan pendanaan kampanye

3. Semua transaksi yang dilakukan harus memiliki bukti tertulis seperti surat perjanjian/kontrak tertulis, kwitansi, faktur

4. Semua kegiatan yang berkaitan dengan kampanye harus dilengkapi dengan dokumentasi kegiatan seperti foto kegiatan atau rekaman

video.

Metode pencatatan berpasangan (Double entry) basis kas

1. Tentukan kode akun dana kampanye

Berikut adalah contoh kode akun dana kampanye suatu parpol ABC.

Penerimaan dana kampanye

AB.01.01 Transfer dari danavrutin dan subsidi

AB.01.02 sumbangan perorangan-DK


AB.01.03 Sumbangan perusahaan/badan-DK

AB.01.04 Bantuan pemerintah-DK

AB.09.19 Penghasilan lainnya-DK

CD.01.01 Penerimaan pinjaman pihak ketiga-DK

Pengeluaran dana kampanye

GH.01.01 Beban gaji, honor, tunjangan-DK

GH.01.02 Beban perjalanan-DK

GH.01.03 Beban iklan media cetak dan elektronik-DK

GH.01.04 Beban atribut kampanye-DK

GH.01.05 Beban perlengkapan dan peralatan-DK

GH.01.06 Beban komunikasi

GH.01.07 Beban pengamanan-DK

GH.01.08 Beban subsidi-DK

GH.01.09 Beban operasional lainnya

EF.01.16 Pengadaan aktiva-DK

GH.01.19 Beban kerugian dan lainnya

CD.01.01 Pengembalian pinjaman pihak ketiga-DK

2. Format buku penerimaan dan pengeluaran kas/bank dana kampanye

Dewan Pimpinan Partai ABC

Provinsi

Kab/Kota/kec bulan/tahun

Tgl Nomor Bukti Uraian Kode Akun Debet Kredit Saldo

Sub jumlah

3. Format daftar sumbangan dana kampanye yang melebihi Rp 5.000.000

Dewan Pimpinan Partai ABC

Provinsi

Kab/Kota/kec bulan/tahun

No. Nama Peyumbang dan Identitas Alamat dan Nomor Telepon Klasifikasi Jumlah (Rp) Bentuk Sumbangan Ket

1 2

3456

4. Format rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran kas dana kampanye

a. Penerimaan dana kampanye

ABT- Transfer dari dana rutin dan subsidi 43.01.01 Rp

ABT- Sumbangan perorangan 43.01.02 Rp


ABT- sumbangan perusahaan/badan 43.01.03 Rp

ABT- Bantuan pemerintah 43.01.04 Rp

ABT- Penghasilan lainnya 43.09.19 Rp

ABT- Penerimaan pinjaman pihak ketiga 21.01.01 Rp

Rp

b. Pengeluaran dana kampanye

ABT- Beban gaji dan honor 54.01.01 Rp

ABT- Beban perjalanan 54.01.02 Rp

ABT- Beban media cetak dan elektronik 54.01.03 Rp

ABT- Beban atribut kampanye 54.01.04 Rp

ABT- Beban perlengkapan dan peralatan 54.01.05 Rp

ABT- Beban Komunikasi 54.01.06 Rp

ABT- Beban pengamanan 54.01.07 Rp

ABT- Beban subsidi 54.01.08 Rp

ABT- Beban operasional lainnya 54.01.09 Rp

ABT- pengadaan aktiva-DK 54.01.16 Rp

ABT- Beban dan kerugian lainnya 54.01.19 Rp

ABT-Pengembalian pinjaman pihak ketiga 21.01.01 Rp

Rp

2.7. Kemana dan Kapan Dana Kampanye Organisasi Partai Politik itu dilaporkan

Dalam pasal 79 UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu disebutkan bahwa seluruh laporan dana kampanye peserta Pemilu, baik penerimaan

maupun pengeluaran, wajib diserahkan ke akuntan publik terdaftar selambat-lambatnya 60 hari sesudah hari pemungutan suara. Sementara

itu, akuntan publik wajib menyelesaikan audit selambat-lambatnya 30 hari kemudian dan hasilnya dilaporkan ke KPU selambatnya tujuh

hari sesudah diaudit.

Ketentuan tersebut dimaksudkan agar terwujud akuntabilitas mengenai Pengelolaan Dana Kampanye Pemilu sehingga dapat menepis

tuduhan akan adanya praktik-praktik politik uang (money politics). Tapi pada kenyataannya, berdasarkan data dan catatan di KPU hingga

batas waktu yang ditetapkan 12 Juli 2004, baru tujuh Partai Politik yang menyerahkan hasil audit dana kampanye Pemilu legistalif. Ini

artinya masih ada tujuh belas Partai Politik yang belum menyerahkan audit dana kampanyenya ke KPU. Akibatnya, Komisi Pemilihan

Umum memperpanjang batas waktu penyerahan hasil audit dana kampanye Partai Politik hingga tanggal 27 Juli 2004. Untuk itu KPU

mengirimkan surat peringatan lagi kepada Partai Politik yang belum menyerahkan laporan.

Partai Politik enggan untuk menyerahkan laporan dana kampanye terutama Partai Politik yang tidak memperoleh kursi legislatif. Di samping

itu, keengganan Partai Politik melaporkan audit dana kampanye adalah karena tidak adanya sanksi bagi legislatif. Meskipun tidak ada sanksi

hukum, sebenarnya Partai Politik yang tidak menyerahkan bisa dikenai sanksi moral yang akan menurunkan kredibilitas Partai Politik

kepada publik. KPU juga akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah, Partai Politik mana saja yang tidak memenuhi ketentuan UU

Pemilu dan UU Partai Politik.


2.8. Audit Atas Laporan Keuangan Partai

2.8.1. Aturan yang mengatur Audit Partai Politik

Peraturan mengenai partai politik telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011, sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor

2 tahun 2008 tentang Partai Politik. Keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan, maupun bantuan keuangan dari

APBN/APBD. Dalam pasal 34A ayat 1 menyebutkan bahwa partai politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan

dan pengeluaran yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diaudit paling lambat 1 (satu)

bulan setelah tahun anggaran berakhir. Tujuan audit oleh BPK tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap peraturan perundang-

undangan terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan pemerintah. Audit dilaksanakan

berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

Dalam pasal 38 UU No 2 th 2011 dijelaskan bahwa hasil pemeriksaan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan

partai politik terbuka untuk diketahui masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa seharusnya masyarakat dapat mengetahui dan mengakses

atas pelaporan keuangan partai. Namun kenyataannya masih sangat sulit untuk menerapkan transaparansi atas keuangan partai politik. Pasal

39 dari undang-undang ini menyatakan bahwa:

1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan akuntabel

2. Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaudit oleh akuntan publik setiap 1 (satu) tahun dan

diumumkan secara periodic

3. Partai Politik wajib membuat laporan keuangan untuk keperluan audit dana yang meliputi:

• laporan realisasi anggaran Partai Politik

• laporan neraca; dan

• laporan arus kas.

Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik, pasal 9 sebagai dasar hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai

politik yang menjelaskan bahwa:

• Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka

untuk diketahui oleh masyarakat dan pemerintah.

• Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan laporan dana kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan

Umum.

• Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1 (satu) tahun sekali dan memiliki rekening khusus dana kampanye

pemilihan umum serta menyerahkan laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik kepada Komisi pemilihan Umum paling lambat 6

(enam) bulan setelah hari pemungutan suara.

Keputusan KPU No. 30/2004 Mengatur Audit Keuangan dan Dana Kampanye Partai dan Calon Presiden-Wapres :

Calon presiden dan calon wakil presiden bisa ditanya mengenai asal-usul dana kampanye mereka apabila ditemukan ada penyumbang

anonim atau penyumbang yang tidak masuk daftar penyumbang. presiden dan wakil presiden bisa ditanya tentang identitas sebenarnya dari

penyumbang itu serta alasan tidak dimasukkannya nama donatur. Hal itu merupakan salah satu butir dalam Keputusan Komisi Pemilihan

Umum (KPU) No. 30 Tahun 2004 Tentang Panduan Audit Laporan Keuangan Partai Politik dan Audit Laporan Dana Kampanye Peserta

Pemilihan Umum yang diterbitkan oleh KPU 21 April lalu.


Secara keseluruhan isi keputusan ini mencakup Juklak untuk audit laporan dana kampanye Parpol dan calon anggota Dewan Perwakilan

Daerah (DPD) dan audit laporan dand kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden. Semua ketentuan mengenai hal-hal ini diatur

dalam Pasal 2, 3, dan 4 keputusan ini, yang kemudian dirinci di dalam lampirannya. Rincian di dalam lampiran itu mencakup 3 pokok

bahasan besar, yaitu penerapan prosedur yang disepakati atas laporan dana kampanye Pemilu; prosedur pemeriksaan atas dana kampanye

calon anggota DPD; penerapan prosedur yang disepakati atas laporan dana kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden. Ketiga

pokok bahasan itu masing-masing dirinci dengan jelas dan detail mengenai bagaimana prosedur pemeriksaan atas saldo awal, sumbangan

nonkas dari partai dan para calon, dan seterusnya. Pendek kata, ketentuan mengenai mekanisme audit di keputusan ini sudah jelas dan rinci.

Audit yang dimaksud dalam keputusan KPU ini adalah audit umum untuk menyatakan pendapat (opini) akuntan atas kewajaran penyajian

laporan keuangan tahunan partai politik. Sedangkan audit atas laporan dana kampanye peserta Pemilu adalah audit sesuai prosedur yang

disepakati (agreed upon procedures). Sedangkan laporan keuangan parpol adalah laporan yang mencakup periode 1 Januari hingga 31

Desember. Selambat-lambatnya 3 bulan setelah akhir tahun buku yang bersangkutan, parpol menyerahkan laporan keuangan tahunan kepada

kantor akuntan publik.

2.8.2. Persiapan menghadapai proses Audit

Dalam setiap proses audit yang dilaksanakan baik oleh KAP maupun oleh BPK maka beberapa hal yang perlu disiapkan adalah:

• Kelengkapan laporan keuangan

Laporan keuangan atau laporan lainnya harus sudah tersedia dan disiapkan sendiri oleh partai politik. KAP tidak bertugas untuk menyiapkan

laporan keuangan atau jenis laporan lainnya, karena laporan keuangan adalah tanggung jawab partai politik. Tanggung jawab KAP atau

BPK adalah melakukan audit berdasarkan standar auditnya masing-masing. Kelemahan utama partai politik adalah laporan keuangan

belumsiap pada saat diaudit akibat dari pengendalian internal yang tidak baik.

• Tersedianya tenaga pendamping

Perlu tenaga pendamping bagi audit oleh KAP atau BPK. Tenaga pendamping tersebut bertugas membantu proses pemeriksaan dan sebagai

jembatan komunikasi antara partai dengan auditor. Tenaga pendamping dapat merupakan personel yang berbeda dari staf akuntansi.

• Tersedianya ruangan/tempat bagi staf auditor

Karena auditor memerlukan pemeriksaan dokumen maka sebaiknya partai menyediakan suatu ruangan khusus bagi auditor sehingga

dokumen tidak dibawa keluar kantor partai.

• Tersedianya surat penugasan dari KAP atau BPK

Dalam setiap penugasan staf auditor harus di lengkapi dengan surat tugas dari kantor masing-masing KAP atau BPK untuk memasti kan

bahwa personel yang ditugaskan adalah benar. Penugasan dipimpin oleh partner akuntan publik dari KAP atau pejabat tertentu dari BPK.

Partner akuntan publik dari KAP merupakan personel yang memegang ijin Akuntan Publik dari Pemerintah. Memberikan penjelasan/

keterangan yang relevan dalam setiap pertanyaan yang diajukan auditor.

• Memfasilitasi kebutuhan konfirmasi kepada pihak ketiga sesuai kebutuhan dari auditor.

• Menyediakan dokumen-dokumen yang relevan dengan partai politik dan dokumen keuangan seperti catatan akuntansi, bukti transaksi,

kontrak-kontrak, dokumen ketenagakerjaan, rekening Koran, akta pendirian partai dan pengesahan oleh pemerintah serta dokumen relevan

lainnya.

• Memastikan keamanan dan kerahasiaan dokumen pada saat proses audit yaitu dengan meminta KAP atau BPK menandatangani formulir
kesepakatan kerahasiaan. Meskipun kode etik KAP dan BPK rnengatur mengenai kerahasiaan namun lebih baik jika partai membuat

kesepakatan ini.

2.8.3. Audit atas Laporan Keuangan Tahunan

Audit atas laporan keuangan tahunan partai politik dilakukan oleh auditor independen yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal ini

partai politik melakukan seleksi dan penetapan KAP sesuai dengan prosedur internal Partai. Dalam menentukan KAP, partai politik harus

memperhatikan validitas KAP mengingat banyak terjadi praktik pemalsuan terhadap KAP. Karena itu sebelum menunjuk KAP, partai dapat

melakukan konsultasi kepada asosiasi profesi akuntan publik yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) mengenai tata cara dan validitas

KAP. Dalam setiap audit, KAP harus melakukan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan lAPI. Dalam setiap audit KAP dengan

partai politik harus dilengkapi dengan perikatan/kontrak yang mengatur tentang audit tersebut. KAP akan menyediakan proposal perikatan

sekaligus dapat digunakan sebagai perikatan/kontrak.

Dalam melaksanakan audit KAP akan menjalankan serangkaian prosedur yang diperlukan seperti melakukan wawancara, inspeksi dokumen

dan catatan, pengujian fisik, dan konfirmasi kepada pihak ketiga serta surat representasi dari partai politik. Pekerjaan KAP dituangkan dalam

kertas pemeriksaan dimana kertas kerja tersebut akan disimpan KAP. Produk dari audit oleh KAP adalah laporan auditor independen yang

memuat pendapat auditor atas laporan keuangan yang disajikan oleh partai politik. Partai politik dapat meminta KAP untuk melakukan jenis

audit lain yang relevan yang diperlukan oleh partai politik terkait dengan pelaporan keuangan.

2.8.4. Audit atas laporan pertanggungjawaban dana bantuan keuangan partai politik dari pemerintah

Audit atas laporan pertanggungjawaban bantuan keuangan pemerintah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sehubungan

dengan bantuan yang diterima merupakan lingkup keuangan Negara. Tujuan audit tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah dan efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan. Audit oleh BPK

dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yaitu suatu standar pemeriksaan yang diterbitkan oleh BPK yang

harus dijalankan dan ditaati oleh setiap pemeriksa keuangan Negara. Karena itu termasuk audit laporan ini, BPK harus menjalankan audit

berdasarkan SPKN.

Dua hal utama yang selalu menjadi temuan BPK atas audit laporan pertanggungjawaban dana bantuan partai politik adalah penggunaan dana

bantuan yang tidak sesuai ketentuan dan tidak adanya bukti-bukti transaksi yang lengkap dan sah

Beberapa contoh temuan BPK atas penggunaan dana bantuan partai politik yang tidak sesuai ketentuan adalah sebagai berikut:

• Pembayaran honorarium (berdasarkan peraturan terbaru yaitu Permendagri no. 24 tahun 2009 sudah tidak ada lagi alokasi biaya untuk

honorarium/gajistaf)

• Pembebanan biaya kunjungan musibah anggota partai politik yang sakit pada biaya perjalanan dinas

• Pembebanan biaya sewa gedung pada biaya pemeliharaan

• Pembebanan biaya sewa hotel dalam rangka musyawarah cabang luar biasa pada biaya administrasi umum

• Pembebanan biaya angsuran kendaraan bermotor

2.8.5. Audit Dana Kampanye Partai Politik

a. Program Audit Dana Kampanye Partai Politik

Sebagaimana diatur dalam Pasal 9 huruf (j) UU No. 31 tahun 2002, setiap Partai Politik wajib memiliki rekening khusus dana kampanye,
yang secara khusus menampung dana kampanye Pemilu yang dipisahkan dari rekening untuk keperluan lain. Menurut SK KPU No. 676

tahun 2003, setiap Partai Politik peserta pemilu wajib melaporkan rekening khsus, seperti nomor rekening khusus dana kampanye Pemilu,

nama, serta alamat bank. Kemudian laporan besarnya saldo awal serta sumber penerimaan saldo awal tersebut yang berasal dari partai,

sumbangan perorangan, dan swasta dan masih banyak lagi. Untuk donasi, wajib disebutkan bentuknya, identitas donatur, maupun

penerimanya.

Dalam pasal 78 ayat (4) UU No. 12 tahun 2003 dijelaskan bahwa jumlah sumbangan lebih dari Rp 5 juta wajib dilaporkan kepada KPU,

termasuk identitas lengkap pemberi sumbangan juga pada penjabaran pasal 9 UU No.31 tahun 2002, bahwa semua Partai Politik wajib

menyampaikan laporan keuangan tahun anggaran per 31 Desember 2003 kepada Kantor Akuntan Publik paling lambat 31 Maret 2003.

Setelah itu, akuntan publik memiliki waktu dua bulan untuk mengaudit laporan partai dan menyerahkan ke KPU paling lambat awal Juli

2004.

b. Prosedur Audit

Prosedur audit adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Prosedur atas pembukaan Rekening khusus Dana Kampanye.

o Dapatkan laporan pembukuan rekening khusus dana kampanye yang disampaikan peserta pemilu kepada KPU.

o Minta reprentasi tertulis apakah laporan tersebut sudah disampaikan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh KPU.

o Minta reprensentasi tertulis apakah laporan pembukaan rekening khusus dana kampanye telah dijelaskan sumber perolehan saldo awal

serta rincian penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang dikeluarkan sebelum pembukaan rekening khusus dana kampanye.

2. Penerapan Prosedur atas saldo awal penerimaan Kas.

o Saldo awal ini merupakan juamlah penerimaan kas dana kampanye yang masuk kedalam pembukuan pasangan calon presiden dan wakil

presiden sebelum ditetapkan sebagai peserta pemilu. Jumlah saldo awal ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh kas dana kampanye

yang berada disisi debet setiap kali penjurnalan terhadap transaksi kas dilakukan.

o Dapatkan bukti setoran awal dari sisa penerimaan dana yang disetorkan kerekening khusus dana kampanye.

o Bandingkan bukti setoran dan rekening koran dengan saldo awal yang dilaporkan ke KPU .

o Cek akurasi bukti-bukti untuk mengetahui asal sumber dana tersebut sesuai dengan SK KPU No.676 th 2003 pasal 10 ayat 1 tentang

pembukaan rekening khusus Dana Kampanye.

o Hitung kembali penerimaan dan pengeluaran saldo awal yang berasal dari sisa penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang

diperoleh sebelum periode pembukuan rekening khusus dana kampanye.

3. Penerapan Prosedur atas Sumbang dari dana pasangan Calon Presiden dan Wakil presiden.

o Bandingkan sumbangan dari pasangan calon presiden dan wakil calon presiden yang tercantum dlam catata dengan bukti sebanyak 30

sampel secara acak.

o Bandingkan jumlah sumbangan pasangan calon presiden dan wakil calon presiden menurut daftar sumbangan dengan penerimaan menurut

rekening koran dana kampanye.

o Lakukan konfirmasi secara tertulis dari pasangan calon presiden dan wakil calon presiden mengenai besarnya sumbangan dana kampanye.

4. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan Partai politik.

o Bandingkan sumbangan dari partai politik yang tercantum dalam catatan dengan bukti penerimaan dana.

o Bandingan Jumlah sumbangan menurut daftar sumbangan partai politik dengan penerimaan menurut rekening khusus dana kampanye.
o Minta reprensentasi tertulis dari partai politik mengenai besarnya sumbangan untuk dana kampanye.

5. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perorangan.

o Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercantum dalam daftar penyumbangan dengan bukti identitas penyumbang tersebut

dalam cacatan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per nama penyumbang perorangan untuk menilai apakah secara akumulasi jumlah tidak melampaui

ketentuan dalam peraturan perundangan yang berlaku (maksimum Rp 100.000.000 per penyumbang berupa kas dan non kos)

o Jika ada penyumbang anonim ,tanyakan apakah sudah masuk ke daftar sumbangan tidak beridentitas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumabangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan

perundang-undangan.

o Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perorangan secara tertulis tentang jumlah sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Tanyakan apakah terdapat sumbangan yang mengikat partai.

6. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan Perusahaan/badan usaha.

o Bandingkan nama dan alamat perusahaan yang tercantum dalam daftar sumbangan dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam

cacatan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan

dalam peraturan perundangan yang berlaku (maksimum Rp.750.000.000 per perusahaan,berupa kas dan non kas)

o Jika ada penyumbang anonim tanyakan apakah sudah masuk kedaftar sumbangan tidak beridentitas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumbangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan

perundangan.

o Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perusahaan secara tertulis tentang jumlah sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.

o Tanyakan apakah pasangan calon presiden dan wakil persiden menerima sumbangan dana kampanye dari perusahaan/badan usaha asing.

o Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil persiden.

7. Penerapan Prosedur atas Penghasilan lain-lain.

o Dapatkan rincian penghasilan lain-lain misalnya dari penjualan atribut pasangan calon presiden dan wakil persiden penjualan aktiva tetap

dan penghasilan selain dari sumbangan.

o Cek akurasi perhitungan penghasilan lain-lain.

o Bandingkan dengan bukti-bukti transaksi.

8. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas Saldo awal.

o Saldo awal ini merupakan jumlah penerimaan nonkas dana kampanye yang masuk ke dalam pembukuan Penerapan prosedur atas

penerimaan Nonkas sebelum ditetapkan sebagai peserta pemilu,baik yang berasal sumbangan pasangan calon presiden dan wakil

persiden,sumbangan perorangan,sumbangan badan usaha maupun yg lainnya.Jumlah saldo awal ini diperoleh dengan menjumlahkan seluruh

nonkas dana kampanye yang berada disisi debet setiap kali perjurnalan terhadap transaksi nonkas tersebut dilakukan.

o Cek akurasi bukti-bukti untuk mengetahui asal sumber penerimaan nonkas tersebut.

o Hitung kembali penerimaan dan pengeluaran saldo awal non kas berasal dari penerimaan dan pengeluaran dana kampanye yang diperoleh

seblum periode kampanye.

9. Penerapan prosedur atas penerimaan Nonkas dari pasangan calon presiden dan wakil presiden.
o Bandingkan sumbangan dari pasangan calon presiden dan wakil persiden yang tercantum dalam catatan dengan bukti penerimaan nonkas

(kartu penyumbang) sebanyak 30 sampel secara acak.

o Lakukan konfirmasi secara tertulis dari pasangan calon presiden dan wakil persiden mengenai besarnya sumbangan nonkas untuk

kampanye.

o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan penilaian yang ditetapkan oleh KPU,yaitu : Nilai

Jual Obyek pajak untuk tanah dan bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian faktur kwintansi

yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya

sumbangan Harga yang ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

10. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan partai politik dan Gabungan partai politik.

o Bandingkan sumbangan dari partai politik yang tercantum dalam catatan dengan bukti penerimaan nonkas.

o Lakukan konfirmasi secara tertulis dari partai politik mengenai besarnya sumbangan nonkas untuk kampanye.

o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual

Obyek pajak untuk tanah dan bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian faktur kwintansi

yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya

sumbangan Harga yang ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

11. Penerapan Prosedur atas penerimaan sumbangan non kas dari perorangan.

o Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercatum dalam daftar penyumbang dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam

catatan data penerimaan nonkas sebanyak 30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan

dalam peraturan perundangan yang berlaku(max. Rp 100.000.000 per penyumbang berupa kas dan non kas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumabangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan

perundang-undangan.

o Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil persiden.

o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual

Obyek pajak untuk tanah dan bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian faktur kwintansi

yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya

sumbangan Harga yang ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

12. Penerapan Prosedur atas sumbangan non kas dari perusahaan/badan usaha.

o Bandingkan nama dan alamat penyumbang yang tercatum dalam daftar penyumbang dengan bukti identitas penyumbang tersebut dalam

catatan data penerimaan nonkas sebanyak 30 sampel secara acak.

o Jumlahkan besar sumbangan per perusahaan penyumbangan untuk menilai apakah secara akumulasi jumlahnya tidak terlampaui ketentuan

dalam peraturan perundangan yang berlaku (maksimum Rp.750.000.000 per perusahaan,berupa kas dan non kas)

o Jika ada penyumbang anonim ,tanyakan apakah sudah masuk ke daftar sumbangan tidak beridentitas.

o Lakukan observasi apakah jumlah sumbangan dari penyumbang tersebut di atas melampaui ketentuan jumlah menurut peraturan

perundangan.

o Lakukan konfirmasi kepada penyumbang perusahaan secara tertulis tentang jumlah sumbangan sebanyak 30 sampel secara acak.
o Hitung kembali apakah nilai dari sumbangan nonkas tersebut telah dicatat sesuai dengan penilaian yang ditetapkan oleh KPU: Nilai Jual

Obyek pajak untuk tanah dan bangunan,Nilai taksiran perusahaan asuransi untuk kendaraan bermotor,Bukti pembelian faktur kwintansi

yang masih menggambarkan harga pasar wajar saat diterimanya sumbangan,Tarif sewa fasilitas yang berlaku pada saat diterimanya

sumbangan Harga yang ditetapkan oleh penaksir ahli yang independen.

o Tanyakan apakah pasangan calon presiden dan wakil persiden menerima sumbangan dana kampanye dari perusahaan/badan usaha asing.

o Dapatkan reprensentasi tertulis dari team kampanye pasangan calon presiden dan wakil persiden.

13. Penerapan Prosedur atas penerimaan Nonkas dari penghasilan lain-lain.

o Dapatkan rincian penghasilan lain-lain misalkan Dari Hibah.

o Cek akurasi perhitungan penghasilan lain-lain.

o Bandingkan dengan bukti transaksi.

14. Penerapan prosedur atas pengeluaran kas saldo awal.

o Saldo awal ini merupakan jumlah pengeluran kas dana kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil persiden sebelum ditetapkan

sebagai peserta pemilu.Pengeluaran kas dana kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden ditunjukan oleh buku pembantu

“kas dan setara kas bank dana kampanye”

o Lakukan perbandingan antara kelengkapan bukti pengeluaran kas setara keterjadian transaksi pengeluaran kas sebanyak 30 sampel secara

acak.

o Lakukan observasi apakah tidak ada pengeluaran yang berkaitan dengan transaksi yang dilarang oleh peraturan perundangan yang berlaku.

15. Penerapan Prosedur atas pengeluran kas operasi.

o Bandingkan pengeluaran dengan bukti-bukti pengeluaran sebanyak 30 sampel transaksi per hari kampanye.

o Lakukan observasi apakah tidak ada pengeluaran yang berkaitan dengan transaksi yang dilarang oleh peraturan perundangan yang berlaku.

o Hitung kembali apakah pembelian dilakukan dengan harga pasar wajar,jika terdapat diskon pembelian yang melebihi batas

kewajaran,perlakuan diskon tersebut sebagai penerimaan sumbangan yang batasanya sesuai dengan ketentuan.

o Lakukan observasi atas pembayaran honorarium tim kampanye kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dalam

memenuhi kewajiban pajak penghasilan atas honorarium.

o Lakukan observasi apakah pengeluaran kas sesuai dengan tujua kegiatan dan bandingkan dengan anggaran / rencana (jika ada)

o Lakukan konfirmasi ke bank tentang saldo kas dibank yang ada pada akhir periode yang diperiksa.

16. Penerapan Prosedur atas pengeluaran Kas-Modal (aktiva tetap)

o Bandingkan pengeluaran untuk aktiva tetap dengan bukti-bukti pengeluaran kas.

o Hitung kembali apakah pembelian dilakukan dengan harga pasar wajar,jika terdapat diskon pembelian yang melebihi batas

kewajaran,perlakuan diskon tersebut sebagai penerimaan sumbangan yang batasanya sesuai dengan ketentuan.

o Lakukan inspeksi fisik atas aktiva tetap tersebut .

o Lakukan observasi mengenai bukti kepemilikan aktiva tetap tersebut.

17. Penerapan Prosedur atas pengeluaran kas lain-lain

o Dapatkan rincian pengeluaran kas selain untuk pengeluaran operasional dan pengeluaran modal.

o Cek akurasi perhitungan pengeluran lain-lain.

o Bandingkan dengan bukti-bukti transaksi.


18. Penerapan prosedur atas pengeluaran nonkas – saldo awal.

o Saldo awal merupakan jumlah non kas dana kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden sebelum ditetapkan menjadi

peserta pemilu berupa pengeluaran operasi,pengeluran modal,maupun pengeluaran lainya yang berasal dari penerimaan non kas.

o Lakukan perbandingan antara kelengkapan bukti pengeluaran non kas serta keterjadian transaksi pengeluaran non kas sebanyak 30 sampel

secara acak.

19. Penerapan Prosedur atas saldo dana kampanye.

o Dapatkan berita acara penyerahan saldo dana kampanye kas dan non kas diakhir periode kampanye kepada pasangan calon presiden dan

calon wakil presiden.

o Lakukan rekonsiliasi saldo kas dan setara kas untuk memastikan kesesuaian antara saldo menurut catatan pasangan calon presiden dan

calon wakil presiden.

o Lakukan konfirmasi ke Bank tentang saldo direkening khusus dana kampanye pada akhir periode yang diperiksa.

o Lakukan inpeksi terhadap aktiva tetap dan nonkas lainya ,serta cocokan dengan catatan yang diselenggarakan oleh pasangan calon

presiden dan calon wakil presiden.

2.9. Tinjauan Terhadap Psak 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi Untuk Partai Politik

Dengan adanya standar pelaporan diharapkan laporan keuangan organisasi Partai Politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevensi,

dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi. Pertanyaan utamanya adalah: Apakah PSAK 45 dapat dipakai sebagai standar

pelaporan keuangan partai politik? Untuk menjawabnya, harus dibedakan dahulu apa itu PSAK 45 dan kemudian dikonfrontasikan dengan

karakter Partai Politik. PSAK adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 yang dikeluarkan oleh IAI untuk organisasi nirlaba.

Dalam audit yang dikoordinir oleh IAI untuk dana kampanye pada tahun 1999 dan laporan keuangan, maka PSAK 45 ini yang sekiranya

sesuai untuk digunakan.

Ada tiga pendapat dalam hal ini untuk pemakaian PSAK, yaitu:

1. Pendapat pertama mengatakan PSAK 45 masih bisa dipakai sebagai standar akuntansi keuangan Partai Politik, karena karakter Partai

Politik mirip dengan karakter organisasi nirlaba. Yang perlu dibuat adalah pedoman pembuatan laporan keungan/pedoman audit keuangan

Partai Politik untuk melengkapi PSAK 45 tersebut.

2. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak perlu membuat standar akuntansi keuangan khusus Partai Politik tetapi memodifikasi PSAK 45

sehingga memenuhi kebutuhan transparansi dana akuntabilitas keuangan Partai Politik. Modifikasi lalu dilengkapi dengan pedoman

pembuatan dan pencatatan laporan keuangan.

3. Pendapat ketiga menyatakan perlu dibuat suatu standar laporan keuangan khusus untuk Partai Politik. Karena karakter Partai Politik tidak

sama dengan karakter organsiasi nirlaba.

Beberapa karakteristik khusus Partai Politik tersebut antara lain:

1. Jika pada organisasi nirlaba pada umumnya terdapat kejelasan jenis barang dan/atau jasa yang dihasilkannya, maka tujuan utama Partai

Politik adalah dalam rangka meraih kekuasaan politik

2. Perjuangan utama Partai Politik dilakukan melalui Pemilihan Umum

3. Kepentingan publik yang lebih besar

4. Dan adanya kegiatan besar lima tahunan yaitu kegiatan kampanye.


5. Di samping itu, beberapa peraturan yang secara khusus mengatur Partai Politik sehingga menyebabkan kekhususan pada keuangan Partai

Politik.

Undang-undang ini berbeda dengan undang-undang yang mengatur Partai Politik. Karena faktor kekuasaan yang dimiliki Partai Politik,

maka aturan- aturan keuangan Partai Politik harus lebih ketat untuk mencegah korupsi politik dan dominasi kelompok-kelompok

kepentingan. Dari hasil penelitian ini, kami cenderung pada posisi mendukung pendapat ketiga, yaitu bahwa Partai Politik memerlukan

suatu Standar Akuntansi Khusus Partai Politik. Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi keuangan, bentuk laporan

keuangan dan pengukuran-pengukuran tertentu terhadap pos-pos dalam laporan keuangan. Ada pun alasan-alasannya dijelaskan di bawah

ini.

Table 1. Perbedaan Karakter Antara Organisasi Nirlaba dan Partai Politik

Organisasi Nirlaba Partai Politik

UU Yayasan UU Partai Politik dan UU Pemilu

Tidak ada batasan penyumbang Ada batasan penyumbang

Tidak ada batasan maksimum jumlah penyumbang Ada batasan maksimum jumlah sumbangan.

Tidak ada kewajiban melaporkan Daftar penyumbang (terutama individu). Daftar penyumbang wajib dilaporkan.

Hasil kegiatan berupa jasa pelayanan untuk kepentingan umum. Hasil kegiatan berupa Kekuasaan politik.

Akuntabilitas berupa kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi dan manajemen yang baik Akuntabilitas berupa Bersih dari politik

uang,kepatuhan pada hukum dan posisi politik sesuai dengan janji kepada rakyat

Kinerjanya dinilai dari rasio biaya terhadap kualitas jasa dan/ produk sosial yang dihasilkan. Kinerjanya dinilai dari rasio biaya dan jumlah

suara yang didapatkannya dalam Pemilu.

Kecuali untu kormas, pada umumnya organisasi nirlaba bukan merupakan organisasi publik sehingga kebutuhan publik untuk menilai

kinerjanya lebih kecil dibanding Partai Politik Merupakan organisasi publik sehingga kebutuhan publik untuk menilai kinerja Partai Politik

lebih besar dibanding organisasi nirlaba lainnya

Dari tabel diatas jelaslah bahwa karakter organisasi nirlaba tidak sama dengan karakter Partai Politik, sehingga dengan demikian Standar

Laporan Keuangannya pun tidak bisa sama. Laporan PSAK 45 menyajikan laporan kepada pengurus organisasi, donatur, kelompok

dampingan dan publik mengenai kinerja organisasi yang berkenaan dengan jumlah dana yang dia terima dan jenis kegiatan yang

dilakukannya. Akuntabilitas di sini lebih banyak diarahkan kepada apakah organisasi tersebut telah menjalanka nmanajemen organisasi yang

baik, dalam hal ini keuangan, dan melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan dari organisasi tersebut. Tujuan yang lain adalah apakah

kegiatan yang dilakukan memberikan dampak yang seimbang dengan dana yang dikeluarkan.

Sedangkan akuntabilitas dari Partai Politik diukur dari kepatuhannya pada undang-undang dan peraturan yang mengaturnya, serta apakah

ada konflik kepentingan di dalam manajemen dan keuangan Partai Politik yang bersangkutan. Kegiatan Partai Politik berhubungan dengan

menarik minat Warga Negara sebanyak-banyaknya untuk memilih dia (dalam kampanye) atau melakukan pendidikan politik bagi Warga

Negara anggotanya serta lobby dan akitivitas politik lainnya (di luar kampanye). Sehingga kegiatan yang dia laporkan adalah bagaimana

partai politik tersebut telah menjalankan amanat rakyat yang memilih dia. Laporan keuangan kemudian memberikan informasi kepada

publik bagaimana Partai Politik itu dijalankan, dan apakah ada dominasi kelompok tertentu pada partai tersebut yang diakibatkan oleh

dominasi keuangan kelompok tersebut di dalam partai atau tidak. Partai Politik harus menunjukkan kepada publik bahwa dia bebas dari
politik uang, korupsi, kolusi dan nepotisme.

Oleh karena itu maka aturan-aturan Partai Politik membatasi jumlah sumbangan dan sumber sumbangan dan mewajibkan melaporkan

seluruh penyumbang kepada publik. Hal-hal seperti ini tidak diatur dalam undang-undang yang mengatur organisasi nirlaba (misalnya UU

Yayasan). Selain informasi mengenai kemungkinan konflik kepentingan dan politik uang, laporan keuangan Partai Politik juga

menunjukkan apakah partai tersebut merupakan partai yang patuh dan hormat pada aturan-aturan hukum yang mengaturnya. Kepatuhan ini

penting, karena bagaimana mungkin sebuah Partai Politik dapat menjalankan kekuasaan Negara apabila dia sendiri tidak mematuhi dan

menjalankan undang-undang yang mengaturnya. Sehingga kepatuhan ini merupakan sebuah laporan tersendiri yang harus dikemukakan oleh

auditor dalam laporan keuangan Partai Politik. Mengenai konflik kepentingan dan kepatuhan ini, tidak diatur dalam PSAK 45.

Oleh karena itu, PSAK 45 tidak bisa dipakai sebagai Standar Akuntansi Keuangan Partai Politik. Perlu ada Standar Akuntansi Keuangan

Khusus Partai Politik. Sudah tentu pihak yang berwenang membuat Standar Akuntansi Keuangan adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Namun demikian, mandat pembuatan standar ini haruslah diberikan oleh UU Partai Politik.

Oleh karena itu, kami mengusulkan IAI untuk membuat PSAK khusus untuk Partai Politik dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Merupakan organisasi nirlaba yaitu organisasi yang tidak mencari keuntungan finansial.

b) Entitas demokrasi yang memperjuangkan kepentingannya melalui Pemilihan Umum.

c) Sumber daya utama entitas berasal dari iuran anggota, dan para penyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat

ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

d) Entitas yang tidak dapat mendirikan badan usaha dan/atau memiliki saham suatu badan usaha.

e) Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti kepemilikan dalam Partai Politik tidak dapat dijual, dialihkan,

atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau

pembubaran entitas.

f) Terikat dengan peraturan dan perundang-undangan khusus yang mempunyai implikasi terhadap perlakuan akuntansinya.

g) Hidup dari sumbangan masyarakat luas, oleh karena itu laporan keuangannya harus memuat dengan jelas daftar penyumbang lengkap

dengan identitas.

h) Entitas yang harus bebas dari konflik kepentingan politik uang dan patuh pada aturan-aturan yang mengaturnya.

i) Kinerjanya dilihat dari jumlah suara yang didapatkannya dalam Pemilihan Umum.

j) Struktur pengorganisasian Partai Politik tersebar di berbagai tingkat daerah (perlunya entitas pelaporan dan pelaporan konsolidasi).

k) Partai Politik merupakan organisasi publik sehingga akuntabilitas publik sangat besar.

2.10. Sumber Dana Partai Politik

PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol. Juga dijelaskan Permendagri No. 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata

Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan dan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Parpol.

Perhitungan harusnya sesuai dengan Permendagri . Untuk nilai bantuan persuara, digunakan perhitungan, jumlah anggota DPR dikali

bantuan keuangan, kemudian dibagi jumlah perolehan suara pemilu. Lalu untuk jumlah bantuan keuangan, dihitung dengan mengalikan

antara jumlah perolehan suara parpol danan nilai bantuan persuara.

Secara rinci perbandingan mengenai aturan-aturan keuangan partai politik dapat dilihat di bawah ini:

a. Iuran Anggota
Hampir semua negara menekankan bahwa sumber utama keuangan partai adalah iuran anggota. TI menyebutkan nama ini sebagai “Uang

Jujur”, karena anggota menyumbang bukan untuk mendapatkan imbalan keuntungan atau fasilitas, tetapi karena ingin agar idealismenya dan

aspirasinya dibawakan oleh partai tempat dia menjadi anggota.

b. Sumbangan Perusahaan

Negara-negara mempunyai posisi yang berbeda-beda tentang sumbangan dari perusahaan ini. Negara yang melarang sumbangan dari

perusahaan adalah Amerika Serikat dan Filipina, sedangkan Inggris dan Jerman tidak jelas. Thailand hanya melarang sumbangan dari

perusahaan negara. Yang mengizinkan sumbangan dari perusahaan terjadi di banyak Negara seperti Argentina, Portugal, Ceko kecuali dari

bank dan asuransi, Italia. Sumbangan perusahaan ini ada yang dibatasi, tetapi ada pula yang tidak dibatasi. Yang membatasi misalnya

Portugal dan Ceko. Yang tidak membatasi adalah Argentina, Afrika Selatan, Italia, Inggris, Jerman, dan Thailand.

c. Subsidi Dana Publik

Hampir semua negara memberikan subsidi kepada partai politik. Misalnya Jerman, Amerika Serikat, Portugal, Ceko, Inggris, Afrika Selatan,

dan Filipina. Di Thailand, pengesahan undang-undang mengenai subsidi dari pemerintah baru berlaku tahun 1997 setelah sebelumnya

usulan undang-undang selalu ditolak.

d. Fasilitas Publik

Sebagian besar negara yang dipelajari melarang penggunaan fasilitas publik atau negara dalam kegiatan partai politik. Negara-negara yang

jelas-jelas melarang antara lain Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Portugal, Filipina, Kanada dan Afrika Selatan. Sedangkan negara yang

tidak mengatur secara jelas adalah Argentina, Italia dan Thailand.

e. Sumbangan Individual

Kebanyakan negara-negara demokrasi membatasi jumlah sumbangan individual, misalnya Amerika Serikat, Inggris, Ceko, Jerman, dan

Portugal. Namun ada juga yang tidak membatasi jumlah sumbangan individual, yang termasuk dalam kategori ini misalnya negara-negara

Kanada, Argentina, Afrika Selatan, Italia dan Thailand. Selain itu ada negara yang membatasi jumlah sumbangan tunai. Di atas jumlah

tersebut, sumbangan harus diberikan dalam bentuk cek. Yang membatasi ini misalnya Kanada dan Filipina. Selain itu, identitas individu

yang menyumbang diatur dalam undang-undang. Sebagian besar negara mengizinkan sumbangan anonim, tetapi dalam jumlah tertentu.

Negara yang mengizinkan sumbangan anonim tetapi dengan batasan besar sumbangan ini misalnya Portugal dan Kanada. Argentina

mengizinkan sumbangan anonim tanpa batas besarnya sumbangan. Negara-negara yang melarang sumbangan anonym adalah Ceko,

Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Filipina dan Thailand. Argentina dan Afrika Selatan tidak membatasi sumbangn anonim ini.

f. Sumbangan Organisasi Buruh dan Sejenis

Banyak negara yang melarang sumbangan organisasi buruh, organisasi non-profit dan organisasi massa lainnya untuk partai politik. Negara-

negara yang melarang misalnya Amerika Serikat, Kanada, Portugal (?), dan Filipina. Sedangkan yang tidak melarang adalah Argentina,

Italia, Inggris, Jerman, Ceko dan Afrika Selatan.

g. Sumbangan dari Pihak Asing

Hampir semua negara melarang, kecuali Ceko yang mengizinkan apabila dana berasal dari organsiasi nirlaba asing; Afrika Selatan, dari

pemerintah, swasta maupun dari organisasi nirlaba dan Italia yang mengizinkan sumbangan dari organisasi buruh di luar negeri.

2.11. Peran KPU Dalam Keuangan Partai Politik

Sebagai imbas Reformasi 1998, kebebasan bersuara dan berpendapat menjadi suatu fenomena yang tidak asing ditemui di Indonesia, bahkan
bermunculan beraneka ragam PARPOL dan LSM seperti PSASP (Pusat Studi Akuntansi Sektor Publik) yang berfokus pada program

perbaikan sistem manajemen administrasi publik untuk institusi publik.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus bisa membuat regulasi mengenai laporan keuangan konsolidasi partai politik saat melakukan

kampanye pemilihan umum.

Laporan keuangan ini bukan hanya menyangkut penerimaan dan pengeluaran dana kampanye parpol, melainkan dana yang dikelola

pengurus parpol dan calon legislatif.

Jika tidak diatur, publik tidak pernah tahu dari mana parpol maupun mendapatkan dana kampanye. Regulasi ini sekaligus bisa mengurangi

peran uang berbicara dalam Pemilu. Sistem proporsional yang tercantum dalam UU Pemilu, pertarungan saat kampanye tidak hanya

melibatkan caleg antar parpol. Sesama caleg di dalam parpol pun juga harus bertarung untuk meraih suara maupun nomor urut. “Dan

kecenderungannya, dalam hal ini uang lah yang berbicara. Ini sudah terbukti di Pemilu 2009.regulasi mengenai pembatasan maupun laporan

keuangan konsolidasi dana kampanye belum diatur dalam UU. Akibatnya pengurus parpol dan caleg bisa seenaknya menggelontorkan dana

besar tak terbatas untuk kepentingan kampanye, baik dirinya maupun parpolnya

Terkait dengan sanksi bagi pelaku politik uang dalam kampanye pemilu ini, sebenarnya UU Pemilu sudah menyatakan dengan tegas apabila

yang dikenai hukuman bukan hanya pemberi dana kampanye, melainkan juga penerimanya. “Namun yang dibatasi di sini dana perseorangan

nonanggota dan noncaleg serta badan usaha.

Laporan keuangan parpol sesuai Undang-undang (UU) Parpol No. 2/2008, bahwa parpol wajib membuat laporan keuangan untuk diserahkan

ke Negara.

Sebagaimana dijelaskan, setiap partai politik wajib membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan yang

diterima, serta terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan pemerintah. Disamping itu partai politik harus membuat laporan keuangan

secara berkala satu tahun sekali kepada KPU setelah diaudit oleh akuntan public. Dalam hal dana kampanye, maka setiap partai politik harus

memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum dan menyerahkan laporan neraca keuangan hasil audit akuntan publik kepada

Komisi Pemilihan Umum paling lambat 6 (enam) bulan setelah hari pemungutan suara.

2.12. Contoh Kasus

Masalah Akuntabilitas Keuangan Partai Politik yang Ditemukan:

Sumber : Transparency International Indonesia : 2008

Masalah terbesar dari partai-partai politik di Indonesia pada Pemilu 1999, terutama partai-partai baru, adalah masalah pembiayaan kegiatan

kampanye Pemilu, termasuk biaya untuk calon anggota legislatif (caleg). Karena kesulitan ini maka banyak sekali caleg dari berbagai partai

politik yang membiayai sendiri kampanyenya. Selain itu, ada beberapa partai yang mensyaratkan anggotanya yang ingin menjadi caleg

untuk mengumpulkan uang dengan jumlah minimum agar dimasukkan sebagai caleg. Dana-dana ini tidak dilaporkan kepada bendahara

partai sehingga tidak tercatat dalam catatan penerimaan dana.

Masalah lain yang kami temukan adalah bahwa laporan keuangan yang dilaporkan kepada KPU tidak cukup terbuka (tidak full disclosure)

dan tidak cukup mewakili kegiatan partai tersebut secara nasional. Yang diaudit oleh auditor public adalah hanya DPPnya saja, sedangkan

cabang dan ranting tidak diaudit. Padahal ada banyak dana yang beredar di cabang, di ranting ataupun di caleg yang tidak dikelola oleh

bendahara DPP, yang berarti dana-dana tersebut tidak tercatat sebagai pemasukan oleh DPP, sehingga tidak diaudit dan tidak dilaporkan ke

publik. Lubang ini dipakai oleh partai untuk mengatasi batasan jumlah dana yang dapat diberikan oleh individu dan perusahaan.
Persoalan lain adalah bahwa ada banyak sumbangan yang diberikan secara spontan oleh para pendukung partai politik baik dalam bentuk

natura ataupun tunai. Sumbangan ini ada yang diberikan dalam bentuk menyediakan berbagai fasilitas, dukungan kampanye, atau

pengeluaran uang tunai yang dikelola sendiri, dan sebagainya. Fasilitas yang disediakan misalnya transportasi, untuk mengangkut masa pada

saat rapat akbar atau untuk calon legislatif dan presiden. Laporan sumbangan natura ini dilaporkan dengan sangat tidak memadai bahkan ada

yang tidak melaporkan sama sekali.

Beberapa contoh misalnya soal transportasi calon presiden. Hampir semua kandidat presiden partai-partai besar melakukan perjalanan

kampanyenya dengan memakai helikopter. Kemudian dalam kendaraan sehari-hari memakai mobil mewah, yang tiba-tiba saja muncul dan

dipakai oleh si kandidat padahal publik tahu bahwa mobil itu bukanlah kepunyaan sang kandidat. Tetapi dalam laporan keuangan, publik

tidak dapat melihat secara jelas pos pengeluaran untuk membayar helicopter dan mobil mewah ini, padahal biayanya pasti sangat besar.

Golkar misalnya hanya melaporkan biaya perjalanan kampanye hanya sebesar Rp 461.933.120. Angka ini tentu tidak mewakili perjalanan

petinggi-petinggi dan caleg-caleg serta calon presiden Golkar yang sangat ekstensif pada waktu itu.

Sumbangan natura lain yang tidak muncul di dalam laporan keuangan adalah biaya-biaya rapat raksasa. Biaya-biaya ini antara lain biaya

pengerahan massa dalam bentuk pengangkutan (bus atau truk), membayar artis (penyanyi, pelawak, band, dan sebagainya), panggung, dan

sebagainya. Selain itu, dana pembuatan bendera, poster, spanduk, dan iklan, hanya sedikit yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Kalau

dilihat dari intensifnya dan ekstensifnya penyebaran informasi dari partai-partai besar, maka dana tersebut secara logika awam pasti jauh

lebih besar dari yang dilaporkan, tetapi yang muncul dalam laporan keuangan kampanye jauh lebih sedikit.

Untuk partai yang berkuasa, dalam hal ini Golkar, sangat sulit untuk menemukan dan membedakan mana biaya yang ditanggung rakyat

yang dipakai pejabat pemerintah untuk kampanye Golkar. Biaya perjalanan presiden, menteri, dan pejabat di bawahnya walaupun secara

teori mereka sudah tidak boleh lagi berkampanye, namun tetap dapat melakukan pertemuan untuk kepentingan Golkar dalam perjalanan

dinasnya. Selain itu, juga sangat sulit untuk mencegah dipakainya dana publik untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat karitatif. Kasus dana

JPS yang disalurkan lewat partai politik yang berkuasa pada saat itu, yakni Golkar, jelas-jelas telah melanggar etika dan aturan main

kampanye, tetapi sangat sulit untuk dideteksi.

Banyak penyumbang tidak melaporkan nama dan alamatnya secara jelas. Bahkan menurut para auditor, banyak sumbangan yang hanya

menerakan kata-kata “Hamba Allah” dalam kolom nama dan alamat penyumbang. Hal ini bisa dijadikan peluang untuk memberikan

sumbangan melewati batas maksimum yang diizinkan undang-undang dengan memberikan sumbangan lebih dari satu kali dengan nama

“Hamba Allah” tersebut. Tentu petinggi partai tahu siapa yang memberikan sumbangan ini.

Ada pinjaman dari pribadi yang melebihi batas maksimum sumbangan individu, namun pinjaman ini tidak dengan akta perjanjian kapan

dibayar dan untuk berapa lama. Dugaan kami ini hanya digunakan sebagai taktik untuk menghindari batas maksimum sumbangan individu.

Tidak ada partai yang melaporkan dana kampanyenya lebih dari batas maksimum dana kampanye yang ditetapkan KPU, yaitu sebesar Rp

110 milyar. Partai-partai kecil pada umumnya hanya melaporkan penggunaan keuangan dari jumlah dana kampanye yang diterima dari

pemerintah yaitu sebesar Rp 150 juta saja atau yang Rp 1 milyar saja. Mungkin mereka tidak berhasil menggalang dana dari publik, namun

ada juga yang bersikeras menyatakan bahwa kewajiban mereka membuat audit hanyalah sebatas audit untuk dana yang mereka terima dari

pemerintah saja.

Hampir semua auditor yang mengaudit dana kampanye Pemilu 1999 tidak dapat mengeluarkan opini mengenai pengelolaan keuangan partai

politik peserta kampanye Pemilu. Hal ini disebabkan karena partai-partai tidak mempunyai catatan keuangan yang memadai dan memenuhi

standar akuntansi yang dipakai umum, terutama di kantor-kantor cabang dan ranting. Pencatatan yang baik hanya ada di bendahara DPP. Ini
merupakan kelemahan tetapi dapat pula dipakai sebagai taktik untuk menghindar dari batasan-batasan yang disebutkan di atas.

Partai politik tidak menyampaikan laporan keuangan yang standar, sebagaimana yang disampaikan ke MA dan KPU, karena:

• Didalam UU Partai Politik tidak ada kewajiban partai politik menyampaikan laporan keuangan (dengan kata lain didalam UU Partai Politik

tidak ada kewajiban partai politik menyampaikan laporan keuangan sesuai standar).

• Standar akuntansi yang ada tidak cukup menjadi pedoman bagi partai politik.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Partai politik adalah politik institusi politik yang berupa organisasi nonpemerintahan yang didirikan untuk memperjuangkan hak dan

kewajiban warga negara dalam rangka mencapai kesejahteraan serta kedaulatan rakyat.Perbedaan partai politik dari lembaga sosial

kemasyarakatan lainya adalah bahwa partai politik dapat berperan dalam penentuan kebijakan publik dimana kebijakan tersebut bisa

membawa dampak kemaslahatan yang lebih luas bagi masyarakat dan mengakibatkan resiko pertanggungjawaban publik menjadi lebih luas.

Dalam Negara demokrasi,Partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi: Partai Politik Sebagai Komunikasi Politik yaitu Menyalurkan

aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat

masyakat menjadi berkurang; Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik diartikan sebagai proses sikap dan orientasi seorang terhadap

fenomena politik dalam mengikuti kecenderungan masyarakatnya; Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik yaitu Untuk mencari dan

mengajak orang yang terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan politik. Rekruitmen anggota partai merupakan upaya regenerasi

kepemimpinan; Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik yaitu Persaingan dan perbedaan dalam masyarakat merupakan hal yang

wajar. Jika sampai terjadi konflik partai politik berusaha untuk mengatasinya. Keuangan partai politik bersumber dari: Iuran anggota,

Sumbangan yang sah menurut hukum dan bantuan dari anggaran negara, Sumbangan yang sah menurut hukum dapat berupa uang, barang,

fasilitas, peralatan atau jasa, Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam pemerintahan ) diberikan secara operasional kepada partai

politik yang mendapat kursi dilembaga perwakilan rakyat.

Penyusunan Laporan keuangan tahunan Partai politik mengacu pada PSAK no.45 tentang akuntansi untuk organisasi nirlaba yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan

Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas, Laporan arus kas, Cacatan atas laporan keuangan. Selain mengacu pada

PSAK No.45,PenyusunanLaporan keuangan Partai politik juga terikat pada ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI

mengenai Partai politik dan pemilu seperti UU No.31 Th.2002 tentang partai politik dan UU No.12 th 2003 tentang pemilu.

DAFTAR PUSTAKA

Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik

http://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik

http://www.referensimakalah.com/2012/12/pengertian-partai-politik.html

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/pengertian-tujuan-dan-fungsi-partai.html

http://politik.kompasiana.com

http://books.google.co.id/

http://keuanganlsm.com/akuntabilitas-partai-politik/

Anda mungkin juga menyukai