PENDAHULUAN
Kopi merupakan salah satu hasil perkebunan di kawasan sub tropis dan
tropis yang diyakini berasal dari daerah Pegunungan Etiopia ini tersebar hingga ke
berbagai negara seperti Amerika Selatan, Afrika, Asia Tenggara termasuk wilayah
Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Selain banyak dan mudah tumbuh di daerah tropis, kopi juga memiliki
nilai ekonomi yang tinggi. Prospek bisnis kopi menarik minat masyarakat untuk
meningkat setiap tahun, terlebih jenis kopi spesialti (Specialty Coffee) dari
Organization (2010) menunjukkan bahwa angka konsumsi kopi dunia pada tahun
2012 mencapai 142,2 juta bags dan diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 166
juta bags (1 bags = 60 kg) . Walaupun konsumsi kopi domestik dalam negeri
masih rendah sekitar 0.9 kg/kapita/tahun bila dibanding negara lain seperti Brasil
budaya dan gaya hidup dalam pola minum kopi, pertumbuhan konsumsi kopi
1
olahan dalam negeri mencapai 7.5% per tahun serta pertumbuhan industri
pengolahan kopi yang menyerap sekitar 40 % dari total produksi kopi nasional
setelah kelapa sawit dan karet. Total produksi nasional kopi Indonesia pada tahun
2016 sebesar 667.655 ton. Ekspor kopi nasional pada tahun 2015 sebesar 458.694
ton dengan nilai ekspor (US$) 1.191.926. Pencapaian ini mengantarkan Indonesia
menjadi negara eksportir kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam,
menjadi 1.233.294 ha dari tahun sebelumnya yang hanya seluas 1.233.227 ha.
Jumlah produksi pada tahun yang sama sebesar 667.655 ton. Produktivitas
tanaman kopi di Indonesia baru mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk jenis
Robusta dan 800 kg biji kopi/ha/tahun untuk jenis arabika. Produktivitas dan luas
negara beriklim tropis yang cocok untuk jenis tanaman kopi tersebut (Direktorat
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu daerah perkebunan kopi yang
pertanaman kopi di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2016 sekitar 74.443 ha
2
Penyebaran tanaman kopi arabika Indonesia dibawa seorang
berkebangsaan Belanda sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca
dari Arabia. Sekitar satu abad kopi arabika telah berkembang sebagai tanaman
rakyat. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar
1.350 – 1.850 m dpl. Di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi
ketinggian 1.000 – 1.750 m dpl. Jenis kopi arabika tidak tahan Hemilia vastatrix.
asalnya dari pantai barat sampai Uganda. Kopi ini ternyata tahan penyakit karat
daun, dan memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang
Liberika. Pohon kopi liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki
tingkat kelembapan yang tinggi dan panas. Kopi liberika penyebarannya sangat
cepat. Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk dari kopi Arabika baik dari segi
Coffee) dan Tana Toraja (Toraja Specialty Coffee), kopi arabika biasa (arabika
kelas I) terdapat di Kabupaten Gowa dan Bantaeng. Jenis kopi robusta banyak
pemeliharaan hingga pengolahan dan pemasaran yang efisien oleh petani masih
3
perlu ditingkatkan. Banyak kendala yang dihadapi petani, terdapat pula potensi
yang tinggi untuk meningkatkan daya saing komoditas kopi yang dihasilkan
kearifan lokal agar dapat tercipta keunggulan komparatif dan kompetitif yang
mendasarkan pada kekayaan alam lokal. Peningkatan daya saing kopi di kawasan
tersebut merupakan upaya strategis untuk memperluas pangsa pasar domestik dan
harfiah berarti tanah yang tua yang terletak di provinsi Sulawesi Selatan.
memanjang pada bagian barat ke timur kota yang salah satunya berpotensi untuk
perikanan, dan wilayah daratannya mulai dari tepi laut Flores sampai ke
permukaan laut 0-25 m sampai dengan ketinggian lebih dari 1.000 m dpl kondisi
Selatan yang memiliki potensi untuk pengembangan kopi sebab areal penanaman
4
Produksi tanaman kopi di Kabupaten Bantaeng tidak berbanding lurus
dengan peningkatan luasan areal tanam. Luasan areal tanam pada tahun 2008
adalah 3.783 ha dan terjadi peningkatan tahun 2016 seluas 3.801 ha. Produksi
pada tahun 2008 sebesar 1.626 ton dan mengalami penurunan pada tahun 2016
menjadi 1.609 ton. Berdasarkan data tersebut, produksi dan produktivitas kopi di
Produksi dan produktivitas kopi tidak lepas dari berbagai masalah yang
dijumpai dari sektor hulu hingga hilir. Beberapa masalah di sektor hulu antara lain
faktor lahan, produktivitas bahan tanaman masih rendah, umur tanaman sudah tua
produksi tanaman kurang maksimal dan rentan terserang hama dan penyakit.
5
1.2 Identifikasi Masalah
Kabupaten Bantaeng.
Bantaeng.
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai acuan dan bahan informasi
Kabupaten Bantaeng.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kopi (Coffea sp.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Afrika yang
tumbuh di hutan dengan jenis yang beragam. Nama Coffea diambil dari sebuah
nama kota di negara Abessinia atau Ethiopia yaitu kota Coffa. Dalam sejarah kota
ini dikenal sebagai pusat perkopian yang pertama di dunia. Jenis kopi yang
banyak diusahakan di Indonesia yaitu Robusta dan Arabika, meskipun dulu kopi
jenis Liberika di tanam di Indonesia, tetapi sekarang sulit dijumpai jenis tanaman
adalah :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Species : Coffea arabica L., Coffea canephora L.
cocok untuk menanam tanaman kopi arabika. Curah hujan yang sesuai akan
mempengaruhi pembentukan bunga menjadi buah. Kopi jenis arabika sesuai pada
7
curah hujan sekitar 1.250 – 2.500 mm pertahun. Daerah yang memiliki bulan
2.2.2 Suhu
Suhu adalah keadaan panas atau dinginnya udara pada suatu tempat. Suhu
lingkungan untuk kopi arabika rata - rata 15° - 25° C, sementara robusta mampu
ketinggian area dari permukaan laut, temperatur serta elevasi. Kopi arabika dapat
2.2.4 Topografi
anomali iklim atau ketidak normalan iklim membuat petani dapat melakukan
beberapa rekayasa. Khusus untuk daerah yang memiliki tiupan angin kencang,
sengon laut. Tanaman pelindung untuk saat ini yang paling cocok untuk tanaman
kopi adalah lamtoro yang tergolong tanaman legume dan intensitas serapan
cahaya optimal.
8
Kondisi tanah yang baik untuk penanaman kopi arabika dianjurkan tanah
dengan kemiringan kurang dari 30 % dan memiliki top soil atau kandungan
organik yang tebal. Tanah seperti ini banyak terdapat di dataran tinggi. Tingkat
keasaman (pH) tanah yang dianjurkan untuk tanaman kopi arabika 5,5 – 6,5.
Keadaan tanah yang terlalu asam dapat ditambahkan kapur seperti Ca(PO)2 atau
mudah mengalamai kekeringan pada kemarau panjang bila daerah perakaran tidak
diberi mulsa. Secara alami, tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak
mudah rebah. Akar tunggang tersebut hanya dimiliki oleh tanaman kopi yang
berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang bawahnya
berasal dari bibit semai. Tanaman kopi yang berasal dari bibit setek, cangkok, atau
okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit setek tidak memiliki akar
Tanaman kopi tumbuh tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapat
mencapai tinggi 12 m. Batang dan cabang kopi berkayu, tegak lurus dan
beruas-ruas. Tiap ruas hampir selalu ditumbuhi kuncup. Tanaman ini mempunyai
Cabang Orthrotrop merupakan cabang yang tumbuh tegak seperti batang, disebut
9
juga tunas air atau wiwilan atau cabang air. Cabang ini tidak menghasilkan bunga
2.3.3 Daun
dengan bagian pinggir yang bergelombang. Daun tumbuh pada batang, cabang
dan ranting. Pada cabang Orthrotrop letak daun berselang seling, sedangkan pada
cabang Plagiotrop terletak pada satu bidang. Daun kopi robusta ukurannya lebih
2.3.4 Bunga
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbuah pada umur ± 2 tahun. Mula-
mula bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau cabang
hanya dihasilkan oleh tanaman yang masih muda. Bunga yang jumlahnya banyak
akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal
dari kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup
Jumlah kuncup bunga pada setiap ketiak daun terbatas, sehingga setiap
ketiak daun yang sudah menghasilkan bunga dengan jumlah tertentu tidak akan
pernah menghasilkan bunga lagi. Cabang primer dapat terus tumbuh memanjang
membentuk daun baru, batang pun dapat terus menghasilkan cabang primer
sehingga bunga dapat terus dihasilkan oleh tanaman. Tanaman kopi yang sudah
cukup dewasa dan dipelihara dengan baik dapat menghasilkan ribuan bunga
10
dalam satu saat. Bunga tersebut tersusun dalam kelompok masing-masing terdiri
tanaman kopi berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan beraroma harum
semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau, pangkalnya menutupi bakal buah yang
mengandung dua bakal biji. Benang sarinya terdiri dari 5 - 7 tangkai yang
berukuran pendek. Bila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan
kemudian kulit buah yang berwana hijau makin lama makin membesar. Buah
yang sudah tua kulitnya akan menguning dan akhirnya menjadi merah tua. Waktu
kemarau sehingga pada akhir musim kemarau telah berkembang menjadi buah
yang siap dipetik. Pada awal hujan, cabang primer akan memanjang dan
membentuk daun-daun baru yang siap mengeluarkan bunga pada awal musim
(dua) jenis, yaitu kopi self steril dan kopi self fertile. Kopi self steril adalah jenis
kopi yang tidak akan menghasilkan buah jika bunganya mengadakan penyerbukan
sendiri (tepung sari berasal dari jenis kopi yang sama). Kopi self steril ini baru
11
menghasilkan buah bila bunganya mengadakan serbuk silang (tepung sari berasal
dari kopi jenis lainnya). Tanaman ini harus ditanam bersamaan dengan jenis kopi
lainnya sehingga penyerbukan silang bisa terjadi. Kopi self fertile adalah kopi
Buah tanaman kopi terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri
dari 3 (tiga) bagian, yaitu : bagian lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging
(mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi
mengandung 1 (satu) butir saja atau bahkan tidak berbiji (hampa) sama sekali. Biji
kopi terdiri dari kulit biji dan lembaga. Lembaga atau endosperm merupakan
bagian yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan minuman kopi (Latunra, 2011).
panen dan pemasaran produk akhir. Memilih jenis tanaman untuk pemeliharaan
kopi harus disesuaikan dengan tempat atau lokasi lahan. Perbanyakan bibit pohon
kopi bisa dilakukan dengan teknik generatif dan vegetatif. Perbanyakan generatif
dari biji biasanya digunakan untuk budidaya kopi arabika, sedangkan kopi robusta
12
Sebelum memulai budidaya kopi, hal yang harus disiapkan adalah
menghendaki intensitas cahaya matahari tidak penuh. Jenis pohon peneduh yang
sering digunakan adalah dadap, lamtoro dan sengon. Pohon pelindung jenis
Jarak tanam budidaya kopi yang dianjurkan adalah 2,5 × 2,5 m untuk
arabika. Jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi
tempat semakin jarang dan semakin rendah semakin rapat jarak tanamnya. Lubang
bulan sebelum penanaman. Tanah galian dipisahkan antara bagian atas dan galian
bagian bawah. Lubang tanam biarkan terbuka. satu bulan sebelum bibit ditanam,
dicampur 20 kg pupuk kompos dengan tanah top soil dan dimasukkan ke lubang
tanam. Bibit kopi yang telah siap ditanam sebaiknya daunnya dipapas hingga
atau pupuk buatan. Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman,
meningkatkan produksi dan mutu hasil. Pemupukan pada tanaman kopi harus
tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya. Kegutuhan pupuk
dapat berbeda-beda antar lokasi, jenis tanah, iklim, varietas dan umur tanaman.
Pemberian pupuk organik dilakukan setahun dua kali dengan dosis pupuk organik
13
Pedoman dosis pemupukan kopi secara ringkas adalah pada tabel berikut:
Tabel 1. Pedoman Dosis Pemupukan Tanaman Kopi
Umur Awal Musim Hujan Akhir Musim Hujan
Tanaman (gram/tahun) (gram/tahun)
(tahun) Urea SP36 KCL Kieserit Urea SP36 KCL Kieserit
1 20 25 15 10 20 25 15 10
2 50 40 40 15 50 40 40 15
3 75 50 50 25 75 50 50 25
4 100 50 70 35 100 50 70 35
5 - 10 150 80 100 50 150 80 100 50
> 10 200 100 125 70 200 100 125 70
Sumber : Pusat Penelitan Kopi dan Kakao, 2010
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produksi tanaman kopi
produktif, cabang liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif
dipangkas agar unsur hara yang diberikan dapat tersalur kepada batang-batang
yang lebih produktif. Buah kopi akan muncul pada percabangan, oleh karena itu
perlu diperoleh cabang yang banyak. Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk
Pemangkasan berbatang tunggal lebih cocok untuk jenis tanaman kopi yang
14
Menurut Wachjar, (1998) berdasarkan tujuannya, pemangkasan dalam
produktif atau cabang tua. Hal ini dilakukan agar tanaman lebih fokus
menumbuhkan cabang yang produktif. Selain itu, pemangkasan ini juga untuk
penurunan produksi, hasil kuranng dari 400 kg / ha / tahun atau bentuk tajuk
Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih
muda. Pengendalian gulma juga berperan penting dalam mengurangi hama dan
tumbuhan lain yang tidak dikehendaki dan tumbuh. Gulma di bawah pohon kopi
akan menjadi pesaing unsur hara, sinar matahari, air dan ruang, serta membantu
atau kutu putih Planococcus citri, kutu hijau Coccus viridis, penggerek cabang,
dan penggerek batang merah Zeuzera coffeae, serta hama tikus. Penyakit yang
sering ditemukan pada tanaman kopi adalah penyakit karat daun Hemileia
15
vastatrix, bercak daun, jamur upas, busuk buah dan busuk cabang, jamur akar
coklat, dan penyakit rebah batang. Pertanaman kopi juga rentan diserang oleh
pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan perbaikan kultur teknis,
umur 2,5 - 3 tahun untuk jenis robusta dan 3 - 4 tahun untuk arabika. Hasil panen
pertama biasanya tidak terlalu banyak, produktivitas tanaman kopi akan mencapai
puncaknya pada umur 7 - 9 tahun. Panen tanaman kopi dilakukan secara bertahap,
panen raya bisa terjadi dalam 4 - 5 bulan dengan interval waktu pemetikan setiap
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penunjang dari instansi terkait. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perangkat computer (laptop), alat tulis-menulis, kamera, printer dan alat
perekam.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data
mendalam) ke masyarakat / petani kopi di Desa Labbo dan pihak terkait. Data
sekunder diperoleh dari BPS / dinas / lembaga terkait, hasil penelitian sebelumnya
17
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
hasil wawancara.
3. Teknik Kuesioner / Wawancara adalah bentuk pertanyaan terstruktur yang
diinginkan.
4. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan informasi dari referensi atau
18
6. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling,
Dimana :
n : Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi
a : Toleransi ketidaktelitian (%)
dilakukan dengan software SPSS. Analisis ini digunakan untuk melihat faktor-
19
faktor teknik pemeliharaan yang mempengaruhi produktivitas. Bentuk fungsi
Dimana :
Y = Produktivitas Tanaman (output quantity)
X1 = Dosis Pupuk
X2 = Frekuensi Pemupukan
X3 = Cara Pemupukan
X4 = Waktu Pemupukan
X5 = Pemangkasan Bentuk
X6 = Pemangkasan Produksi
X7 = Pemangkasan Peremajaan
X8 = Sanitasi
X9 = Pengendalian Hama Penyakit
a = Intersep (intercept)
b = Koefisien regresi untuk Dosis Pupuk
c = Koefisien regresi untuk Frekuensi Pemupukan
d = Koefisien regresi untuk Cara Pemupukan
e = Koefisien regresi untuk Waktu Pemupukan
f = Koefisien regresi untuk Pemangkasan Bentuk
g = Koefisien regresi untuk Pemangkasan Produksi
h = Koefisien regresi untuk Pemangkasan Peremajaan
i = Koefisien regresi untuk Sanitasi
j = Koefisien regresi untuk Pengendalian Hama Penyakit.
sebelum dianalisis dengan analisis regresi linier berganda melalui software SPSS
20
maka dilakukan skoring terhadap faktor -faktor teknik pemeliharaan pada tanaman
pemeliharaan :
21
No. Metode Kriteria Pelaksanaan Bobot
KCL (125 g)
Kieserit (70 g)
Pupuk Organik (4.000 g)
Urea (125 g - 199 g)
SP36 (75 g - 99 g)
2 KCL (75 g - 124 g) 51 - 75
Kieserit (45 g - 70 g)
Pupuk Organik (2.600 g - 3.999 g)
Urea (75 g - 124 g)
*Umur > 10 tahun
SP36 (50 g - 74 g)
3 KCL (50 g - 74 g) 26 - 50
Kieserit (20 g - 44 g)
Pupuk Organik (1.300 g - 2.599 g)
Urea (1 g - 74 g)
SP36 (1 g - 49 g)
4 KCL (1 g - 49 g) 1 - 25
Kieserit (1 g - 19 g)
Pupuk Organik (1 g – 1.299 g)
5 Tidak Melakukan Pemupukan 0
1 2 Kali Setahun 76 - 100
2 3 Kali Setahun 51 - 75
Frekuensi 3 1 atau 4 Kali Setahun 26 - 50
4 > 4 Kali Setahun 1 - 25
5 Tidak Melakukan Pemupukan 0
Bokoran (Menggali lingkaran di sekeliling batang
1 76 - 100
kemudian diberi pupuk dan ditimbun)
Tugal (Membuat lubang-lubang disekitar perakaran
2 51 - 75
tanaman kemudian diberi pupuk dan timbun)
Cara 3
Larikan (Membuat larikan di sela tanaman kemudian
26 - 50
diberi pupuk dan ditimbun)
Tabur (Menabur pupuk di sekitar tanaman tanpa
4 1 - 25
penimbunan)
5 Tidak Melakukan Pemupukan 0
1 Awal Musim Hujan dan Akhir Musim Hujan 76 - 100
Awal Musim Hujan, Pertengahan Musim Hujan dan
2 51 - 75
Akhir Musim Hujan
Waktu 3
Awal Musim Hujan atau Pertengahan Musim Hujan
26 - 50
atau Akhir Musim Hujan
4 Musim Kemarau 1 - 25
5 Tidak Melakukan Kegiatan Pemupukan 0
2 Pemangkasan Bentuk Saat tanaman belum berbuah (TBM), pangkas
1 76 - 100
bentuk batang tunggal dan batang ganda
2 Saat tanaman belum berbuah (TBM), pangkas 51 - 75
bentuk batang tunggal atau batang ganda
22
No. Metode Kriteria Pelaksanaan Bobot
Saat tanaman berbuah (TM), pangkas bentuk
3
batang tunggal dan batang ganda
26 - 50
Saat tanaman berbuah (TM), pangkas bentuk
4
batang tunggal atau batang ganda
1 - 25
5 Tidak Melakukan Pemangkasan Bentuk 0
Awal musim hujan, sebelum pemupukan dan
1 sebelum berbunga ; pangkas (cabang balik, 76 - 100
cabang saling tindih, tunas air)
Awal musim hujan atau sebelum pemupukan
2 atau sebelum berbunga ; pangkas (cabang balik, 51 - 75
cabang saling tindih, tunas air)
Produksi Musim Kemarau atau sesudah pemupukan atau
3 saat berbunga ; pangkas (cabang balik, cabang 26 - 50
saling tindih, tunas air)
Musim Kemarau, sesudah pemupukan dan saat
4 berbunga ; pangkas (cabang balik, cabang 1 - 25
saling tindih, tunas air)
5 Tidak Melakukan Pemangkasan Produksi 0
Saat usia tanaman tidak produktif; melakukan
sambung pucuk, mengurangi Percabangan,
1 76 - 100
memiringkan batang tanaman pada Awal
musim hujan dan sebelum pemupukan
Melakukan Sambung Pucuk, Mengurangi
2 Percabangan, Memiringkan Batang Tanaman Pada 51 - 75
Awal musim hujan atau sebelum pemupukan
Peremajaan Melakukan Sambung Pucuk, Mengurangi
3 Percabangan, Memiringkan Batang Tanaman 26 - 50
Pada Musim Kemarau atau sesudah Pemupukan
Melakukan Sambung Pucuk, Mengurangi
4 Percabangan, Memiringkan Batang Tanaman 1 - 25
Pada Musim Kemarau dan sesudah Pemupukan
5 Tidak Melakukan Pemangkasan Peremajaan 0
Mengumpulkan sampah daun, kulit buah kopi
1
serta gulma dan menyimpannya pada lubang
76 - 100
Mengumpulkan sampah daun, kulit buah kopi,
2
gulma dan menumpuknya di satu tempat
51 - 75
3 Sanitasi Mengumpulkan sampah daun, kulit buah kopi
3
serta gulma kemudian membakarnya
26 - 50
4 Kulit buah dan daun disebar 1 - 25
5 Tidak Melakukan Sanitasi 0
1 Pengendalian secara mekanik dan biologi 76 - 100
2 Pengendalian secara mekanik terhadap HPT 51 - 75
Kombinasi pengendalian secara kimiawi dan
4 Pengendalian HPT 3
mekanik terhadap hama HPT
26 - 50
4 Pengendalian secara kimiawi terhadap hama HPT 1 - 25
5 Tidak Melakukan Pengendalian HPT 0
23