Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN


Dosen : Dra. Hj. Siti Dahrima Farida, S.ST., S.Kep., M.Kes

OLEH :

NAMA : MARYAM
NIM : 02.16.046
REGULER : B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKES SALEWANGANG MAROS
TAHUN 2016/2017
BAB 1 PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
A. PENGERTIAN ETIKA, ETIKET, MORAL DAN HUKUM
1. ETIKA
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu
ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu adat
kebiasaan. Arti dari bentuk jamak inilah yang melatarbelakangi terbentuknya istilah Etika
yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis
(asal usul kata) etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat kebiasaan.
2. ETIKET
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diberikan beberapa arti dari kata “etiket”, yaitu:
a. Etiket berasal dari bahasa Inggris Etiquette.
Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun.
b. Etiket (Perancis) adat sopan atau tata kerama yang perluh selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
Perbedaan Etiket dengan Etika:
a. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia.
b. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain
disekitar kita).
c. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa
saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.
d. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja.
Persamaan Etika dengan Etiket:
 Sama-sama menyangkut perilaku manusia.
 Member norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang. harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
3. MORAL
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etikat’, maka secara
etimologis, kata ‘etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ‘moral’ sama
dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
4. HUKUM
Hokum: Peraturan, undang-undang atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dilakukan oleh pengusaha atau pemerintah.

B. ETIKA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama di berbagai tempat, di masa sring
terjadi karena kurang pemahaman para peraktisi pelayanan kebidana terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses dari bebrbagai dimensi. Etika dibagi menjadi tiga bagian,
meliputi:
1. Metaetika (etika)
2. Etika atau teori moral;
3. Etika praktik.
Guna etika adalah member arah membagi bagi perilaku manusia tentang: apa yang baik atau
buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak), apa yang boleh atau
tidak boleh dilakukan.
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota di
dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.

C. SISTEMATIKA ETIKA
Sebagai suatu ilmu maka Etika terfiri atas berbagai macam jenis dan ragamnya antara lain:
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan illustrasi tentang tingkah laku manusia
ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh dilakukan sesuai dengan
norma etis yang dianut oleh masyarakat.
2. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang
biasanya dikelompokan menjadi:
a. Etika Umum
b. Etika Khusus
D. FUNGSI ETIKA DAN MORALITAS DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien.
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain.
3. Menjaga privacy setiap individu.
4. Mengatur manusia untuk berbuat adail dan bijaksana sesuai dengan porsinya.
5. Denga etik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya.
6. Mengarahkan polah pikir seseorang dalam bertindakatau dalam menganalisis suatu
masalah.
7. Menghasilkan tindakan yang benar.
8. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya.
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku untuk perilaku manusia antara baik, buruk,
benar atau salah sasuai denagn moral yang berlaku pada umummnya.
10. Berhubungan dengan peraturan hal-hal bersifat abstrak.
11. Memfasilitasi proses proses pemecahan masalah etik,
12. Mengatur hal-hal yang bersifar praktik.
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di
dalam organisasi profesi.
14. Mengatur sikap, tindakan tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa
tersebut kode etik profesi.

E. KODE ETIK PRPFESI BIDAN


Kode etik profesi bidan merupakan suatu cirri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif profesi bidann
yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik
profesi bidan hanyan ditetapkan oleh organisasi profesi, Ikatan Bidan Indonesia. (IBI). Kode
etik bidan Indonesia terdiri atas 7 bab, yang dibedakan atas tujuh bagian:
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir).
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir).
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir).
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir).
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir).
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir).
7. Penutup (1 butir).

F. KODE ETIK BIDAN INDONESIA


Sesuai keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III’2007
Tentang Standar profesi bidan, di dalamnya terdapat Kode Etik Bidan Indonesia adalah
merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu
disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi.
1. Kewajiban terhadap klien dan masyarakat
2. Kewajiban terhadap tugasnya
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa, bangsa dan tanah air

BAB 2 NILAI PERSONAL DAN NILAI LUHUR

A. PENGERTIAN
1. NILAI
Nilai-nilai (valeus) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu
standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/prilaku seseorang. System nilai dalam
suatu organisasi adalah tentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan
sebagai perilaku personal.
2. Pelayanan kebidanan
Pelayanan kebidana adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada
klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, BBL,
keluarga berencana (KB), termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan
masyarakat.

B. PENYERAPAN/PEMBENTUKAN NILAI
1. Pengertian Dasar Etika
Istilah atau kata etika sering kita dengar, baik ruang kuliah mupun dalam kehidupan
sehari-hari tidak hanya dalam segi keprofesian tertentu, tetapi menjadi kata-kata umum
yanf sering digunakan, termasuk di luar kalangan cendekiawan.
2. Pengenalan Etika Umum
a. Hati Nurani
b. Nilai dan Norma
c. Hak dan Kewajiban
d. Amoral dan Immoral
e. Moral dan Agama
3. Kode Etik Bidan Indonesia
Sesuai Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/2007
Tentang Standar Profesi Bidan, di dalamnya terdapat Kode Etik Bidan Indinesia.
Deskripsi Kode Etik Bidan adalah merupakan suatu cirri profesi yang bersumber dari
nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam
melaksanakan pengabdian profesi.

C. NILAI PERSONAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


1. Pengertian Nilai Personal
Nilai personal merupakan nilai yang timbul dari pengalaman pribadi seseorang, nilai
tersebut membentuk dasar perilaku seseorang yang nyata melalui pola perilaku yang
konsisten dan menjadi control internal bagi seseorang, serta merupakan komponen
intelektual dan emosional dari seseorang.
2. Nilai Personal Profesi
Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing” melaksanakan suatu
proyek termasuk di dalamnya mengidentifikasi nilai-nilai personal dalam praktik
kebidanan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan tujuh nilai-nilai personal
profesi, yaitu:
a. Aesthetics (keindahan)
b. Altruism (mengutamakan orang lain)
c. Equality (kesetaraan)
d. Freedom (kebebasan)
e. Human dignity (martabat manusia)
f. Justice (keadilan)
g. Truth (kebenaran)

D. NILAI LUHUR DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


1. Pengertian Nilai Luhur
Merupakan suatu keyakinan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh setiap orang, di mana
sikap-sikap tersebut berupa kebaikan, kejujuran, kebenaran yang berorientasi pada
tindakandan pemberian arah serta makna pada kehidupan seseorang.
2. Penerapan Nilai Luhur
Seorang bidan harus mampu menerapkan nilai-nilai luhur di manapun dan kapanpun dia
memberikan pelayanan kebidanan.
Nilai-nilai luhur sangat diperlukan oleh bidan yaitu:
 Kejujuran
 Lemah lembut
 Ketetapan setiap tindakan
 Menghargai orang lain
E. DASAR PELAYANAN KEBIDANAN YANG BAIK
 Rasa kecintaan pada sesame manusia
 Mengembangkan sikap saling tanggap rasa dan tolong menolong dalam menghadapi
pasien
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
 Menjungjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
 Member pelayanan kesehatan pada ibu dan anak
 Berani membela kebenaran dan keadilan
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain
 Bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

BAB 3 ASPEK LEGAL DAN LEGISLASI DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

A. PENGERTIAN BIDAN
1. Menurut IBI
Seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat,
diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik.
2. Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002
Seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian
sesuai persyaratan yang berlaku
3. Menurut WHO
Wanita yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan
sebagai mana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah
menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktik
kebidanan.
4. International confederation of midwife
Seorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh Negara
serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan praktik kebidanan
di Negara itu.

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas bidan yang menjadi tanggung jawab
praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang baik bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga
dan masyarakat.

B. TINJAUAN KEILMUAN
Karakteristik dan spesifikasi dalam ilmu kebidanan adalah :
1. Objek materi ilmu kebidanan
Antara lain adalah wanita dan masa reproduksi mulai dari pra konsepsi, masa
kehamilan masa bersalin nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana.
2. Objek formula ilmu kebidanan
Untuk dapat mencapai situasi makan pelayanan kebidanan di Indonesia harus
memiliki konsep yang dapat menjelaskan asuhan kebidanan yaitu :
a. Tindakan bidan yang tepat dan aman yaitu semua tindakan yang diberikan bidan
untuk wanita/ibu, bayi dan keluarga bukan tindakan yang dapat merugikan
kesehatan.
b. Memberikan kepuasan klien adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan
keadaan permasalahannya dan hasil yang dicapai dengan tindakan tersebut.

C. LATAR BELAKANG SISTEM LEGISLASI TENAGA BIDAN INDONESIA


1. UUD 1945
Dalam amanat dan pesan mendasar dari UUD 1945 adalah upaya pembangunan
nasional yaitu pembangunan dalam segala aspek guna kepentingan, keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia secara terarah, terpadu
dan berkesinambungan.
2. UU no. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative sebagai upaya peningkatan sumber
daya manusia yang berkualitas
3. Penyiapan SDM
Pelayanan kebidanan meliputi kesehatan wanita selama kurun kesehatan
reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon penganting, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, periode interval, masa klimaterium dan menopause serta
memantau tumbuh kembang balita serta ana pra sekolah
4. Visi Misi Indonesia Sehat 2010
Derajat Kesehatan yang optimal dengan strategi paradigm sehat,
profesionalisme, JPKM dan desentralisasi

D. OTONOMI BIDAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


Tanggung jawab bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang
penting dan dituntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan
keselamatan jiwa manusia.
Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
yaitu melalui :
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
2. Penelitian dalam bidang kebidanan
3. Pengembangan ilmu dan teknologi dalam kebidanan
4. Akreditasi
5. Sertifikasi
6. Registrasi
7. Uji kompetensi
8. Lisensi

dasar-dasar dalam onotomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait denga
pelayanan kebidanan antara lain :

1. Kepmenkes RI 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi


2. Standar pelayanan kebidanan 2011
3. Kepmenkes RI No 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan
4. UU Kesehatan No 23/1992 tentang kesehatan
5. PP No 32/1996 tentang tenaga kesehatan
6. Kepmenkes RI1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja Depkes
7. UU No 22/1999 tentang onotomi daerah
8. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung dan transplantasi
9. KUHAP dan KUHP 1981
10. Permenkes RI No 585/Menkes/per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medic
11. UU yang terkait dengan hak reproduksi dan keluarga berencana :
a. UU No. 10/1992 tentang pengembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera
b. UU No. 23/2003 tentang penghapusan kekerasan terhadap perempuan didalam
rumah tangga

E. LEGISLASI PELAYANAN KEBIDANAN


Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempuraan perangkat
hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi, registrasis dan liensi
Tujuan legislasi adalah membeikan perlindugan kepada masyarakat tehadap
pelayanan yang telah diberikan

Peranan legislasi adalah menjalin perlindungan pada masyarakat penggumuman


jasa profesi dan profesi sendiri, legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan
professional .
1. Sertifikasi

Adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui kegiatan pendidikan


formal maupun non formal.
Bentuk sertifikasi dari pendidikan formal adalah berupa ijazah yang dapat
diperoleh melalui ujian nasional.
Ada dua bentuk sertifikasi :
a. Ijazah yaitu merupakan dokumen penguasaan kompetensi tertentu, yang
mempunyai kekuataan hukum yang diperoleh dari pendidikan formal
b. Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari
kegiatan pendidikan formal atau pendidika non formal.
2.Tujuan sertifikasi

a. Tujuan umum
1. Melindungi masyarakat pengguna jasa profesi
2. Meningkatkan mutu pelayanan
3. Pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
b. Tujuan khusus
1. Menyatakan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan perilaku tenaga
profesi.
2. Menetapkan kualifikasi dan lingkup kompetensi
3. Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku pendidikan tambahan
4. Menetapkan kualifikasi, tingkat dan lingkup pendidikan tambahan tenaga
profesi
5. Memenuhi syarat untuk mendapat nomor registrasi

3.Registrasi

Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus


mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan
kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan professional setelah memenuhi
syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tersebut.
Registrasi bidan adlah proses pendaftaran pendokumentasian dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi syarat minimal kompetensi inti atau
standar penempilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental
maupun melaksanakan praktik profesionalnya.
Tujuan dilakukan registrasi :
a. Tujuan umum
Melindungi masyarakat dari mutu pelayanan profesi
b. Tujuan khusus
 Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
 Meningkatkan mekanisme yang objektif dan komprehensif dalam
penyelesaian kasus mall praktik
 Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
4. Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat izin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi
yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
BAB 4 ISSUE ETIK DAN KORAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
A. ISSUE ETIK DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. Pengertian dan bentuk etik
a. Etik diartikan “ sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam
hidup manusia yang didorong oleh kehendak dengan didasari pikiran yang jernih
dengan pertimbangan perasaan”.
b. Bentuk etika
 Etika deskriptif, yang memberikan gambran dan illustrasi tentang tingkah
laku manusia dari sisi baik dan buruk.
 Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan
manusia . yang biasanya dikelompokan menjadi : etika umum, etika khusus.
2. ISSUE ETIK yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, dan masyrakat teman
sejawat, teman kesehatan lainnya, organisasi profesi.
a. Issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga, masyarakat,.
1. Pengertian , issue etik yang terjadi antara bidan dengan klien, keluarga,
masyarakat, mempunyai hubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan.
2. Kasus
3. Konflik
4. Issu
5. Dilema
b. Isuue etik yang terjadi antara bidan dengan teman sejawat
1. Pengertian , etik adalah kumpulan asas nilai yang berkenaan dengan akhlak,
nilai benardan salah yang dianut suatu organisasi atau masyarakat.
2. Konflik moral, suatu proses ketika 2 pihak atau lebih berusaha memaksakan
tujuannya
3. Dilema moral, situasi yang menghadapkan individu pada dua pilihan.
4. Issue etik
c. Issue etik bidan dengan team kesehatan lainnya
1. Pengertian , yaitu perbedaan sikap etika yang terjadi pada bidan dengan
tenaga medis lainnya.
2. Kasus
3. Issue etik
4. Konflik
5. Dilema
d. Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi
1. Pengertian, suatu topik masalah yang menjadi bahan pembicaraan antara
bidan dengan organisasi profesi.
2. Kasus
3. Issue etik:
 Terjadi malpraktik
 Pelanggaran wewenang bidan
e. Dilema etik

3. issue etik dalam pelayanan kebidananan

a. pengertian , ISU adalah masalah pokok yang berkembang di masyarakat atau


suatu lingkungan yang belum tentu benar.
b. Issue etik dalam pelayanan kebidanan, ETIK bagian dari filosofi yang
berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan.
B. ISSUE MORAL DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Moral merupakan pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal baik atau buruk
yang mempengaruhi sikap seseorang.
Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari : kasus abortus, keputusan
untuk terminasi kehamilan.
1. Dilema dan konflik moral
2. Pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etik/ moral pelayanan
kesehatan.
Menurut George R. Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang
ada.
Ada 5 hal pokok dalam pengambilan keputusan :
 Intuisi berdasarkan perasaan
 Pengalaman mewarnai pengetahui praktis
 Fakta, keputusan lebih riel, valid dan baik
 Wewenang lebih bersifat rutinitas
 Rasional, keputusan bersifat objektif, transparan, konsisten.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
b. Kerangka pengambilan keputusan
c. Tingkah kerja pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan ketika
menghadapi dilema etik.
d. Dasar pengambilan keputusan
e. Bentuk pengambilan keputusan
f. Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan
g. Pengembalian keputusan yang etis
h. Mengapa kita perlu mengerti situasi
i. Kesuliran dalam mengerti situasi
j. Bagaimana kita memperbaiki pengertian kita tentang situasi
k. Tips pengambilan keputusan dalam menghadapi kritis
l. Pengambilan keputusan klinis tergantung
m. Pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat
n. Dalam kasus emergensi dan menghadapi situasi pihak
o. Langkah-langkah pengambilan keputusan
p. Teori-teori pengambilan keputusan
 Teori utilitarisme
ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan,
meminimalkan ketidaksenangan.
 Teori Deontology
Menurut immanuel kant : sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik,
contoh bila berjanji ditepati.
 Teori Hedonisme
Menurut Aristippos, sesuai kodratnya, setiap manusia mencari
kesenangan dan menghindari ketidaksenangan.
 Teori Eudemonisme
Menurut Filsuf Yunani Aristoteles, bahwa dalam setiap kegiatannya
manusia mengejar suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik
bagi kita.
BAB 5 TEORI-TEORI YANG MENDASARI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM MENGHADAPI DILEMA ETIKADAN MORAL
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diandalkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat.

A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengertian
Proses pengambilan keputusan merupakan bagian dasar dan integral dalam praktik suatu
profesi dan keberadaannya sangat penting karena akan menentukan tindakan selanjutnya.
2. Keterlibatan bidan dalam proses pengambilan keputusan sangat penting karena
dipengaruhi oleh 2 hal
 Pelayanan “one to one”
 Meningkatkan sertivikasi terhadap klien bidan berusaha keras untuk memenuhi
kebutuhan.
 Perawatan berfokus pada ibu (women centered care) dan asuhan total (total care).
3. Empat tingkat kerja pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan ketika
menghadapi dilemma etik
a. Timgkat I
b. Tingkat 2
c. Tingkat 3
d. Tingkat 4
4. Factor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
a. Factor fisik
b. Emosional
c. Rasional
d. Praktik
e. Interpersonal
f. Struktual
5. Dasar pengambilan keputusan
a. Ketidak sanggupan (bersifat segera)
b. Keterpaksaan karena karena suatu krisis, yang menentukan sesuatu untuk segera
dilakukan.
6. Pengaambilan keputusan yang etis
Ciri-cirinya :
a. Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
b. Sering menyangkut pilihan yang sukar
c. Tidak mungkin dielakkan
d. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, singkungan social
7. Tips pengambilan keputusan dalam keadaan kritis
a. Identifikasi dan tegaskan apa masalahnya, baik oleh diri sendiri maupun dengan
orang lain.
b. Tetapkan hasil apa yang diinginkan.
c. Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada.
d. Pilih solusi yang lebih baik.
e. Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan.

B. MENGHADAPI MASALAH ETIK MORAL DAN DILEMA DALAM


PRAKTIK KEBIDANAN
1. Informed Choice
Informet choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya.
2. Bagaimana pilihan dapat diperluas dan menghindari konflik
Member informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak biasa dan dapat
dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap
muka.
3. Beberapa jenis pelayanan yang dapat dipilih klien
 Bentuk ppemeriksaan ANC dan skrening laboratorium ANC
 Tempat melahirkan
 Masuk kekamar bersalin pada tahap awal persalinan
 Didampingi waktu melahirkan
 Metode monitor djj
 Augmentasi, stimulasi, induksi
 Mobilitasi atau posisi saat persalinan
 Pemakaian analgesia
 Episiotomi
 Pemecahan ketuban
 Penolong persalinan
 Keterlibatan suami pada waktu melahirkan
 Teknik pemberian minuman pada bayi
 Metode kontrasepsi

BAB 6 MASAL ETIK MORAL YANG BIASA TERJADI DALAM


PRAKTIK KEBIDANAN

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaikannya baik atau
salah (Jones, 1994).
A. Istilah dalam praktik
Sebelum melihat masalah etik yang mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan, maka ada
baiknya dipahami beberapa istilah berikut ini:
1. Legislasi (Lieberman, 1970) Ketetapan hokum yang mengatur hak dan kewajiban
seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan.
2. Lisensi pemberian izin praktik sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah
diterapkan.
3. Deontologi/Tugas Keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan
tugas.
4. Hak keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu.
5. Instusioner keputusann diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari kasus per
kasus.
6. Beneficence keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan.
7. Mal-efficiency keputusan yang diambil merugikan pasien.
8. Malpraktik/Lalai
9. Malpraktik terjadi karena
 Caroboh
 Lupa
 Gagal mengkomunikasikan

B. MASALAH ETIK MORAL YANG MUNGKIN TERJADI


Bidan harus memahami dan mengerti situasi etik moral, yaitu:
1. Untuk melakukan tindakan yang tepat dan berguna.
2. Untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan.
Kesulitan dalam mengatasi sesuatu:
1. Kerumitan situasi dan keterlambatan pengetahuan kita
2. Pengertian oleh terhadap situasi dipengaruhi oleh kepentingan, prasangka, dan factor-
faktor subjektif lain.
Langka-langka penyelesaian masalah:
1. Melakukan penyelidikan yang memadai
2. Menggunakan sarana ilmiah dan keterengan para ahli
3. Memperluas pandanagan tentang situasi
4. Kepekaan terhadap pekerjaan
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain

C. INFORMED CHOICE
1. Pengertian
Pengertian adalah membuat pilihan setelah mendapat penjelasan tentang alternatif asuhan
yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus dibedakan daripersetujuan (consent).
2. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
3. Rekomendasi
4. Bentuk pilihan (choice) yang ada dalam asuhan kebidanan

D. INFORMED CONSENT
1. PENGERTIAN INFORMED CONSENT
Informed consent adalah persetujuan individu terhadap pelaksanaan suatu tindakan,
seperti opersai atau prosedur diagnostik invasivf, berdasarkan pemberitahuan lengkap
tentang rresiko, manfaat, alternatif, dan akibat penolakan.
2. Sejarah Informed Consent
Kensep informed consent dapat dikatan merupakan suatu konsep yang relatif masih baru
dalam sejarah etika medis.
3. Fungsi Informed Consent
Menurut KatZ dan Capran, fungsi informet Consent:
 Promosi otonomi individu
 Proteksi terhadap pasien dan subjek
 Menghindari kecurangan, penipuandan paksaan
 Mendorong adanya penelitian yang cermat
 Promosi keputusan yang rasional
 Menyertakan public
4. Dasar Hukum dan Informet Consent Keperawatan
a. Dasar hokum informed consent
b. Informet Consent Keperawatan
5. Bentuk Informed Consent
Ada dua bentuk informed consent (Febiyanti Rizky, 2011)
a. Implied constructive Consent (Keadaan Biasa)
b. Implied Emergency Consent (Keadaan Gawat Darurat)
6. Perlindungan pasien tentang hak memperoleh Informed Consent dan Rekan Medis

BAB 7 ASPEK HUKUM DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

A. PENGANTAR ILMU HUKUM


Imu hokum adalah kumpulan pengetahuan tentang hokum yang telah dibuat sistematiknya.
Filosofis dasarnya adalah bahwa manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai rasa, akal
dan persaan.
1. Sumber Hukum Formal
a. Perundang-undangan
b. Kebiasaan
c. Traktak (perjanjian Internasional Public)
d. Yurisprudensi
e. Dokrim (pendapat pakar)
2. Macam-macam Hukum
a. Hukum perdata dan hokum public
b. Hukum material dan hokum formal
c. Hukum perdata
d. Hukum pidana
e. Hukum tata Negara/tata usaha Negara
f. Hukum Internasional
g. Hukum adat
B. PENGANTAR HUKUM KESEHATAN
1. Kelompok masalah yang menyangkut asas umum
2. Kelompok masalah tentang kedudukan individu dalam hokum kesehatan
3. Kelompok masalah dengan asprk-aspek pidana
4. Kelompok masalah dalam pelayanan kreatif
5. Kelompik tentang pelaksanaan profesi dan kepentingan pihak ketiga antar lain kesehatan
industry
C. ASPEK HUKUM DALAM PRAKTIK KBIDANAN
Akuntabilitas bidan dalam peraktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan dituntut
dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability).

D. LEGISLASI PELAYANAN KEBIDANAN


Pelayanan legislasi adalah:
1. Menjamin perlindungan pada masyarakat pengguna jasa profesi dan profesi sendiri
2. legislasi sangat berperan dalam pemberian pelayanan professional

Bidan dikatakan prpfesional, mematuhi bebrapa criteria sebagai berikut:


1. Mandiri
2. Peningkatan kompetensi
3. Praktik berdasarkan evidence based
4. penggunaan berbagai sumber infornasi

E. ASPEK HUKUM INFORMED CONSENT


Pada dasarnya dalam praktik sehari-hari, pasien yang dating untuk berobat ke tempat praktik
dianggap telah memberikan persetujuannya untuk dilakukan tindakan rutin seperti
pemeriksaan fisik.

BAB 8 PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK


PROFESI

Dasar penyusunan majelis pertimbangan etika profesi adalah majelis pembinaan dan
pengawasan etik pelayanan medis (MP2EPM), yaitu :
1. Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/1982
2. Peraturan penerintah no.1 tahun 1988 BAB V pasa 11
3. Surat keputusan menteri kesehatan no.640/Menkes/Per/X/1991

A. PETUGAS DAN WEWENANG MP2EPM WILAYAH PUSAT


 Memberi pertimbangan tentang etik dan standart profesi tenaga kesehatan
kepada menteri
 Membina,mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode
etik kedokteran gigi,perawat,bidan, sarjana farmasi, dan RS.
 Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi
denga instansi terkait.
 MP2EPM pusat atas memberi yang berwenang yang ditunjuk mengurus
persoalan etik tenaga kesehatan.

B. TUGAS DAN BERWENANG MP2EPM WILAYAH PROFESI


 Menerima dan memberi pertimbangan,mengawasi perseolan kode etik,dan
mengadakan konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalang kode etik.
 Memberi nasehat,membina dan mengembangkan serta mengawasi secara aktif
etik tenaga profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya bekrjasama dengan
organisasi profesi seperti IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRSw2
 Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.
 DMP2EPM provinsi atas nama kepala kantor wilayah departemen kesehatan
provinsi berwenang memanggil mereka yang bersangkutan dalam suatu etik
profesi.

C. MAJELIS ETIKA PROFESI BIDAN


TUJUAN MAJELIS ETIKA PROFESI MAJENIL ETIK KEBIDANAN :
1. Meneliti dan menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam
menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh bidan.
2. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat, pasien, dan keluarga yang
dirugikan oleh pelayanan kebidanan.
3. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data.
4. Keputusan tingkat provinsi bersifat final dan diaskonsul ke majelis etik
kebidanan pada tingkat pusat.
5. Siding majelis etik kebidanan paling lambat 7 hari, setelah ditemi pengaduan.
6. Keputusan paling lambat 60 hari, dan kemudian disampaikan secara tertulis
kepada pejabat yang berwewenang.
7. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah
IBI di tingkat profesi.

D. BADAN KONSIL KEBIDANAN


1. Tugas badan konsil kebidanan.
1. Melakukan registrasi tenaga bidan
2. Menetapkan standar pendidikan bidan
3. Menapis dan merumuskan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
4. Melakukan pembinaan terhadap pelanggaran praktik kebidanan
2. Wewenang badan konsil kebidanan :
 Menetapkan standar kompetensi bidan
 Menguji persyaratan registrasi bidan
 Menyetujui dan menolak permohonan registrasi
 Menerbitkan dan mencabut sertifikat registrasi
 Manetapkan teknologi kebidanan yang dapat diterapkan di indonesia
 Melakukan pembinaan bidan mengenai pelaksanaan etika profesi yang
ditetapkan oleh organisasi profesi
 Melakukan pencatatan bidan yang dikenakan sanksi yang dikenakan oleh
organisasi profesi
3. Hubungan standar praktik kebidanan (SPK) dengan hukum perundang-
undangan.
 Asuhan pada bayi baru lahir
 Asuhan pada bayi dan balita
 Kebidanan komunitas
 Asuhan pada ibu untuk wanita dengan gangguan reproduksi
4. UU kesehatan No.36 tahun 2009 tentang tugas dan tanggung jawab tenaga
kesehatan
 Pasal 4-8 NO 36/2009 (hak setiap orang)
 Pasal 9-13 NO 36/2009 (kewajiban setiap orang)
 Pasal 21-29 NO 36/2009 (tenaga kesehatan)
 Pasal 30-35 NO 36/2009 (fasilitas pelayanan kesehatan)
 Pasal 58 NO 36/2009 (ganti rugi akibat kesalahan)
 Pasal 64 NO 36/2009 (upaya pemulihan tertentu)
 Pasal 72 NO 36/2009 (reproduksi)
 Pasal 72 NO 36/2009 (aborsi)
 Pasal 82 NO 36/2009 (bencana)
 Pasal 85 NO 36/2009 (darurat pada bencana)
 11. Pasal 90 NO 36/2009 (pelayanan darah)
 12. Pasal 115 NO 36/2009 (kawasan tanpa rokok)
 13. Pasal 117 NO 36/2009 (definisi mati)
 14. Pasal 118 NO 36/2009 (identifikasi)
 15. Pasal 122 NO 36/2009 (bedah mayat forensik)
 16. Pasal 127 NO 36/2009 (kehamilan cara non alami)
 17. Pasal 128 NO 36/2009 (asih ekslusif)
 18. Pasal 148 NO 36/2009 ( kesehatan jiwa)
 19. Pasal 171 NO 36/2009 (anggaran)
PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno . Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos
sedangkan bentuk jamak nya yaitu ta etha . Ethos mempunyai banyak
arti yaitu: kebiasaan / adat . akhlak , watak , perasaan , sikap , cara
berfikir.
A. Pengantar Ilmu Hukum
Ilmu Hukum Adalah Kumpulan Pengetahuan Tentang Hukum Yang Telah Dibuat
Sistematiknya.
B. Pengantar Hukum Kesehatan
Etika Dan Hukum Berkait Dengan Ruang Lingkup Masing-Masing, Dengan
Jalur Yang Berbeda.
 Etika Profesi Bersifat Intern
 Hukum Bersifat Berlaku Umum
 Majelis Disiplin Bersifat Sebagai Hukum Publik
C. Aspek Hukum Dalam Praktik Kebidanan
D. Legislasi Pelayanan Kebidanan
Aspek Hukum Informed Consent
Peran Dan Fungsi Majelis Pertimbangan Kode Etik Profesi
Dasar Penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi Adalah Majelis Pembinaan
Dan Pengawasan Etik Pelayanan Medis (Mp2epm), Yaitu :
1. Kepmenkes Ri No.554/Menkes/Per/Xii/1982
2. Peraturan Penerintah No.1 Tahun 1988 Bab V Pasa 11
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.640/Menkes/Per/X/1991
BAGIAN – BAGIAN BAB VIII :
A. Petugas Dan Wewenang Mp2epm Wilayah Pusat
B. Tugas Dan Berwenang Mp2epm Wilayah Profesi
C. Majelis Etika Profesi Bidan
D. Badan Konsil Kebidanan

B. SARAN
Untuk kedepannya Pada pembuatan makalah ini seharusnya
diperjelas lagi supaya dalam proses penyelesaian dapat berjalan
lancar dan tidak mendapatkan masalah.

Anda mungkin juga menyukai