Tugas Tik 1
Tugas Tik 1
Tugas Tik 1
Ascaris Lumbricoides
Srisasi Gandahusada
TUGAS 1
Oleh
Yulia Alfiani
NIM : G0C015003
2016
Penyunting : Yulia Alfiani Http://unimus.ac.id
2
Ascaris Lumbricoides
Phylum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub kelas : Secernantea
Ordo : Ascaridida
Super famili : Ascaridoidea
Famili : Ascaridae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides (lineus : 1758)
(Jeffry HC dan Leach RM, 1983)
B. Morfologi
Cacing jantan memiliki panjang sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4 mm,
sedangkan betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada
cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung
ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian
yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan
duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta telur.
Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Seekor cacing betina dapat
bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi
berukuran 50-70 x 40-50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya
lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat
menginfeksi manusia. Telur cacing A. lumbricoides dilapisi lapisan albumin dan
tampak berbenjol-benjol.
Siklus hidup A.
lumbricoides dimulai dari keluarnya
telur bersama dengan feses, yang
kemudian mencemari tanah. Telur ini
akan menjadi bentuk infektif dengan
lingkungan yang mendukung, seperti
kelembaban yang tinggi dan suhu
yang hangat. Telur bentuk infektif ini
akan menginfeksi manusia jika tanpa
sengaja tertelan manusia.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada
usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar
mengikuti sistem peredaran darah, dimulai dari pembuluh darah vena, vena portal,
vena cava inferior dan akan masuk ke jantung dan ke pembuluh darah di paru-
paru. Pada paru-paru akan terjadi siklus paru dimana cacing akan
merusak alveolus, masuk ke bronkiolus,bronkus, trakea, kemudian di laring dan
memicu batuk. Dengan terjadinya batuk larva akan tertelan kembali masuk ke
saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan
menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya
akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila
penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.
D. Patologi klinik
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa. Pada
stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru
akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan
tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada
foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran
cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila
cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atauikterus.
Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen
maka dapat menyebabkan akut abdomen.
E. Cara Diagnosis
F. Tata Laksana
Tata laksana dari askariasis ini bisa dibagi menjadi dua, yaitu terapi obat dan
tindakan operasi. Terapi obat yang dapat digunakan antara lain adalah albendazole
(400 mg) dan mebendazole (500 mg) dosis tunggal. Bisa juga digunakan
levamisole (2,5 mg/kgBB) ataupun pirantel pamoat (10 mg/kgBB), selain itu bisa
diberikan nitazoxanide (500 mg per hari selama tiga hari). Tindakan operasi yang
dapat dilakukan adalah laparotomi. Tindakan operasi diberikan pada keadaan
dimana pasien tidak merespon pengobatan.
G. Prognosis
H. Epidemiologi
BIODATA
Yulia Alfiani