Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset atau modal paling penting bagi sebuah
organisasi atau perusahaan. SDM dikatakan modal terpenting oleh karena memiliki nilai jauh
melebihi semua peralatan, teknologi maupun sistem yang dimiliki organisasi maupun perusahaan
itu sendiri.
Menyadari begitu pentingnya sumber daya manusia untuk suatu perusahaan, pada masa
ini baik perusahaan jasa maupun industri manufaktur sedang mengalami tantangan khususnya
dalam hal pemberdayaan SDM yang dimiliki. Hal itu terjadi oleh karena kompetisi yang semakin
sumber daya manusia yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan. Hal itu berarti jika suatu
perusahaan menginginkan untuk tetap kompetitif dan memiliki keunggulan dalam bersaing maka
dalam pemberdayaan sumber daya manusianya harus memiliki konsep yang tepat.
mengapa ada karyawan yang dipercaya dan diberi otoritas lebih tinggi untuk menjalankan
tanggung jawab lebih besar namun tidak bisa memenuhi ekspektasi dari pihak manajemen
perusahaan sehingga kembali ke posisi semula. Mengapa banyak karyawan yang masih perlu
peningkatan baik dalam hal pengetahuan (knowledge) maupun keahlian dan keterampilan (skill)
Pada sisi manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya manusianya, mengapa
pemberdayaan yang dilakukan masih menggunakan cara pandang dan pendekatan konvensional
jika tidak memberikan perbaikan atau perubahan yang signifikan, mengapa perusahaan tidak
melakukan pemberdayaan sumber daya manusianya dengan suatu paradigma, pendekatan atau
konsep yang bisa mengubah para karyawan sehingga mereka lebih berdayaguna dan
kompetensinya meningkat.
2
Indonesia saat ini memasuki era kompetisi yang semakin ketat, sejak negara-negara yang
tergabung dalam ASEAN, mulai bulan Desember 2015 secara serentak memasuki era baru
dengan diterapkannya perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara atau Asean Free Trade Area
(AFTA). Hal itu berdampak tidak hanya persaingan antar negara dan persaingan antar perusahaan
meningkat, namun persaingan antar individu menjadi semakin ketat. World Economic Forum
pada tahun 2013 mempublikasikan indeks kompetensi beberapa negara, dan Indonesia menempati
urutan ke-50, lebih rendah dari Singapura (ke-2), Malaysia (ke-20), dan Thailand (ke-30).
Penilaian peringkat daya saing global didasarkan pada 12 pilar daya saing, yaitu pengelolaan
institusi yang baik, infrastruktur, kondisi dan situasi ekonomi makro, kesehatan dan pendidikan
dasar, pendidikan tingkat atas dan pelatihan, efisiensi pasar, efisiensi tenaga kerja, pengembangan
pasar finansial, kesiapan teknologi, ukuran pasar, lingkungan bisnis, dan inovasi.
Menurut sumber Neraca (2015), Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan bahwa
industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi
nasional, terutama melalui kontribusinya terhadap peningkatan nilai tambah, devisa negara dan
penyerapan tenaga kerja. Seiring dengan hal tersebut, sudah saatnya dilakukan berbagai langkah
strategis untuk menyiapkan kompetensi sumber daya manusia yang terampil di bidang industri
khususnya dalam menghadapi berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah
Membangun kemampuan SDM industri merupakan salah satu langkah prioritas yang
dilakukan pemerintah dalam hal ini Menteri Perindustrian, dalam rangka peningkatan dukungan
iklim industri menghadapi MEA 2015. Langkah tersebut sebagai bagian dari tujuan pemerintah
meningkatkan daya saing dunia industri di Indonesia. Hal itu juga sejalan dengan Undang-
motivasi, pengambilan keputusan dan melewati sekat-sekat antara manajemen dan karyawan.
3
membantu mereka keluar dari kemandegan cara berpikir (stagnant mind-sets) untuk mengambil
risiko dan mencoba sesuatu yang baru. Pernyataan itu menarik oleh karena berarti pemberdayaan
Dari data dan informasi observasi awal, menunjukkan bahwa pihak manajemen atau
pimpinan menginginkan sumber daya manusia yang dimiliki bisa ditingkatkan pengetahuan dan
keterampilan/keahliannya dan semakin diberdayakan, namun hal itu sering terkendala karena
berbagai faktor, yaitu : tidak adanya tempat pelatihan dan pengembangan yang tepat, karena sikap
Oleh karena hal-hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian atau kajian lebih
HATTA BANDUNG.
B. Fokus Penelitian
manusia untuk optimalisasi kompetensi pegawai, disertai beberapa teori pendukung yang
68) yang berarti perlu mengetahui implementasi dari berbagai dimensi berikut:
1. Pemungkinan (Enabling).
2. Penguatan (Empowering).
3. Perlindungan (Protecting).
4. Penyokongan (Supporting).
5. Pemeliharaan (Fostering).
Donald (dalam Kamidin, 2010) yang memperkenalkan teori tentang kompetensi berdasarkan
4
Teori Jendela (Window Theory), bahwa setiap kompetensi yang dimiliki individu diamati dari
empat sisi yang berbentuk jendela, yaitu: pendidikan (education), keterampilan (skill),
pengalaman kerja (experience), dan penguasaan teknologi (mastery of technology). Inti dari
Teori Jendela ialah kompetensi, bahwa SDM yang memiliki keterampilan ditunjang dengan
pengalaman kerja yang matang merupakan SDM yang memiliki kemampuan (kapabilitas)
berdaya saing.
pegawai.
3. Metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan unit responden : Direktur Utama, Manajer
SDM, Asisten Manager SDM, Asisten Manajer Produksi dan Marketing, Kepala
Departemen/Supervisor, Kepala Unit, Staf Produksi, Konsultan SDM dan Pakar SDM.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemberdayaan sumber daya manusia di PT. ASTRA TOYOTA SUKARNO HATTA
BANDUNG.
3. Faktor-faktor yang menghambat atau menjadi tantangan dalam pemberdayaan sumber daya
4. Bagaimana implementasi pemberdayaan sumber daya manusia dapat diperbaiki dan bisa
HATTA BANDUNG.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji dan mengetahui pemberdayaan sumber daya manusia di PT. ASTRA TOYOTA
2. Mengkaji dan mengetahui kompetensi pegawai di PT. ASTRA TOYOTA SUKARNO HATTA
BANDUNG.
3. Mengkaji dan mengetahui faktor-faktor yang menghambat atau menjadi tantangan dalam
BANDUNG.
E. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan umpan balik
bagi pimpinan perusahaan di PT. ASTRA TOYOTA SUKARNO HATTA BANDUNG untuk
pengambilan keputusan khususnya dalam rangka pemberdayaan SDM, dan bagi peneliti lain
dalam melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya dalam hal implementasi pemberdayaan
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. Deskripsi Teori
menekankan pada kata kunci yang terdiri dari: “pemberdayaan” (empowerment) dan “sumber
daya manusia” (human resources). Pemberdayaan secara umum diartikan “lebih berdaya dari
sebelumnya baik dalam hal wewenang, tanggung jawab maupun kemampuan individual yang
dimilikinya”.
berikut:
Basically employees empowerment is mainly concerned with trust, motivation, decision making
and breaking the inner boundaries between management and employees. Empowerment enables
employees to participate in decision making, helping them to break out of stagnant mind-sets to
Hal itu berarti bahwa pemberdayaan karyawan (sumber daya manusia) terutama berkaitan
pengambilan keputusan, membantu mereka keluar dari kemandegan cara berpikir (stagnant
Daya Manusia ada dua perkataan yang perlu dipahami pengertiannya yaitu : Pemberdayaan +
Sumber Daya Manusia. Kedua perkataan ini disatukan menjadi satu yaitu “Pemberdayaan
pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan (Enabling),
dalam konteks organisasi sebagai sekumpulan sumber daya manusia yang ada di dalamnya, maka
Dari berbagai pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya, bisa disimpulkan bahwa
sumber daya manusia merupakan sumber dari sumber-sumber (resources) yang ada dalam
manajemen dan keberadaan SDM merupakan sumber daya yang paling strategis, oleh karena
2. Kompetensi SDM
Sumber daya manusia (SDM) yang kompeten sangat diperlukan suatu organisasi
bisnis, yaitu SDM yang memiliki kompetensi tertentu (meliputi: aspek pengetahuan,
pelaksanaan pekerjaan. Kompetensi SDM terkait dengan strategi pengelolaan bisnis suatu
organisasi. Organisasi bisnis hidup di dalam lingkungan yang kompetitif, untuk itu organisasi
jika organisasi bisnis memiliki SDM yang kompeten. Namun, permasalahan yang seringkali
dihadapi organisasi bisnis ialah kurang tersedianya SDM yang memiliki kompetensi yang
cukup untuk menjalankan strategi bisnis hingga mampu menciptakan keunggulan bersaing.
Disinilah peran dan tanggungjawab manajemen SDM untuk mampu mengatasi permasalahan
tersebut. Tujuan paper ini ialah menjelaskan strategi pengelolaan bisnis dalam rangka
(performance organization).
8
Perhatian terhadap sumber daya manusia (SDM) semakin meningkat. Hal ini
bahwa fungsi SDM merupakan kontributor utama terhadap pencapaian visi dan misi suatu
Organisasi bisnis hidup di dalam lingkungan yang kompetitif, untuk itu organisasi
jika organisasi bisnis memiliki SDM yang kompeten. Peran SDM dalam organisasi bisnis
mempunyai arti yang sama pentingnya dengan kegiatan usaha itu sendiri (Lertputtarak,
2012).
menunjukkan arahan umum yang hendak dicapai suatu organisasi untuk mencapai tujuannya
salah satu penerapan strategi pengelolaan bisnis. Kualitas kompetitif suatu organisasi bisnis
sangat ditentukan oleh kualitas SDM yang dimiliki. Oleh karenanya, SDM yang kompeten
sangat diperlukan suatu organisasi bisnis, yaitu SDM yang memiliki kompetensi tertentu
(meliputi: aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku) yang dibutuhkan untuk
yang mudah, oleh karena itu diperlukan komunikasi antar karyawan dan antara karyawan
dengan pihak manajemen agar kompetensi yang diinginkan atau dibutuhkan dapat dikenali
dan dinilai dalam berbagai situasi organisasi yang berbeda sebab ada perbedaan antara
kompetensi individu dengan core competence organisasi. Manajer SDM harus terlibat
organisasi. Transformasi tersebut bukan hanya sekedar masalah pelatihan, tetapi harus
9
melibatkan seluruh karyawan dalam organisasi agar dapat bekerja sama dalam sebuah
jejaring kerja (Moeheriono, 2010). Gambar 1 berikut menyajikan bagan definisi kompetensi.
Beberapa ahli mendefinisi kompetensi sebagai suatu kecakapan yang memadai untuk
melakukan pekerjaan atau suatu karakteristik yang mendasari individu yang berkaitan dengan
dengan kata kemampuan, kecakapan, atau keahlian (Davidson, 2001; Hofrichter dan
McGoven, 2001; Suparno, 2001; Del Castillo, 2005; Winandi dan Budiono, 2009; Kamidin,
2010; Setyowati, 2010). Melalui kompetensi SDM yang tinggi diharapkan organisasi bisnis
usahanya.
10
tersedianya SDM yang memiliki kompetensi yang cukup untuk menjalankan strategi bisnis
manajemen SDM untuk mampu mengatasi permasalahan tersebut. Manajemen SDM harus
mampu merumuskan kompetensi apa yang seharusnya dimiliki dan dikembangkan oleh
organisasi terhadap anggotanya dengan disesuaikan pada visi dan misi organisasi tersebut.
Organisasi bisnis semakin menyadari bahwa SDM sebagai faktor penting dalam rangka
meningkatkan daya saing dan kinerja bisnis secara keseluruhan. Oleh karenanya, manajemen
SDM harus peduli dengan proses pengelolaan SDM dalam melaksanakan strategi bisnis
organisasi. Pengelolaan SDM merupakan keseluruhan dari sistem proses, metode, prosedur,
dan program organisasi bisnis untuk mengembangkan SDM sehingga mampu berkontribusi
berkompeten dalam rangka mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Hogan et al. (2002)
dan Kaplan dan Norton (2006) menyebutkan bahwa pada era knowledge-based global
economy, hampir dari 80% nilai dalam sebuah perusahaan berasal dari intangible assets
seperti human capital. Bahwa, setiap organisasi yang ingin tetap mampu berkiprah di dalam
lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, harus juga memiliki SDM yang tangguh dan
hebat (Anoraga, 2007). SDM yang kompeten sangat diperlukan dalam lingkungan bisnis
yang kompetitif. Individu yang mempunyai kompetensi kerja yang baik tentu akan mudah
untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaannya serta mampu menyesuaikan diri secara
baik dengan lingkunganya. Organisasi bisnis memandang SDM sebagai human capital,
dimana kompetensi SDM sebagai aset organisasi untuk mendorong eksistensi organisasi
pengetahuan, sikap, dan perilaku (skill, knowledge, attitude, and behavior) yang dimiliki
individu untuk dapat melaksanakan tugas dan peran pada posisi yang diduduki secara
individu dari aspek kualitas (personal qualities) (Long dan Ismail, 2008; Lertputtarak, 2012).
Pengelolaan SDM berbasis kompetensi bertujuan untuk memberikan hasil yang sesuai
dengan tujuan dan sasaran organisasi, serta standar kinerja yang telah ditetapkan. Kompetensi
keputusan sesuai dengan peran dan tanggungjawabnya dalam organisasi yang relevan dengan
keahlian, pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki. Kompetensi yang dimiliki individu
harus mampu mendukung pelaksanaan strategi organisasi serta mampu mendukung setiap
Manajemen SDM harus mampu membangun SDM yang berkualitas. Kualitas SDM
tercermin dari pengelolaan SDM berbasis kompetensi. Donald (dalam Kamidin, 2010)
bahwa setiap kompetensi yang dimiliki individu diamati dari empat sisi yang berbentuk
dan penguasaan teknologi (mastery of technology). Inti dari Teori Jendela ialah kompetensi,
bahwa SDM yang memiliki keterampilan ditunjang dengan pengalaman kerja yang matang
diperlukan untuk melakukan kegiatan mental tercermin dalam keterampilan, yaitu kecakapan
khusus yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan oleh sesesorang pada
12
waktu yang tepat. Lebih lanjut, Sztompka (dalam Kamidin, 2010) mengemukakan bahwa
kemampuan kerja individu dalam suatu organisasi dengan dinamika kerja yang kompleks dan
penuh persaingan untuk menunjukkan kemampuan yang unggul dan menguntungkan yang
pengalaman kerja dan penguasaan teknologi dalam mencapai tujuan manajemen SDM.
antara lain:
a. Watak (traits), yaitu membuat seseorang mempunyai sikap perilaku: percaya diri
(hardiness);
b. Motif (motive), yaitu sesuatu yang diinginkan seseorang yang mengakibatkan
Menurut Spencer dan Spencer (1993), kompetensi dasar individu ialah seperti pada
Gambar 2 berikut.
13
Berdasarkan gambar tersebut (seperti pada gunung es), tampak bahwa pengetahuan
instrumental cenderung kelihatan lebih nyata muncul (visible) dan relatif berada
jabatan, pekerjaan atau tugas agar dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan, konsep
diri, watak, dan motif cenderung di bawah, tidak tampak, atau disebut intermediate
skill, yang dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi. Kompensasi ini dapat
sikap, dan perilaku sesuai dengan syarat pekerjaan sehingga dapat berpartisipasi
kompetitif yang hakiki, yaitu organisasi memiliki ambisi, mentalitas, dan ingin
Potensi dari sebuah organisasi harus diekspresikan ke dalam core competence, selain
itu sebelumnya mereka juga telah mengintroduksi ke dalam strategic inten. Bagi
karyawan, core competence dan strategic inten merupakan gambaran dari tantangan
baru bagi organisasi agar tetap survive dalam berkompetisi dengan organisasi
dan mempunyai spesialisasi bisnis dari human skills yang dapat memberikan ekspresi
14
pada karakter tertentu dari organisasi itu sendiri. Kompetensi organisasi disajikan
pada Gambar 3.
merupakan sinergi dari seluruh sumber daya, seperti motivasi, usaha-usaha karyawan,
teknologi dan keahlian professional, serta ide-ide tentang kolaborasi dari manajemen.
Kemudian, core competence organisasi tersebut dapat bekerja secara sistematis dan
mempunyai kelebihan sulit ditiru oleh pesaing lain, sebab bersifat distinctive dan
Spencer dan Spencer (1993) membagi kompetensi dalam dua kategori berdasarkan
kriteria yang digunakan untuk memprediksi kinerja suatu pekerjaan, yaitu: (1) threshold, dan
(2) differentiating. Threshold competencies adalah karakteristik utama, yang biasanya berupa
pengetahuan atau keahlian dasar seperti kemampuan untuk membaca yang harus dimiliki
seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi, kategori ini tidak untuk
menentukan apakah seseorang tersebut berkinerja tinggi atau tidak. Kategori ini jika
digunakan untuk menilai karyawan hanyalah untuk mengetahui apakah ia mengetahui tugas–
competencies adalah faktor–faktor yang membedakan individu yang berkinerja tinggi dan
rendah. Jika individu memiliki motivasi tinggi, maka ia akan mampu menetapkan target atau
Lalu, bagaimana organisasi mengelola kompetensi SDM? Joko (2005) menyebutkan bahwa
Perencanaan, yaitu merencanakan kompetensi SDM dengan berdasarkan pada visi dan
misi organisasi, serta diterjemahkan dalam strategi fungsional untuk diketahui tuntuan
pengembangan kompetensi;
2. Pengembangan kompetensi, yaitu dimulai dengan penilaian terhadap kompetensi yang
lingkungan yang cepat, melihat peluang pasar, ancaman, kekuatan, dan kelemahan
organisasi;
b. Change leadership. Kompetensi untuk mengkomunikasikan visi, misi, dan strategi
individu.
d. Empowering. Kemampuan untuk melakukan pemberdayaan terhadap SDM.
3. Kompetensi tingkat karyawan, meliputi aspek kualitas kompetensi seperti fleksibilitas,
bagi suatu organisasi bisnis merupakan suatu rencana berskala besar yang berorientasi
jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang
kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi
tergantung pada kualitas SDM. Lako dan Sumaryati (2002) mengemukakan bahwa SDM
yang berkualitas memiliki empat karakter, yaitu: (1) memiliki competence (pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan perilaku) yang memadai; (2) commitment terhadap organisasi; (3)
selalu bertindak secara cost–efectiveness dalam setiap aktivitasnya; dan (4) congruence of
goals, yaitu bertindak sesuai dengan tujuan organisasi. SDM yang berkualitas merupakan
bersaing organisasi.
SDM yang tercermin pada hasil karya atau kinerja individu yang diciptakan melalui
sikap) akan dapat membedakan antara mereka yang berkualitas baik atau “biasa-biasa” saja.
17
Bahwa, keunggulan kompetitif bergantung pada tindakan individu yang berkualitas atas
lebih baik;
c. Borrow. Mencari keluar SDM yang mampu memberikan ide atau gagasan, kerangka
telah menerapkan buy dan build maka akan menciptakan intellectual capital bagi
pesaing.
Joko (2005) menyebutkan bahwa kinerja individu dapat optimal apabila individu
tersebut memiliki kompetensi yang handal dibidangnya. Kehandalan kompetensi SDM dapat
mengelola SDM ke dalam beberapa spesifikasi kompetensi individu, antara lain: (1)
kompetensi pencapaian tujuan, (2) kompetensi pemecahan masalah, (3) kompetensi interaksi
terhadap sesama, dan (4) kompetensi teamwork. Dengan demikian, sinergi kompetensi
secara keseluruhan. Pada akhirnya, peranan kompetensi SDM sangat menentukan kemajuan
sumber daya manusia dan tentang kompetensi SDM telah dilakukan oleh para penulis dan para
peneliti terdahulu, yang kemudian dituliskan dalam berbagai jurnal dan paper.
19
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan pendekatan terhadap penetapan tata cara atau prosedur
penelitian, yang dilakukan secara tersusun dan sistematik untuk mencapai tujuan penelitian yang
dirumuskan.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Penggunaan metode dan
pendekatan ini sesuai dengan tujuan pokok penelitian, yaitu untuk mengkaji, mendeskripsikan,
Penelitian kualitatif menurut Prof. Dr. Sugiyono (2016: 38) adalah metode penelitian yang
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
generalisasi..
Creswell dalam Prof. Dr. Sugiyono (2016 : 38) mengemukakan bahwa “qualitative
research is a means for exfloring and understanding the meaning individuals or groups ascribe to
a social or human problem. The process of research involves emerging questions and procedures :
collecting data in the participants setting; analyzing the data inductively, building from particulars
to general themes; and making interpretations of the meaning of data. The final written report has
a flexible writing structure” Penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami makna
perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalh social atau masalah kemanusiaan.
Proses penelitian mencakup membuat pertanyaan penelitian dan prosedur yang masih bersifat
sementara, mengumpulkan data pada seting partisipan, analisis data secara induktif, membangun
20
data yang parsial ke dalam tema, dan selanjutnya memberikan intepretasi terhadap makna suatu
data. Kegiatan akhir adalah membuat laporan ke dalam struktur yang fleksibel.
menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi,
pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen dalam Sugiyono (2012:13-14)
a. Penelitian kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber data langsung dan peneliti
b. Penelitian kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah dalam bentuk kata-kata, gambar,
c. Penelitian kualitatif berkaitan dengan proses dan bukan sekedar hasil atau produk.
a. Dilakukan pada kondisi alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) langsung ke sumber
b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau
c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome.
e. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna (data di balik yang teramati).
Ada beberapa pertimbangan yang menjadi landasan, mengapa peneliti kemudian memilih
Pertama, kajian pemberdayaan sumber daya manusia dikaitkan dengan konsep kompetensi
khususnya untuk tujuan mengoptimalkan kompetensi pegawai, merupakan fenomena yang masih
kompleks, sehingga membutuhkan kajian lebih komprehensif dan mendalam. Melalui pendekatan
yang sifatnya kualitatif diharapkan akan mampu mengungkap dan memberikan informasi yang
akurat sehingga sangat membantu proses interpretasi data dan informasi yang diperoleh.
Kedua, melalui proses ini juga diharapkan muncul proposisi baru melalui interpretasi interaksi
antara parameter yang diteliti, yang selanjutnya digunakan untuk membangun kategori dan
memberikan penjelesan terhadap fenomena yang diteliti. Dengan demikian, aktivitas penelitian
ini dicirikan oleh kegiatan mengumpulkan, menggambarkan, dan menafsirkan data tentang situasi
yang dialami, hubungan tertentu, kegiatan, pandangan, pertentangan, kerjasama, sikap yang
ditunjukkan atau kecenderungan yang tampak dalam proses yang sedang berlangsung.
Ketiga, melalui kajian ini diharapkan dapat diperoleh makna, gambaran fenomena, fakta, dan
hubungan fenomena pemberdayaan sumber daya manusia dalam kaitannya dengan upaya
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan industri manufaktur P.T. ASTRA TOYOTA
SUKARNO HATTA BANDUNG, yang beralamat di Jalan Sukarno Hatta 697 Bandung,
C. Instrumen Penelitian
Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrument penelitian. Jadi instrument
penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang
diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian. Sugiyono (2016 : 178)
Dalam penelitian kualitatif dalam bidang social instrument penelitian yang digunakan
sering disusun sendiri, sehingga diperlukan parameter atau ukuran sebagai batasannya.
22
Dalam penelitian ini ada dua tema pokok yang diteliti yaitu: pemberdayaan manusia dan
kompetensi SDM, yang masing-masing memiliki parameter atau dimensi, dan akan diteliti
kombinasi dari keterampilan, pengetahuan, sikap, dan perilaku (skill, knowledge, attitude,
and behavior) yang dimiliki individu untuk dapat melaksanakan tugas dan peran pada posisi
Dalam operasionalisasi parameter, penelitian ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
2) Pelaku dan nara sumber yang diamati atau diwawancarai adalah : Direktur Utama, Manajer
SDM, Asisten Manager SDM, Kepala Departemen, Kepala Unit, Staf Produksi, Konsultan
dilakukan oleh perusahaan dan konsep atau pendekatan apa yang digunakan, dan kaitannya
berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi social tertentu dan hasil kajiannya tidak akan
diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi social yang memiliki
kesamaan dengan siatuasi social pada kasus yang dipelajari. Sampel pada penelitian kualitatif
23
bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan
guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistic,
tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.
1. Sumber Primer, adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sugiyono (2016 : 376) Dalam penelitian ini data primer didapatkan dari hasil wawancara dan
pengamatan.
2. Suber sekunder, adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.Sugiyono (2016 : 376). Dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat
dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan,
SMS, foto dan lain-lain (Arikunto, 2010:22). Dalam penelitian data sekunder diperoleh dari
(2016 :376)
Juga Sugiyono (2016 : 377) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, pengumpulan
data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation),
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, lebih banyak bersifat uraian dari hasil
observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara
pengumpulannya. Tipe data tertentu hanya tepat bila dikumpulkan dengan menerapkan metode
yang tertentu pula. Seperti telah disinggung sebelumnya, terdapat tiga metode utama dalam
pengumpulan data yaitu pengamat berperanserta, wawancara mendalam, dan telaah dokumen
Penetapan “lembar” perekaman informasi yang dihasilkan melalui pengamatan, wawancara, dan
telaah dokumen. “Lembar” ini dikenal juga sebagai lembar “catatan harian” atau “catatan
lapangan”.
Langkah-langkah atau tahapan pengumpulan data juga meliputi usaha membatasi penelitian,
menentukan jenis pengumpulan data kualitatif, serta 17 merancang usaha perekaman data, dari
hasil proses mengumpulkan informasi melalui observasi/ pengamatan, wawancara, dokumen, dan
bahan visual.
Proses memperoleh data dan informasi pada setiap tahapan (deskripsi, reduksi, seleksi)
dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang, dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber. Dalam
(1) Setelah berfikir dan menemukan apa yang akan ditanyakan, maka selanjutnya peneliti
(2) Setelah berfikir dan menemukan apa yang akan ditanyakan, maka selanjutnya peneliti
(3) Setelah pertanyaan diberi jawaban, peneliti akan menganalisis apakah jawaban yang diberikan
(4) Jika jawaban atas pertanyaan dirasa betul, maka dibuat kesimpulan.
(5) Pada tahap ke lima, peneliti mencandra kembali keseimpulan yang telah dibuat.
25
Sugiyono (2016:223) mengungkapkan bahwa terdapat dua hal utama yang memengaruhi
kualitas penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Oleh
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
menyelidiki suatu masalah, mengolah dan menganalisa serta menyajikan data-data secara
obyektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua
Dalam penelitian kualitatif, bahwa pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan
pasti, maka yang menjadi intsrumen adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai
(interview guide). Dalam penelitian ini digunakan pedoman wawancara dengan pertanyaan
terbuka yang memungkinkan setiap pertanyaan berkembang ke arah yang lebih spesifik.
Selain pedoman wawancara peneliti menggunakan catatan lapangan (field notes) untuk
mencatat apa yang didengar, dilihat, dialami, dan disamping itu ditunjang alat perekam (recorder)
sebagai alat bantu merekam hasil wawancara, serta kamera untuk merekam gambar.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.Sugiyono (2016 : 402)
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan dalam Sugiyono (2016 : 401) menyatakan
bahwa “ Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
McDrury seperti yang dikutip Moleong (2007:248) mengenai tahapan analisis data
a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data,
b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan kunci,
yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui situasi obyek penelitian. Setelah
melakukan wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan
cara memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian
menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada pada rekaman tersebut. Setelah
peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah
seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2016 : 404), yaitu sebagai
berikut:
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan
studi dokumentasi.
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
3. Display Data
27
kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif, oleh karena itu
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
a. Perpanjangan pengamatan.
Peneliti kembali lagi ke lapangan melakukan pengamatan untuk mengetahui kebenaran data
b. Meningkatkan Ketekunan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan
c. Triangulasi.
pengujian kredibilitas ini dartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan
Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan dengan temuan data
sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti
Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang
f. Mengadakan Membercheck.
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut sudah
valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan
peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti
perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka
peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini, dilakukan triangulasi dengan sumber data
2. Pengujian Transferability
Frankel and Wallen dala Sugiyono (2016 : 443) menyatakan bahwa “Transferability dalam
penelitian kualitatif adalah derajat keterpakaian hasil penelitian untuk diterapkan di situasi
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian.
4. Pengujian Konfirmability
29
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga
BAB IV
A. Organisasi Penelitian
Jumlah personalia penelitian hanya 1 (satu orang), terdiri dari saya sendiri sebagai
peneliti dengan tanpa dibantu oleh orang lain.
B. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian ini meliputi persiapan, pelaksanaan dan pelaporan hasil penelitian
dalam seperti dalam table berikut :.
JADWAL PENELITIAN
Minggu ke:
NO Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Penyusunan Proposal √
2 Penyusunan Instrumen
Seminar Proposal dan
3
Instrumen Penelitian
4 Penentuan Sampel
5 Pengumpulan Data
6 Analisis Data
7 Pembuatan Draf Tesis
8 Seminar Tesis
9 Penyempurnaan Tesis
10 Penggandaan Tesis
.
31
BAB V
Biaya merupakan hal yang sangat penting. Jumlah biaya yang di perlukan tergantung
pada, tingkat resiko kegiatan, jarak tempat penelitian dengan tempat tinggal peneliti, serta
lamanya penelitian. Rencananya biaya 60% digunakan untuk tenaga, dan 40% untuk
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P (2007), Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi, Rineka
Cipta: Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta.
Assen, Marcel van, Gerben van den Berg & Paul Pietersma, 2009, Key Management Models,
The 60+ Models Every Manager Needs to Know, 2nd edition, United Kingdom,
Pearson Education Limited.
Bhatnagar, J dan A Sharma (2005), “The Indian perspective of strategic HR roles and
organizational learning capability,” Int. J. Hum. Res. Manage., Vol. 16, No. 9, pp. 1711
– 1739.
Davidson, J (2001), Manajemen Sumberdaya Manusia, Harvarindo: Jakarta.
Del Castillo, E (2005), “Defining competencies,” Business Mexico, Vol. 15, No. 3, pg. 48.
Hofrichter, DA dan LM Jr. Spencer (1996), “Competencies: The right foundation for effective
human resources management,” Compensation and Benefits Review, Vol. 28, No. 6, pp.
21-24.
Hofrichter, DA dan T McGovern (2001), “People, competencies, and performance: clarifying
means and ends,” Compensation and Benefits Review, Vol. 33, No. 4, pp. 34-38.
Hogan, J, D Lehmann, M Merino, R Srivastave, J Thomas, dan P Verhoef (2002), “Linking
customer assets to financial performance,” Journal of Service Research, Vol. 5, No. 1,
pp. 26-38.
Indrawan, Rully dan Poppy Yaniawati, 2014, Metodologi Penelitian, Bandung : Refika
Aditama.
Joko, NH (2005), “Urgensi pengembangan SDM berbasis kompetensi,” Jurnal Administrasi
Bisnis, Vol. 1, No. 2, pp. 51-58.
Kaplan, RS dan D Norton (2006), The Balance Scorecard: Translating Into Action, Harvard
Business School Pres: Boston.
Lembaga Administrasi Negara, 2008, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Jakarta : LAN.
Lertputtarak, S (2012), “The influence of HR, IT, and market knowledge competencies on the
performance of HR managers in the food exporting companies in Thailand,”
International Business Research, Vol. 5, No. 1, pp. 87-97.
Long, CS dan WKW Ismail (2008), “Human resources competencies: A study of the HR
professionalsin manufacturing firms in Malaysia,” International Management Review,
Vol. 4, No. 2, pp. 65-78.
Madu, BC (2009), “An examination of the competencies required in the transformation of the
human resources professional to an executive management strategic partner in the 21st
century,” Dissertation, Capella University.
Mayo, Andrew, 2008, So what‟s the Difference between Human Capital and Human
Resources?, West London Branch : CIPD.
Moleong, Lexy J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, 2008, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media.
Neraca, 2015, Menperin Ingin IKM Perkuat Struktur Industri Nasional,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/11780/Menperin-Ingin-IKM-Perkuat-Struktur-
Industri-Nasional, [16Mei 2015].
Noe, RA (2008), Employee Training and Development, Fourth Edition, McGraw-Hill:
NewYork.
33