Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digestif, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi. Tanpa adanya gizi yang adekuat, maka
kualitas hidup tidak akan optimal dan tentunya akan mempenagruhi proses
tumbuh kembang.

2. Tujuan
Tujuan umum dibuatnya makalah ini adalah mengetahuinya gangguan gizi
pada anak. Sedangkan tujuan khusus dari pembuatan makalah ini meliputi :
1. Mengetahui patofisologi dari gangguan gizi.
2. Mengetahui manifestasi klinis dari tiap malnutrisi.
3. Menegtahui masalah yang dialami anak dan penatalaksanaan malnutrisi.
4. Mengetahui dampak malnutrisi.
5. Mengetahui proses tumbuh kembang anak usia sekolah terkait masalah.
6. Menerapkan proses keperawatan dari malnutrisi.
7. Mengetahui promotif dan prefentif dari malnutrisi.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

3. Pengertian Gizi Buruk


Malnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi
medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup` Walaupun
seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya
konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah
ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan
oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke
dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi
jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu
jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi`

Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi


dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tanbahan metabolic
yang meningkat`

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan
makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi
amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun
demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP)
sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan
dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan,
lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan
laboratorium

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat
kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam
waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB
terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala
marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
4. Penyebab Gizi Buruk
A. Penyebab langsung
Penyakit infeksi
B. Penyebab tidak langsung
1. Kemiskinan keluarga
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
3. Sanitasi lingkungan yang buruk
4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti :


1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI)
pada umur 6 bulan atau lebih
2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah
mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan
3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI)
pada umur 6 bulan atau lebih
4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi
5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui
6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak,
TBC, batukpilek
7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.

5. Klasifikasi Gizi Buruk


Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP
ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak
sebagai berikut:
A. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
B. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)
C. Berat badan <60% : marasmus (MEP berat)
D. Berat badan <60% : marasmik kwashiorkor (MEP berat)

Keterangan Gizi Baik(%) Gizi Kurang(%) Gizi Buruk(%)


BB/U 80-100 60-80 <60
TB/U 95-100 85-95 <85
BB/TB 90-100 70-90 <70
LLA/U 85-100 70-85 <70
LLA/TB 85-100 75-85 <75
6. Tipe Gizi Buruk
A. Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama
akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama
tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan
otot. Mempunyai Individu dengan marasmus mempunyai penampilan
yang sangat kurus dengan tubuh yang kecil dan tidak terlihatnya
lemak.(Dorland, 1998:649). Marasmus biasa menyerang siapa saja
atau bias menyerang semua usia.

1. Etiologi
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang
dapat terjadi karena : diet yang tidak cukup, kebiasaan makan
yang tidak tepat atau karena kelainan metabolik dan
malformasi kongenital.

2. Tanda dan Gejala


Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai
dengan kehilangan berat badan sampai berakibat kurus,dengan
kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan
longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka
bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba waktu
sebelum menjadi menyusut dan berkeriput, serta wajah seperti
orang tua. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi
otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, tekanan darah dan frekuensi napas
menurun, kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Biasanya
terjadi konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare
tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi
mucus dan sedikit.

3. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh
akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet.
(Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh
untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat
di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber
energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah
protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
 Mengukur TB dan BB
 Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB
(dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam
meter)
 Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas
sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak
dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50%
dari lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar
1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
 Status gizi juga dapat diperoleh dengan
mengukur LILA untuk memperkirakan jumlah
otot rangka dalam tubuh (lean body massa,
massa tubuh yang tidak berlemak).

b. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin,


nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
B. Kwashiorkor
Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ) yang
merupakan sindrom klinis yang diakibatkan defisiensi protein berat
dan kalori yang tidak adekuat. Walaupun sebab utama penyakit ini
adalah defisiensi protein, tetapi karena bahan makanan yang dimakan
kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi
setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan gambaran
kwashiorkor di berbagai negara.

1. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya
yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya,
keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan
oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein
melalui air kemih ( sindrom nefrotik ), infeksi menahun, luka
bakar dan penyakit hati.

2. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan
yang sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat
dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang
mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan
protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam
amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan
metabolisme. Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino
dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan kejaringan otot. Makin berkurangnya asam amino
dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi
albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat timbulnya
edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu,
dengan akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.

3. Gejala Kwashiorkor
a. Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang
dibandingkan dengan yang sehat.
b. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan
berat.
c. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
d. Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus
jarang dan berubah warna
e. Hilangnay massa otot
f. Dermatitis dan meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi
g. Kulit kering dengan menunjukan garis – garis kulit
yang mendalam dan lebar, terjadi persisikan dan
hiperpigmentasi
h. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya
kenyal, permukaannya licin dan tajam.
i. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
j. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah
kadar albumin serum yang rendah, disamping kadar
globulin yang normal atau sedikit meninggi.

4. Pemeriksaan Labolaturium
Hampir semua kasus kwashiorkor memperlihatkan penurunan
kadar albumin, kolestrol dan glukosa dalam serum. Kemudian
pada umumnya kadar imunoglobulin serum normal, bahkan
dapat meningkat. Meskipun kadar IgA sekretori
merendah.Gangguan imunitas seluler khususnya jumlah
populasi sel T merupakan kelainan imunologik yang paling
sering dijumpai pada malnutrisi berat.

5. Kurang kalori dan protein ( marasmus – kwashiorkor )


Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari
marasmus dan kwashiorkor.

7. Penatalaksanaan (kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi)


A. Fase inisial (resusitasi)
1. Hipoglikemia (gula darah < 54 mg/dL)
Terapi: sukrosa/ glukosa 10% 50 ml per oral/ sonde lambung
Berikan makan tiap 2 jam, min. 1 hari pertama . Jika tidak
sadar, glukosa iv/ glukosa 10% dengan sonde

2. Hipotermia (S < 35°C aksila / <35,5°C rektal)


Terapi: beri makan segera, selimuti termasuk kepala, dekatkan
pemanas atau lampu /tempatkan anak pada dada/perut
telanjang ibu à selimuti.

3. Dehidrasi
Dehidrasi R-S, CRO 70-100 ml/kg BB diberikan dlm 8-12 jam
4. Antibiotik
 Infeksi tidak nyata: kotrimoksazol (4 mg/kg/hr
trimetropim dan 20 mg/kg/hr sulfametoksazol, dibagi
2 dosis) selama 5 hari
 Infeksi nyata: ampisilin iv 100 mg/kgBB/hr, dibagi 4
dosis (2 hr), lanjut per oral (ampisilin/amoksilin); dan
gentamisin 7.6 mg/kgBB iv/im sekali sehari (7 hari)

5. Nutrisi
 Energi 80-100 kkal/kg/hr, cairan 130 ml/kgBB/hr, F75
/2 jam/24 jam
 Vitamin-mineral: vit. A hr 1 &2 200.000SI/oral atau
100.ooo SI/IM diulang dosis yang sama hari ke-14
 Asam folat 5 mg hr I, selanjutnya 1 mg/hr 2 minggu
 MgSO4 40% 0,25 ml/kgBB/hr maks. 2 ml IM 10 hari
 ZnSO4 2-4 mg/kgBB/hr 2 minggu
 Tembaga (Cuprum): 0,3 mg/kgBB/hr 2 minggu

6. Pengobatan penyakit lain: TB, diare kronik, PJB.

B. Fase Transisi
Peralihan ke energi lebih tinggi sampai 150 kkal/kgBB/hr berupa F100
secara bertahap

Energi 0,75 kkal/ml 1kkal/ml


 Susu bubuk 25 80
tanpa lemak
 Gula
 Tepung sereal
 Minyak sayur 70 50
 Campuran
mineral 35 –
 Campuran
vitamin 27 60
 Air
20 20

140 140
+ sampai vol total 1000 + sampai vol total 1000
ml ml

A. Fase Rehabilitasi
1. Diet tinggi kalori 150-220 kkal/kgBB/hr
2. Suplemen zat besi (FeSO4) 10 mg.kgBB/x, 3x/hr
3. Atasi penyebab (infeksi, miskin)
4. Pendidikan gizi dan kesehatan

8. Tumbuh Kembang
Table 1.1 perkembangan kepribadian, moral, dan kognitif.

Tahap / Radius hubungan Tahap Tahap Tahap Tahap


usia bermakna(sullivan) psikoseksual psikoeksual kognitif penilaian
(Freud) (piaget) moral
(Erikcson) (Kohlberg)
Masa Tetangga, sekolah Latensi Industry vs Operasi Tingkat
anak- inferioriti konkrit konvensional
anak (berfikir
(sekolah) induktif dan Orientasi anak
6-12 mulai logis) laki-laki yang
tahun baik,
(4-7 tahun) perempuan
manis

Orientasi
hokum dan
perintah

A. Pengelompokkan tumbuh kembang berdasarkan teori tumbuh


kembang
1. Teori psikososial Sigmund Freud
Usia sekolah merupakan tahap latensi (6-12 tahun / masa
sekolah), dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Energi digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual
b. Ini adalah periode tenang, dimana kegiatan sexual tidak
muncul (tidur).
c. Anak mungkin terikat dalam aktivitas erogenus
(perasaan erotik) dengan teman sebaya yang sama jenis
kelaminnya.
d. Penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri
muncul pada waktu ini
e. Konflik yang tidak diatasi pada masa ini dapat
menyebabkan obsesif dan kurang motivasi diri.

2. Teori Erikson
Industri vs inferior (industry vs inferiority) — usia sekolah (6-
12 tahun), dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Indikator positif : mulai kreatif, berkembang,
manipulasi. Membangun rasa bersaing dan ketekunan.
b. Indikator negatif : hilang harapan, merasa cukup,
menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
c. Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi
ketrampilan dan produksi benda-benda serta
mengembangkan harga diri melalui pencapaian
d. Anak dipengaruhi oleh guru dan sekolah
e. Perasaan inferior — terjadi pada saat orang dewasa
memandang usaha anak untuk belajar bagaimana
sesuatu bekerja melalui menipulasi adalah sesuatu yang
bodoh atau merupakan masalah.
f. Perasaaan inferior—ketidaksuksesan di sekolah,
ketidaksuksesan dalam perkembangan ketrampilan fisik
dan mencari teman.

3. Teori kognitif Piaget fase konkret operasional (7-11 tahun),


dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Memecahkan masalah konkret
b. Mulai mengerti tentang suatu hubungan misalnya
ukuran, mengerti kanan dan kiri
c. Anak dapat membuat alasan mengenai apa itu, tapi
tidak dapat membuat hipotesa mengenai apa
kemungkinannya dan dengan demikian tidak dapat
berpikir mengenai masalah ke depan.

4. Teori Moral Kohlberg


Selanjutnya manusia juga harus mengalami perkembangan
moral dengan baik. Seorang pakar bernama Lawrence
Kohlberg mengemukakan teorinya tentang pemkembangan
moral ini dengan menyatakan bahwa pada umumnya manusia
mengalami tiga tingkat perkembangan moral.
9. Akibat Gizi Buruk
A. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulanginoleh tenaga
kesehatan
B. Kurang cerdas
C. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari normal
D. Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan lain-lain.

10. Komplikasi Gizi Buruk


A. Hipotermi
1. Penyebab :
a. Tidak/kurang/jarang diberi makan
b. Menderita Infeksi

2. Paparan angin :
a. Genting bocor
b. Dinding berlubang
c. Tidur dekat pintu
d. Selimut dan topi kurang rapat

3. Menempel benda yang dingin:


a. Tidur dilantai
b. Mandi terlalu lama
c. Popok basah tidak segera diganti(ngompol,Diare)
B. Hipoglikemi

1. Gejala :
a. Hipotemi (<35c)
b. Lemah
c. Penurunan kesadaran
d. Infeksi
e. Diare dan Dehidrasi
f. Syok
11. Diet untuk Anak dengan Berat Badan Kurang
A. Bahan makanan yang dianjurkan
1. Semua sumber hidrat arang : bubur nasi tim, bubur roti,
gandum, pasta, jagung, kentang, sereal dan singkong
2. Sumber protein
a. Hewan : daging yang gemuk, ayam telur, ikan,kerang,
udang , cumi, dan sumber laut lainnya
b. Nabati : tempe, tahu, oncom dan kacang-kacangan
3. Semua jenis sayuran : yang berwarna hijau dan merah sebagai
sumber vitamin A dan Fe seperti kangkung, daun katuk,
bayam, wortel,kembang kol, sawi, selada
4. Buah-buahan atau sari buah sumber vitamin A dan vitamin C
seperti ; jeruk, apel, papaya, melon, jambu air, salak,
semangka, belimbing.
5. Susu penuh full cream , yoghurt, susu kacang, keju, mayones
6. Bahan makanan yang dibuat :
a. Makanan yang digoreng seperti kerupuk, kripik,
kacang, karena lemak menyebabkan anak cepat
kenyang sehingga susah untuk makan makanan utama
b. Minuman yang dingin seperti es dan makanan /
minuman yang manis seperti sirop, dodol, permen,
coklat, disamping itu makanan yang manis
menyebabkan gigi cepat rusak sehingga anak menjadi
susah makan/ sakit kalau makan dan anak cepat
kenyang.
7. Bahan makanan yang dihindari :
a. Makanan jajanan yang tidak bersih karena akan
menyebabkan sakit perut
b. Minuman yang mengandung alcohol atau soda seperti :
brem, soft drink, karena akan menyebabkan anak cepat
kenyang dan tidak mau makan makanan utama

B. Cara mengatur diet


1. Makan dalam porsi yang kecil tapi sering dan bervariasi agar
menarik minat anak untuk makan
2. Diperlukan kesabaran untuk membujuk anak agar mau makan.
Misalnya sambil diajak bermain, anak tidak boleh dipaksa
3. Untuk anak dibawah 1 tahun , konsistensi makanan diberikan
secara bertahap, dimulai dari anak umur 6 bulan
4. Makanlah cukup sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin dan mineral
5. Untuk balita dapat diberikan makanan formula seperti formula
tempe , formula ikan terutama pada anak yang menderita diare
6. Konsultasi kepada dokter untuk diperiksa kondisi kesehatannya
serta mendapatkan suplemen multi vitamin dan mineral bila
diperlukan.

Table kecukupan energi sehari untuk bayi dan anak menurut umur.

Golongan Umur Kecukupan Energi Kecukupan Energi

( tahun ) Laki-laki ( kkal/kg BB ) Perempuan ( kkal/kg BB )


0-1 110-120 110-120

1-3 100 100

4-6 90 90

6-9 80-90 60-80

10-14 50-70 40-55

14-18 40-50 40

Contoh menu sehari-hari

Pagi Siang Malam


Nasi goreng Nasi Nasi

Telur dadar Ayam goreng Empal daging

Ketimun + tomat Tempe bacem Tahu pepes

Susu Sayur bening bayam Sup sayuran

Jeruk manis Pisang

susu
Pukul 10.00 Pukul 16.00 Pukul 21.00
Bubur kacang hijau Puding coklat Biscuit, Susu
12. Proses Keperawatan
A. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan
gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin
turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain
yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.

2. Riwayat Keperawatan Sekarang


Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-
lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan
anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur
dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain.

4. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga,
lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan
anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur
dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi
kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head
to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran,
tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen,
ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmus-Kwashiorkor


adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,
lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala
yang mungkin didapatkan adalah:
a. Penurunan ukuran antropometri
b. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus,
jarang dan mudah dicabut)
c. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak
pipi), edema palpebral
d. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak,
ronchi, retraksi otot intercostal)
e. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus
dapat meningkat bila terjadi diare.
f. Edema tungkai
g. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya
crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh
yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas
jari kaki, paha dan lipat paha).
h. Inspeksi
 Lihat keadaan klien apakah kurus, ada edema
pada muka atau kaki
 Lihat warna rambut, kering dan mudah dicabut
 Mata cekung dan pucat
 Pada marasmus terlihat pergerakan usus
i. Auskultasi
 dengar denyut jantung apakah terdengar bunyi
 bagaimana dengan tekanan darahnya
 dengarkan juga bunyi peristaltik usus
 bunyi paru – paru terutama weezing dan ronchi
j. Perkusi
 perut apakah terdengar adanya shitting duilnees
 bagaimana bunyinya pada waktu melakukan
perkusi
k. Palpasi
 hati : bagaimana konsistensinya, kenyal, licin
dan tajam pada permukaannya. Berapa besarnya
dan apakah ada nyeri tekan
 pada marasmus usus terasa dengan jelas
 limpa : apakah terjadi pembesaran limpa
 tungkai : apakah ada pembesaran pada tungkai

5. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan
terutama jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan
sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di
samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat
ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan
radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.
a. Pemeriksaan Labolatorium
 Biokimia :
 Hb anemia
 kadar albumin yang rendah
 kadar globulin kadang – kadang rendah
dan tinggi
 kadar asam amino biasanya kurang dari
satu
 Biopsi : ditemukan perlemakan pada
hati, dan terjadinya nekrosis dan
infiltrasi
 Autopsi : hampir semua organ tubuh
mengalami degenerasi seperti jantung,
tulang

13. Rencana Asuhan Keperawatan


A. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan yang tidak adekuat
1. Tujuan : Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
2. Kriteria Hasil :
a. Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan
nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang.
b. Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat
mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral)
sesuai program dietetic
3. Intervensi
a. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan
pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh
jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien.
a. Rasional :
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab
dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga
dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah
diberikan selama hospitalisasi.
4. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri
kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri
a. Rasional :
Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga
dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.

5. Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.


a. Rasional :
Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi
dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan
malnutrisi.

6. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal


lipatan kulit setiap pagi.
a. Rasional :
Menilai perkembangan masalah klien.

7. Kolaborasi dengan ahli gizi menyusun menu dan kalori


a. Rasional :
Menu dan kalori dibutuhkan untuk memenuhi
kekurangan nutrisi anak.

8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT.


a. Rasional :
NGT dapat membantu pemenuhan nutrisi anak
walaupun keadaannya tidak memungkinkan untuk
makan lewat oral.

9. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan


dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
sesuai standar usia.
a. Kriteria : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik)
sesuai standar usia.
b. Intervensi
10. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik
dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.
a. Rasional :
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.

11. Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi


diet pemulihan.
a. Rasional :
Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan
kemampuan toleransi sistem pencernaan.

12. Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.


a. Rasional :
Menilai perkembangan masalah klien.

13. Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia


klien.
a. Rasional :
Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan
perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan
personal/sosial.

14. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi


pertumbuhan dan perkembangan (Puskesmas / Posyandu)
a. Rasional :
Mempertahankan kesinambungan program stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
memberdayakan sistem pendukung yang ada.

15. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan


nutrisi, dehidrasi
a. Tujuan: Integritas kulit kembali normal
b. Kriteria hasil
 Gatal hilang / berkurang
 Kulit kembali halus, kenyal dan utuh
c. Intervensi
1. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya
merubah posisi sesering mungkin.
d. Rasional
Untuk mencegah terjadinya infeksi decubitus
16. Anjurkan keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila
basah atau kotor dan kulit anak tetap kering
a. Rasional
Agar kulit anak tetap terjaga kebersihannya dan
mencegah terjadinya infeksi pada kulit

17. Kolaborasi dengan dokter untuk pengobatan lebih lanjut.


a. Rasional :
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien
b. Tujuan: Pengetahuan keluarga bertambah
c. Kriteria hasil
2. Keluarga mengerti dan memahami isi
penyuluhan
3. Dapat mengulangi isi penyuluhan
4. Mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah
sakit dan nanti sampai di rumah
d. Intervensi

18. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar


a. Rasional :
Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif

19. Jelaskan tentang nama penyakit anak, penyebab penyakit,


akibat yang ditimbulkan, dan pengobatan yang dilakukan.
a. Rasional :
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman orang tua
tentang penyakit anak.

20. Jelaskan tentang pengertian nutrisi dan pentingnya pola makan


yang betul untuk anak sesuai umurnya, dan bahan makanan
yang banyak mengandung vitamin terutama banyak
mengandung protein.
a. Rasional :
Membantu memulihkan kondisi anak

21. Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.


a. Rasional :
Mengetahui sampai dimana pemahaman keluarga
setelah diberi penyuluhan
22. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi
setelah pulang dari rumah sakit.
a. Rasional :
Dapat membantu mempertahankan status gizi anak
dengan pengetahuan yang ada.

14. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah direncanakan sebelumnya

15. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut
tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang,
kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi
keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka
dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
Adapun hasil evaluasi yang diharapkan pada askep gizi buruk adalah :
A. Pemenuhan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan baik dan berat
badan klien berada dalam batas normal
B. Klien dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar
usia.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
C. Tidak ada gangguan integritas kulit
D. Keluarga dapat benar – benar mengetahui tentang penyakit si anak
secara etiologi dan terapi – terapinya.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan
tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut
terjadi peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan
terhadap infeksi virus / bakteri. Adapun penyebab dari gizi buruk adalah :
A. Penyebab langsung
1. Penyakit infeksi

B. Penyebab tidak langsung


1. Kemiskinan keluarga
2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah
3. Sanitasi lingkungan yang buruk
4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Sedangkan tipe dari gizi buruk yaitu kurang kalori (marasmus),


kurang protein (kwashiorkor) dan kurang kalori dan protein (
marasmus – kwashiorkor ).

2. Saran
Setelah menelusuri berbagai sumber pustaka, maka dapat diajukan saran-saran
agar mahasiswa keperawatan dapat lebih teliti dalam menghadapi masalah
gizi dan mendapatkan hasil yang diharapkan sebagai berikut :
A. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menganalisa mengenai gizi
di tiap tahap tumbuh kembang.
B. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari masalah gizi
bukan hanya dari definisi, akan tetapi dari aspek lain agar dapat
mengetahui penanganan dan spesifikasi dari masalah yang dialami.
C. Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menegakkan diagnosa
sesuai dengan masalah yang dialami dan dapat menegakkannya
menurut prioritas serta melakukkan tindakkan berdasarkan diagnose.
D. Dengan dibuatnya makalah ini, diharap mahasiswa paham tentang
bagaimana promosi dan preventif dari masalah gizi serta bagaimana
merealisasikannya terhadap diri sendiri kususnya dan mayarakat
umumnya.

Anda mungkin juga menyukai