Anda di halaman 1dari 30

Kematian karena Asfiksia

Ary Adolf Mananue


102011065
Kelompok E8
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510

Pendahuluan

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi
dengan mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa
menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah
membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu
menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian.1

Saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan
gejala setelah kematian sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantarannya
umur, kondisi fisik pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab kematian itu
sendiri. Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara
pernafasan yang mengakibatkan suplai oksigen berkurang. Hal ini sering dikenal dengan
istilah asfiksia, Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter,
hal tersebut menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.

Pada berbagai kasus asfiksia, ditemukan tanda-tanda kematian yang berbeda. Hal ini
sangat tergantung dari penyebab kematian. Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut
tentang penyebab asfiksia tersebut.

1
Aspek Hukum

Kejahatan Terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia

Pasal 89 KUHP

Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan


kekerasan.2

Pasal 90 KUHP

Luka berat berarti:

-jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
- kehilangan salah satu pancaindra;
- mendapat cacat berat;
- menderita sakit lumpuh;
-terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;
-gugur atau matinya andungan seorang perempuan.

Pasal 338 KUHP


Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339 KUHP

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya,
atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal
tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya
secara melawan hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.2

2
Pasal 340 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima
tahun.2

Pasal 351 KUHP

1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan
atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.
4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 KUHP

(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9
tahun.

Pasal 354 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan
penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama sepuluh tahun.

Pasal 355 KUHP

(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun.

3
(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
lama 15tahun.

Medikolegal

Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

Pasal 133 KUHAP

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.3
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.3
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.3

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.

Pasal 179 KUHAP

1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenanr-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

4
Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannnya.

Pasal 184 KUHAP

1) Alat bukti yang sah adalah:


- Keterangan saksi
- Keterangan ahli
- Surat
- Pertunjuk
- Keterangan terdakwa
2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Pasal 180 KUHAP

1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta
agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2)

5
Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter

Pasal 216 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas
menjalankan jabatan umum.
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya
dapat ditambah sepertiga.

Pasal 222 KUHP

Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan


pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 KUHP

Barangsiapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-
undang ia harus melakukannnya:

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9


bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

6
Pasal 522 KUHP

Barangsiapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,


tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.

Rahasia Jabatan dan Pembuatan Ska/ V Et R

 Peraturan Pemerintah No 26 tahun 1960 tentang lafaz sumpah dokter

Saya bersumpah/ berjanji bahwa:

Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perkemanusiaan

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.

Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan
kedokteran.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan karena keilmuan saya sebagai dokter…….dst.

 Peraturan Pemerintah no 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia Kedokteran.

Pasal 1 PP No 10/1966

Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.

Pasal 2 PP No 10/1966

Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut


dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
daripada PP ini menentukan lain.

7
Pasal 3 PP No 10/1966

Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan.


b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan.

Pasal 4 PP No 10/1966

Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang


tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri
kesehatan dapat melakukan tindakan administrative berdasarkan pasal UU tentang
tenaga kesehatan.

Pasal 5 PP No 10/1966

Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang
disebut dalam pasal 3 huruf b, maka menteri kesehatan dapat mengambil tindakan-
tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya.

Pasal 322 KUHP

1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena


jabatan atau pencariannya baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah.
2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat
dituntut atas pengaduan orang itu.

Pasal 48 KUHP

Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana.

Bedah Mayat Klinis, Anatomis Dan Transplantasi

Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta Transplantasi Alat dan atau Jaringan Tubuh Manusia.

8
Pasal 2 PP No 18/1981

Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut:

a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah
penderita meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan
dengan pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat, apabila diduga penderita
menderita penyakit yang dapat membahayakan orang lain atau masyarakat sekitarnya.
c. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya terdekat, apabila dalam jangka waktu 2
x 24 jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia dating ke rumah
sakit.

Pasal 14 PP No 18/1981

Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank
mata dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan persetujuan
tertulis keluarga yang terdekat.

Pasal 17 PP No 18/1981

Dilarang memperjual belikan alat dan atau jaringan tubuh manusia.

Pasal 18 PP No 18/1981

Dilarang mengirim dan menerima alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua
bentuk ke dan dari luar negeri.

Pasal 19 PP No 18/1981

Larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 dan pasal 18 tidak berlaku untuk
keperluan penelitian ilmiah dan keperluan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.

Pasal 70 UU Kesehatan

(3) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat.

9
Pemeriksaan Medis

Pemeriksaan Autopsi Forensik

Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan


terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau
adanya cedera, melakukan interpretasi atau penemuan-penemuan tersebut, menerangkan
penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang
ditemukan dengan penyebab kematian.4,5

Autopsi Medikolegal

Otopsi medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal


akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan, pembunuhan, maupun
bunuh diri. autopsi ini dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya
penyidikan suatu perkara. Tujuan dari autopsi medikolegal adalah :
 Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum jelas.
 Untuk menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat kematian
 Untuk mengumpulkan dan memeriksa tanda bukti untuk penentuan identitas benda
penyebab dan pelaku kejahatan.
 Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et
repertum.

Autopsi medikolegal dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya


penyidikan suatu perkara. Hasil pemeriksaan adalah temuan obyektif pada korban, yang
diperoleh dari pemeriksaan medis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada autopsi
medikolegal :
1. Tempat untuk melakukan otopsi adalah pada kamar jenazah.
2. Autopsi hanya dilakukan jika ada permintaan untuk otopsi oleh pihak yang
berwenang.
3. Autopsi harus segera dilakukan begitu mendapat surat permintaan untuk autopsi.

10
4. Hal-hal yang berhubungan dengan penyebab kematian harus dikumpulkan dahulu
sebelum memulai autopsi. Tetapi kesimpulan harus berdasarkan temuan-temuan dari
pemeriksaan fisik.
5. Pencahayaan yang baik sangat penting pada tindakan autopsi.
6. Identitas korban yang sesuai dengan pernyataan polisi harus dicatat pada laporan.
Pada kasus jenazah yang tidak dikenal, maka tanda-tanda identifikasi, photo, sidik
jari, dan lain-lain harus diperoleh.
7. Ketika dilakukan autopsi tidak boleh disaksikan oleh orang yang tidak berwenang.
8. Pencatatan perincian pada saat tindakan autopsi dilakukan oleh asisten.
9. Pada laporan autopsi tidak boleh ada bagian yang dihapus.
10. Jenazah yang sudah membusuk juga bisa diautopsi. 7

Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan autopsi forensik/medikolegal adalah:


1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan autopsi yang akan dilakukan, termasuk
surat izin keluarga, surat permintaan pemeriksaan/pembuatan visum et repertum.
2. Memastikan mayat yang akan diautopsi adalah mayat yang dimaksud dalam surat
tersebut.
3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap
mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaan
penunjang yang harus dilakukan.
4. Memastikan alat-alat yang akan dipergunakan telah tersedia. Untuk autopsi tidak
diperlukan alat-alat khusus dan mahal, cukup :
 Timbangan besar untuk menimbang mayat.
 Timbangan kecil untuk menimbang organ.
 Pisau, dapat dipakai pisau belati atau pisau dapur yang tajam.
 Guntung, berujung runcing dan tumpul.
 Pinset anatomi dan bedah.
 Gergaji, gergaji besi yang biasanya dipakai di bengkel.
 Forseps atau cunam untuk melepaskan duramater.
 Gelas takar 1 liter.
 Pahat.
 Palu.
 Meteran.

11
 Jarum dan benang.
 Sarung tangan
 Baskom dan ember
 Air yang mengalir 5,7
5. Mempersiapkan format autopsi, hal ini penting untuk memudahkan dalam pembuatan
laporan autopsi.5

a) Pemeriksaan Luar 5,7


Bagian pertama dari teknik autopsi adalah pemeriksaan luar. Sistematika pemeriksaan
luar adalah :

1. Label mayat
Memeriksa label mayat (dari pihak kepolisian) yang biasanya diikatkan pada jempol
kaki mayat. Gunting pada tali pengikat, simpan bersama berkas pemeriksaan. Catat
warna, bahan, dan isi label selengkap mungkin. Sedangkan label rumah sakit, untuk
identifikasi di kamar jenazah, harus tetap ada pada tubuh mayaari bungkus mayat.
Catat tali pengikatnya bila ada.
2. Pakaian
Mencatat pakaian mayat dengan teliti mulai dari yang dikenakan di atas sampai di
bawah, dari yang terluar sampai terdalam. Pencatatan meliputi bahan, warna dasar,
warna dan corak tekstil, bentuk/model pakaian, ukuran, merk penjahit, cap binatu,
monogram/inisial, dan tambalan/tisikan bila ada. Catat juga letak dan ukuran pakaian
bila ada tidaknya bercak/pengotoran atau robekan. Saku diperiksa dan dicatat isinya.
3. Perhiasan
Mencatat perhiasan mayat, meliputi jenis, bahan, warna, merek, bentuk serta ukiran
nama/inisial pada benda perhiasan tersebut.
4. Mencatat benda di samping mayat misalnya tas ataupun bungkusan.
5. Mencatat perubahan tanatologi :
i. Lebam mayat; letak/distribusi, warna, dan intensitas lebam.
ii. Kaku mayat; distribusi, derajat kekakuan pada beberapa sendi, dan ada
tidaknya spasme kadaverik.
iii. Suhu tubuh mayat; memakai termometer rektal dam dicatat juga suhu
ruangan pada saat tersebut.

12
iv. Pembusukan
v. Lain-lain; misalnya mumifikasi atau adiposera.
6. Mencatat identitas mayat, seperti jenis kelamin, bangsa/ras, perkiraan umur, warna
kulit, status gizi, tinggi badan, berat badan, disirkumsisi/tidak, striae albicantes pada
dinding perut.
7. Mencatat segala sesuatu yang dapat dipakai untuk penentuan identitas khusus,
meliputi rajah/tatoo, jaringan parut, kapalan, kelainan kulit, anomali dan cacat pada
tubuh.
8. Pemeriksaan rambut
Memeriksa distribusi, warna, keadaan tumbuh, dan sifat dari rambut. Rambut kepala
harus diperiksa, contoh rambut diperoleh dengan cara memotong dan mencabut
sampai ke akarnya, paling sedikit dari enam lokasi kulit kepala yang berbeda.
Potongan rambut ini disimpan dalam kantungan yang telah ditandai sesuai tempat
pengambilannya.
9. Pemeriksaan mata
Memeriksa mata, seperti apakah kelopak terbuka atau tertutup, tanda kekerasan,
kelainan. Periksa selaput lendir kelopak mata dan bola mata, warna, cari pembuluh
darah yang melebar, bintik perdarahan, atau bercak perdarahan. Kornea jernih/tidak,
adanya kelainan fisiologik atau patologik. Catat keadaan dan warna iris serta kelainan
lensa mata. Catat ukuran pupil, bandingkan kiri dan kanan.
10. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
Mencatat bentuk dan kelainan/anomali pada daun telinga dan hidung.
11. Pemeriksaan mulut dan rongga mulut
Memeriksa bibir, lidah, rongga mulut, dan gigi geligi. Catat gigi geligi dengan
lengkap, termasuk jumlah, hilang/patah/tambalan, gigi palsu, kelainan letak,
pewarnaan, dan sebagainya.
12. Pemeriksaan leher
Bagian leher diperiksa jika ada memar, bekas pencekikan atau pelebaran pembuluh
darah. Kelenjar tiroid dan getah bening juga diperiksa secara menyeluruh.
13. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan.
Pada pria dicatat kelainan bawaan yang ditemukan, keluarnya cairan, kelainan
lainnya. Perhatikan bentuk lubang pelepasan, perhatikan adanya luka, benda asing,
darah dan lain-lain

13
14. Perlu diperhatikan kemungkinan terdapatnya tanda perbendungan, ikterus, sianosis,
edema, bekas pengobatan, bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh.
15. Bila terdapat tanda-tanda kekerasan/luka harus dicatat lengkap. Setiap luka pada
tubuh harus diperinci dengan lengkap, yaitu perkiraan penyebab luka, lokasi, ukuran,
dll. Dalam luka diukur dan panjang luka diukur setelah kedua tepi ditautkan.
Lokalisasi luka dilukis dengan mengambil beberapa patokan, antara lain : garis tengah
melalui tulang dada, garis tengah melalui tulang belakang, garis mendatar melalui
kedua puting susu, dan garis mendatar melalui pusat.
16. Pemeriksaan ada tidaknya patah tulang, serta jenis/sifatnya.

b) Pemeriksaan Dalam 5,7


Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut ini :
 Insisi I dimulai di bawah tulang rawan krikoid di garis tengah sampai prosesus
xifoideus kemudian 2 jari paramedian kiri dari puat sampai simfisis, dengan demikian
tidak perlu melingkari pusat.
 Insisi Y, merupakan salah satu tehnik khusus otopsi.
 Insisi melalui lekukan suprastenal menuju simfisis pubis, lalu dari lekukan
suprasternal ini dibuat sayatan melingkari bagian leher.

Pada pemeriksaan dalam, organ tubuh diambil satu persatu dengan hati-hati dan dicatat :
1. Ukuran : Pengukuran secara langsung adalah dengan menggunakan pita pengukur.
Secara tidak langsung dilihat adanya penumpulan pada batas inferior organ. Organ
hati yang mengeras juga menunjukkan adanya pembesaran.
2. Bentuk
3. Permukaan : Pada umumnya organ tubuh mempunyai permukaan yang lembut,
berkilat dengan kapsul pembungkus yang bening. Carilah jika terdapat penebalan,
permukaan yang kasar , penumpulan atau kekeruhan.
4. Konsistensi: Diperkirakan dengan cara menekan jari ke organ tubuh tersebut.
5. Kohesi: Merupakan kekuatan daya regang anatar jaringan pada organ itu. Caranya
dengan memperkirakan kekuatan daya regang organ tubuh pada saat ditarik. Jaringan
yang mudah teregang (robek) menunjukkan kohesi yang rendah sedangkan jaringan
yang susah menunjukkan kohesi yang kuat.

14
6. Potongan penampang melintang: Disini dicatat warna dan struktur permukaan
penampang organ yang dipotong. Pada umumnya warna organ tubuh adalah keabu-
abuan, tapi hal ini juga dipengaruhi oleh jumlah darah yang terdapat pada organ
tersebut. Warna kekuningan, infiltrasi lemak, lipofisi, hemosiferin atau bahan pigmen
bisa merubah warna organ. Warna yang pucat merupakan tanda anemia.

Struktur organ juga bisa berubah dengan adanya penyakit. Pemeriksaan khusus juga
bisa dilakukan terhadap sistem organ tertentu, tergantung dari dugaan penyebab kematian.
Insisi pada masing-masing bagian-bagian tubuh yaitu :
1. Dada :
Tulang dada diangkat dengan memotong tulang rawan iga 1 cm dari sambungannya
dengan cara pisau dipegang dengan tangan kanan dengan bagian tajam horizontal
diarahkan pada tulang rawan iga dan dengan tangan yang lain menekan pada
punggung pisau. Pemotongan dimulai dari tulang rawan iga no. 2. Tulang dada
diangkat dan dilepaskan dari diafragma kanan dan kiri kemudian dilepaskan
mediastinum anterior. Rongga paru-paru diperiksa adanya perlengketan, darah, pus
atau cairan lain kemudian diukur. Kemudian pisau dengan tangan kanan dimasukkan
dalam rongga paru-paru, bagian tajam tegak lurus diarahkan ke tulang rawan no.1 dan
tulang rawan dipotong sedikit ke lateral, kemudian bagian tajam pisau diarahkan ke
sendi sternoklavikularis dengan menggerak-gerakkan sternum, sendi dipisahkan.
Prosedur diulang untuk sendi yang lainnya. Mediastinum anterior diperiksa adanya
timus persistens. Perikardium dibuka dengan Y terbalik, diperiksa cairan perikardium,
normal sebanyak kurang lebih 50 cc dengan warna agak kuning. Apeks jantung
diangkat, dibuat insisi di bilik dan serambi kanan diperiksa adanya embolus yang
menutup arteri pulmonalis. Kemudian dibuat insisi di bilik dan serambi kiri. Jantung
dilepaskan dengan memotong pembuluh besar dekat perikardium.
2. Perut :
Usus halus dipisahkan dari mesenterium, usus besar dilepaskan, duodenum dan
rektum diikat ganda kemudian dipotong. Limpa pula dipotong di hilus, diiris
longitudinal, perhatikan parenkim, folikel, dan septa.
i. Esofagus-Lambung-Doudenum-Hati :
Semua organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Esofagus diikat
ganda dan dipotong. Diafragma dilepaskan dari hati dan esofagus dan unit tadi
dapat diangkat. Sebelum diangkat, anak ginjal kanan yang biasanya melekat

15
pada hati dilepaskan terlebih dahulu. Esofagus dibuka terus ke kurvatura
mayor, terus ke duodenum. Perhatikan isi lambung, dapat membantu
penentuan saat kematian. Kandung empedu ditekan, bulu empedu akan
menonjol kemudian dibuka dengan gunting ke arah papila Vater, kemudian
dibuka ke arah hati, lalu kandung empedu dibuka. Perhatikan mukosa dan
adanya batu. Buluh kelenjar ludah diperut dibuka dari papila Vater ke
pancreas. Pankreas dilepaskan dari duodenum dan dipotong-potong
transversal. Pada hati perhatikan tepi hati, permukaan hati, perlekatan,
kemudian dipotong longitudinal. Usus halus dan usus besar dibuka dengan
gunting ujung tumpul, perhatikan mukosa dan isinya, cacing.
ii. Ginjal, ureter, rektum, dan kandung urine
Organ tersebut di atas dikeluarkan sebagai satu unit. Ginjal dengan suatu insisi
lateral dapat diangkat dan dilepaskan dengan memotong pembuluh darah di
hilus, kemudian ureter dilepaskan sampai panggul kecil. Kandung urine dan
rektum dilepaskan dengan cara memasukkan jari telunjuk lateral dari kandung
urine dan dengan cara tumpul membuat jalan sampai ke belakang rektum.
Kemudian dilakukan sama pada bagian sebelahnya. Tempat bertemunya kedua
jari telunjuk dibesarkan sehingga 4 jari kanan dan kiri dapat bertemu,
kemudian jari kelingking dinaikkan ke atas dengan demikian rektum lepas dari
sakrum. Rektum dan kandung urine dipotong sejauh dekat diafragma pelvis.
Anak ginjal dipotong transversal. Ginjal dibuka dengan irisan longitudinal dari
lateral ke hilus. Ureter dibuka dengan gunting sampai kandung urine, kapsul
ginjal dilepas dan perhatikan permukaannya. Pada laki-laki rektum dibuka dari
belakang dan kandung urine melalui uretra dari muka. Rektum dilepaskan dari
prostat dan dengan demikian terlihat vesika seminalis. Prostat dipotong
transversal, perhatikan besarnya penampang. Testis dikeluarkan melalui
kanalis spermatikus dan diiris longitudinal, perhatikan besarnya, konsistensi,
infeksi, normal, tubuli semineferi dapat ditarik seperti benang.
3. Leher :
Lidah, laring, trakea, esofagus, palatum molle, faring dan tonsil dikeluarkan sebagai
satu unit. Perhatikan obstruksi di saluran nafas, kelenjar gondok dan tonsil. Pada
kasus pencekikan tulang lidah harus dibersihkan dan diperiksa adanya patah tulang.

16
4. Kepala :
Kulit kepala diiris dari prosesus mastoideus kanan sampai yang kiri dengan mata
pisau menghadap keluar supaya tidak memotong rambut terlalu banyak. Kulit kepala
kemudian dikelupas ke muka dan ke belakang dan tempurung tengkorak dilepaskan
dengan menggergajinya. Pahat dimasukkan dalam bekas mata gergaji dan dengan
beberapa ketukan tempurung lepas dan dapat dipisahkan. Durameter diinsisi paralel
dengan bekas mata gergaji. Falx serebri digunting dibagian muka. Otak dipisah
dengan memotong pembuluh darah dan saraf dari muka ke belakang dan kemudian
medula oblongata. Tentorium serebri diinsisi di belakang tulang karang dan sekarang
otak dapat diangkat. Selaput tebal otak ditarik lepas dengan cunam. Otak kecil dipisah
dan diiris horisontal, terlihat nukleus dentatus. Medula oblongata diiris transversal,
demikiaan pula otak besar setebal 2,5 cm. Pada trauma kepala perhatikan adanya
edema, kontusio, laserasi serebri.

Mekanisme kematian
Ada 3 mekanisme kematian pada jerat , yaitu :
1. Asfiksia
Terjadi akibat terhambatnya aliran udara pernafasan. Merupakan penyebab kematian
yang paling sering.
2. Iskemia Serebral
Iskemia serebral disebabkan oleh penekanan dan hambatan pembuluh darah arteri
(oklusi arteri) yang menyebabkan terhambatnya aliran darah ke otak. Gambar dibawah
menunjukkan gambaran rontgen pada wanita yang berupaya bunuh diri dengan gantung.
3. Syok Vasovagal
Perangsangan pada sinus caroticus menyebabkan refleks vagal yang menyebabkan henti
jantung.

Cara kematian pada kasus jerat


Cara kematian pada kasus jerat diantaranya adalah:
1. Pembunuhan (paling sering).
Pembunuhan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita jumpai pada
kejadian infanticide dengan menggunakan tali pusat, psikopat yang saling menjerat,
dan hukuman mati(zaman dahulu).

17
2. Kecelakaan
Kecelakaan pada kasus jeratan (strangulation by ligature) dapat kita temukan pada
bayi yangterjerat oleh tali pakaian, orang yang bersenda gurau dan pemabuk. Vagal
reflex menjadi penyebab kematian pada orang yang bersenda gurau
3. Bunuh diri.
Bunuh diri pada kasus jeratan (strangulation by ligature) mereka lakukan dengan cara
melilitkan tali secara berulang dimana satu ujung difiksasi dan ujung lainnya ditarik.
Antara jeratan dan leher mereka masukkan tongkat lalu mereka memutar tongkat
tersebut

Gambaran Post Mortem Penjeratan


1. Pemeriksaan Luar Jenazah
Pada pemeriksaan luar hasil gantung diri didapatkan:
a. Tanda Penjeratan Pada Leher
- Tanda penjeratan jelas dan dalamSemakin kecil tali maka tanda penjeratan
semakin jelas dan dalam
- Bentuk jeratan berjalan mendatar/horizontal
Alur jeratan pada leher korban berbentuk lingkaran. Alur jerat biasa disertai luka
lecet atau luka memar disekitar jejas yang terjadi karena korban berusaha
membuka jeratan tersebut.
- Tanda penjeratan berwarna coklat gelap dan kulit tampak kering, keras dan
mengkilat
- Pada tempat dimana terdapat simpul tali yaitu pada kulit bagian bawah
telinga,tampak daerah segitiga pada kulit dibawah telingae.Pinggiran jejas jerat
berbatas tegas dan tidak terdapat tanda-tanda abrasif.Jumlah tanda
penjeratanTerkadang pada leher terlihat dua buah atau lebih bekas penjeratan.
Hal ini menujukan bahwa tali dijeratkan ke leher sebanyak dua kali
b. Tanda-tanda Asfiksia
Tanda-tanda umum asfiksia diantaranya adalah sianosis, kongesti vena dan
edema. Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas.
c. Lebam Mayat
Lokasi timbulnya lebam mayat tergantung dari posisi tubuh korban setelah mati.

18
2. Pemeriksaan Dalam Jenazah
Pada pemeriksaan dalam akibat peristiwa jerat didapatkan :
a. Lapisan dalam dan bagian tengah pembuluh darah mengalami laserasi ataupun
ruptur.
b. Tanda-tanda Asfiksia
 Terdapat bintik perdarahan pada pelebaran pembuluh darah,
 Terdapat buih halus di mulut
 Didapatkan darah lebih gelap dan encer akibat kadar CO2 yang meninggi.
c. Terdapat resapan darah pada jaringan dibawah kulit dan otot
a. Terdapat memar atau ruptur pada beberapa keadaan. Kerusakan otot ini
lebih sering dihubungkan dengan tindak kekerasan.
d. Pada pemeriksaan paru-paru sering ditemui edema paru.
e. Jarang terdapat patah tulang hyoid atau kartilago cricoid.

Aspek Medikolegal
Perbedaan kasus gantung dan kasus jerat

Kasus Gantung Kasus Jerat


(bunuh diri) (pembunuhan)
Simpul Simpul hidup Simpul mati
Simpul dapat dikeluarkan Simpul sulit dikeluarkan melalui
melalui kepala(tidak terikat kepala (terikat kuat)
kuat)
Jumlah lilitan penjerat Bisa lebih dari 1 lilitan Biasanya 1 buah lilitan
Arah Serong ke atas Mendatar/horizontal
Jarak titik tumpu- Jauh Dekat
simpul Berbentuk ‘v’ (lingkaran Berbentuk lingkaran penuh
terputus)
Lokasi jejas Lebih tinggi Lebih rendah
Jejas jerat Meninggi ke arah simpul Mendatar
Luka perlawanan - +
Luka lain-lain Biasanya ada, mungkin Ada, sering di daerah leher

19
terdapat luka percobaan lain
Karakteristik simpul Jejas simpul jarang terlihat Terlihat jejas simpul
Simpul hidup Simpul
Simpul dapat dikeluarkan Simpul sulit dikeluarkan melalui
melalui kepala(tidak terikat kepala (terikat kuat)
kuat)

Lebam mayat Pada bagian bawah tubuh Tergantung posisi tubuh korban
Lokasi Tersembunyi Bervariasi
Kondisi Teratur Tidak teratur
Pakaian Rapi dan baik Tidak teratur, robek
Ruangan Terkunci dari dalam Tidak teratur, terkunci dari luar

A. Pemeriksaan Luka Akibat Kekerasan Tajam

Autopsi pada Kasus Kematian Akibat Pembunuhan Menggunakan Kekerasan Tajam11

Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus mengungkapkan hal-hal
seperti:

a) Penyebab luka

- Memeperhatikan morfologi luka yang sringkali member petunjuk tentang benda


yang mengenai tubuh

b) Arah kekerasan

- Luka lecet dan luka robek dapat menentukan arah kekerasan sehingga penting
untuk rekonstruksi terjadinya perkara. Pada luka yang menembus kedalam tubuh,
perlu ditentukan arah serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat.

c) Cara terjadinya luka

- Dilihat apakah luka akibat dari pembunuhan, kecelakaan atau bunuh diri. Luka
akibat pembunuhan biasanya tersebar di seluruh tubuh sama ada daerah terbuka
20
atau daerah tertutup seperti leher, ketiak, lipat siku dan sebagainya. Seringkali
juga ditemukan luka tangkis pada korban pembunuhan. Pada kecelakaan luka
lebih ditemukan di daerah yang terbuka disbanding daerah tertutup. Pada korban
bunuh diri pula, luka menunjukkan sifat luka percobaan atau tentative wounds
yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar. 12

d) Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati

- Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata


akibat kekerasan yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang
ditemukan adalah luka intravital yaitu yang terjadi sewaktu korban masih hidup.
Tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka seperti resapan
darah, proses penyembuhan luka, sebukan sel radang dan lain-lain perlu
diperhatikan.

e) Pemeriksaan intravital (perlukaan yang terjadi saat korban masih hidpu atau sesudah
mati)

Pada bagian luka, sedikit jaringan diambil kemudian dibuat preparat supaya dapat
dilihat dengan mikroskop. Dengan menggunakan mikroskopik, akan terlihat :

 Perlukaan intravital positif : adanya reaksi radang pada luka

 Perlukaan intravital negatif : tidak adannya reaksi radang pada luka.

Reaksi radang itu adalah apabila sel darah merah didapati menyebar, sebukan sel
radang akut atau polimonuclear terdapat pada jaringan. Selain itu didapati jugak
migrasi sel perisit dari dinding kapiler ke jaringan sekitar/parenkim dengan
perwarnaan Toludine Blue.

Kematian akibat pembunuhan menggunakan kekerasan

Pada kasus pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukis dengan
baik dan diperhatikan bentuk luka, tepi luk, sudut luka, keadaan sekitar luka dan lokasi luka.
Dilihat juga kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah ekstensor lengan bawah serta
telapak tangan. Biasanya terdapat beberapa buah luka yang distribusinya tidak teratur pada
kasus pembunuhan dengan kekerasan tajam. Pembunuhan dengan menggunakan kekerasan
tumpul dapat menimbulkan luka berbentuk luka memar, luka lecet maupun luka robek. Perlu

21
juga diperhatikan adanya atau luka tangkis. Pada pembunuhan dengan senjata api pula dapat
ditemukan luka tembak masuk jarak dekat, sangat dekat atau luka tembak masuk jarak jauh
dan luka tembak temple. 11,12

Bunuh diri dengan kekerasan

Seseorang yang bunuh diri dengan benda tajam seringkali ditemukan luka bunuh diri yang
mengelompok pada tempat tertentu seperti pergelangan tangan, leher atau daerah prekordial.
Luka-luka sering berupa beberapa buah luka percobaan dengan satu luka yang mematikan. 11

Traumatologi

Traumatologi (kecederaan) adalah putusnya atau rusaknya kontinyuitas jaringan akibat


trauma / injury.
Ada 3 pembagian traumatologi (kecederaan), yaitu :
1. Mekanik
Kekerasan oleh benda tajam,Kekerasan oleh benda tumpul, Tembakan senjata api
2. Fisik
Suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik, radiasi
3. Kimia
Asam, basa kuat

Ada 4 penyebab mekanik terjadinya trauma (kecederaan), yaitu :


1. Kekerasan benda tumpul (blunt force injury).
2. Kekerasan benda tajam.
3. Senjata api.
4. Bahan peledak / bom.11,12

Trauma Tajam
Benda tajam seperti pisau, pemecah es, kapak, pemotong, dan bayonet menyebabkan luka
yang dapa dikenali oleh pemeriksa. Tipe lukanya akan dibahas di bawah ini :

 Luka insisi
Luka insisi disebabkan gerakan menyayat dengan benda tajam seperti pisau atau silet.
Karena gerakan dari benda tajam tersebut, luka biasanya panjang, bukan dalam. Panjang
dan kedalaman luka dipengaruhi oleh gerakan benda tajam, kekuatannya, ketajaman, dan

22
keadaan jaringan yang terkena. Karakteristik luka ini yang membedakan dengan laserasi
adalah tepinya yang rata. 11

 Luka tusuk
Luka tusuk disebabkan oleh benda tajam dengan posisi menusuk atau korban yang
terjatuh di atas benda tajam. Bila pisau yang digunakan bermata satu, maka salah satu
sudut akan tajam, sedangkan sisi lainnya tumpul atau hancur. Jika pisau bermata dua,
maka kedua sudutnya tajam.
Penampakan luar luka tusuk tidak sepenuhnya tergantung dari bentuk senjata. Jaringan
elastis dermis, bagian kulit yang lebih dalam, mempunyai efek yang sesuai dengan bentuk
senjata. Harus dipahami bahwa jaringan elastis terbentuk dari garis lengkung pada seluruh
area tubuh. Jika tusukan terjadi tegak lurus garis tersebut, maka lukanya akan lebar dan
pendek. Sedangkan bila tusukan terjadi paralel dengan garis tersebut, luka yang terjadi
sempit dan panjang.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah
reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya
menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga
akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan :
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai
dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan
yang lebih dalam maupun pada organ.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut,
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan
kulit seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas
dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan.
4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik
terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan
terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar
senjata yang digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk
ireguler dan besar.
23
Interpretasi Temuan
Mayat laki-laki:

 Kaos dalam oblong berwarna putih merek Rider


 Terdapat kemeja lengan panjang polos berwarna abu-abu dengan merek Nevada yang
diduga milik korban dengan salah satu lengan menjerat leher korban dan lengan yang
terikat pada pohon perdu setinggi 60cm.
 Celana panjang ujung tergulung berwarna coklat dengan saku pada bagian kiri kanan
dan saku bagian belakang kanan dan kiri.
 Kantong celana kosong semua.
 Celana dalam berbahan kaos warna biru tua dengan karet pinggang
 Tubuh telah membusuk.
 Warna lebam mayat merah-kebiruan.
 Ditemukan bintik-bintik perdarahan.
 Dijumpai luka terbuka daerah ketiak kiri dengan pembuluh darah ketiak yang putus.
Dan luka pada bagian tungkai bawah kaki kiri dengan ciri akibat kekerasan benda
tajam.
 Mayat orang Indonesia, kurang lebih 24 tahun, sawo matang, gizi cukup, TB 170, BB
65.
 Rambut agak tipis bagian tengah dengan rambut berwarna hitam.
 Alis hitam, tumbuh lebat dengan panjang 2,5 cm.
 Bulu mata hitam, tumbuh lurus, panjang 5 mm.
 Kumis dan Jenggot dengan panjang 2 mm
 Mulut terbuka lebar 5mm. Kedua bibir tampak tebal. Gigi geligi lengkap. Dengan
busa sekitar hidung dan mulut.
 Alat kelamin normal
 Kedua mata terbuka dengan pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan
palpebra.
 Hidung mancung. telinga biasa
 Tidak ada patah tulang

24
Kemungkinan saat kematian
Saat kematian diperkirakan lebih dari 24 jam sebelum korban dikirimkan ke tempat
pemeriksaan, dikarenakan sudah terjadinya pembusukan.

Cara kematian
Diperkirakan korban meninggal akibat asfiksia dari jeratan yang terdapat di leher
korban yang dilakukan oleh tersangka dengan menggunakan lengan kemeja korban. Korban
sebelumnya sudah mulai tidak berdaya sejak pembuluh darah di bagian ketiak kiri nya pecah
dan kaki kirinya dilukai oleh tersangka.

Penyebab kematian
Terjadinya asfiksia yang dikarenakan jeratan yang dilakukan pelaku dengan memakai
baju korban.
Laporan Hasil Pemeriksaan

Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati,
ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah untuk kepentingan peradilan. Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum
sebagai laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang
berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya.3

Perbedaan Visum et Repertum dengan Catatan Medis:

Catatan medis adalah catatan tentang seluruh hasil pemeriksaan medis beserta
tindakan pengobatan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter. Catatan medis disimpan
oleh dokter atau institusi dan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kecuali dengan izin dari
pasien atau atas kesepakatan sebelumnya misalnya untuk keperluan asuransi. Catatan medis
ini berkaitan dengan rahasia kedokteran dengan sanksi hukum seperti yang terdapat dalam
pasal 322 KUHP.

25
Laporan Hasil Pemeriksaan

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Salemba Raya 6 Telp 3106197, Fax 3154626 Jakarta 10430

Jakarta, 27 Desember 2014


Nomor: 1234-SK III/5678/9-10.
Lamp.: satu sampul tersegel
Perihal: Hasil Pemeriksaan Pembedahan----------------------------------------------------------------
Atas jenazah Tn. Suwarno---------------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
No 123/TU. RSKab. Tangerang/XII/2013

Yang bertandatangan di bawah ini, dr. Ary Adolf Mananue, dokter ahli kedokteran
forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana Jakarta, menerangkan bahawa atas permintaan dari kepolisian sektor
Tangerang dengan suratnya nomor 314/VER/XII/2013/Res.Tg tertanggal 28 Desember 2014
maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 29 Desember 2014 pukul 14.20 bertempat
di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana, telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut
adalah:----------
Nama : Suwarno-------------------------------------------------------------------------
Umur : 24 tahun--------------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Laki-laki-------------------------------------------------------------------------
Warga negara : Indonesia-------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Petani----------------------------------------------------------------------------
Agama : Islam ----------------------------------------------------------------------------
Alamat : jl. Budi Luhur nomor 14 RT 001 RW 011, kecamatan Sukajaya,
Tangerang-------------------------------------------------------------------------

26
Hasil Pemeriksaan----------------------------------------------------------------------------------------
Pemeriksaan luar------------------------------------------------------------------------------------------

mayat tidak terbungkus


Lanjutan VER 123/TU. RSKab. Tangerang/XII/2014
Halaman ke 2 dari 4 halaman

1. Mayat tidak terbungkus.---------------------------------------------------------------------


2. Mayat berpakai sebagai berikut:------------------------------------------------------------
(a) pakaian dalam oblong polos berwarna putih dengan merek Rider, berukuran
M dengan rembesan daerah di sekitar bagian kiri pakaian dalam tersebut------
(b) kemeja lengan panjang berwarna abu-abu polos merek Nevada berukuran M.
terdapat robekan pada bagian lengan kiri kemeja dengan ukuran 5 sentimeter
kali 2 milimeter dan robekan di daerah kerah kemeja. terdapat rembesan
darah sekitar bagian kiri kemeja.------------------------------------------------------
(c) celana panjang bahan berwarna coklat merek Boston berukuran L, dengan
saku masing-masing satu pada kanan dan kiri celana, dan masing-masing 1 di
bagian belakang celanan kanan dan kiri. Celana digulung bagian bawah dua-
duanya setingi 5 sentimeter dari bagian bawah celana.----------------------------
(d) celana dalam polos berwarna biru tua.----------------------------------------------
3. Pada tubuh terdapat luka-luka sebagai berikut:------------------------------------------
a) Pada leher mayat terdapat kesan terjerat oleh baju---------------------------------
b) Pada daerah ketiak kiri terdapat luka sayat benda tajam berukuran 3
sentimeter kali 2 milimeter, terbuka yang mengakibatkan terputusnya
pembuluh darah ketiak-----------------------------------------------------------------
c) Tungkai bawah kanan dan kiri ada luka terbuka berukuran 2 sentimeter kali 3
milimeter akibat kekerasan benda tajam---------------------------------------------
d) Tulang tidak terdapat tanda-tanda patah tulang-------------------------------------

Pemeriksaan dalam (bedah jenazah)------------------------------------------------------------------


1. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan,
tebal di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter.
Otot-otot berwarna merah terang dan cukup tebal. Sekat rongga badan sebelah
kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima.--------------
2. Semua iga serta tulang dada tidak menunjukan kelainan. ------------------------------
3. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Kandung jantung
tidak menunjukan adanya kelainan.--------------------------------------------------------
4. Jaringan ikat bawah kulit, pada daerah kiri sisi depan leher, satu sentimeter di
bawah tulang jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu
sentimeter. Otot leher pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan
darah. ------------------------------------------------------------------------------------------
5. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit
berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan.
cairan. Otot dinding perut berwarna cokelat cukup tebal.------------------
27
6. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh,
rawan gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah.
Tonsil tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar

gondok berwarna coklat


Lanjutan VER 123/TU. RSKab. Tangerang/XII/2014
Halaman ke 3 dari 4 halaman

gondok berwarna coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan


penampangnya tidak menunjukan kelainan, berat dua puluh gram. ---------------
7. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran
pembuluh darah.---------------------------------------------------------------------------
8. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh
darah.---------------------------------------------------------------------------------------
9. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua
paru terdapat perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga
baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada
pemijatan keluar busa dan darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri
terdiri dari dua baga, berwarna ungu, perabaan kenyal padat, penampang
berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa dan darah, berat lima ratus enam
puluh gram.--------------------------------------------------------------------------------
10. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan,
perabaan kenyal, ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri
sembilan sentimeter, pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan
batang nadi lima sentimeter, tebal otot bilik kanan empat millimeter dan kiri
dua belas millimeter, pembuluh nadi jantung tidak tersumbat, berat dua ratus
gram.----------------------------------------------------------------------------------------
11. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan
perabaan kenyal padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati
tampak jelas. Berat hati adalah seribu dua ratus gram.------------------------------
12. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya
berwarna hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan
penyumbatan.------------------------------------------------------------------------------
13. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal.
Penampangnya berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa
seratus sepuluh gram. --------------------------------------------------------------------
14. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, dan perabaan
kenyal. Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat
kelenjar liur perut delapan puluh lima gram. -----------------------------------------
15. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus
dua belas jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah.---------
Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang
berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning
penampang berlapis. Berat anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri
sembilan gram.----------------------------------------------------------------------------

28
16. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri
tampak rata dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan
sembilan puluh lima gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal

menunjukkan gambaran yang

Lanjutan VER 123/TU. RSKab. Tangerang/XII/2014


Halaman ke 4 dari 4 halaman

menunjukan gambaran yang jelas. Piala ginjal terdapat bintik perdarahan dan
saluran kemih tidak menunjukan sumbatan. ------------------------------------------
17. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin, berwarna putih, tidak
menunjukan kelainan.--------------------------------------------------------------------
18. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah
seluas dua sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat
resapan darah seluas dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang
tengkorak utuh, selaput keras otak utuh, selaput lunak otak utuh.-----------------
19. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar.
Otak kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak
kecil bagian bawah. Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat
ratus enam puluh gram.------------------------------------------------------------------

Kesimpulan
Pada mayat laki-laki ini ditemukan luka terbuka pada ketiak kiri yang
memperlihatkan pembuluh darah ketiak putus, dan beberapa luka terbuka pada daerah
tungkai bawah kanan dan kiri akibat kekerasan tajam dan ditemukan juga kekerasan tajam
pada ketiak kiri yang menyebabkan terputusnya pembuluh darah sehingga terjadi pendarahan
yang banyak. ------------------------------------------------------------------------------------------------
sebab mati laki-laki ini adalah asfiksia karena leher diikat menggunakan lengan
kemeja nya sendiri yang dilakukan oleh tersangka.----------------------------------------------------
Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana. -----------------------------------------------------------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

Dr. Ary Adolf Mananue


NIP 102010314

29
Daftar Pustaka

1. Ilmu kedokteran forensik diunduh dari


http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/0356d8c1f4e9fb12634ab943684e443bbc
3108fd.pdf, 27 Desember 2014.

2. Kejahatan terhadap Tubuh dan Jiwa Manusia. Peraturan Perundangan-Undangan


Bidang Kedokteran. Edisi pertama. Bagian Kedokteran Forensik FK Uni. Indonesia.
Jakarta:1994.pg 37-8.

3. Prosedur medikolegal. Peraturan Perundangan-Undangan Bidang Kedokteran. Edisi


pertama. Bagian Kedokteran Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta:1994.pg 11-20.

4. Identifikasi forensik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran


Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta:2001.pg 204-6.

5. Teknik Autopsi Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik FK Uni.


Indonesia. Jakarta:2001

6. Tanatologi. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik


FK Uni. Indonesia. Jakarta:2001.pg 25-36.

7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam: Kapita


Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius. Jakarta. 2000: 187-
9.

8. Penggantungan diunduh dari www.irwanashari.com/penggantungan/ , 18 Des 2010

9. Kematian akibat asfiksia mekanik. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian


Kedokteran Forensik FK Uni. Indonesia. Jakarta:2001.pg 55-70.

10. Kematian akibat asfiksia diunduh dari


http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/cf7e671e01069c57cb9ab56c5aaafdbf68e
c7d9b.pdf, 27 Desember 2014

11. Traumatologi. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.Bagian Kedokteran Forensik


FK Uni. Indonesia. Jakarta:2001.pg 42-4.

12. Luka akibat benda tajam diunduh dari http://www.pdf-finder.com/LUKA-AKIBAT-


BENDA-TAJAM.html#, 27 Desember 2014

13. Visum et Repertum diunduh dari


repository.ui.ac.id/.../5b89f93c8126168b0b146743736b02b581a1a0a3.pdf, 27
Desember 2014.

30

Anda mungkin juga menyukai