Anda di halaman 1dari 25

Makalah Askep

SISTEM INTEGUMEN
D
i
s
u
s
u
N
Oleh:
KISMAN
NIM : 2012.104
TINGKAT : III C

AKPER SAWERIGADING PEMDA LUWU


TAHUN 2015

1
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, kami memanjatkan puji syukur kehadirat Allah

SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan

Tugas Makalah ini yang berjudul “SISTEM INTEGUMEN”.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari

segi penulisan, isi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan

kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah di hari yang akan

datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga

tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini

kami mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala bantuan dari

semua pihak mudah–mudahan mendapat amal baik yang diberikan oleh Allah SWT.

Palopo, 2 April 2015

PENYUSUN

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. Pengertian Sistem Integumen ................................................................ 2

B. Fungsi Sistem Integumen ......................................................................... 2

C. Komponen Sistem Integumen ................................................................ 5

D. Macam-Macam Penyakit Sistem Integumen ..................................... 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN .................................. 13

A. Pengkajian ...................................................................................................... 13

B. Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 16

C. Intervensi ....................................................................................................... 17

BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................................... 21

A. Kesimpulan .................................................................................................... 21

B. Saran ................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari beberapa system organ yang membentuk system
kerjanya masing-masing. Ada beberapa system dalam tubuh manusia yang sangat
penting peranannya, antara lain : Sistem Perkemihan, Sistem Integumen/Kulit,
Sistem Pernapasan, Sistem Endokrin, Sistem Ekskresi, Sistem Termoregulasi,
Sistem Osmoregulasi, Sistem Sirkulasi Darah, Sistem Reproduksi, dan Sistem
Saraf. Dalam makalah ini hal yang lebih di deskripsikan yakni mengenai Sistem
Integumen.
Dalam dunia farmasi, kulit merupakan salah satu hal yang penting untuk
dipelajari, karena banyak hubungan antara anatomi kulit dengan bidang-bidang
kesehatan. Dengan mempelajari anatomi kulit, kita dapat membedakan obat yang
bekerja di oral, dalam, dan luar (topical), serta membantu pekerjaan dalam bidang
forensik dalam mengidentifikasi manusia dengan manusia yang lain, karena pada
kulit manusia terdapat susunan DNA yang berbeda antara satu manusia dengan
yang lainnya.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan
penjelasan yang lebih mendalam kepada pembaca mengenai Sistem Integumen
dan pemberian asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem integumen.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Integumen


Kata integumen ini berasal dari bahasa Latin"integumentum", yang berarti
"penutup". Sistem integumen atau biasa disebut kulit adalah system organ yang
membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan manusia
terhadap lingkungan sekitarnya dan merupakan organ yang paling luas, dimana
orang dewasa luasnya mencapai lebih dari 19.000 cm.
Sistem integumen meliputi kulit dan derivatnya. Kulit yang sebenarnya
adalah lapisan penutup yang umumnya terdiri atas dua lapisan utama yang
letaknya disebelah luar jaringan ikat, kendur. Sedangkan derivat integumen
meliputi struktu-struktur tertentu yang secara ontogeni berasal dari salah satu
dari kedua lapisan utama pada kulit yang sesungguhnya yaitu epidermis dan
dermis. Stuktur-struktur tersebut mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku,
kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).
B. Fungsi Sistem Integumen
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis
tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan
vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai
yaitu berikut:
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat
kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi
dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan
dehidrasi; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar
tubuh melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut
dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi

5
membunuh bakteri di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan
dengan ekskresi keringat, akan menghasilkan mantel asam dengan kadar
pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada
stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di
sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari sinar
matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila
terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul
keganasan.
e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang
pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap
mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba
yang masuk melewati keratin dan sel Langerhans.
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid
seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon
dioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu
beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri.
Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga
mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat
peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat
berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi
lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara
kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar
eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat :
a. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel
rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen.

6
Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan
kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke
permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,
kolesterol, protein, dan elektrolig. Sebum berfungsi menghambat
pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.
b. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air
dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari.
Seorang yang bekerja dalam ruangan mengekskresikan 200 mL keringat
tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain
mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil
pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua jenis kelenjar
keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan
pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental
dan bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari
sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada di sekeliling
kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya
kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke
permukaan luar.
Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak tangan
dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan
sampah metabolisme. Kadar pH-nya berkisar 4.0 – 6.8. Fungsi dari kelenjar
keringat merokrin adalah mengatur temperatur permukaan,
mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari agen asing
dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan
dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis
dan subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang

7
terletak di dermis, badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperan
terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di
epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah
yang erotik.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di
pembuluh kapiler. Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat
dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi)
sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu
rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit
pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas
oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan Vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7
dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal
lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D
yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi
kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D sendiri, namun belum
memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian vitamin
D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula
mengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat,
dan otot-otot di bawah kulit.
C. Komponen Sistem Integumen
Secara rinci, integumen dapat dibedakan atas:
1. Kulit
Kulit adalah bagian terluar tubuh. Beratnya ± 4,5 kg menutupi area
seluas 18kaki persegi dengan BB 75 kg. Dilihat dari strukturnya, kulit terdiri
dari dua lapis,paling luar disebut epidermis tersusun atas epithelium,
skuamosa bergaris, danlapisan di bawahnya disebut dermis. Tersusun dari

8
jaringan ikat tidak beraturan. Kedua lapisan tersebut berlekatan dengan erat.
Tepat di bawah dermis terdapat lapisan hypodermis atau fasia superficial yang
terutama tersusun dari jaringan adiposa yang bukan bagian dari kulit. Lapisan
ini banyak mengandung lemak. Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan,
pelindung tubuh terhadap benturan, dan menahan panas tubuh, mengikat
kulit secara longgar dengan organ yang terdapat di bawahnya.Lapisan ini
mengandung jumlah sel lemak yang beragam.
a. Epidermis
Epidermis merupakan permukaan kulit paling luar dengan tebal ±
0,07 – 0,12mm. Epidermis tersusun dari lapisan epitelium bergaris,
mengandung sel-sel pigmen yang memberi warna pada kulit dan berfungsi
melindungi kulit dari kerusakan oleh sinar matahari. Epidermis terdiri dari
beberapa lapis sel. Lapis paling luar disebut stratum korneum, yang
disebut juga lapisan bertanduk, karena lapisan ini tersusundari sel-sel
pipih berkeratin yang merupakan sel-sel mati. Keratin adalah suatuprotein
yang bersifat tahan air, jadi lapisan ini merupakan“mantel”tubuh alami
yang melindungi jaringan-jaringan yang lebih dalam dari kehilangan air.
Lapisan ini secaraterus menerus mengalami gesekan dan
mengelupas, namun secara terus menerus pula selalu diganti oleh sel-sel
yang lebih dalam.Persis di bawah stratum korneum adalah stratum
lusidium, yang nampak lebih terang disebabkan akumulasi dari molekul
keratin. Di bawah stratum lusidium adalah stratum granulosum,
merupakan daerah dimana sel-sel mulai mati karena terakumulasinya
molekul bakal keratin yang memisahkan sel-sel ini dari daerah dermal.
Lapisan epidermis yang berbatasan langsung dengan dermis adalah
stratum germinativum, yang tersusun dari stratum spinosum dan stratum
basal.
Stratum germinativum tersusun dari sel-sel epidermal yang
menerima nutrisi cukup daridermis. Sel-sel tersebut mengalami
pembelahan dan menghasilkan berjuta-juta sel baru setiap hari. Sel-sel
yang lebih tua akan terdesak keluar menjauhi sumber nutrisi,sehingga
lambat laun akan mati dan mengalami keratinisasi. Sel utama kedua

9
epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit, ditemukan dalam lapisan
basal. Perbandingan sel-sel basal terhadap melanosit adalah 10 : 1.
Didalam melanosit disintesis granula-granula pigmen yang disebut
melanosom. Melanosom mengandung biokroma coklat yang disebut
melanin.
Melanosomdihidrolisis oleh enzim dengan kecepatan yang berbeda-
beda. Jumlah melanin dalam keratinosit menentukan warna dari kulit.
Melanin melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh matahari yang
merugikan. Sebaliknya, sinar matahari meningkatkan pembentukan
melanosom dan melanin. Orang Afrika-Amerika maupun
keturunanKaukasia mempunyai jumlah melanosit yang sama. Orang
Afrika-Amerikamempunyai melanosom-melanosom besar yang tahan
terhadap destruksi oleh enzim-enzim hidrolisis, sedangkan keturunan
Kaukasia mempunyai melanosom yang kecildan lebih mudah
dihancurkan.Selain produksi melanin, warna kulit juga dipengaruhi oleh
oksigenasi darah,darah dermal memasok warna merah melalui sel-sel
lapisan lebih atas yang agak transparan, sehingga kulit berwarna merah.
Bila darah dermal kekurangan oksigen atau tidak bersirkulasi dengan baik,
kulit akan menjadi kebiruan atau disebut sianotik.
b. Dermis
Dermis tersusun atas jaringan ikat, terdiri dari dua daerah utama,
yaitu daerah papilar dan daerah retikular. Seperti pada epidermis,
ketebalannya tidak merata,misalnya dermis pada telapak tangan dan
telapak kaki lebih tebal daripada di bagian kulit yang lain.
1) Lapisan papilar
Merupakan lapisan dermal paling atas, sangat tidak rata, bagian
bawah papila ini nampak bergelombang. Proyeksi seperti kerucut yang
menjorok ke arah epidermis yang disebut papila dermal. Proyeksi
tersebut diproyeksikan pada cap jari yang merupakan pola unik yang
tidak berubah selama hidup. Jaringan kapiler yang banyak pada lapisan
papilar menyediakan nutrien untuk lapisan epidermal dan

10
memungkinkan panas merambat ke permukaan kulit. Reseptor
sentuhan juga terdapat dalam lapisan dermal.
2) Lapisan reticular
Merupakan lapisan kulit paling dalam, mengandung banyak arteri
dan vena, kelenjar keringat dan sebaseus, serta reseptor tekanan. Baik
lapisan papilla rmaupun lapisan retikuler banyak mengandung serabut
kolagen dan serabutelastin. Adanya serabut elastis tersebut
menyebabkan kuilt orang muda lebihelastis, sedangkan kulit orang tua
menjadi keriput karena serabut elastis dan lapisan lemak subkutan
menjadi sangat berkurang.Pada seluruh dermis juga mengandung
fibroblas, sel-sel adiposa, berbagai jenis makrofag yang sangat penting
bagi pertahanan tubuh dan berbagai jenis selyang lain. Dermis juga
memiliki banyak pembuluh darah, yang memungkinkan berperan
melakukan regulasi suhu tubuh. Bila suhu tubuh meningkat,
arterioldilatasi, dan kapiler-kapiler dermis menjadi terisi dengan darah
yang panas.Dengan demikan memungkinkan panas dipancarkan dari
permukaan kulit keudara. Bila suhu lingkungan dingin, maka panas
tubuh harus disimpan, untuk itukapiler dermal berkontriksi sehingga
darah tidak banyak menuju permukaan kulit,dengan demikian sedikit
panas tubuh dipancarkan keluar tubuh.Dermis juga kaya akan
pembuluh limfa dan serabut-serabut saraf. Banyak ujung saraf berakhir
pada dermis berubah menjadi reseptor khusus, sehingga mampu
mendeteksi perubahan perubahan yang terjadi di lingkungan yang
kemudian disampakan ke otak.
2. Derivat kulit
Rambut, kuku, dan kelenjar kulit merupakan derivat dari epidermis
meskipun berada dalam dermis, mereka berasal dari stratum germinativum
yang tumbuh ke arah bawah ke bagian yang lebih dalam dari kulit.
a. Kelenjar kulit
Kelenjar kulit dibedakan menjadi dua macam yaitu kelenjar sebasea
(kelenjar minyak) dan kelenjar keringat.

11
1) Kelenjar minyak
Terdapat hampir di semua permukaan kulit kecuali di daerah-
daerah yangtidak berambut seperti telapak tangan dan telapak kaki.
Saluran kelenjar minyak biasanya bermuara pada bagian atas folikel
rambut, tetapi pada beberapa terbuka langsung ke permukaan kulit,
seperti pada glans penis, glans klitoris, dan bibir. Sekresi kelenjar
minyak disebut sebum, merupakan campuran dari zat-zat berminyak
dan pecahan-pecahan sel. Sebum berfungsi sebagai pelumas yang
memelihara kulit tetap halus, serta rambut tetap kuat. Kelenjar minyak
menjadi sangat aktif selama pubertas sehingga kulit cenderung
berminyak selama periodeini. Sering sebum mengumpul pada suatu
tempat, mengering, dan kadang mengandung bakteri, membentuk
gangguan kulit yang disebut “blackheads”. Kadang-kadang kelenjar
minyak mengalami infeksi aktif membentuk “jerawat”.
2) Kelenjar keringat
Merupakan kelenjar eksokrin yang ekskresinya dikeluarkan
melalui pori-pori yang tersebar luas di seluruh permukaan kulit.
Kelenjar keringat dibedakanmenjadi dua macam berdasarkan
sekresinya, yaitu: kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin, kelenjar ekrin
tersebar di seluruh permukaan tubuh memproduksikeringat jernih
yang terutama mengandung air, NaCl, dan urea, sedangkan kelenjar
apokrin dijumpai pada ketiak dan daerah genital. Di samping
mensekresikan air, NaCl, dan urea, kelenjar ini juga mensekresikan zat
dari bahandasar protein bersusu yang merupakan medium ideal untuk
mikroorganisme yang berada dalam kulit.Kelenjar keringat berada
di bawah pengendalian sistem saraf, merupakan bagian penting dari
alat regulasi suhu tubuh. Bila suhu lingkungan cukup panas,
makakelenjar keringat akan mensekresikan keringat ke permukaan
tubuh untuk kemudian diuapkan airnya. Penguapan ini menggunakan
panas tubuh, sehingga penguapan keringat berlaku sebagai sistem
keadaan darurat untuk membebaskan panas apabila sistem pendingin
kapiler tidak bekerja dengan baik untuk memelihara homeostatis.

12
Kedua jenis kelenjar ini tersusun atas sel mioepitel (dari bahasa
Latin:myo=otot), sel epitel khusus yang terletak antara sel kelenjar dan
lamina basalis dibawahnya. Kontraksi sel mioepitel memeras kelenjar
dan melepaskan sekret yangs udah menumpuk. Aktivitas sekretorik sel
kelenjar dan kontraksi sel mioepitel dikendalikan oleh sistem saraf
otonom dan hormon yang beredar dalam tubuh.
b. Rambut
Rambut dijumpai di seluruh permukaan tubuh kecuali pada
permukaan tangan,permukaan kaki, dan bibir. Rambut dibungkus oleh
folikel rambut, yaitu suatu invaginasi epidermis yang terjadi selama
periode pertumbuhan dengan suatu pelebaran ujung yang dinamakan
bulbus rambut. Bagian rambut yang berada didalam folikel rambut disebut
akar rambut. Rambut dibentuk oleh mitosis sel-selepithelial germinal yang
mengalami deferensiasi menjadi sel-sel yang membentuk medula rambut,
korteks rambut, dan kutikula rambut. Sel-sel yang lebih tua
didesak menjauh dari daerah pertumbuhan ini, mereka mati dan
mengalami keratinisasi,membentuk bagian membesar dari pangkal
rambut.
Suatu rambut terdiri dari tiga lapis, bagian pusat disebut medula,
yang dikelilingi pertama-tama oleh korteks pelindung dan kemudian oleh
kutikula. Lukapada kutikula menyebabkan ujung rambut terbelah. Folikel
rambut dipisahkan daridermis oleh membran hialin non seluler yang
disebut membran glasi, yang merupakan penebalan dari membrane
basalis. Warna rambut ditentukan oleh jumlahpigmen dalam korteks
rambut. Bila struktur rambut diamati dengan cermat, akan nampak
umumnya tertanam miring pada kulit. Di bagian dalam dermis terdapat
pita kecil dari otot polos yang disebut pili arektor, menghubungkan salah
satu sisi folikel rambut ke lapisan papilla dermis. Bila otot ini berkontraksi
pada saat dingin atau takut, maka batang rambut akan ditarik ke atas ke
posisi yang lebih vertikal. Fenomena ini pada manusia sering disebut
“tegak bulu roma”. Aktivitas otot pili arektor juga memberikan tekanan

13
kepada kelenjar minyak di sekitar folikel, menyebabkan sejumlah kecil
sebum dibebaskan.
c. Kuku
Kuku merupakan derivat epidermis yang berupa lempeng-lempeng
zat tanduk terdapat pada permukaan dorsal ujung jari tangan dan jari kaki.
Kuku terdiri dari bagian akar dan bagian badan. Dilihat dari atas, pada
bagian proksimal badan kuku terdapat bagian putih berbentuk bulan sabit
yang disebut lunula. Warna putih lunula disebabkan epitel yang lebih tebal
dari epitel kasar kuku dan kurang melekatnya epitel dibawahnya sehingga
transmisi warna pembuluh darah kurang dipancarkan.Seperti halnya
rambut, kuku tersusun atas zat-zat mati, yaitu lapisan kompak dari epitel
yang mengalami pertandukan. Kuku tumbuh ke arah distal, meluncur
diatas kulit dasar kuku yang dikenal sebagai hiponikium, yang melanjutkan
diri ke epidermis yang meliputi permukaan ventral jari-jari. Perluasan
epidermis berzat tanduk pada ujung proksimal lipatan kuku adalah
eponikium atau kutikula. Kuku hampir tidak berwarna tetapi nampak
kemerahan karena warna darahyang berada di dalam kapiler di bawah
kuku.
D. Macam-Macam Penyakit Sistem Integumen
1. Luka bakar
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Klasifikasi luka bakar meliputi tingkat I: Hanya mengenai epidermis,
tingkat II: dibagi menjadi superfisial dan dalam, tingkat III: Mengenai seluhur
tebal kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial.
2. Acne
Acne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun
folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus,
dan kista pada tempat predileksinya. Acne merupakan gangguan dari suatu
kelenjar yang dinamakan kelenjar talg yang terutama terdapat di kulit muka
dan juga punggung dan dada.

14
3. Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabiei yang termasuk filum arthropoda, kelas arachnida, ordo ackarima,
superfamili sarcoptes. Sarcoptes scabiei yang lain seperti pada kambing dan
babi. Terdapat tanda dan gejala (4 tanda kardinal) yaitu Pruritus nokturna,
menyerang manusia secara kelompok, terowongan pada tempat predileksi
(garis lurus atau berkelok kurang lebih 1cm, putih keabu-abuan, diujungnya
terdapat papul atau vesikel) dan ditemukan tungau.
4. Ketombe (Dandruff)
Ketombe adalah kelainan kulit kepala, dimana terjadi perubahan pada
sel stratum korneum epidermis dengan ditemukannya hiperproliferasi, lipid
interseluler dan intraseluler yang berlebihan, serta parakeratosis yang
menimbulkan skuama halus, kering, berlapis-lapis, sering mengelupas sendiri,
serta rasa gatal. Ketombe biasanya dianggap sebagai bentuk ringan dari
dermatitis seboroika, ditandai dengan skuama yang berwarna putih
kekuningan. Brahmono mendefinisikan ketombe sebagai kelainan kulit kepala
beramut (scalp) yang ditandai dengan skuama abu-abu keperakan berjumlah
banyak, kadang disertai rasa gatal, walaupun tidak ada atau hanya sedikit
disertai tanda radang. Kulit kepala berambut tempat skuama tersebut menjadi
mudah rontok, berbau, dan rasa gatal yang sangat hebat pada kulit kepala.
5. Infeksi jamur pada kuku (onikomikosis)
Penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur atau dermatomikosis
merupakan penyakit yang sering dijmpai terutama di Negara tropis karena
udara yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi
berkembangnya penyakit jamur khususnya mikosis superfisialis. salah satu
bentu dematomikosis adalah onikomikosis yaitu infeksi jamur pada kuku.
Zaias menyatakan onikomikosis adalah satu kelainan kuku yang disebabkan
oleh oleh infeksi jamur dermatofita, ragr (yeast) dan kapang (moulds).
penyakit tersebut bersifat menahun dan sangat resisten terhadap pengobatan.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN

A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Tanggal dan waktu pengkajian
b. Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis
kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait
dengan factor pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
c. Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat
penyakit dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.
Di samping menggali keluhan-keluhan diatas, anamnesis harus
menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat diagnosis,
yaitu:
1) Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2) Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3) Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang
berkaitan.
4) Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
5) Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6) Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan.
7) Efek terpapar sinar matahari.
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah
dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim.
Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru,
minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar matahari.
e. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien,
lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan
bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman
keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
f. Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan

16
2. Pemeriksaan kulit
a. Perubahan menyeluruh
Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum
klien dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.
Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien
yang dehidrasi dan lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor
kulit mencerminkan hilangnya elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air
ekstrasel.
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena
tekstur kulit dapat berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel.
Jenis tekstur kulit dapat meliputi kasar, kering atau halus.
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel.
Gangguan pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang
dapat menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit
yang lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus
adalah warna kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan
pigmen empedu didalam kulit, sekunder akibat penyakit hati atau
hemolisis sel darah merah. Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi
kebiruan; paling jelas terlihat pada ujung jari dan bibir. Sianosis ini
disebabkan oleh desiturasi hemoglobin.
Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan
kulit dan kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk
menentukan keadaan teksturnya. Secara normal, tekstur kulit halus,
lembut dan lentur pada anak dan orang dewasa. Kulit telapak tangan dan
kaki lebih tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor dengan
mencubit kulit pada punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan.
Perhatikan seberapa mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit
segera kembali ke posisi awal . pada area pitting tekan kuat area tersebut
selama 5 detik dan lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter,
edema +1 sebanding dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding
dengan kealaman 4 mm.

17
b. Perubahan setempat
Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh.
Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh
tubuh klien dari atas kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih
teliti dan evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit. Distribusi lesi
dan komposisi kulit sangat bervariasi dari satu bagian tubuh kebagian
tubuh lainnya. Lesi yang timbul hanya pada daerah tertentu menandakan
bahwa penyakit tersebut berkaitan dengan keistimewaan susunan kulit
daerah tersebut. Pada daerah kulit yang lembab permukaan kulit
bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah terinfeksi jamur
superficial. Kondisi ini banyak kita jumpai pada daerah aksila, lipat paha,
lipat bokong, dan lipatan di bawah kelenjar mamae.
Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut, dan kulit
kepala, sering tejadi gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu
kelainan kulit pada bagian epidermis yang berbentuk plak bersisik.
Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit
dengan distribusi sepanjang dermatom menunjukan adanya penyakit
herpes zoster. Disini, lesi vesikuler timbul tepat pada daerah distribusi
saraf yang terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang terbentuk garis
sepanjang sumbu panjang suatu anggota tubuh yang mungkin mempunyai
arti tertentu. Garukan pasien merupakan penyebab tersering lesi linear.
Erupsi karena poison iny, seperti dermatitis kontak, berbentuk linear
karena iritannya disebabkan oleh garukan yang bergerak naik-turun.
Peradangan pembuluh darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi
linear berwarna merah. Sedangkan parasit scabies dapat membuat liang-
liang pendek pada lapisan epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari
tangan, kaki, atau daerah lain yang memiliki lapisan epidermis tipis dan
lembap sehingga akan membentuk lesi linear yang khas berupa garis
kebiru-biruan.
Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang dikelilingi
oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal lesi
dan penyebarannya, seperti yang dijumpai pada melanoma malignum atau

18
infeksi jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna dalam
menegakkan diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai
batas yang jelas, sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang
menyatu tanpa batas tegas dengan kulit yang normal.
c. Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan
pengetahuan tentang ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit.
Ruam kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Kadang-
kadang perubahan ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya
trauma garkan dan pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan
tersebut tidak biasa lagi. Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang
ruam primer atau ruam sekunder untuk digunakan sebagai dasar dalam
melaksanakan pengkajian serta membuat diagnosis penyakit kulit secara
klinis.
1) Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula,
papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor.
2) Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura,
erosion, ekskoriasio, ulkus, dan parut.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan
respon peradangan
2. Diagnosa 2: Perubahan kenyamanan yang berhubungan dengan erupsi dermal
dan pruritus
3. Diagnosa 1: Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan
4. Diagnosa 1: Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan perubahan
penampilan diri sekunder akibat penyakit kronis.
5. Diagnosa 1: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus/ gatal

19
C. Intervensi
1. Diagnosa 1: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan
respon peradangan
Hasil yang diharapkan:
a. Lesi mulai pulih, integritas jaringan kembali normal dan area bebas dari
infeksi lanjut
b. Kulit bersih dan area sekitar bebas dari edema
Rencana tindakan:
a. Kaji kembali tentang lesi, bentuk, ukuran, jenis, dan distribusi lesi.
b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
c. Pertahankan integritas jaringan kulit dengan jalan mempertahankan
kebersihan dan kekeringan kulit.
d. Laksanakan perawatan kulit setiap hari. Untuk mencegah pecahnya vesikel
sehingga tidak terjadi infeksi sekunder, diberikan bedak salisil 2% bila
erosis dapat diberikan kompres terbuka.
e. Pertahankan kebersihan dan kenyamanan tempat tidur
f. Jika terjadi ulserasi, kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian
salep antibiotik
2. Diagnosa 2: Perubahan kenyamanan yang berhubungan dengan erupsi dermal
dan pruritus
Hasil yang diharapkan:
a. Klien mengatakan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang dalam batas
yang dapat ditoleransi
b. Menampakkan ketenangan,ekspresi muka relaks
c. Kebutuhan istirahat tidur/istirahat terpenuhi
Rencana tindakan:
a. Kaji lebih lanjut intensitas nyeri dengan menggunakan skala/peringkat
nyeri
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pruritus
c. Bantu dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan teknik
imajinasi, teknik relaksasi, dan lainnya.
d. Tingkatkan aktivitas distraksi

20
e. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
f. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi:
1) Analgesik untuk pereda/penawar rasa sakit
2) Larutan kalamin untuk mengurangi rasa gatal
3) Steroid untuk mengurangi serangan neuralgia
3. Diagnosa 3: Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan
Hasil yang diharapkan:
a. Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
b. Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk
mengontrol nyeri secara benar.
c. Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri
Rencana tindakan:
a. Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri
b. Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri
c. Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responnya terhadap
nyeri, akui adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien saat
mengungkapkan nyeri, sampaikan bahwa mengkaji nyerinya bertujuan
untuk lebih memahaminya.
d. Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau
tindakannya
e. Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab
rasa nyeri
f. Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi
dan imajinasi, dan ajarkan teknik/metode yang dipilih.
g. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
h. Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesik
i. Pantau tanda-tanda vital
j. Kaji kembali respon klien terhadap tindakan penurunan rasa sakit/nyeri

21
4. Diagnosa 4: Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan perubahan
penampilan diri sekunder akibat penyakit kronis.
Hasil yang diharapkan :
a. Klien menilai keadaan dirinya terhadap hal-hal yang realistic tanpa
menyimpang.
b. Dapat menyatakan dan menunjukan peningkatan konsep diri.
c. Dapat menunjukan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.
Rencana keperawatan:
a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dank lien.
b. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama cara ia merasakan
sesuatu, berpikir, atau memandang dirinya sendiri.
c. Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan,
pengobatan, dan kemajuan pengobatan dan kemungkinan hasilnya.
d. Beri informasi yang dapat dipercaya dan meguatkan informasi yang telah
diberikan.
e. Jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya, mengenai
perawatan dirinya.
f. Hindari kata-kata yang mengecam dan memojokan klien.
g. Lindungi privasi (hak-hak pribadi) dan jamin lingkungan yang kondusif.
h. Kaji kembali tanda dan gejala gangguan harga diri, gangguan citra tubuh,
dan perubahan penampilan peran.
i. Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep diri yang positif.
5. Diagnosa 5: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus/ gatal
Intervensi :
a. Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang
keberhasilan tidur
b. Beri penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur.
c. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan
d. Atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk member sedikit
mungkin gangguan selama periode tidur.

22
e. Hindari prosedur yang tidak penting selama waktu tidur.
f. Anjurkan klien mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat
salep pada daerah lesi.

23
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan
melindungi tubuh dari bahaya yang datang dari luar. Kulit merupakan organ
hidup yang mempunyai ketebalan yang sangat bervariasi. Bagian yang sangat tipis
terdapat di sekitar mata dan yang paling tebal disekitar telapak kaki dan telapak
tangan dimana mempunyai ciri khas (dermatologlipic pattern) yang berbeda-
beda pada setiap orang berupa garis lengkung dan berbelok-belok. Hal ini
berguna untuk mengidentifikasikan seseorang. Kulit dapat dibedakan menjadi
dua lapisan utama yaitu kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis = kutis).
Kedua lapisan ini berhubungan dengan lapisan yang ada di bawahnya dengan
perantaraan jaringan ikat bawah kulit ( hipodermis = subkutis), dermis atau kulit
mempunyai tambahan atau pelengkap kulit yaitu : rambut dan kuku.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa lebih mengetahui dan memahami tentang sistem
integumen yang di mulai dari pengertian kulit, fungsi kulit, struktur anatomi kulit
dan pelengakap-pelengkap kulit.

24
DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, Arif. 2011. Sistem Integumen. Jakarta: Salemba Medika.

Syarifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Suwartana. 2013. Sistem Integumen. (online) available at http://kadek-


suwartana.blogspot.com/, diakses tanggal 2 April 2015.

25

Anda mungkin juga menyukai